Bab594"Aku tahu kamu baik, kamu juga mencintai aku dengan tulus. Tapi sepertinya itu akan percuma, jika hatiku nyatanya tetap ada pada Cinta. Aku salah selama ini, aku pikir aku mencintai kamu. Nyatanya, aku telah lama jatuh cinta pada wanita yang telah melahirkan anakku itu, tanpa aku sadari. Maaf," lirih Abizar dengan tatapan bersalah pada Jelita."Maaf? Untuk apa? Itu tidak akan mampu memperbaiki rusaknya hatiku, Mas. Apakah pernikahan itu hanya mainan bagi kamu? Sehingga begitu mudahnya kamu merusaknya. Seharusnya kegagalan hubungan kamu sama kak Cinta, itu menjadi pelajaran, agar kamu tidak mengulangi hal yang sama lagi. Tapi ini apa? Kamu malah mau mengulanginya lagi, dengan dalih masih cinta sama Kakakku itu."Abizar kembali terdiam."Kamu bisa berusaha lagi, Mas. Berusaha mencintai aku, karena aku istrimu, dan lupakan kak Cinta dengan perlahan, dia hanya masa lalu yang harus kamu ikhlaskan ...." Jelita kembali bersuara."Aku tidak bisa, Ta. Semakin aku berusaha, perasaan ini
Bab595 "Mas ...." suara Jelita mengejutkan Abizar, lelaki itu menoleh ke arah Jelita yang ternyata sudah bersiap dengan kopernya. "Eh sudah siap rupanya." Abizar pun berdiri. "Bentar ya, aku ambil kunci dulu," ucap Abizar lagi, lelaki itu akhirnya masuk ke dalam rumah, mengambil kunci. Kemudian langkahnya begitu lebar menuju mobil yang terparkir di halaman rumahnya, dengan menyeret koper Jelita dan memasukkannya ke kursi belakang. Jelita dengan langkah lunglai, mengikuti Abizar berjalan menuju mobil. ____>>____ Mobil melaju membelah jalanan ibu kota Jakarta. "Kuharap kamu tidak mengatakan apapun pada mereka, mengenai keberadaan Cinta." Suara Abizar membuyarkan lamunan Jelita. Wanita berparas cantik itu pun hanya bisa menarik napas berat. "Aku hanya ingin hidup bahagia," ungkap Abizar, membuat kening Jelita mengkerut. "Jadi menurut kamu, aku tidak ingin bahagia? Jika aku tidak ingin, aku tidak mungkin menikah denganmu ..." "Tapi apa balasan kamu? Kamu merusak segalany
Bab596"Astagfirullah," lirih Elea. Abizar pun pergi, meniggalkan kediaman Elea. Perasaannya pun kacau, tapi dia tidak tahu harus bagaimana lagi, keputusan sudah dia buat. "Masuk! Tidak usah terus menangis, itu kan lelaki yang kamu pilih, yang kamu perjuangkan, yang kamu bela mati- matian. Dan lihatlah kamu sekarang, nasibmu dia buat tidak jauh berbeda dengan Cinta," ujar Kevin, membuat tangisan Jelita semakin keras.Elea berbisik."Sudahlah, Nak. Ayo, kita masuk ke dalam saja."Jelita pun dibawa masuk ke dalam rumah, disusul Kevin yang juga ikut masuk."Duduk!!" titah Kevin. Elea dan Jelita pun duduk di sofa ruang tamu."Papah nggak mau banyak tanya, Ta. Tapi sekarang kamu seharusnya sudah sadar, kan? Kenapa kami tidak mau merestui hubungan kalian. Bukan karena kami tidak sayang sama kamu, Papah dan Mamah, hanya tidak mau kamu mengalami hal yang Cinta alami. Tapi entah kenapa, kamu sulit sekali untuk di kasih tahu. Dan kini, kamu tanggung akibatnya."Jelita yang semula menangis pun
Bab597"Cinta, ini demi kebaikan kalian, tolong anakku. Ibu ingin sekali kalian bersama lagi, demi anak kecil yang cantik ini. Abizar juga sudah berjanji sama kami, bahwa dia tidak akan mengulangi kesalahan yang sama."Suara Siti terdengar jelas, Elea dan Kevin saling pandang."Ada Siti di sini," bisik Elea."Iya. Kita diam dulu, dan dengarkan pembicaraan mereka." Elea mengangguk patuh, sedangkan Jelita meremas- remas rok yang dia kenakan, hatinya benar- benar di patahkan habis- habisan hari ini."Maaf, Bu. Saya tidak bisa kembali bersama Abizar, sekalipun itu demi anak kami. Abizar mengulangi kesalahannya pada Jelita, tidak ada jaminan dia tidak akan mengulanginya lagi pada saya. Maaf, Abizar ini tipikal laki- laki yang tidak bisa bersukur dan menghargai sakralnya sebuah pernikahan.""Cinta, aku berani bersumpah, aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Atau kalau perlu, kita bisa membuat sebuah perjanjian hitam di atas putih, agar kamu yakin, bahwa perasaanku tulus sama kamu.
Bab598"Akkhhh ...." Jelita memekik sembari memegangi pipinya. Tubuhnya nyaris terhuyung akibat pukulan keras pada wajahnya itu."Kamu kesetanan apa? Berani sekali kamu menghina Cinta, dia jauh lebih baik dari kamu! Kamu yang persis seperti setan," maki Siti yang kini berdiri di dekat Jelita.Kevin hanya bisa menarik napas berat, melihat sikap Jelita.Elea cukup terkejut dengan sikap Jelita, juga sikap Siti yang langsung menampar wajah Jelita."Saya tidak akan membiarkan siapapun menghina Cinta, termasuk kamu! Saya bukan Elea yang akan terus memaklumi sikap bodohmu ini," lanjut Siti dengan wajah yang terlihat sangat marah.Jelita membenarkan posisinya berdiri."Mamah," lirih Jelita menahan sakit."Ibu seharusnya tidak menampar saya seperti ini, harusnya kak Cinta yang Ibu pukul, karena sudah tidak sopan pada Mamah kami, Mamah kandungnya sendiri," ujar Jelita yang menatap Elea dan Siti bergantian."Jelita cukup! Lebih baik kamu diam, atau keluar saja dari rumah ini," bentak Elea, membu
Bab599Cinta terdiam, sambil menatap getir wajah Kevin, yang merupakan Paman sekaligus Ayah sambungnya."Cinta, Mamah memang bersalah sama kamu, wajar jika kamu menghukum Mamah. Tapi tolong, jangan membenci Mamah seperti ini, juga jangan membenci Papah, dia tidak salah apa- apa sama kamu, yang bersalah itu adalah Mamah."Elea menangis menatap Cinta dengan tatapan sedih.Tiba- tiba Cinta menangkupkan kedua tangannya di depan dada, dia mulai menangis."Mohon maafkan kekurang ajaranku sebagai anak, serta sebagai manusia. Aku cukup lelah, aku mohon tinggalkanlah aku, kalian pulanglah. Aku juga butuh ketenangan, demi menjaga kewarasanku, terlalu banyak luka yang aku telan, rasanya aku tidak sanggup, aku butuh waktu istirahat."Mau tidak mau, mereka semua pun akhirnya berpamitan untuk pulang. "Pah ...." Suara Cinta memanggil Kevin. Kevin menghentikan langkahnya dan menatap Cinta."Gendonglah dulu, sebelum Papah pergi." Cinta menyodorkan bayi cantiknya pada Kevin.Mata Kevin berkaca- kaca,
Bab600Galih pun ikutan syok, ketika mendengar berita tentang Jelita. Lelaki itu bingung harus bereaksi seperti apalagi, yang jelas dia saat ini sangat marah, setelah tahu asal- usul masalah, yang membuat Jelita memilih untuk bunuh diri."Bawa Abizar ke tengah hutan! Siksa dia, dan buat semuanya dengan rapi ...." begitulah bunyi perintah yang Galih ucapkan kepada anak buahnya, melalui sambungan telepon.Usai memerintahkan orang untuk menyakiti fisik Abizar, Galih juga mengirim orang untuk membakar usaha meuble Abizar.Api kemarahan berkobar sempurna di hati Galih, dia bahkan mengabaikan segala nasehat Elea."Papah mungkin kejam berfilter, tapi aku tidak! Aku sudah terlanjur sangat muak pada Abizar, lelaki itu bagaikan petaka di kehidupan kedua saudaraku, bahkan karena dia pula, Jelita bunuh diri.""Tidak, jangan nak, jangan ..., Mamah nggak mau kamu sampai bermasalah nanti sama hukum! Biar bagaimana pun, keluarga Siti juga bukan orang sembarangan, bukan tidak mungkin tindakan kamu ak
Bab601Semenjak kejadian mimpi buruk itu, Elea menjadi tidak tenang sama sekali. Ada perasaan takut dalam hatinya, karena sebelumnya, Jelita pernah melakukan percobaan bunuh diri. Dia takut, kalau anak tirinya itu akan melakukan hal yang sama nantinya. "Sudahlah, jangan terlalu di pikirkan, anggap itu hanya bunga tidur," ujar Kevin, ketika keduanya duduk di depan tivi yang ada di ruang keluarga."Iya. Yank, Galih sampai kapan begini sama kita ya?" tanya Elea pada suaminya itu."Aku juga nggak tahu, Yank. Galih anaknya keras, dia kalau marah kan selalu begini, nggak banyak bicara dan akan diam sepanjang waktu.""Iya sih, Yank. Tapi sedih rasanya di diamkan begini. Kenapa keluarga kita semakin tidak harmonis begini, padahal usia kita tidak lagi muda, bagaimana jika tiba- tiba aku mati," lirih Elea."Aku akan mati dalam keadaan tidak tenang, dibenci anak- anak, karena kecerobohanku sendiri," ungkap Elea dengan sedih."Aku juga bingung, kita berharap bisa menemukan Cinta saja nantinya,
Bab689"Selamat malam," ujar Abizar lagi."Ngapain kamu kemari? Setelah kamu membuat anak saya menderita, berani- beraninya kamu menampakkan batang hidung seolah tanpa dosa," bentak Kevin, yang langsung berdiri dengan emosi."Papah, sabar," pinta Elea, sambil memegang tangan Kevin."Manusia tidak tahu malu ini, dia datang ke rumah Galih dengan nyali besar, setelah menyia- nyiakan anak- anakku, aku tidak akan mengampuninya," pekik Kevin."Maaf, Pah. Saya datang kemari, hanya ingin kalian tahu, saya dan Cinta saling mencintai, kami ingin kalian restui hubungan kami lagi dan jangan menentang hubungan kami, cuma itu ...." "Apa?" Seluruh keluarga memekik.Cinta pun sangat syok, mendengar ucapan berani Abizar. Tiba- tiba Jelita tersandar, mendengar ucapan Abizar. "Jelita," pekik Abel. Wanita yang biasanya membenci Jelita itu, langsung memeluk Jelita yang nampak syok sekali."Brengsek!!" Cinta bangkit dari duduknya, menghampiri Abizar dan menampar keras wajah lelaki tidak tahu malu itu."D
Bab688Melihat begitu banyak panggilan telepon dari Bagus, Cinta pun memutuskan, untuk menghubungi balik nomor Bagus.Dan lelaki itu dengan cepat menjawab telepon Cinta."Assalamualaikum, Tante ....""Wa'alaikumsallam, Gus.""Maaf Tan, saya mau tanya, Tante ada bicara apa sama Ibu? Sampai- sampai Ibu pingsan.""Maafkan Tante, Gus. Tadi ada berita buruk, yang sempat mengguncang perasaan kami semua. Kejadian siang tadi cukup mengejutkan, pesawat menuju Bandung mengalami kecelakaan. Dan Nenek, juga Kakek ke Bandung hari ini, itu yang Tante sampaikan sama Ibu kamu ....""Inalillahi, jadi bagaimana kabarnya, Tan. Maaf Bagus tidak tahu apa- apa.""Kuasa Allah, Gus. Rupanya mereka selamat, karena Kakek pingsan, sebelum mereka naik pesawat. Nenek membawa Kakek ke rumah sakit, dan mereka ketinggalan pesawat, Gus. Luar biasa, diluar dugaan kami semua, Allah masih memberi kita kesempatan, untuk berbakti kepada mereka berdua," jelas Cinta."Alhamdulilah, Allahu akbar, masya Allah, luar biasa, Tan
Bab687"Allahu akbar, Abel, Kak Cinta ...." Galih menjerit, membuat orang yang kini di depannya jadi bingung.Mendengar jeritan Galih, mereka yang duduk di ruang keluarga pun berhamburan keluar menyusul Galih."Astagfirullah ...." pekikkan mereka semua terdengar bersamaan. Galih terlalu syok, membuatnya nyarus pingsan."Kalian jangan mengira Mamah setan ya," bentak Elea dengan kesal."Ini Mamah beneran?" Abel bertanya. Semua menjadi bingung, bahkan beberapa dari mereka terus- menerus mengusap mata dan wajah, memastikan yang di lihatnya adalah nyata, bukan halusinasi."Mamah sudah tahu, apa yang ada di dalam otak kalian. Jangan heran, jika Mamah datang dengan wajah acak- acakkan begini, bahkan tanpa menggunakan tas sama sekali. Mending bayarin taksi Mamah sana, orangnya dah nunggu," titah Elea."Ini Mamah kita," pekik Cinta yang langsung menghambur ke pelukan Elea, disusul Raisa dan lainnya memeluk Elea."Aduh ...." Elea pun memekik, melihat tingkah mereka semua yang langsung memelukny
Bab686"Jelita belum tahu kabar duka ini, tadi aku sudah coba hubungi, tapi belum juga dia jawab panggilan teleponku," lirih Cinta."Aku juga bingung, Kak. Apa yang harus aku katakan sama dia, entah bagaimana reaksi Jelita, jika tahu Mamah dan Papah sudah tiada. Pesawat itu terbakar, sebelum benar- benar jatuh," ujar Galih kembali menangis. Bayangan wajah tua kedua orang tuanya menari- nari di pikiran mereka semua."Pantas Mamah memelukku berulang kali, mengingatkan kita terus- menerus, bahwa sesama keluarga harus saling menyayangi dan tolong- menolong. Mereka juga selalu berbicara tentang kematian, yang aku sendiri tidak tahu, bahwa itu adalah pertanda, mereka berdua akan pulang bersama- sama, untuk selamanya."Cinta menangis kuat, Kamila memeluk Ibunya dengan erat, begitu juga Raisa, memeluk Abel dan menangis di pelukan Ibunya."Rasanya tidak pernah sesakit ini, kehilangan yang begitu mengejutkan, membuat hati ini tidak siap. Berpuluh tahun hidup bersama dengan keduanya, hingga Rai
Bab685"Nanti saja ah, malas. Lagian kita lagi makan gini, masa di gangguin hal- hal yang tidak jelas begitu," ujar Cinta, mengabaikan ucapan Galih tadi."Cinta, sudah 1 tahun kita bersama, tapi kenapa, kamu nggak pernah mau pertemukan aku dengan anak kita, Kamila?" tanya lelaki itu."Mas, tidak semudah itu. Kamila akan tahu segalanya, bahwa kamu pernah menikahi Jelita juga. Dan Enggar, juga Bagus, bagaimana tanggapan mereka pada kita? Kamu meninggalkan mereka, lepas tanggung jawab, dan malah bersamaku. Tentu saja, bukan cuma mereka yang akan kecewa sama kita, tapi Kamila juga.""Kemudian Mamah dan Papah, bisa- bisa aku mereka kutuk, Mas ....""Tapi mau sampai kapan, kita kucing- kucingan seperti ini? Aku juga ingin diakui, dan dianggap bagian keluarga kamu, Cin.""Belum waktunya, Mas.""Kapan waktunya, Ta? Aku dan Jelita, itu hanyalah kesalahan. Sedangkan aku sama kamu, itu cinta yang tulus. Aku mohon, pikirkan ini baik- baik, aku hanya ingin di akui, dan Kamila juga harus tahu, bahw
Bab684Perjalanan panjang Bagus lalui bersama Jelita, Ibu yang kini sangat dia sayangi, dan dia utamakan kebahagiaannya."Pulang dari umrah, kita ke rumah Nenek saja ya, Gus.""Terserah Ibu saja, Bagus ngikut saja. Bagus tidak punya siapa- siapa untuk di bahagiakan, jadi segala waktu dan apapun yang Ibu mau, asal Ibu bahagia, Bagus akan selalu turuti, insya Allah," ujarnya.Jelita terharu dan menatap penuh kasih sayang pada Bagus. Sementara Bagus dan Jelita melaksanakan ibadah umrah, rupanya rumah mewah Elea, sudah terjual sesuai kesepakatan dengan pembelinya.Penjualan rumah, di saksikan Galih, karena hasil dari penjualan rumah mewah tersebut, 50% milik Galih, 30% milik Cinta dan sisanya barulah milik Elea dan Kevin.Setelah semua beres, Elea dan Kevin, memutuskan untuk tinggal di hotel. Sebelum rumah impian mereka di desa selesai di bangun.Hanya sisa 10% saja, rumah di desa itu akan selesai dan bisa mereka tempati.Galih sudah menyarankan, agar Elea dan Kevin mau tinggal di rumah m
Bab683"Kenapa kamu terlambat?" tanya atasan Bagus, yang ada dibagian divisinya."Maaf pak Rahmat, saya menabrak orang tadi di jalan."Pak Rahmat, yang merupakan pengawas divisi pemasaran, tidak begitu berani bersikap keras pada Bagus, tapi dia tetap berusaha profesional, agar tidak terlalu nampak membeda- bedakan karyawan."Lain kali berhati- hati di jalan, Gus. Dan tolong jangan ulangi lagi, keterlambatan datang seperti ini. Hari ini saya maklumi, tapi kalau terulang lagi, saya akan berikan sangsi pemotongan gaji," jelas pak Rahmat memberi peringatan."Baik, Pak." Hanya itu jawaban Bagus. Sadar diri akan kesalahannya, Bagus tidak berani banyak bicara.Pak Rahmat meninggalkan divisi pemasaran, menuju ruangannya, untuk memeriksa laporan penjualan kemarin.Sementara Bagus duduk di meja kerjanya, dengan pikiran yang mulai tidak fokus. Bagus mulai memikirkan wanita yang di tolongnya tadi, dan itu sangat mengganggu kerjaannya.Tiba- tiba, HRD memasuki ruangan divisi pemasaran, bersama den
Bab682"Bu ...."Jelita menatap Bagus."Bagaimana kalau kita pergi umrah?"Jelita terpaku sejenak, mendengar usulan Bagus."Gimana, Bu?" tanya Bagus lagi, membuat Jelita tersadar dari keterkejutannya.Anak yang biasanya cuek, hanya memikirkan kesenangannya sendiri, kini mengajaknya pergi umrah. "Kamu serius pengen umrah, Gus?" tanya Jelita balik, memastikan keinginan Bagus."Iya, Bu. Mumpung kita ada rezeki lebih. Kita ajak Enggar dan Lina juga, mana tau mereka mau. Tapi jika mereka menolak juga tidak apa- apa, kita berdua saja yang pergi ke sana, Ibu mau kan?""Tentu saja Ibu mau, Gus. Masya Allah, niat kamu baik sekali anakku, mana mungkin Ibu menolak."Bagus tersenyum. Dan niat mereka pun, di sampaikan kepada Enggar dan Lina, ketika mereka makan malam bersama."Dalam waktu dekat ini belum bisa, Bu, Mas. Enggar masih harus fokus ke perusahaan," jawab Enggar.Wajar sih, belum ada 1 tahun dia bekerja, masih tidak enak hati jika terus izin libur, untuk urusan pribadi.Sebagai calon pe
Bab681"Tugas kita sudah selesai, nampaknya anak, cucu dan cicit tidak ada masalah, dengan pembagian harta warisan kita," ujar Elea, ketika dia dan Kevin merebahkan diri di atas kasur mereka."Kuharap juga begitu, agar kita berdua bisa menjalani kehidupan yang tenang," jawab Kevin."Kulihat Abel juga tidak membuat masalah lagi." Elea merasa lega, melihat sikap menantunya itu, yang semakin baik dari sebelumnya.Galih membelikan rumah yang cukup mewah, untuk dia tempati dan istrinya. Galih tidak ingin menyatukan istrinya lagi sama Ibunya. Karena bagi Galih, jika keadaan sudah tidak nyaman, dan terus di paksakan, maka mereka akan saling menyakiti.Demi menjaga rumah tangga dan hati orang tuanya, Galih memutuskan untuk memiliki rumah sendiri.Tetapi dia tetap memperhatikan kedua orang tuanya, meskipun mereka tidak satu rumah.______>_______Karena perjalanan yang cukup jauh, Jelita mulai jatuh sakit. Badannya meriang, nyaris semalaman, Lina tidak bisa tidur, karena khawatir dengan kond