Bab246"Sadar nggak sih? Semua konflik ini jelas menjadi panjang, berawal dari kecerobohan kamu!!" teriak Zurnal, ketika Arya kembali mencari dia untuk curhat.Meskipun Zurnal sering ngomel, tapi Zurnal adalah sahabat yang selalu bersikap netral. Arya terdiam, kedua lelaki ini duduk di belakang rumah Zurnal, sembari menikmati keindahan kolam ikan di depannya."Point pertama. Sarah yang gila harta. Oke, ini masalah harta dan semua sudah beres jika hanya kamu yang menangani nya dengan serius. Tidak perlu melibatkan Kevin. Tapi apa, kamu libatkan dia, andai kamu fokus ngurus Elea di Jakarta, semua nggak akan menjadi sepanjang ini.""Terus aku harus bagaimana?""Jauhi Delima sesuai ucapan kamu pada Elea. Masalahnya ini sekarang cuma 1, Delima yang harus kamu jauhi. Masalah perebutan harta dan tindak kejahatan sudah beres. Tolonglah, jangan kamu tambah masalah terus. Sebagai sahabat, aku pusing melihat segi percintaan kalian," ujar Zurnal sembari memejit pelipisnya."Buang rasa kasihan ya
Bab247Perasaan Kevin semakin gelisah, melirik Asmara yang tidak terlihat mau keluar dari selimut sama sekali.Akhirnya, Kevin pun memilih kamar mandi, sebagai tempat pelarian terakhir.Asmara terkekeh pelan, melihat penderitaan Kevin. "Mulai saat ini, akan kubuat kamu jatuh cinta padaku, sayang," gumam Asmara seorang diri.________Kembali seperti semula, meskipun hubungan Elea dan Arya belum sepenuhnya baik. Tapi sebagai istri, Elea tetap memperlakukan Arya dengan baik.Di kantor, Elea di sambut sinis para rekan kerjanya."Wanita tidak tahu diri, penggoda suami orang, padahal sudah punya suami," gumam rekan kerjanya.Meski pelan, namun kata- kata itu terdengar jelas.Isma mendekati Elea. "El, lu ada main sama Pak Kevin?" tanya Isma tanpa basa- basi."Gosip dari mana lagi?" tanya Elea dengan tampang malas."Tuh lihat." Elea menatap ke arah tunjuk Isma.Sebuah buket bunga dan batangan coklat."Siapa yang naruh di sini?""Pak Kevin." "Yakin dari dia?" "Iya, anak- anak yang lain liha
Bab248Aku mulai merasa jengah dengan orang- orang yang suka sekali membuat gosip ini.Aku menyandarkan diri, dengan pikiran yang sangat kusut.Hingga ponselku berbunyi, kubuka video yang dikirim seseorang. Kuremas ponsel, dan aku langsung keluar kantor begitu saja.Aku menghubungi suamiku."Pulang sekarang!! Kutunggu di rumah," teriakku pada mas Arya di seberang telepon.Taksi melaju membawaku menuju rumah. Setelah menempuh perjalanan selama 20 menit, akhirnya aku sampai.Gegas aku keluar, setelah membayar ongkos. Aku masuk ke rumah, langsung menuju kamar.Pelayan hanya terdiam melihat wajahku yang nampak datar.Kubuka lemari, kukeluarkan semua baju- baju mas Arya. Hari ini juga, aku harus bertindak tegas. "Jika tidak sesuai harapan, berarti jodoh kami habis," gumamku.Terdengar suara sepatu menaiki tangga, aku yakin itu mas Arya. Dan benar saja, mas Arya bingung menatapku.Lelaki yang berstatus suamiku itu mengedarkan pandangan. Bajunya berserakan di lantai kamar, dengan koper yang
Bab249"Mas, turunkan aku!" teriakku. Mas Arya tidak bersuara, dia malah melajukan mobil dengan kecepatan cukup kencang."Mas! Kamu mau kita mati?" teriakku lagi."Biar! Dari pada aku harus kehilangan kamu, lebih baik kita mati.""Dasar gila.""Aku memang gila!! Kamu pikir aku mau kehilangan kamu gara- gara Delima? Tidak, aku sangat cinta sama kamu, bahkan sangat cinta.""Bulshit!!" Teriakku. Lama- lama hilang suaraku ini, gara- gara terus berteriak."Aku harus bagaimana agar kamu percaya," ujarnya mulai melemah, nampak sekali wajah frustasinya."Ke rumah Delima sekarang!" pintaku. "Aku ingin tahu, mengapa dia mengirimkan video ini kepadaku.""Baik, tidak masalah." Aku tersenyum dalam hati, sesuai harapan. Tunggulah Delima, kamu pikir aku akan diam dengan permainan kamu? Jangan salah.Mobil menuju ke kediaman Delima, di perumahan yang cukup elit. Rupanya mas Arya tidak kaleng- kaleng menghadiahi wanita ular itu hunian cukup mewah.Tenang saja, hari ini semua akan berakhir Delima.Hin
Bab250Mengingat pengakuan mas Arya saat di rumah sakit. Kepercayaanku padanya mulai tidak bisa lagi di pertahankan.Sehingga aku memilih untuk menyuruh orang, memantau mas Arya kemana pun dia pergi. Aku tersenyum ketika mendapati laporan, bahwa Delima berniat menjebak suamiku.Aku juga sengaja mengamuk, agar mas Arya jera melakukan semua ini di belakangku.Aku mengeratkan pegangan tangan Delima, seolah dia yang menyiksaku dengan beringas."Delima lepas!!" teriak mas Arya. Namun aku terus mengamuk minta lepas, padahal tangan Delima kugenggam erat sembari memegang rambutku juga."Ibu hentikan!!" Terdengar teriakkan keras dari luar. Aku menghentikan kegilaanku, terhenyak melihat mas Andre memasuki rumah.Wajah dan badannya sangat kurus, penampilannya pun begitu sederhana."Ada apa lagi sih ini?" tanya mas Andre, sembari menyeka keringat di wajahnya. Nampaknya dia terlihat sangat lelah, entah apa yang dia kerjakan di luar sana."Andre, kita diusir," ujar Delima mengadu.Aku menyentak kas
Bab251"Oh rupanya kau mau melihat aku semakin gila? Oke, mari kita lihat, siapa yang paling gila diantara kita," ujarku tersenyum menyeringai.Kututup pintu mobil dengan kencang, kukunci semua. Tidak kuperdulikan, suara klakson- klakson mobil di belakang sana. Mas Arya mengetuk- ngetuk kaca mobil, berteriak di luar sana.Aku pindah posisi, ke jok kemudi. Kudekati setiran mobil, jujur sama aku gemetar. Mas Arya panik, aku tersenyum ke arahnya sembari melambaikan 1 tangan, sedangkan 1 nya memainkan setiran.Mas Arya jelas tahu betul, bahwa aku belum bisa mengemudi. Apakah dia pikir bisa mengancamku? Haha.Kuinjak pedal gas berkali- kali, sialan juga nih mobil nggak jalan- jalan.Aku bahkan buta masalah mengemudi, tapi nekat memainkan mobil karena perasaan marah diancam mas Arya, aku nekat melakukan kegilaan ini.Beberapa orang menghampiri mobil, dan mengetuk- ngetuk kaca. Aku semakin menekan pedal gas sampai habis, bunyi mobil terdengar nyaring, tapi mobil sialan ini nggak jalan- jala
Bab252"Mau mati kehabisan darah kamu?" bentak Kevin, dan Elea hanya bisa terdiam. Wanita itu kini duduk di brankar, dengan Perawat yang mengobati kakinya."Kok bjsa banyak beling begini di dalam kakinya," ujar Perawat yang nampak hati- hati mencabut beling kaca yang masuk ke dalam telapak kaki Elea.Wanita itu meringis menahan sakit yang luar biasa."Namanya juga orang bosan hidup," gumam Kevin. Perawat hanya terdiam.Sembari menunggu Arya dan Elea yang sedang diobati luka mereka, Kevin membuka ponsel.Kevin tersenyum menatap cctv yang diam- diam dia pasang di dalam kamar mereka.Nampak istrinya sedang membuka baju, sepertinya mau mandi.Melihat betapa indahnya tubuh istrinya yang kini hanya mengenakan bra dan celana dalam, Kevin meneguk saliva nya."Kenapa dia makin seksi dan menggoda sekali pas hamil muda begini," gumam Kevin dalam hati.Entah kenapa, Kevin memiliki ide gila semacam ini, memasang cctv di dalam kamar.Andai Asmara tidak marah, ingin sekali Kevin menyentuh semua itu.
Bab253Asmara mengernyit, melihat senyuman nakal Kevin."Aku nggak mau ya!""Kenapa?" tanya Kevin sembari duduk disisi ranjang."Aku nggak mau disentuh orang yang nggak jujur.""Nggak jujur?" Kevin bingung."Kamu tidak mencintai aku, kan!""Sok tahu.""Faktanya memang begitu."Kevin langsung menerkam tubuh yang dibungkus selimut itu."Turun nggak!!" bentak Asmara dengan mata melotot.Kevin yang kini berhasil mengukung Asmara hanya tersenyum, melihat wanita yang berstatus istrinya itu kesal."Nggak mau. Aku tahu, kamu sengaja menggoda aku, kan. Hmm, pasti sudah pengen di sentuh lagi.""Jijik," sahut Asmara kesal."Yakin jijik? Entar ketagihan.""Emm, kalau jijik, kenapa ngambil perjaka aku dengan cara kotor? Nggak sopan. Kamu menikmati, sedangkan aku tidak ingat apa- apa."Kevin mengomel."Itulah bodohnya aku," sahut Asmara. Bibir tipis nan seksi itu membuat gairah Kevin meningkat.Cup. Kevin langsung mendaratkan ciuman dengan brutal, entah setan apa yang merasuki laki- laki itu. Sebul
Bab689"Selamat malam," ujar Abizar lagi."Ngapain kamu kemari? Setelah kamu membuat anak saya menderita, berani- beraninya kamu menampakkan batang hidung seolah tanpa dosa," bentak Kevin, yang langsung berdiri dengan emosi."Papah, sabar," pinta Elea, sambil memegang tangan Kevin."Manusia tidak tahu malu ini, dia datang ke rumah Galih dengan nyali besar, setelah menyia- nyiakan anak- anakku, aku tidak akan mengampuninya," pekik Kevin."Maaf, Pah. Saya datang kemari, hanya ingin kalian tahu, saya dan Cinta saling mencintai, kami ingin kalian restui hubungan kami lagi dan jangan menentang hubungan kami, cuma itu ...." "Apa?" Seluruh keluarga memekik.Cinta pun sangat syok, mendengar ucapan berani Abizar. Tiba- tiba Jelita tersandar, mendengar ucapan Abizar. "Jelita," pekik Abel. Wanita yang biasanya membenci Jelita itu, langsung memeluk Jelita yang nampak syok sekali."Brengsek!!" Cinta bangkit dari duduknya, menghampiri Abizar dan menampar keras wajah lelaki tidak tahu malu itu."D
Bab688Melihat begitu banyak panggilan telepon dari Bagus, Cinta pun memutuskan, untuk menghubungi balik nomor Bagus.Dan lelaki itu dengan cepat menjawab telepon Cinta."Assalamualaikum, Tante ....""Wa'alaikumsallam, Gus.""Maaf Tan, saya mau tanya, Tante ada bicara apa sama Ibu? Sampai- sampai Ibu pingsan.""Maafkan Tante, Gus. Tadi ada berita buruk, yang sempat mengguncang perasaan kami semua. Kejadian siang tadi cukup mengejutkan, pesawat menuju Bandung mengalami kecelakaan. Dan Nenek, juga Kakek ke Bandung hari ini, itu yang Tante sampaikan sama Ibu kamu ....""Inalillahi, jadi bagaimana kabarnya, Tan. Maaf Bagus tidak tahu apa- apa.""Kuasa Allah, Gus. Rupanya mereka selamat, karena Kakek pingsan, sebelum mereka naik pesawat. Nenek membawa Kakek ke rumah sakit, dan mereka ketinggalan pesawat, Gus. Luar biasa, diluar dugaan kami semua, Allah masih memberi kita kesempatan, untuk berbakti kepada mereka berdua," jelas Cinta."Alhamdulilah, Allahu akbar, masya Allah, luar biasa, Tan
Bab687"Allahu akbar, Abel, Kak Cinta ...." Galih menjerit, membuat orang yang kini di depannya jadi bingung.Mendengar jeritan Galih, mereka yang duduk di ruang keluarga pun berhamburan keluar menyusul Galih."Astagfirullah ...." pekikkan mereka semua terdengar bersamaan. Galih terlalu syok, membuatnya nyarus pingsan."Kalian jangan mengira Mamah setan ya," bentak Elea dengan kesal."Ini Mamah beneran?" Abel bertanya. Semua menjadi bingung, bahkan beberapa dari mereka terus- menerus mengusap mata dan wajah, memastikan yang di lihatnya adalah nyata, bukan halusinasi."Mamah sudah tahu, apa yang ada di dalam otak kalian. Jangan heran, jika Mamah datang dengan wajah acak- acakkan begini, bahkan tanpa menggunakan tas sama sekali. Mending bayarin taksi Mamah sana, orangnya dah nunggu," titah Elea."Ini Mamah kita," pekik Cinta yang langsung menghambur ke pelukan Elea, disusul Raisa dan lainnya memeluk Elea."Aduh ...." Elea pun memekik, melihat tingkah mereka semua yang langsung memelukny
Bab686"Jelita belum tahu kabar duka ini, tadi aku sudah coba hubungi, tapi belum juga dia jawab panggilan teleponku," lirih Cinta."Aku juga bingung, Kak. Apa yang harus aku katakan sama dia, entah bagaimana reaksi Jelita, jika tahu Mamah dan Papah sudah tiada. Pesawat itu terbakar, sebelum benar- benar jatuh," ujar Galih kembali menangis. Bayangan wajah tua kedua orang tuanya menari- nari di pikiran mereka semua."Pantas Mamah memelukku berulang kali, mengingatkan kita terus- menerus, bahwa sesama keluarga harus saling menyayangi dan tolong- menolong. Mereka juga selalu berbicara tentang kematian, yang aku sendiri tidak tahu, bahwa itu adalah pertanda, mereka berdua akan pulang bersama- sama, untuk selamanya."Cinta menangis kuat, Kamila memeluk Ibunya dengan erat, begitu juga Raisa, memeluk Abel dan menangis di pelukan Ibunya."Rasanya tidak pernah sesakit ini, kehilangan yang begitu mengejutkan, membuat hati ini tidak siap. Berpuluh tahun hidup bersama dengan keduanya, hingga Rai
Bab685"Nanti saja ah, malas. Lagian kita lagi makan gini, masa di gangguin hal- hal yang tidak jelas begitu," ujar Cinta, mengabaikan ucapan Galih tadi."Cinta, sudah 1 tahun kita bersama, tapi kenapa, kamu nggak pernah mau pertemukan aku dengan anak kita, Kamila?" tanya lelaki itu."Mas, tidak semudah itu. Kamila akan tahu segalanya, bahwa kamu pernah menikahi Jelita juga. Dan Enggar, juga Bagus, bagaimana tanggapan mereka pada kita? Kamu meninggalkan mereka, lepas tanggung jawab, dan malah bersamaku. Tentu saja, bukan cuma mereka yang akan kecewa sama kita, tapi Kamila juga.""Kemudian Mamah dan Papah, bisa- bisa aku mereka kutuk, Mas ....""Tapi mau sampai kapan, kita kucing- kucingan seperti ini? Aku juga ingin diakui, dan dianggap bagian keluarga kamu, Cin.""Belum waktunya, Mas.""Kapan waktunya, Ta? Aku dan Jelita, itu hanyalah kesalahan. Sedangkan aku sama kamu, itu cinta yang tulus. Aku mohon, pikirkan ini baik- baik, aku hanya ingin di akui, dan Kamila juga harus tahu, bahw
Bab684Perjalanan panjang Bagus lalui bersama Jelita, Ibu yang kini sangat dia sayangi, dan dia utamakan kebahagiaannya."Pulang dari umrah, kita ke rumah Nenek saja ya, Gus.""Terserah Ibu saja, Bagus ngikut saja. Bagus tidak punya siapa- siapa untuk di bahagiakan, jadi segala waktu dan apapun yang Ibu mau, asal Ibu bahagia, Bagus akan selalu turuti, insya Allah," ujarnya.Jelita terharu dan menatap penuh kasih sayang pada Bagus. Sementara Bagus dan Jelita melaksanakan ibadah umrah, rupanya rumah mewah Elea, sudah terjual sesuai kesepakatan dengan pembelinya.Penjualan rumah, di saksikan Galih, karena hasil dari penjualan rumah mewah tersebut, 50% milik Galih, 30% milik Cinta dan sisanya barulah milik Elea dan Kevin.Setelah semua beres, Elea dan Kevin, memutuskan untuk tinggal di hotel. Sebelum rumah impian mereka di desa selesai di bangun.Hanya sisa 10% saja, rumah di desa itu akan selesai dan bisa mereka tempati.Galih sudah menyarankan, agar Elea dan Kevin mau tinggal di rumah m
Bab683"Kenapa kamu terlambat?" tanya atasan Bagus, yang ada dibagian divisinya."Maaf pak Rahmat, saya menabrak orang tadi di jalan."Pak Rahmat, yang merupakan pengawas divisi pemasaran, tidak begitu berani bersikap keras pada Bagus, tapi dia tetap berusaha profesional, agar tidak terlalu nampak membeda- bedakan karyawan."Lain kali berhati- hati di jalan, Gus. Dan tolong jangan ulangi lagi, keterlambatan datang seperti ini. Hari ini saya maklumi, tapi kalau terulang lagi, saya akan berikan sangsi pemotongan gaji," jelas pak Rahmat memberi peringatan."Baik, Pak." Hanya itu jawaban Bagus. Sadar diri akan kesalahannya, Bagus tidak berani banyak bicara.Pak Rahmat meninggalkan divisi pemasaran, menuju ruangannya, untuk memeriksa laporan penjualan kemarin.Sementara Bagus duduk di meja kerjanya, dengan pikiran yang mulai tidak fokus. Bagus mulai memikirkan wanita yang di tolongnya tadi, dan itu sangat mengganggu kerjaannya.Tiba- tiba, HRD memasuki ruangan divisi pemasaran, bersama den
Bab682"Bu ...."Jelita menatap Bagus."Bagaimana kalau kita pergi umrah?"Jelita terpaku sejenak, mendengar usulan Bagus."Gimana, Bu?" tanya Bagus lagi, membuat Jelita tersadar dari keterkejutannya.Anak yang biasanya cuek, hanya memikirkan kesenangannya sendiri, kini mengajaknya pergi umrah. "Kamu serius pengen umrah, Gus?" tanya Jelita balik, memastikan keinginan Bagus."Iya, Bu. Mumpung kita ada rezeki lebih. Kita ajak Enggar dan Lina juga, mana tau mereka mau. Tapi jika mereka menolak juga tidak apa- apa, kita berdua saja yang pergi ke sana, Ibu mau kan?""Tentu saja Ibu mau, Gus. Masya Allah, niat kamu baik sekali anakku, mana mungkin Ibu menolak."Bagus tersenyum. Dan niat mereka pun, di sampaikan kepada Enggar dan Lina, ketika mereka makan malam bersama."Dalam waktu dekat ini belum bisa, Bu, Mas. Enggar masih harus fokus ke perusahaan," jawab Enggar.Wajar sih, belum ada 1 tahun dia bekerja, masih tidak enak hati jika terus izin libur, untuk urusan pribadi.Sebagai calon pe
Bab681"Tugas kita sudah selesai, nampaknya anak, cucu dan cicit tidak ada masalah, dengan pembagian harta warisan kita," ujar Elea, ketika dia dan Kevin merebahkan diri di atas kasur mereka."Kuharap juga begitu, agar kita berdua bisa menjalani kehidupan yang tenang," jawab Kevin."Kulihat Abel juga tidak membuat masalah lagi." Elea merasa lega, melihat sikap menantunya itu, yang semakin baik dari sebelumnya.Galih membelikan rumah yang cukup mewah, untuk dia tempati dan istrinya. Galih tidak ingin menyatukan istrinya lagi sama Ibunya. Karena bagi Galih, jika keadaan sudah tidak nyaman, dan terus di paksakan, maka mereka akan saling menyakiti.Demi menjaga rumah tangga dan hati orang tuanya, Galih memutuskan untuk memiliki rumah sendiri.Tetapi dia tetap memperhatikan kedua orang tuanya, meskipun mereka tidak satu rumah.______>_______Karena perjalanan yang cukup jauh, Jelita mulai jatuh sakit. Badannya meriang, nyaris semalaman, Lina tidak bisa tidur, karena khawatir dengan kond