Hai Kakak- Kakak pembaca yang aku rugikan malam tadi. aku mohon maaf yang sebesar- besarnya. Mohon maafkan ke lalaianku. Insya Allah tanggal 1 April aku akan buat 4 Bab Gratis, semoga bisa mengurangi kekecewaan kalian. Semoga rezeki kalian lancar dan sekali lagi maafkan aku.
Bab548"Abizar? Bicaralah pada intinya saja," sela Kevin yang kini menatap tajam ke arah menantunya itu."Apakah kamu menyesal telah menceraikan Cinta?" lanjut Kevin, membuat Abizar salah tingkah dan bingung.Belum sampai Ustadz menjawab pertanyaan Abizar, keluarga lainnya sudah masuk ke dalam rumah. "Sudah waktunya, ayo ...." Acara pembacaan lantunan ayat suci pun dimulai. Abizar sangat gelisah, berkali- kali dia melirik ke arah Cinta.Aura Cinta semakin memancar, dia nampak sangat cantik."Kenapa aku baru sadar, bahwa Cinta itu cantik," batin Abizar."Mas ...." Suara Jelita mengejutkan Abizar. Lelaki itu menoleh ke belakang, nampak Jelita sedang menatapnya dengan kecewa.Abizar terdiam dan kembali fokus mendengarkan pak Ustadz membacakan ayat- ayat suci Al- qur'an._____Setelah acara 7 bulanan selesai, para tamu dan keluarga pun satu persatu mulai bubar, Abizar mengambil kesempatan untuk bicara serius dengan Cinta."Ada apa lagi sih, Zar?" tanya Cinta, ketika Abizar memintanya un
Bab549# POV CINTA"Maaf Jelita, Mamah capek," tolak Mamahku sambil memundurkan langkah, ketika kedua tangan Jelita nyaris memeluk Mamah."Mamah," lirih Jelita sambil terus menyeka air matanya."Bagaimana rasanya Jelita? Sakit ya, sakit dong sama enggak. Ini baru permulaan, kamu belum tahu rasanya benar- benar kehilangan, entah bahu siapa yang akan menerima sandaranmu."Aku terus membatin, memandang Jelita dengan tatapan mengejek."Mamah, aku sangat sakit hati saat ini. Kak Cinta, anak kesayangan Mamah ini mencoba merayu suamiku, dengan alasan anak yang sedang dia kandung. Apakah kak Cinta tidak takut, pada doa orang yang terdzolimi? Bisa saja dia melahirkan tidak selamat, karena menyakiti hati wanita yang baik.""Kurang ajar! Mulut sampah," teriak Ibu Siti. Aku menahan diri untuk ikut marah, aku mencoba diam dan membiarkan Jelita terus bermain peran."Untung kamu bukan anakku! Jika saja kata- kata sampah itu keluar dari mulut Abizar, kupastikan bibirnya pecah sampai berdarah- darah!
Bab550"Mas, kamu beneran mau menceraikan aku demi kak Cinta?" tanya Jelita, ketika dia dan Abizar sudah berada di rumah mereka."Aku capek, Ta. Lebih baik istirahat saja, hari ini sangat lelah," jawab Abizar dan langsung merebahkan diri."Mas, kita harus memperjelas masalah ini. Kenapa kamu jadi berubah begini sama aku? Mana mas Abizarmu dulu, yang katanya selalu mencintaiku?" lirih Jelita yang matanya mulai kembali berkaca- kaca."Apakah semua itu hanya dusta, Mas? Apakah aku pantas mendapatkan semua luka ini, disaat aku dengan tulus hanya mencintai kamu," lanjut Jelita.Abizar menutup matanya dan memunggungi wanita itu."Rasanya sangat sakit sekali, diabaikan oleh orang yang teramat dicintai. Apakah Allah sedang menghukumku? Bukankah aku selalu melakukan kebaikan? Aku juga tidak pernah aneh- aneh dalam hidup. Tapi kenapa, perjalanku dari kecil hingga menikah begitu berat," lirih Jelita yang masih duduk disisi ranjang.Abizar hanya terdiam, sambil mendengarkan gumaman istrinya itu.
Bab551"Maafkan aku, Mas! Aku tidak bersungguh- sungguh. Aku hanya terbawa perasaan sakit hati.""Bohong! Tadi juga kamu di rumah Cinta dengan tega menyumpahi dia melahirkan tidak selamat. Manusia macam apa kamu? Yang tega mendoakan sesamanya celaka. Bahkan, Cinta itu bukan orang lain, tapi saudara kamu sendiri. Aku nggak nyangka, rupanya inilah sifat asli kamu. Kupikir kamu wanita baik, soleha dan menyejukkan hati. Nyatanya? Baru beberapa bulan kita menikah, kamu membuatku nyaris setiap hari terkejut. Dan 1 hal yang sangat membuat aku terkejut luar biasa, rupanya kamu tidak pandai memasak."Jelita terdiam."Aku tahu kamu diam- diam selalu membeli makanan siap saji. Aku diam dan mencoba menerima kamu apa adanya dan bersikap seolah tidak tahu apa- apa. Tapi ternyata masih banyak sifat dan sikap lainnya yang sangat membuat aku syok, kamu mengecewakan sekali."Jelita berlari dan memeluk kaki Abizar. Dia menangis dan memohon belas kasihan suaminya."Maafkan aku, Mas. Aku berjanji akan bel
Bab552Abizar menunduk lemah, melihat Cinta begitu tidak senang dengan kehadirannya. Jika dulu wanita yang ada di depannya itu selalu tersenyum bahagia, setiap kali bertemu dengannya. Tapi kini? Hanya ada kekecewaan dan ketidaksukaannya pada Abizar."Aku hanya ingin menemani kamu USG, aku ingin melihat perkembangan anak kita.""Nanti juga kukasih tahu, kamu nggak perlu ikut. Aku nggak mau dianggap perusak rumah tangga kalian," lirih Cinta."Jangan sampai kehadiran anak ini, menjadi alasan rusaknya biduk rumah tangga barumu, Abizar. Kamu sudah gagal dalam membangun rumah tangga bersamaku, jangan sampai kamu gagal juga, dalam membangun rumah tangga bersama wanita yang kamu cintai.""Aku juga tidak tahu, apakah aku mencintainya, atau tidak. Hatiku tiba- tiba kacau, aku bingung.""Kamu mencintainya, buktinya dengan sadar kamu memilih dia. Jadi, jangan buat hatimu ragu, karena kasihan kepadaku dan anak ini. Jalani rumah tangga kalian dengan benar, karena aku juga ingin menjalani hidup aku d
Bab553Pagi itu, Jelita nekat untuk datang ke rumah Kevin. Semenjak menikah dengan Abizar, Jelita memang tidak pernah mengunjungi orang tuanya lagi."Non Jelita," sapa bik Sum, ketika membukakan pintu."Mamah sama Papah adakan, Bik?" tanya Jelita sambil tersenyum ramah."Ibu sama Bapak ke rumah Neng Cinta, Non.""Kapan? Sudah lama ya?""1 jam ada deh.""Hari libur begini Mamah dan Papah ke sana, memangnya ada acara apa?""Katanya sih mau belanja perlengkapan buat calon bayi Neng Cinta.""Bayi itu lagi, semua orang menyayanginya, sampai- sampai mereka lupa denganku," lirih Jelita.Bik Sum hanya mengernyit, ketika mendengar gumaman wanita cantik itu."Yaudah deh, Bik. Aku pamit aja, lagian Mamah dan Papah nggak ada juga."Bik Sum hanya tersenyum sambil mengangguk. Jelita sangat kesal pada kedua orang tuanya, dia pun memutuskan untuk datang ke rumah Cinta.Sebelum pergi ke rumah Cinta, Jelita berencana untuk membeli kue dan buah- buahan. Mini market adalah pilihan Jelita, dia memarkirka
Bab554"Apakah seperti ini gambaran seorang paham agama? Mempermalukan keluarga dan suaminya di tempat umum?" sindir Siti yang semakin tidak menyukai Jelita."Begitulah suatu hubungan hasil rampasan, akan selalu ada ketakutan dalam dirinya. Takut ditinggalkan, dikhianati dan diceraikan," ejek Cinta.Jelita masih terdiam, tanpa berani menatap mereka. Wanita itu bersikap, seolah- olah dirinya sedang menyesal dan tersakiti."Kayaknya Jelita pengen nyusul jadi janda, upss," ejek Cinta lagi sambil terkekeh."Cinta sudah!!"Kevin bersuara."Kenapa? Papah tersinggung aku mengejek anak Papah?" tanya Cinta sambil menatap Kevin penuh tanya."Saat aku tahu dia diam- diam berkirim pesan sama suami aku, bahkan makan berduaan di rumah kami, aku nggak ada nampar dia loh, Pah. Tapi apa yang hari ini dia lakukan sama aku? Dan Papah masih mau belain dia?"Kevin mengusap wajahnya dengan pelan."Cinta, itu Papahku, wajar jika dia membela anaknya," lirih Jelita, yang merasa Kevin akan membelanya."Diam! T
Bab555"Mas, kenapa pulangnya tengah malam terus?" tanya Jelita, ketika hari kedua, Abizar pulang malam lagi.Lelaki itu hanya terdiam, kemudian masuk ke dalam ruang kerjanya dan mengunci pintunya.Semenjak kejadian di toko bayi itu, sikap Abizar nyaris 80% berubah padanya. Lelaki itu menjadi selalu pulang larut malam dan tidur di ruang kerjanya.Tidak sekalipun dia mau menjawab pertanyaan Jelita, seakan Jelita tidak ada di hadapannya. Bahkan, Abizar dengan sengaja menulikan telinganya.Perasaan Jelita benar- benar hancur, melihat perlakuan Abizar. Jelita menangis di atas kasur seorang diri.Dia tidak bisa terus diam begini dan menangisi keadaan. Akhirnya Jelita memutuskan untuk mendatangi Abizar di ruang kerjanya. Namun saat menarik gagang pintu, pintu itu terkunci rapat."Mas, kita harus bicara ....""Mas, aku mohon jangan begini. Bicaralah sama aku, jangan abaikan aku, Mas."Jelita terus mengetuk pelan pintu ruang kerja Abizar. Namun lelaki itu tidak menggubrisnya sama sekali."Mas
Bab689"Selamat malam," ujar Abizar lagi."Ngapain kamu kemari? Setelah kamu membuat anak saya menderita, berani- beraninya kamu menampakkan batang hidung seolah tanpa dosa," bentak Kevin, yang langsung berdiri dengan emosi."Papah, sabar," pinta Elea, sambil memegang tangan Kevin."Manusia tidak tahu malu ini, dia datang ke rumah Galih dengan nyali besar, setelah menyia- nyiakan anak- anakku, aku tidak akan mengampuninya," pekik Kevin."Maaf, Pah. Saya datang kemari, hanya ingin kalian tahu, saya dan Cinta saling mencintai, kami ingin kalian restui hubungan kami lagi dan jangan menentang hubungan kami, cuma itu ...." "Apa?" Seluruh keluarga memekik.Cinta pun sangat syok, mendengar ucapan berani Abizar. Tiba- tiba Jelita tersandar, mendengar ucapan Abizar. "Jelita," pekik Abel. Wanita yang biasanya membenci Jelita itu, langsung memeluk Jelita yang nampak syok sekali."Brengsek!!" Cinta bangkit dari duduknya, menghampiri Abizar dan menampar keras wajah lelaki tidak tahu malu itu."D
Bab688Melihat begitu banyak panggilan telepon dari Bagus, Cinta pun memutuskan, untuk menghubungi balik nomor Bagus.Dan lelaki itu dengan cepat menjawab telepon Cinta."Assalamualaikum, Tante ....""Wa'alaikumsallam, Gus.""Maaf Tan, saya mau tanya, Tante ada bicara apa sama Ibu? Sampai- sampai Ibu pingsan.""Maafkan Tante, Gus. Tadi ada berita buruk, yang sempat mengguncang perasaan kami semua. Kejadian siang tadi cukup mengejutkan, pesawat menuju Bandung mengalami kecelakaan. Dan Nenek, juga Kakek ke Bandung hari ini, itu yang Tante sampaikan sama Ibu kamu ....""Inalillahi, jadi bagaimana kabarnya, Tan. Maaf Bagus tidak tahu apa- apa.""Kuasa Allah, Gus. Rupanya mereka selamat, karena Kakek pingsan, sebelum mereka naik pesawat. Nenek membawa Kakek ke rumah sakit, dan mereka ketinggalan pesawat, Gus. Luar biasa, diluar dugaan kami semua, Allah masih memberi kita kesempatan, untuk berbakti kepada mereka berdua," jelas Cinta."Alhamdulilah, Allahu akbar, masya Allah, luar biasa, Tan
Bab687"Allahu akbar, Abel, Kak Cinta ...." Galih menjerit, membuat orang yang kini di depannya jadi bingung.Mendengar jeritan Galih, mereka yang duduk di ruang keluarga pun berhamburan keluar menyusul Galih."Astagfirullah ...." pekikkan mereka semua terdengar bersamaan. Galih terlalu syok, membuatnya nyarus pingsan."Kalian jangan mengira Mamah setan ya," bentak Elea dengan kesal."Ini Mamah beneran?" Abel bertanya. Semua menjadi bingung, bahkan beberapa dari mereka terus- menerus mengusap mata dan wajah, memastikan yang di lihatnya adalah nyata, bukan halusinasi."Mamah sudah tahu, apa yang ada di dalam otak kalian. Jangan heran, jika Mamah datang dengan wajah acak- acakkan begini, bahkan tanpa menggunakan tas sama sekali. Mending bayarin taksi Mamah sana, orangnya dah nunggu," titah Elea."Ini Mamah kita," pekik Cinta yang langsung menghambur ke pelukan Elea, disusul Raisa dan lainnya memeluk Elea."Aduh ...." Elea pun memekik, melihat tingkah mereka semua yang langsung memelukny
Bab686"Jelita belum tahu kabar duka ini, tadi aku sudah coba hubungi, tapi belum juga dia jawab panggilan teleponku," lirih Cinta."Aku juga bingung, Kak. Apa yang harus aku katakan sama dia, entah bagaimana reaksi Jelita, jika tahu Mamah dan Papah sudah tiada. Pesawat itu terbakar, sebelum benar- benar jatuh," ujar Galih kembali menangis. Bayangan wajah tua kedua orang tuanya menari- nari di pikiran mereka semua."Pantas Mamah memelukku berulang kali, mengingatkan kita terus- menerus, bahwa sesama keluarga harus saling menyayangi dan tolong- menolong. Mereka juga selalu berbicara tentang kematian, yang aku sendiri tidak tahu, bahwa itu adalah pertanda, mereka berdua akan pulang bersama- sama, untuk selamanya."Cinta menangis kuat, Kamila memeluk Ibunya dengan erat, begitu juga Raisa, memeluk Abel dan menangis di pelukan Ibunya."Rasanya tidak pernah sesakit ini, kehilangan yang begitu mengejutkan, membuat hati ini tidak siap. Berpuluh tahun hidup bersama dengan keduanya, hingga Rai
Bab685"Nanti saja ah, malas. Lagian kita lagi makan gini, masa di gangguin hal- hal yang tidak jelas begitu," ujar Cinta, mengabaikan ucapan Galih tadi."Cinta, sudah 1 tahun kita bersama, tapi kenapa, kamu nggak pernah mau pertemukan aku dengan anak kita, Kamila?" tanya lelaki itu."Mas, tidak semudah itu. Kamila akan tahu segalanya, bahwa kamu pernah menikahi Jelita juga. Dan Enggar, juga Bagus, bagaimana tanggapan mereka pada kita? Kamu meninggalkan mereka, lepas tanggung jawab, dan malah bersamaku. Tentu saja, bukan cuma mereka yang akan kecewa sama kita, tapi Kamila juga.""Kemudian Mamah dan Papah, bisa- bisa aku mereka kutuk, Mas ....""Tapi mau sampai kapan, kita kucing- kucingan seperti ini? Aku juga ingin diakui, dan dianggap bagian keluarga kamu, Cin.""Belum waktunya, Mas.""Kapan waktunya, Ta? Aku dan Jelita, itu hanyalah kesalahan. Sedangkan aku sama kamu, itu cinta yang tulus. Aku mohon, pikirkan ini baik- baik, aku hanya ingin di akui, dan Kamila juga harus tahu, bahw
Bab684Perjalanan panjang Bagus lalui bersama Jelita, Ibu yang kini sangat dia sayangi, dan dia utamakan kebahagiaannya."Pulang dari umrah, kita ke rumah Nenek saja ya, Gus.""Terserah Ibu saja, Bagus ngikut saja. Bagus tidak punya siapa- siapa untuk di bahagiakan, jadi segala waktu dan apapun yang Ibu mau, asal Ibu bahagia, Bagus akan selalu turuti, insya Allah," ujarnya.Jelita terharu dan menatap penuh kasih sayang pada Bagus. Sementara Bagus dan Jelita melaksanakan ibadah umrah, rupanya rumah mewah Elea, sudah terjual sesuai kesepakatan dengan pembelinya.Penjualan rumah, di saksikan Galih, karena hasil dari penjualan rumah mewah tersebut, 50% milik Galih, 30% milik Cinta dan sisanya barulah milik Elea dan Kevin.Setelah semua beres, Elea dan Kevin, memutuskan untuk tinggal di hotel. Sebelum rumah impian mereka di desa selesai di bangun.Hanya sisa 10% saja, rumah di desa itu akan selesai dan bisa mereka tempati.Galih sudah menyarankan, agar Elea dan Kevin mau tinggal di rumah m
Bab683"Kenapa kamu terlambat?" tanya atasan Bagus, yang ada dibagian divisinya."Maaf pak Rahmat, saya menabrak orang tadi di jalan."Pak Rahmat, yang merupakan pengawas divisi pemasaran, tidak begitu berani bersikap keras pada Bagus, tapi dia tetap berusaha profesional, agar tidak terlalu nampak membeda- bedakan karyawan."Lain kali berhati- hati di jalan, Gus. Dan tolong jangan ulangi lagi, keterlambatan datang seperti ini. Hari ini saya maklumi, tapi kalau terulang lagi, saya akan berikan sangsi pemotongan gaji," jelas pak Rahmat memberi peringatan."Baik, Pak." Hanya itu jawaban Bagus. Sadar diri akan kesalahannya, Bagus tidak berani banyak bicara.Pak Rahmat meninggalkan divisi pemasaran, menuju ruangannya, untuk memeriksa laporan penjualan kemarin.Sementara Bagus duduk di meja kerjanya, dengan pikiran yang mulai tidak fokus. Bagus mulai memikirkan wanita yang di tolongnya tadi, dan itu sangat mengganggu kerjaannya.Tiba- tiba, HRD memasuki ruangan divisi pemasaran, bersama den
Bab682"Bu ...."Jelita menatap Bagus."Bagaimana kalau kita pergi umrah?"Jelita terpaku sejenak, mendengar usulan Bagus."Gimana, Bu?" tanya Bagus lagi, membuat Jelita tersadar dari keterkejutannya.Anak yang biasanya cuek, hanya memikirkan kesenangannya sendiri, kini mengajaknya pergi umrah. "Kamu serius pengen umrah, Gus?" tanya Jelita balik, memastikan keinginan Bagus."Iya, Bu. Mumpung kita ada rezeki lebih. Kita ajak Enggar dan Lina juga, mana tau mereka mau. Tapi jika mereka menolak juga tidak apa- apa, kita berdua saja yang pergi ke sana, Ibu mau kan?""Tentu saja Ibu mau, Gus. Masya Allah, niat kamu baik sekali anakku, mana mungkin Ibu menolak."Bagus tersenyum. Dan niat mereka pun, di sampaikan kepada Enggar dan Lina, ketika mereka makan malam bersama."Dalam waktu dekat ini belum bisa, Bu, Mas. Enggar masih harus fokus ke perusahaan," jawab Enggar.Wajar sih, belum ada 1 tahun dia bekerja, masih tidak enak hati jika terus izin libur, untuk urusan pribadi.Sebagai calon pe
Bab681"Tugas kita sudah selesai, nampaknya anak, cucu dan cicit tidak ada masalah, dengan pembagian harta warisan kita," ujar Elea, ketika dia dan Kevin merebahkan diri di atas kasur mereka."Kuharap juga begitu, agar kita berdua bisa menjalani kehidupan yang tenang," jawab Kevin."Kulihat Abel juga tidak membuat masalah lagi." Elea merasa lega, melihat sikap menantunya itu, yang semakin baik dari sebelumnya.Galih membelikan rumah yang cukup mewah, untuk dia tempati dan istrinya. Galih tidak ingin menyatukan istrinya lagi sama Ibunya. Karena bagi Galih, jika keadaan sudah tidak nyaman, dan terus di paksakan, maka mereka akan saling menyakiti.Demi menjaga rumah tangga dan hati orang tuanya, Galih memutuskan untuk memiliki rumah sendiri.Tetapi dia tetap memperhatikan kedua orang tuanya, meskipun mereka tidak satu rumah.______>_______Karena perjalanan yang cukup jauh, Jelita mulai jatuh sakit. Badannya meriang, nyaris semalaman, Lina tidak bisa tidur, karena khawatir dengan kond