Bab554
"Apakah seperti ini gambaran seorang paham agama? Mempermalukan keluarga dan suaminya di tempat umum?" sindir Siti yang semakin tidak menyukai Jelita."Begitulah suatu hubungan hasil rampasan, akan selalu ada ketakutan dalam dirinya. Takut ditinggalkan, dikhianati dan diceraikan," ejek Cinta.Jelita masih terdiam, tanpa berani menatap mereka. Wanita itu bersikap, seolah- olah dirinya sedang menyesal dan tersakiti."Kayaknya Jelita pengen nyusul jadi janda, upss," ejek Cinta lagi sambil terkekeh."Cinta sudah!!"Kevin bersuara."Kenapa? Papah tersinggung aku mengejek anak Papah?" tanya Cinta sambil menatap Kevin penuh tanya."Saat aku tahu dia diam- diam berkirim pesan sama suami aku, bahkan makan berduaan di rumah kami, aku nggak ada nampar dia loh, Pah. Tapi apa yang hari ini dia lakukan sama aku? Dan Papah masih mau belain dia?"Kevin mengusap wajahnya dengan pelan."Cinta, itu Papahku, wajar jika dia membela anaknya," lirih Jelita, yang merasa Kevin akan membelanya."Diam! Tidak ada satu pun yang ingin Papah bela. Kalian sama saja, bikin malu!" Kevin berkata sambil menatap kecewa dengan kedua anaknya."Dan kamu Jelita, untuk apa kamu ributkan Abizar dan Cinta, setelah kamu berhasil memilikinya?" tanya Kevin kepada Jelita.Jelita menunduk, tidak tahu harus menjawab apa."Dan kamu Cinta, untuk apa kamu mengejek Jelita, mempermalukannya? Untuk apa, ketika kamu tahu dia tidak punya rasa malu. Jika dia punya, dia tidak akan ribut di depan umum begini."Ucapan Kevin menusuk hati Jelita, dia tidak menyangka, bahwa Ayahnya akan berkata setajam itu."Jika kamu tahu Jelita bodoh, setidaknya kamu jangan contoh orang bodoh pula. Lebih baik kita pulang, atau kita hanya akan jadi bahan tertawaan orang- orang," tegas Kevin sambil meraih tangan Elea, dan membawa istrinya itu keluar dari toko."Bye orang bodoh," bisik Cinta sembari melewati Jelita yang terdiam menunduk.Jelita merasa harga dirinya hancur terinjak- injak oleh keluarganya sendiri. Bahkan untuk keluar dari toko pun dia gemetar hebat, menahan malu dengan tatapan beserta cibiran orang- orang yang berada di sana.Jelita pulang ke rumahnya dalam keadaan menangis sepanjang jalan._______"Sayang, kamu kasar banget sama Jelita tadi," ujar Elea, ketika dia dan Kevin sedang beristirahat di dalam kamar mereka."Entah kesalahan apa yang aku lakukan, sehingga Jelita memiliki kepribadian semacam ini.""Mungkin ini yang dinamakan pendewasaan dalam hidup, Yank. Tidak selalu sesaui dengan harapan.""Maafin Jelita ya, gara- gara dia, rumah tangga Cinta berantakkan.""Jelita juga anakku, Mas. Kenapa harus minta maaf sama aku? Mereka sama- sama anak kita. Aku diam dan mengacuhkan Jelita, bukan karena tidak sayang atau aku benci. Aku hanya ingin dia tahu, aku kecewa sama dia, gitu aja.""Aku tahu, kuharap kamu tetap menyayangi dia, apapun yang terjadi.""Insya Allah. Papahnya saja aku sayangi, masa anaknya tidak. Aku hanya berharap, apapun takdir anak- anak kita, semoga mereka bisa berlapang dada menerimanya.""Aamiin. Ih, beruntung banget sih aku, punya istri seperti kamu." Kevin memeluk Elea dengan gemas."Aku juga beruntung, Yank. Punya suami tampan, mapan dan juga pemberani.""Cuma itu?""Dan sangat mencintaiku," ujar Elea lagi sambil tersenyum."Ada lagi nggak?""Apa?""Masa nggak ada lagi?""Apa lagi sih? Aku bingung.""Kuat di kasur, senjata besar dan memuaskan," bisik Kevin sambil terkekeh."Dasar gila! Orang tua mesum," pekik Elea sambil melepaskan diri dari pelukan suaminya.Bab555"Mas, kenapa pulangnya tengah malam terus?" tanya Jelita, ketika hari kedua, Abizar pulang malam lagi.Lelaki itu hanya terdiam, kemudian masuk ke dalam ruang kerjanya dan mengunci pintunya.Semenjak kejadian di toko bayi itu, sikap Abizar nyaris 80% berubah padanya. Lelaki itu menjadi selalu pulang larut malam dan tidur di ruang kerjanya.Tidak sekalipun dia mau menjawab pertanyaan Jelita, seakan Jelita tidak ada di hadapannya. Bahkan, Abizar dengan sengaja menulikan telinganya.Perasaan Jelita benar- benar hancur, melihat perlakuan Abizar. Jelita menangis di atas kasur seorang diri.Dia tidak bisa terus diam begini dan menangisi keadaan. Akhirnya Jelita memutuskan untuk mendatangi Abizar di ruang kerjanya. Namun saat menarik gagang pintu, pintu itu terkunci rapat."Mas, kita harus bicara ....""Mas, aku mohon jangan begini. Bicaralah sama aku, jangan abaikan aku, Mas."Jelita terus mengetuk pelan pintu ruang kerja Abizar. Namun lelaki itu tidak menggubrisnya sama sekali."Mas
Bab556Lagi- lagi Jelita hanya bisa menangis, sambil sesekali memuntahkan isi perutnya ke lantai di dekat kasurnya. Tangan dan tubuhnya semakin gemetaran. Hingga mau tidak mau, Elea adalah orang yang dia cari.Dan sama saja, Elea pun tidak kunjung menjawab panggilannya. Tiba- tiba ponsel Jelita pun mati, karena habis baterai. Yang paling parahnya lagi, entah sial macam apa yang sebenarnya menghampiri Jelita. Lampu listrik di rumahnya padam, sehingga Jelita hanya bisa menjerit sambil menangis kuat.Kepalanya benar- benar seakan berputar- putar, hingga membuat pandangannya mulai mengabur. Jelita pingsan.______"Sayang, ada apa ya, Jelita telepon aku sampe 4 kali. Aku nggak dengar tadi, karena lagi meeting zoom sama anak- anak butik," ujar Elea pada Kevin diseberang telepon."Telepon balik aja sana," jawab Kevin."Ponselnya nggak aktif lagi, Yank. Apa aku ke rumah nya saja ya?" ucap Elea lagi."Terserah aja sih, aku lagi banyak kerjaan, nanti lagi saja ngobrolnya."Panggilan telepon it
Bab557"Mamah ...." Abizar dan Jelita terkejut, melihat Elea memasuki ruangan dengan mendorong kasar daun pintu. Bahkan, kopi panas di tangan Elea nampak tumpah."Apa Mamah nggak salab dengar tadi?" tanya Elea pada keduanya."Kenapa kamu bisa tidur di lantai, Jelita. Dan kamu Abizar, kenapa kamu membiarkannya. Kalian boleh bertengkar, tapi jangan bodoh sampai merusak kesehatan." Elea berkata dengan menatap tajam keduanya secara bergantian."Kamu dengarkan saya Abizar. Bagaimana pun marahnya saya sama anak- anak, saya tidak akan membiarkan mereka celaka! Jika kamu tidak mampu membahagiakan dia, kembalikan dia sama kami, kami masih mampu memberinya kebahagiaan.""Mah, jangan begitu. Jelita bahagia sama mas Abizar," sela Jelita, yang tidak senang pada ucapan Elea."Bahagia? Kamu nyaris mati di tempat tidur, dan dia tidak tahu apa- apa. Bahkan dia membiarkan kamu tidur di lantai semaleman, Jelita. Suami macam apa begini, kalau terjadi sesuatu pada kamu, siapa yang akan bertanggung jawab,
Bab558"Ya Alalh, beginikah rasanya patah hati? Kenapa begitu menyakitkan. Entah apa yang ada di otakku saat itu, hingga aku tega merusak pernikahan kak Cinta," gumam Jelita."Dan kini pernikahanku? Entahlah, kenapa lelaki yang mengaku cinta dan memujaku dulu itu, kini memperlakukanku seakan diri ini tiada arti. Bahkan, dia tidak segan- segan membandingkan aku dengan kak Cinta. Apakah aku begitu buruk di matanya? Ataukan tanpa dia sadari, dia sudah mencintai kak Cinta, dan rasanya padaku hanya rasa kagum? Mungkinkah seperti itu?"Jelita terus berbicara seorang diri, mencari- cari kekurangannya sendiri. "Apakah aku tidak layak bahagia? Sama seperti Ibu kandungku, yang Papah kecewakan, karena mencintai Mamah Elea. Kupikir cinta Abizar padaku, sama seperti cinta Papah ke Mamah Elea. Nyatanya? Tidak seperti itu yang aku rasakan saat ini. Papah memuja Mamah Elea hingga saat ini, tapi suamiku? Malah sebaliknya."Air mata terus mengalir di wajah cantik Jelita. Wanita itu terus berdialog seo
Bab559"By, kamu mau mampir ngopi- ngopi dulu?" tanya Cinta dengan sengaja, biar Abizar kepanasan."Memangnya boleh?" tanya lelaki tampan berlesung pipi itu."Tentu saja, dengan senang hati aku menyambutnya. Kamu selalu baik sama aku, dan aku harus membalasnya.""Kamu berlebihan sekali, semua orang kan pada dasarnya baik.""Tidak semuanya, buktinya aku pernah kenal sama orang kejam," kata Cinta sambil melirik Abizar. Seketika Abizar saat itu menjadi salah tingkah.Apalagi saat lelaki di depan Cinta ikut melihat ke arah lirikan wanita itu."Abizar, apakah kamu mau tetap disitu?" tanya Cinta sambil menaikkan kedua alisnya."Bolehkah aku ikut ngopi?" tanya Abizar balik."Kamu akan dicari istrimu! Sangat tidak baik, seorang lelaki yang sudah beristri, masih mengunjungi wanita yang bukan siapa- siapanya.""Tapi kamu Ibu dari anakku.""Tetap saja, kamu hanya berstatus sama anak ini, bukan sama aku. Pulanglah, istrimu pasti sedang gelisah menunggu kamu!!""Bukankah kamu dan lelaki ini tidak m
Bab560"Apa memangnya?" tanya Cinta dengan santai, tanpa melihat langsung ke arah Habsy."Aku bukan wanita kalem, jadi jangan heran, kalau sikapku sedikit kasar dan blak- blakkan," lanjut Cinta sambil tersenyum kecil."Santai aja," jawab Habsy sambil terkekeh."Aku penasaran, jujur. Kenapa dulu kamu bisa bercerai dari lelaki tadi, kelihatannya dia masih cinta sama kamu. Maaf kalau pertanyaanku kurang sopan, kamu boleh memilih untuk diam, aku tidak akan memaksa."Cinta tersenyum kecil."Ini aib sebenarnya, tapi aib yang menjadi rahasia umum. Aku dan dia menikah karena perjodohan kedua orang tua kami, kami adalah tetangga. Kedua orang tuanya begitu baik sama aku, dia juga baik. Hanya saja, diam- diam selama setahun pernikahan kami, dia ternyata tidak pernah mencintaiku sama sekali, aku baginya hanyalah simbol bakti seorang anak kepada orang tuanya. Dan perasaan cinta dia, itu ada pada adik tiriku.""Ini serius, dia tidak cinta sama sekali?""Itu pengakuannya, ketika email- email ungkapa
Bab561Elea memandangi Kevin, ketika mereka berdua mendengar dengan jelas obrolan dari dalam ruangan."Tapi Ibu meninggalkan saya dari kecil.""Kamu tidak akan mengerti, mengapa Ibu melakukan semua itu. Setiap wanita bisa bertahan dengan pasangannya, meskipun kesulitan uang. Tapi kalau tidak ada nya perasaan cinta untuk apa? Papah kamu tidak pernah bisa melupakan tante Elea. Sakit hati Ibu, jika terus bertahan di rumah Papah.""Asmara," gumam Kevin."Kenapa dia ada di sini?" Elea bertanya- tanya dalam hati. Tiba- tiba Kevin menggenggam tangan istrinya itu."Aku tahu kamu bijaksana menghadapinya," ujar Kevin dengan pelan sambil tersenyum."Biar bagaimana pun, kamu juga Ibu Jelita, kamu punya hak yang sama. Aku tahu, sejauh ini kamu sudah berusaha menjadi Ibu dan istri yang baik untuk kami. Jadi apapun yang Asmara katakan, kamu tidak perlu memasukkannya ke dalam hati.""Iya, suamiku." Elea pun tersenyum. Meskipun semula hatinya terasa sakit, mendengar ucapan Asmara. Tapi kasih sayang K
Bab562"Tidak tahu malu, kalian memang pasangan yang serasi, pandai menyakiti hati orang lain," tutur Asmara."Hati siapa? Hati kamu, bukankah kamu sudah memiliki suami dan keluarga barumu, apakah kamu masih cemburu pada kami?" tanya Elea, membuat Asmara terdiam."Malu sama umur, puluhan tahun sudah terpisah, masa masih gagal move on," cibir Elea, membuat Asmara semakin merasa malu."Seharusnya kamu bisa prioritaskan anak kita, Vin," ujar Asmara, mengabaikan ucapan Elea tadi."Aku memperlakukan semua anak- anakku sama, mau itu anak kandung, juga anak sambung. Aku menikahi Elea, berarti anaknya juga bagian dari tanggung jawabku, tanpa harus aku beda- bedakan.""Cih, bulshit. Jika memang tidak ada perbedaan, kenapa anakku tidak mendapatkan hak yang sama dalam pernikahannya?" tanya Asmara."Ibu, sudahlah, jangan memperbesar hal ini, Jelita tidak apa- apa, kok!" sahut Jelita, yang mulai tidak nyaman dengan sikap Asmara."Dengarkan aku, Asmara. Kamu tahu siapa suami Jelita? Suami Jelita ad
Bab689"Selamat malam," ujar Abizar lagi."Ngapain kamu kemari? Setelah kamu membuat anak saya menderita, berani- beraninya kamu menampakkan batang hidung seolah tanpa dosa," bentak Kevin, yang langsung berdiri dengan emosi."Papah, sabar," pinta Elea, sambil memegang tangan Kevin."Manusia tidak tahu malu ini, dia datang ke rumah Galih dengan nyali besar, setelah menyia- nyiakan anak- anakku, aku tidak akan mengampuninya," pekik Kevin."Maaf, Pah. Saya datang kemari, hanya ingin kalian tahu, saya dan Cinta saling mencintai, kami ingin kalian restui hubungan kami lagi dan jangan menentang hubungan kami, cuma itu ...." "Apa?" Seluruh keluarga memekik.Cinta pun sangat syok, mendengar ucapan berani Abizar. Tiba- tiba Jelita tersandar, mendengar ucapan Abizar. "Jelita," pekik Abel. Wanita yang biasanya membenci Jelita itu, langsung memeluk Jelita yang nampak syok sekali."Brengsek!!" Cinta bangkit dari duduknya, menghampiri Abizar dan menampar keras wajah lelaki tidak tahu malu itu."D
Bab688Melihat begitu banyak panggilan telepon dari Bagus, Cinta pun memutuskan, untuk menghubungi balik nomor Bagus.Dan lelaki itu dengan cepat menjawab telepon Cinta."Assalamualaikum, Tante ....""Wa'alaikumsallam, Gus.""Maaf Tan, saya mau tanya, Tante ada bicara apa sama Ibu? Sampai- sampai Ibu pingsan.""Maafkan Tante, Gus. Tadi ada berita buruk, yang sempat mengguncang perasaan kami semua. Kejadian siang tadi cukup mengejutkan, pesawat menuju Bandung mengalami kecelakaan. Dan Nenek, juga Kakek ke Bandung hari ini, itu yang Tante sampaikan sama Ibu kamu ....""Inalillahi, jadi bagaimana kabarnya, Tan. Maaf Bagus tidak tahu apa- apa.""Kuasa Allah, Gus. Rupanya mereka selamat, karena Kakek pingsan, sebelum mereka naik pesawat. Nenek membawa Kakek ke rumah sakit, dan mereka ketinggalan pesawat, Gus. Luar biasa, diluar dugaan kami semua, Allah masih memberi kita kesempatan, untuk berbakti kepada mereka berdua," jelas Cinta."Alhamdulilah, Allahu akbar, masya Allah, luar biasa, Tan
Bab687"Allahu akbar, Abel, Kak Cinta ...." Galih menjerit, membuat orang yang kini di depannya jadi bingung.Mendengar jeritan Galih, mereka yang duduk di ruang keluarga pun berhamburan keluar menyusul Galih."Astagfirullah ...." pekikkan mereka semua terdengar bersamaan. Galih terlalu syok, membuatnya nyarus pingsan."Kalian jangan mengira Mamah setan ya," bentak Elea dengan kesal."Ini Mamah beneran?" Abel bertanya. Semua menjadi bingung, bahkan beberapa dari mereka terus- menerus mengusap mata dan wajah, memastikan yang di lihatnya adalah nyata, bukan halusinasi."Mamah sudah tahu, apa yang ada di dalam otak kalian. Jangan heran, jika Mamah datang dengan wajah acak- acakkan begini, bahkan tanpa menggunakan tas sama sekali. Mending bayarin taksi Mamah sana, orangnya dah nunggu," titah Elea."Ini Mamah kita," pekik Cinta yang langsung menghambur ke pelukan Elea, disusul Raisa dan lainnya memeluk Elea."Aduh ...." Elea pun memekik, melihat tingkah mereka semua yang langsung memelukny
Bab686"Jelita belum tahu kabar duka ini, tadi aku sudah coba hubungi, tapi belum juga dia jawab panggilan teleponku," lirih Cinta."Aku juga bingung, Kak. Apa yang harus aku katakan sama dia, entah bagaimana reaksi Jelita, jika tahu Mamah dan Papah sudah tiada. Pesawat itu terbakar, sebelum benar- benar jatuh," ujar Galih kembali menangis. Bayangan wajah tua kedua orang tuanya menari- nari di pikiran mereka semua."Pantas Mamah memelukku berulang kali, mengingatkan kita terus- menerus, bahwa sesama keluarga harus saling menyayangi dan tolong- menolong. Mereka juga selalu berbicara tentang kematian, yang aku sendiri tidak tahu, bahwa itu adalah pertanda, mereka berdua akan pulang bersama- sama, untuk selamanya."Cinta menangis kuat, Kamila memeluk Ibunya dengan erat, begitu juga Raisa, memeluk Abel dan menangis di pelukan Ibunya."Rasanya tidak pernah sesakit ini, kehilangan yang begitu mengejutkan, membuat hati ini tidak siap. Berpuluh tahun hidup bersama dengan keduanya, hingga Rai
Bab685"Nanti saja ah, malas. Lagian kita lagi makan gini, masa di gangguin hal- hal yang tidak jelas begitu," ujar Cinta, mengabaikan ucapan Galih tadi."Cinta, sudah 1 tahun kita bersama, tapi kenapa, kamu nggak pernah mau pertemukan aku dengan anak kita, Kamila?" tanya lelaki itu."Mas, tidak semudah itu. Kamila akan tahu segalanya, bahwa kamu pernah menikahi Jelita juga. Dan Enggar, juga Bagus, bagaimana tanggapan mereka pada kita? Kamu meninggalkan mereka, lepas tanggung jawab, dan malah bersamaku. Tentu saja, bukan cuma mereka yang akan kecewa sama kita, tapi Kamila juga.""Kemudian Mamah dan Papah, bisa- bisa aku mereka kutuk, Mas ....""Tapi mau sampai kapan, kita kucing- kucingan seperti ini? Aku juga ingin diakui, dan dianggap bagian keluarga kamu, Cin.""Belum waktunya, Mas.""Kapan waktunya, Ta? Aku dan Jelita, itu hanyalah kesalahan. Sedangkan aku sama kamu, itu cinta yang tulus. Aku mohon, pikirkan ini baik- baik, aku hanya ingin di akui, dan Kamila juga harus tahu, bahw
Bab684Perjalanan panjang Bagus lalui bersama Jelita, Ibu yang kini sangat dia sayangi, dan dia utamakan kebahagiaannya."Pulang dari umrah, kita ke rumah Nenek saja ya, Gus.""Terserah Ibu saja, Bagus ngikut saja. Bagus tidak punya siapa- siapa untuk di bahagiakan, jadi segala waktu dan apapun yang Ibu mau, asal Ibu bahagia, Bagus akan selalu turuti, insya Allah," ujarnya.Jelita terharu dan menatap penuh kasih sayang pada Bagus. Sementara Bagus dan Jelita melaksanakan ibadah umrah, rupanya rumah mewah Elea, sudah terjual sesuai kesepakatan dengan pembelinya.Penjualan rumah, di saksikan Galih, karena hasil dari penjualan rumah mewah tersebut, 50% milik Galih, 30% milik Cinta dan sisanya barulah milik Elea dan Kevin.Setelah semua beres, Elea dan Kevin, memutuskan untuk tinggal di hotel. Sebelum rumah impian mereka di desa selesai di bangun.Hanya sisa 10% saja, rumah di desa itu akan selesai dan bisa mereka tempati.Galih sudah menyarankan, agar Elea dan Kevin mau tinggal di rumah m
Bab683"Kenapa kamu terlambat?" tanya atasan Bagus, yang ada dibagian divisinya."Maaf pak Rahmat, saya menabrak orang tadi di jalan."Pak Rahmat, yang merupakan pengawas divisi pemasaran, tidak begitu berani bersikap keras pada Bagus, tapi dia tetap berusaha profesional, agar tidak terlalu nampak membeda- bedakan karyawan."Lain kali berhati- hati di jalan, Gus. Dan tolong jangan ulangi lagi, keterlambatan datang seperti ini. Hari ini saya maklumi, tapi kalau terulang lagi, saya akan berikan sangsi pemotongan gaji," jelas pak Rahmat memberi peringatan."Baik, Pak." Hanya itu jawaban Bagus. Sadar diri akan kesalahannya, Bagus tidak berani banyak bicara.Pak Rahmat meninggalkan divisi pemasaran, menuju ruangannya, untuk memeriksa laporan penjualan kemarin.Sementara Bagus duduk di meja kerjanya, dengan pikiran yang mulai tidak fokus. Bagus mulai memikirkan wanita yang di tolongnya tadi, dan itu sangat mengganggu kerjaannya.Tiba- tiba, HRD memasuki ruangan divisi pemasaran, bersama den
Bab682"Bu ...."Jelita menatap Bagus."Bagaimana kalau kita pergi umrah?"Jelita terpaku sejenak, mendengar usulan Bagus."Gimana, Bu?" tanya Bagus lagi, membuat Jelita tersadar dari keterkejutannya.Anak yang biasanya cuek, hanya memikirkan kesenangannya sendiri, kini mengajaknya pergi umrah. "Kamu serius pengen umrah, Gus?" tanya Jelita balik, memastikan keinginan Bagus."Iya, Bu. Mumpung kita ada rezeki lebih. Kita ajak Enggar dan Lina juga, mana tau mereka mau. Tapi jika mereka menolak juga tidak apa- apa, kita berdua saja yang pergi ke sana, Ibu mau kan?""Tentu saja Ibu mau, Gus. Masya Allah, niat kamu baik sekali anakku, mana mungkin Ibu menolak."Bagus tersenyum. Dan niat mereka pun, di sampaikan kepada Enggar dan Lina, ketika mereka makan malam bersama."Dalam waktu dekat ini belum bisa, Bu, Mas. Enggar masih harus fokus ke perusahaan," jawab Enggar.Wajar sih, belum ada 1 tahun dia bekerja, masih tidak enak hati jika terus izin libur, untuk urusan pribadi.Sebagai calon pe
Bab681"Tugas kita sudah selesai, nampaknya anak, cucu dan cicit tidak ada masalah, dengan pembagian harta warisan kita," ujar Elea, ketika dia dan Kevin merebahkan diri di atas kasur mereka."Kuharap juga begitu, agar kita berdua bisa menjalani kehidupan yang tenang," jawab Kevin."Kulihat Abel juga tidak membuat masalah lagi." Elea merasa lega, melihat sikap menantunya itu, yang semakin baik dari sebelumnya.Galih membelikan rumah yang cukup mewah, untuk dia tempati dan istrinya. Galih tidak ingin menyatukan istrinya lagi sama Ibunya. Karena bagi Galih, jika keadaan sudah tidak nyaman, dan terus di paksakan, maka mereka akan saling menyakiti.Demi menjaga rumah tangga dan hati orang tuanya, Galih memutuskan untuk memiliki rumah sendiri.Tetapi dia tetap memperhatikan kedua orang tuanya, meskipun mereka tidak satu rumah.______>_______Karena perjalanan yang cukup jauh, Jelita mulai jatuh sakit. Badannya meriang, nyaris semalaman, Lina tidak bisa tidur, karena khawatir dengan kond