Bab345Kevin membawa Sechan ke sebuah wahana permainan. Keduanya tertawa lepas, sembari memasuki beberapa permainan."Aku benar- benar senang sekali," ungkap Sechan, setelah mereka meninggalkan gedung wahana permainan tersebut.Kevin menanggapi dengan tersenyum kecil."Makasih Pak Kevin, aku berhutang banyak padamu," lanjut Sechan."Em, semua tidak gratis."Sechan mengernyit."Maksudnya.""Aku buntu dalam menghadapi watak dan sikap wanita. Bisakah kamu membantuku? Aku ingin kembali rujuk dengan Asmara," ungkap Kevin, membuat hati Sechan yang semula berbunga mekar dengan segar, kini seakan melayu."Apakah Anda begitu mencintainya?" Kedua orang itu memilih duduk di sebuah taman."Apa pentingnya tentang cinta? Aku hanya ingin anakku bahagia, dan memiliki keluarga yang lengkap," jawab Kevin, dengan mata yang terfokus pada beberapa pasangan yang sedang bermain dengan anaknya.Sechan terdiam sejenak."Apakah Asmara masih menyukai Anda?""Nah ini, bagian ini membuat aku semakin bingung. Asma
Bab346Kevin tercengang, ketika membaca isi dokumen yang Sechan sodorkan."Pernikahan?"Sechan tersenyum."Kapan kamu mempersiapkan ini? Kenapa kamu bisa melakukan ini, apakah semua memang sudah kamu rencanakan dari awal?" selidik Kevin, menatap tajam pada Sechan."Kamu tinggal tanda tangani saja, atau semua akan terlambat," tegas Sechan dengan pandangan tenang."Setelah aku memberikan darah yang Asmara butuhkan, maka aku akan menyiapkan kontrak kedua! Dan kamu, wajib membubuhi tanda tangan lagi. Jika kamu keberatan, kamu berhak untuk menolaknya, meskipun taruhannya nyawa Asmara.""Shittt ...." Kevin mengepalkan tinju dengan emosi."Kamu memaksaku secara tidak langsung! Kenapa harus pernikahan? Bukankah aku memiliki banyàk uang, kenapa kamu tidak meminta uang saja!! Sebutkan, berapapun yang kamu mau, aku siap memberikannya."Kevin berkata dengan tegas dan berapi- api."Tidak! Aku hanya ingin menikah denganmu, aku menyukai kamu sejak lama, dan aku terlanjur menyayangi Jelita. Aku tidak
Bab347"Aku harus menikahi Sechan, Nal.""Hah? Apa, aku nggak salah dengar nih?" Zurnal menatap serius wajah Kevin.Lelaki itu mengusap wajahnya dengan kasar, nampak begitu dia sedang terbebani.Zurnal yang melihat itu pun langsung menyentuh pundak Kevin."Apa yang terjadi? Bisakah kamu berbagi padaku?""Demi menyelamatkan Asmara, aku menandatangani perjanjian dengan Sechan, agar dia mau memberikan donor darah pada Asmara.""Sechan yang membuat perjanjian itu?""Ya." Zurnal pun nampak terkejut."Berjanjilah untuk tidak mengatakan pada siapapun, termasuk Asmara. Aku akan melakukan pernikahan itu dengan sewajarnya.""Pernikahan bukan sesuatu yang bisa kalian mainkan, Vin. Pikirkan lagi," ujar Zurnal."Sebagai laki- laki, aku tidak mungkin mengingkari janji."Zurnal tidak bisa berkata banyak lagi, hanya bisa terdiam._______Keadaan Asmara masih tidak sadarkan diri, sedangkan Kevin dan Sechan sudah menandatangani perjanjian baru yang Sechan buat secara sempurna."Oh, jadi aku tidak bisa
Bab348Saat Elea mendekati Kevin dan mengucapkan selamat, lelaki itu jelas sekali nampak kaku dan tidak bahagia.Elea mengabaikannya dan langsung mendekati Sechan. Wanita itu nampak tenang dan bersikap seakan tidak ada apa- apa yang terjadi.Bahkan saat Elea mengucapkan kata selamat, Sechan menanggapi dengan santai dan dengan senyuman kecil.Sepulang dari acara pernikahan Kevin, Elea mulai mengungkapkan kegelisahan hatinya."Kamu dengarkan tadi ucapan tante Helen," ujar Elea."Dengar," jawab Arya sambil fokus mengemudi."Masa aku dituduh jahatin Sechan, aneh banget sih tante Helen, padahal Sechan berhenti secara baik- baik," ucap Elea lagi, dia masih sangat kesal pada ucapan Helen tadi, seenaknya menuduh."Ngapain sih di pikirin? Aku nggak maksud bela tante Helen ya. Tapi penting nggak sih buat kamu mikirin itu?""Mas, Kevin tiba- tiba menikahi Sechan saja aneh.""Peduli banget. Kamu ada hati sama Kevin?""Hah? Gila banget tuduhan kamu, Mas. Aku kan cuma ngungkapin pemikiran aku.""Pe
Bab349"Kuat, aku kuat." Sechan menyemangati dirinya dan menatap pilu pada noda darah yang terlihat jelas di seprai tempat kini dia terbaring.Hanya selimut yang membungkus tubuh polosnya kini. Sechan ingin menggerakan tubuhnya, tetapi tenaganya seakan hilang entah kemana.Rasa sakit begitu menekan pergerakkannya. Kevin keluar dari kamar mandi, dengan tubuh yang sudah bersih dan segar."Cepat bangun dan bersihkan dirimu!" titah Kevin, sembari berjalan menuju lemari dan mulai mengenakan pakaian tidur."Aku, aku sakit," lirih Sechan."Sakit? Masa sih, kupikir kamu tadi sangat menikmatinya. Desahan- desahan tadi masih terngiang jelas di telingaku," ejek Kevin. Lelaki itu memasukkan kancing bajunya dengan cepat.Sechan tidak menyahut, faktanya dia memang masih sangat kesakitan, tubuhnya seakan remuk."Aku tidak biasa tidur di tempat yang kotor! Cepat bangun dan bersihkan dirimu," titah Kevin lagi. Sechan berusaha kuat untuk duduk.Meski rasa perih yang luar biasa menghantam kepalanya, Sec
Bab350Kevin menghela napas berat dan kemudian menghentikan kegilaannya."Rapikan dirimu!" titah Kevin sembari bangkit dan menjauh dari Sechan yang masih terbaring lemah.Sechan berusaha sekuat tenaga menetralkan perasaannya, agar tangisnya tidak terus- menerus keluar.Kevin membuka pintu, setelah memastikan pakaiannya terkancing rapi."Ada apa, Bu?" tanya Kevin dengan tatapan malas.Helen menatap Kevin sembari tersenyum geli."Dimana Sechan? Ajak dia sarapan, sudah siang begini kalian betah banget di kamar," ujar Helen."Sechan baru mau mandi, nanti kami bisa saja keluar, Bu. Lagian kami ini pasangan dewasa, tidak perlu Ibu merepotkan diri untuk datang mengingatkan," jawab Kevin."Namanya juga Ibu sayang sama kalian," kilah Helen, padahal dia hanya kepo dengan kelanjutan cerita malam pertama Kevin dan Sechan.Helen pun berpamitan, kembali ke kamarnya. Aletta sibuk memainkan ponsel, dan tidak begitu banyak menanggapi keberadaan Helen.Sedangkan Jelita nampak sibuk bermain dengan buku
Bab351Setelah diperiksa, kondisi Asmara menunjukkan kemajuan, wanita itu bukan hanya bisa menggerakkan 1 jarinya, tapi dia sudah bisa membuka matanya.Tidak henti- hentikan Kevin menebar senyum di depan wanita itu. Kevin duduk dan menggenggam tangan Asmara."Terimakasih sudah sehat, terimakasih sudah berjuang untuk sadar," gumam Kevin. Asmara tersenyum kecil."Cepat sehat," lanjut Kevin lagi. "Jelita merindukan Ibunya," ujarnya."Aku juga merindukannya. Makasih sudah menemaniku," gumam Asmara dengan suara pelan sekali."Aku yang berterima kasih, karena kamu sudah mau sadar dan cepatlah untuk sehat, karena anak kita merindukan kamu."Asmara tersenyum kecil.Sementara Sechan menguatkan diri di apartemen, dia berusaha menjadi istri yang baik, agar Kevin bisa memperlakukan dia dengan layak.Sechan membuat masakan lezat yang memang menjadi salah satu bagian kebisaannya.Beberapa menu hidangan sehat tertata rapi di atas meja. Sechan menghubungi Kevin melalui pesan singkat, mempertanyakan
Bab352Di rumah sakit, Kevin begitu memperhatikan semua keperluan Asmara dengan teliti.Wanita itu sekarang memiliki begitu banyak kemajuan, di tambah dengan dia memang begitu bersemangat untuk sehat."Ra, apakah sekarang kamu bisa bercerita denganku? Bagaimana, kamu bisa mengalami kecelakaan itu?" tanya Kevin dengan antusias, sembari membuka beberapa kulit buah yang tersedia di atas nakas.Asmara terdiam, sembari mengingat- ngingat mengenai kejadian itu."Aku, aku tidak ingat jelas." Asmara berpikir keras."Jangan dipaksakan, jika memang tidak ingat," ujar Kevin.Asmara masih terdiam, berusaha kuat mengingat kejadian sebelum kecelakaan tunggal itu terjadi."Seseorang sengaja menabrakkan mobilnya ke arahku," ungkap Asmara tiba- tiba, membuat Kevin terkejut."Selain itu, apa yang bisa kamu ingat lagi, Ra? Untuk mempermudah team penyelidikkan."Asmara menggeleng."Semua begitu tiba- tiba, Vin. Mobil itu menabrakku dengan kencang.""Yaudah nggak apa- apa, oke. Yang penting kamu sudah sel
Bab689"Selamat malam," ujar Abizar lagi."Ngapain kamu kemari? Setelah kamu membuat anak saya menderita, berani- beraninya kamu menampakkan batang hidung seolah tanpa dosa," bentak Kevin, yang langsung berdiri dengan emosi."Papah, sabar," pinta Elea, sambil memegang tangan Kevin."Manusia tidak tahu malu ini, dia datang ke rumah Galih dengan nyali besar, setelah menyia- nyiakan anak- anakku, aku tidak akan mengampuninya," pekik Kevin."Maaf, Pah. Saya datang kemari, hanya ingin kalian tahu, saya dan Cinta saling mencintai, kami ingin kalian restui hubungan kami lagi dan jangan menentang hubungan kami, cuma itu ...." "Apa?" Seluruh keluarga memekik.Cinta pun sangat syok, mendengar ucapan berani Abizar. Tiba- tiba Jelita tersandar, mendengar ucapan Abizar. "Jelita," pekik Abel. Wanita yang biasanya membenci Jelita itu, langsung memeluk Jelita yang nampak syok sekali."Brengsek!!" Cinta bangkit dari duduknya, menghampiri Abizar dan menampar keras wajah lelaki tidak tahu malu itu."D
Bab688Melihat begitu banyak panggilan telepon dari Bagus, Cinta pun memutuskan, untuk menghubungi balik nomor Bagus.Dan lelaki itu dengan cepat menjawab telepon Cinta."Assalamualaikum, Tante ....""Wa'alaikumsallam, Gus.""Maaf Tan, saya mau tanya, Tante ada bicara apa sama Ibu? Sampai- sampai Ibu pingsan.""Maafkan Tante, Gus. Tadi ada berita buruk, yang sempat mengguncang perasaan kami semua. Kejadian siang tadi cukup mengejutkan, pesawat menuju Bandung mengalami kecelakaan. Dan Nenek, juga Kakek ke Bandung hari ini, itu yang Tante sampaikan sama Ibu kamu ....""Inalillahi, jadi bagaimana kabarnya, Tan. Maaf Bagus tidak tahu apa- apa.""Kuasa Allah, Gus. Rupanya mereka selamat, karena Kakek pingsan, sebelum mereka naik pesawat. Nenek membawa Kakek ke rumah sakit, dan mereka ketinggalan pesawat, Gus. Luar biasa, diluar dugaan kami semua, Allah masih memberi kita kesempatan, untuk berbakti kepada mereka berdua," jelas Cinta."Alhamdulilah, Allahu akbar, masya Allah, luar biasa, Tan
Bab687"Allahu akbar, Abel, Kak Cinta ...." Galih menjerit, membuat orang yang kini di depannya jadi bingung.Mendengar jeritan Galih, mereka yang duduk di ruang keluarga pun berhamburan keluar menyusul Galih."Astagfirullah ...." pekikkan mereka semua terdengar bersamaan. Galih terlalu syok, membuatnya nyarus pingsan."Kalian jangan mengira Mamah setan ya," bentak Elea dengan kesal."Ini Mamah beneran?" Abel bertanya. Semua menjadi bingung, bahkan beberapa dari mereka terus- menerus mengusap mata dan wajah, memastikan yang di lihatnya adalah nyata, bukan halusinasi."Mamah sudah tahu, apa yang ada di dalam otak kalian. Jangan heran, jika Mamah datang dengan wajah acak- acakkan begini, bahkan tanpa menggunakan tas sama sekali. Mending bayarin taksi Mamah sana, orangnya dah nunggu," titah Elea."Ini Mamah kita," pekik Cinta yang langsung menghambur ke pelukan Elea, disusul Raisa dan lainnya memeluk Elea."Aduh ...." Elea pun memekik, melihat tingkah mereka semua yang langsung memelukny
Bab686"Jelita belum tahu kabar duka ini, tadi aku sudah coba hubungi, tapi belum juga dia jawab panggilan teleponku," lirih Cinta."Aku juga bingung, Kak. Apa yang harus aku katakan sama dia, entah bagaimana reaksi Jelita, jika tahu Mamah dan Papah sudah tiada. Pesawat itu terbakar, sebelum benar- benar jatuh," ujar Galih kembali menangis. Bayangan wajah tua kedua orang tuanya menari- nari di pikiran mereka semua."Pantas Mamah memelukku berulang kali, mengingatkan kita terus- menerus, bahwa sesama keluarga harus saling menyayangi dan tolong- menolong. Mereka juga selalu berbicara tentang kematian, yang aku sendiri tidak tahu, bahwa itu adalah pertanda, mereka berdua akan pulang bersama- sama, untuk selamanya."Cinta menangis kuat, Kamila memeluk Ibunya dengan erat, begitu juga Raisa, memeluk Abel dan menangis di pelukan Ibunya."Rasanya tidak pernah sesakit ini, kehilangan yang begitu mengejutkan, membuat hati ini tidak siap. Berpuluh tahun hidup bersama dengan keduanya, hingga Rai
Bab685"Nanti saja ah, malas. Lagian kita lagi makan gini, masa di gangguin hal- hal yang tidak jelas begitu," ujar Cinta, mengabaikan ucapan Galih tadi."Cinta, sudah 1 tahun kita bersama, tapi kenapa, kamu nggak pernah mau pertemukan aku dengan anak kita, Kamila?" tanya lelaki itu."Mas, tidak semudah itu. Kamila akan tahu segalanya, bahwa kamu pernah menikahi Jelita juga. Dan Enggar, juga Bagus, bagaimana tanggapan mereka pada kita? Kamu meninggalkan mereka, lepas tanggung jawab, dan malah bersamaku. Tentu saja, bukan cuma mereka yang akan kecewa sama kita, tapi Kamila juga.""Kemudian Mamah dan Papah, bisa- bisa aku mereka kutuk, Mas ....""Tapi mau sampai kapan, kita kucing- kucingan seperti ini? Aku juga ingin diakui, dan dianggap bagian keluarga kamu, Cin.""Belum waktunya, Mas.""Kapan waktunya, Ta? Aku dan Jelita, itu hanyalah kesalahan. Sedangkan aku sama kamu, itu cinta yang tulus. Aku mohon, pikirkan ini baik- baik, aku hanya ingin di akui, dan Kamila juga harus tahu, bahw
Bab684Perjalanan panjang Bagus lalui bersama Jelita, Ibu yang kini sangat dia sayangi, dan dia utamakan kebahagiaannya."Pulang dari umrah, kita ke rumah Nenek saja ya, Gus.""Terserah Ibu saja, Bagus ngikut saja. Bagus tidak punya siapa- siapa untuk di bahagiakan, jadi segala waktu dan apapun yang Ibu mau, asal Ibu bahagia, Bagus akan selalu turuti, insya Allah," ujarnya.Jelita terharu dan menatap penuh kasih sayang pada Bagus. Sementara Bagus dan Jelita melaksanakan ibadah umrah, rupanya rumah mewah Elea, sudah terjual sesuai kesepakatan dengan pembelinya.Penjualan rumah, di saksikan Galih, karena hasil dari penjualan rumah mewah tersebut, 50% milik Galih, 30% milik Cinta dan sisanya barulah milik Elea dan Kevin.Setelah semua beres, Elea dan Kevin, memutuskan untuk tinggal di hotel. Sebelum rumah impian mereka di desa selesai di bangun.Hanya sisa 10% saja, rumah di desa itu akan selesai dan bisa mereka tempati.Galih sudah menyarankan, agar Elea dan Kevin mau tinggal di rumah m
Bab683"Kenapa kamu terlambat?" tanya atasan Bagus, yang ada dibagian divisinya."Maaf pak Rahmat, saya menabrak orang tadi di jalan."Pak Rahmat, yang merupakan pengawas divisi pemasaran, tidak begitu berani bersikap keras pada Bagus, tapi dia tetap berusaha profesional, agar tidak terlalu nampak membeda- bedakan karyawan."Lain kali berhati- hati di jalan, Gus. Dan tolong jangan ulangi lagi, keterlambatan datang seperti ini. Hari ini saya maklumi, tapi kalau terulang lagi, saya akan berikan sangsi pemotongan gaji," jelas pak Rahmat memberi peringatan."Baik, Pak." Hanya itu jawaban Bagus. Sadar diri akan kesalahannya, Bagus tidak berani banyak bicara.Pak Rahmat meninggalkan divisi pemasaran, menuju ruangannya, untuk memeriksa laporan penjualan kemarin.Sementara Bagus duduk di meja kerjanya, dengan pikiran yang mulai tidak fokus. Bagus mulai memikirkan wanita yang di tolongnya tadi, dan itu sangat mengganggu kerjaannya.Tiba- tiba, HRD memasuki ruangan divisi pemasaran, bersama den
Bab682"Bu ...."Jelita menatap Bagus."Bagaimana kalau kita pergi umrah?"Jelita terpaku sejenak, mendengar usulan Bagus."Gimana, Bu?" tanya Bagus lagi, membuat Jelita tersadar dari keterkejutannya.Anak yang biasanya cuek, hanya memikirkan kesenangannya sendiri, kini mengajaknya pergi umrah. "Kamu serius pengen umrah, Gus?" tanya Jelita balik, memastikan keinginan Bagus."Iya, Bu. Mumpung kita ada rezeki lebih. Kita ajak Enggar dan Lina juga, mana tau mereka mau. Tapi jika mereka menolak juga tidak apa- apa, kita berdua saja yang pergi ke sana, Ibu mau kan?""Tentu saja Ibu mau, Gus. Masya Allah, niat kamu baik sekali anakku, mana mungkin Ibu menolak."Bagus tersenyum. Dan niat mereka pun, di sampaikan kepada Enggar dan Lina, ketika mereka makan malam bersama."Dalam waktu dekat ini belum bisa, Bu, Mas. Enggar masih harus fokus ke perusahaan," jawab Enggar.Wajar sih, belum ada 1 tahun dia bekerja, masih tidak enak hati jika terus izin libur, untuk urusan pribadi.Sebagai calon pe
Bab681"Tugas kita sudah selesai, nampaknya anak, cucu dan cicit tidak ada masalah, dengan pembagian harta warisan kita," ujar Elea, ketika dia dan Kevin merebahkan diri di atas kasur mereka."Kuharap juga begitu, agar kita berdua bisa menjalani kehidupan yang tenang," jawab Kevin."Kulihat Abel juga tidak membuat masalah lagi." Elea merasa lega, melihat sikap menantunya itu, yang semakin baik dari sebelumnya.Galih membelikan rumah yang cukup mewah, untuk dia tempati dan istrinya. Galih tidak ingin menyatukan istrinya lagi sama Ibunya. Karena bagi Galih, jika keadaan sudah tidak nyaman, dan terus di paksakan, maka mereka akan saling menyakiti.Demi menjaga rumah tangga dan hati orang tuanya, Galih memutuskan untuk memiliki rumah sendiri.Tetapi dia tetap memperhatikan kedua orang tuanya, meskipun mereka tidak satu rumah.______>_______Karena perjalanan yang cukup jauh, Jelita mulai jatuh sakit. Badannya meriang, nyaris semalaman, Lina tidak bisa tidur, karena khawatir dengan kond