Bab434"Kamu tenang saja, nanti Om carikan kamu seseorang yang akan bantuin kamu nurunin berat badan. Selain dapat cantiknya, kamu akan hidup sehat. Tapi ingat, kamu nggak boleh melawan, karena dia yang akan mengatur kamu. Jika kamu melawan, maka Om nggak akan bantuin kamu lagi.""Iya deh, tapi beneran ya. Aku takut ini, Om.""Iya bener."Sesampainya mereka di rumah, hanya ada bik Sum, sedangkan Galih belum pulang sekolah, Elea sendiri masih di kantor."Besok kita akan bahas, mengenai sekolah baru kamu. Hari ini kamu istirahat saja di rumah, dan jaga pola makan kamu," tegas Kevin pada Cinta."Iya, Om." ________Di perjalanan pulang, Kevin merasa lucu sendiri dengan dirinya."Berasa aku yang punya anak," gumam Kevin, tiba- tiba dia merasa rindu pada anak gadisnya yang di Kalimantan."Setelah beres urusan Cinta, aku akan ke Kalimantan," batinnya.Kevin menghubungi Ian, dan meminta lelaki itu membereskan Hakim dan Kino, juga si Endang."Buat Hakim tidak mendapatkan tempat dimana pun dia
Bab435"Ayah nggak usah galau begitu juga kali, lagian anak Ayah bukan dari dia saja," ujar Arum."Lagian kenapa juga harus nendang Asmara sih? Kan jadinya gitu," lanjut Arum tanpa mikir pusing."Diam! Dasar anak bodoh, selain bikin masalah, kamu juga banyak omong," bentak Hakim, "persis sekali dengan Ibumu," lanjut lelaki itu dengan kesal.Hakim melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, membuat Arum ketakutan, hingga gadis cantik itu tidak lagi berani bersuara.Sesampainya di rumah sakit tujuan mereka, Asmara langsung di larikan ke UGD. Di depan ruangan, Hakim menunggunya dengan perasaan cemas.Sedangkan Arum sedikit menjauh, gadis cantik bertubuh langsing itu tidak lagi banyak bersuara.________"Seru juga, kan sudah aku bilang, kalau Kevin yang turun tangan, bakalan tambah rame itu masalahnya," ujar Erina, ketika mereka makan malam di rumah Elea, dan mendengarkan semua cerita Cinta hari ini."Rupanya tante Asmara ibunya si Arum," ujar Cinta lagi."Lah kamu sudah tau, dia datang juga
Bab436"Elea ...." Asmara langsung berdiri. Wanita itu nampak kurus dan memasang wajah mengiba."Ada apa kemari?" tanya Elea dengan dingin.Asmara tidak datang sendiri, dia datang bersama Arum dan Hakim. Ayah dan anak itu hanya duduk, menunduk, tanpa berani menatap Elea."Anu, El. Aku mau minta maaf, karena mengganggu waktu kamu. Aku kemari mau minta tolong," lirih Asmara."Hah? Nggak salah dengar nih, mau minta tolong. Apakah kalian nggak malu, mau minta tolong sama orang, yang anaknya korban bully Ayah dan putri kesayangannya ini?" cibir Elea."Dan gadis nakal itu sesuai didikan kamu kan, sampai tega dia bully anakku anak pelakor, karangan dari mana? Kalau bukan dari ibu sambungnya yang teramat pintar ini," lanjut Elea."El, kami kemari hanya ingin minta bantuan, tolong jangan hina kami," lirih Asmara.Hakim dan Arum masih diam membisu, Elea menatap tajam mereka semua, bahkan dia tidak berniat membiarkan mereka bertiga masuk ke dalam rumahnya."Bu, mau di buatkan minuman apa untuk m
Bab437"Meskipun aku tidak yakin Elea akan membuka hatinya untukku, tapi aku tetap memiliki hak berharap penuh, agar dia mau menerima aku," ujar Kevin lagi, dengan sorot mata yang penuh dengan harapan."Entahlah, kurasa dia sangat fokus mengurus anak- anak, karirnya, juga perusahaan. Jadi aku yakin, kamu akan kesulitan menaklukkan hatinya," jawab Zurnal, menanggapi curhatan Kevin."Kapan sih kamu dukung aku, jangan merusak harapan kecil ini dong," pinta Kevin dengan wajah masamnya."Aku cuma ngomong apa adanya. Setahu aku, Elea itu cinta mati pada Arya, bahkan kata Erina, Elea pernah bilang tidak akan mau menikah lagi, agar hubungan dengan Arya tidak akan putus.""Maksudnya gimana sih?""Elea itu memiliki keyakinan, bahwa ketika dia habis umur dalam keadaan masih berstatus istrinya Arya, hanya terpisah oleh maut, maka ketika kematian tiba, dia akan di persatukan lagi di akhirat sana. Tetapi jika dia menikah lagi, maka katanya putuslah tali pernikahan mereka, dan dia tidak akan pernah
Bab438Setelah makan sore itu, Kevin pun mengantar Cinta pulang. Dan kebetulan sekali, Elea pun sudah pulang dan berada di rumah."Kevin, kamu di Jakarta," ujar Elea, ketika melihat Kevin masuk ke dalam rumah."Iya, ada yang aku kerjakan," jawab Kevin dan Elea pun mempersilahkan lelaki itu duduk."Vin, Asmara semakin kurus tau, seminggu yang lalu mereka datang ke rumah ini. Kamu gimana sih, kok sampe segitunya menghukum si Hakim.""Iya maaf. Aku sudah memperbaikinya, kini Hakim sudah bisa kembali mengajar lagi di sekolahan. Tapi bukan sebagai kepala sekolah lagi, hanya guru biasa.""Sukurlah, yang penting kamu jangan memutus rezeki orang. Dia punya anak dan istri yang musti dia berikan makan.""Biar menjadi pelajaran keras pada anak gadis mereka, agar tidak memperlakukan anak orang dengan semena- mena. Dan juga untuk Hakim, agar lebih bijaksana menggunakan jabatannya.""Iya. Oh ya, Vin. Makasih ya, kamu sudah mau bantu Cinta berubah, dia nampak lebih manis sekarang ini, aku senang lih
Bab439Pulang ke Kalimantan, Kevin mendapati Ibunya yang mulai sakit- sakittan. Memasuki usia renta, Helen memang tidak banyak bicara lagi.Jelita pun kini tumbuh semakin cantik, modis dan tubuhnya semakin tinggi.Sedangkan Aletta, wanita yang sudah berusia 48 tahunan itu, hingga detik ini tidak juga kunjung menikah.Dia semakin pendiam, tidak secerewet dulu. Aletta lah yang begitu telaten mengurus Helen yang sudah tidak bisa lagi berjalan- jalan, hanya terbaring di tempat tidur."Bu, gimana kalau aku melamar Elea, ibu setuju nggak?" tanya Kevin.Helen terdiam sejenak."Sudah dua kali kamu gagal dalam berumah tangga. Apa karena kamu hanya menyukai Elea, Nak?" tanya Helen dengan suara yang sangat pelan. Kekuatannya pun sudah sangat lemah."Bu, tidak di pungkiri, bahwa aku hanya menyukai Elea, dari dulu. Tapi, Elea tidak menyukai aku, Bu.""Dia hanya mencintai suaminya, bahkan katanya dia tidak mau menikah lagi," lanjut Kevin."Jadi bagaimana kamu mau melamar dia, Vin? Sedangkan dia tid
Bab440Elea melirik Kevin yang menatap Elea penuh harap."Sayang," lirih Elea sembari melepaskan pelan pelukan Jelita."Iya, makasih ya Tan, sudah mau jadi ibu sambung Jelita," ucap gadis cantik itu dengan polosnya.Hal itu benar- benar mematikan buat Elea. Dia tidak tega melukai gadis kecil yang begitu rindu dengan sosok ibu."Vin, ini bukan moment yang tepat," ujar Elea menatap kecewa pada Kevin."Aku butuh jawaban kamu sekarang, El. Kamu lihat kan, Jelita begitu senang dengan semua ini. Gadis kecilku ini merindukan sosok ibu sudah sangat lama, apakah kamu tidak ingin memberinya kesempatan untuk berbahagia?"Elea semakin terpojok, ada perasaan tidak nyaman di hatinya, dia takut membuat Jelita patah hati dengan jawabannya."Mau ya, Tan. Jadi ibunya Jelita, Jelita janji akan jadi anak yang manis dan baik," ujar gadis kecili itu dengan tatapan penuh harap.Elea menarik napas berkali- kali, sampai akhirnya dia pun memberikan jawaban."Maaf, maaf nggak bisa," jawab Elea pelan, membuat Je
Bab441Hari- hari Kevin seakan mati, dia benar- benar patah hati. Mandi jarang, makan pun jarang. Lelaki itu sibuk dengan pekerjaannya, seolah kehidupannya hanya di penuhi dengan pekerjaan.Setiap hari, dia bisa menghabiskan 12 kotak rokok dan 10 gelas kopi."Lama- lama mati kamu begini, Vin. Ya ampun, sudah tua juga masih bisa sakit hati begini," keluh Aletta, ketika membersihkan ruang kerja Kevin yang penuh dengan kotak rokok yang sudah kosong, beserta dengan 10 gelas kopi yang hanya tersisa ampasnya.Hari- hari berlalu semakin berat bagi Kevin, karena memaksakan diri memupus harapan yang semula begitu tinggi. Harapan untuk memiliki Elea, dan menjadikan nya cinta terakhir.Tapi apalah daya, Elea mentah- mentah menolaknya, meskipun Jelita sudah berusaha membantu dirinya._______3 bulan berlalu, Cinta sangat terkejut, ketika melihat penampilan baru Elea."Mamah, tumben," pekik Cinta. Elea hanya melemparkan senyum dan duduk bergabung di meja makan."Lucu ya.""Bagus, Mamah tambah cant
Bab689"Selamat malam," ujar Abizar lagi."Ngapain kamu kemari? Setelah kamu membuat anak saya menderita, berani- beraninya kamu menampakkan batang hidung seolah tanpa dosa," bentak Kevin, yang langsung berdiri dengan emosi."Papah, sabar," pinta Elea, sambil memegang tangan Kevin."Manusia tidak tahu malu ini, dia datang ke rumah Galih dengan nyali besar, setelah menyia- nyiakan anak- anakku, aku tidak akan mengampuninya," pekik Kevin."Maaf, Pah. Saya datang kemari, hanya ingin kalian tahu, saya dan Cinta saling mencintai, kami ingin kalian restui hubungan kami lagi dan jangan menentang hubungan kami, cuma itu ...." "Apa?" Seluruh keluarga memekik.Cinta pun sangat syok, mendengar ucapan berani Abizar. Tiba- tiba Jelita tersandar, mendengar ucapan Abizar. "Jelita," pekik Abel. Wanita yang biasanya membenci Jelita itu, langsung memeluk Jelita yang nampak syok sekali."Brengsek!!" Cinta bangkit dari duduknya, menghampiri Abizar dan menampar keras wajah lelaki tidak tahu malu itu."D
Bab688Melihat begitu banyak panggilan telepon dari Bagus, Cinta pun memutuskan, untuk menghubungi balik nomor Bagus.Dan lelaki itu dengan cepat menjawab telepon Cinta."Assalamualaikum, Tante ....""Wa'alaikumsallam, Gus.""Maaf Tan, saya mau tanya, Tante ada bicara apa sama Ibu? Sampai- sampai Ibu pingsan.""Maafkan Tante, Gus. Tadi ada berita buruk, yang sempat mengguncang perasaan kami semua. Kejadian siang tadi cukup mengejutkan, pesawat menuju Bandung mengalami kecelakaan. Dan Nenek, juga Kakek ke Bandung hari ini, itu yang Tante sampaikan sama Ibu kamu ....""Inalillahi, jadi bagaimana kabarnya, Tan. Maaf Bagus tidak tahu apa- apa.""Kuasa Allah, Gus. Rupanya mereka selamat, karena Kakek pingsan, sebelum mereka naik pesawat. Nenek membawa Kakek ke rumah sakit, dan mereka ketinggalan pesawat, Gus. Luar biasa, diluar dugaan kami semua, Allah masih memberi kita kesempatan, untuk berbakti kepada mereka berdua," jelas Cinta."Alhamdulilah, Allahu akbar, masya Allah, luar biasa, Tan
Bab687"Allahu akbar, Abel, Kak Cinta ...." Galih menjerit, membuat orang yang kini di depannya jadi bingung.Mendengar jeritan Galih, mereka yang duduk di ruang keluarga pun berhamburan keluar menyusul Galih."Astagfirullah ...." pekikkan mereka semua terdengar bersamaan. Galih terlalu syok, membuatnya nyarus pingsan."Kalian jangan mengira Mamah setan ya," bentak Elea dengan kesal."Ini Mamah beneran?" Abel bertanya. Semua menjadi bingung, bahkan beberapa dari mereka terus- menerus mengusap mata dan wajah, memastikan yang di lihatnya adalah nyata, bukan halusinasi."Mamah sudah tahu, apa yang ada di dalam otak kalian. Jangan heran, jika Mamah datang dengan wajah acak- acakkan begini, bahkan tanpa menggunakan tas sama sekali. Mending bayarin taksi Mamah sana, orangnya dah nunggu," titah Elea."Ini Mamah kita," pekik Cinta yang langsung menghambur ke pelukan Elea, disusul Raisa dan lainnya memeluk Elea."Aduh ...." Elea pun memekik, melihat tingkah mereka semua yang langsung memelukny
Bab686"Jelita belum tahu kabar duka ini, tadi aku sudah coba hubungi, tapi belum juga dia jawab panggilan teleponku," lirih Cinta."Aku juga bingung, Kak. Apa yang harus aku katakan sama dia, entah bagaimana reaksi Jelita, jika tahu Mamah dan Papah sudah tiada. Pesawat itu terbakar, sebelum benar- benar jatuh," ujar Galih kembali menangis. Bayangan wajah tua kedua orang tuanya menari- nari di pikiran mereka semua."Pantas Mamah memelukku berulang kali, mengingatkan kita terus- menerus, bahwa sesama keluarga harus saling menyayangi dan tolong- menolong. Mereka juga selalu berbicara tentang kematian, yang aku sendiri tidak tahu, bahwa itu adalah pertanda, mereka berdua akan pulang bersama- sama, untuk selamanya."Cinta menangis kuat, Kamila memeluk Ibunya dengan erat, begitu juga Raisa, memeluk Abel dan menangis di pelukan Ibunya."Rasanya tidak pernah sesakit ini, kehilangan yang begitu mengejutkan, membuat hati ini tidak siap. Berpuluh tahun hidup bersama dengan keduanya, hingga Rai
Bab685"Nanti saja ah, malas. Lagian kita lagi makan gini, masa di gangguin hal- hal yang tidak jelas begitu," ujar Cinta, mengabaikan ucapan Galih tadi."Cinta, sudah 1 tahun kita bersama, tapi kenapa, kamu nggak pernah mau pertemukan aku dengan anak kita, Kamila?" tanya lelaki itu."Mas, tidak semudah itu. Kamila akan tahu segalanya, bahwa kamu pernah menikahi Jelita juga. Dan Enggar, juga Bagus, bagaimana tanggapan mereka pada kita? Kamu meninggalkan mereka, lepas tanggung jawab, dan malah bersamaku. Tentu saja, bukan cuma mereka yang akan kecewa sama kita, tapi Kamila juga.""Kemudian Mamah dan Papah, bisa- bisa aku mereka kutuk, Mas ....""Tapi mau sampai kapan, kita kucing- kucingan seperti ini? Aku juga ingin diakui, dan dianggap bagian keluarga kamu, Cin.""Belum waktunya, Mas.""Kapan waktunya, Ta? Aku dan Jelita, itu hanyalah kesalahan. Sedangkan aku sama kamu, itu cinta yang tulus. Aku mohon, pikirkan ini baik- baik, aku hanya ingin di akui, dan Kamila juga harus tahu, bahw
Bab684Perjalanan panjang Bagus lalui bersama Jelita, Ibu yang kini sangat dia sayangi, dan dia utamakan kebahagiaannya."Pulang dari umrah, kita ke rumah Nenek saja ya, Gus.""Terserah Ibu saja, Bagus ngikut saja. Bagus tidak punya siapa- siapa untuk di bahagiakan, jadi segala waktu dan apapun yang Ibu mau, asal Ibu bahagia, Bagus akan selalu turuti, insya Allah," ujarnya.Jelita terharu dan menatap penuh kasih sayang pada Bagus. Sementara Bagus dan Jelita melaksanakan ibadah umrah, rupanya rumah mewah Elea, sudah terjual sesuai kesepakatan dengan pembelinya.Penjualan rumah, di saksikan Galih, karena hasil dari penjualan rumah mewah tersebut, 50% milik Galih, 30% milik Cinta dan sisanya barulah milik Elea dan Kevin.Setelah semua beres, Elea dan Kevin, memutuskan untuk tinggal di hotel. Sebelum rumah impian mereka di desa selesai di bangun.Hanya sisa 10% saja, rumah di desa itu akan selesai dan bisa mereka tempati.Galih sudah menyarankan, agar Elea dan Kevin mau tinggal di rumah m
Bab683"Kenapa kamu terlambat?" tanya atasan Bagus, yang ada dibagian divisinya."Maaf pak Rahmat, saya menabrak orang tadi di jalan."Pak Rahmat, yang merupakan pengawas divisi pemasaran, tidak begitu berani bersikap keras pada Bagus, tapi dia tetap berusaha profesional, agar tidak terlalu nampak membeda- bedakan karyawan."Lain kali berhati- hati di jalan, Gus. Dan tolong jangan ulangi lagi, keterlambatan datang seperti ini. Hari ini saya maklumi, tapi kalau terulang lagi, saya akan berikan sangsi pemotongan gaji," jelas pak Rahmat memberi peringatan."Baik, Pak." Hanya itu jawaban Bagus. Sadar diri akan kesalahannya, Bagus tidak berani banyak bicara.Pak Rahmat meninggalkan divisi pemasaran, menuju ruangannya, untuk memeriksa laporan penjualan kemarin.Sementara Bagus duduk di meja kerjanya, dengan pikiran yang mulai tidak fokus. Bagus mulai memikirkan wanita yang di tolongnya tadi, dan itu sangat mengganggu kerjaannya.Tiba- tiba, HRD memasuki ruangan divisi pemasaran, bersama den
Bab682"Bu ...."Jelita menatap Bagus."Bagaimana kalau kita pergi umrah?"Jelita terpaku sejenak, mendengar usulan Bagus."Gimana, Bu?" tanya Bagus lagi, membuat Jelita tersadar dari keterkejutannya.Anak yang biasanya cuek, hanya memikirkan kesenangannya sendiri, kini mengajaknya pergi umrah. "Kamu serius pengen umrah, Gus?" tanya Jelita balik, memastikan keinginan Bagus."Iya, Bu. Mumpung kita ada rezeki lebih. Kita ajak Enggar dan Lina juga, mana tau mereka mau. Tapi jika mereka menolak juga tidak apa- apa, kita berdua saja yang pergi ke sana, Ibu mau kan?""Tentu saja Ibu mau, Gus. Masya Allah, niat kamu baik sekali anakku, mana mungkin Ibu menolak."Bagus tersenyum. Dan niat mereka pun, di sampaikan kepada Enggar dan Lina, ketika mereka makan malam bersama."Dalam waktu dekat ini belum bisa, Bu, Mas. Enggar masih harus fokus ke perusahaan," jawab Enggar.Wajar sih, belum ada 1 tahun dia bekerja, masih tidak enak hati jika terus izin libur, untuk urusan pribadi.Sebagai calon pe
Bab681"Tugas kita sudah selesai, nampaknya anak, cucu dan cicit tidak ada masalah, dengan pembagian harta warisan kita," ujar Elea, ketika dia dan Kevin merebahkan diri di atas kasur mereka."Kuharap juga begitu, agar kita berdua bisa menjalani kehidupan yang tenang," jawab Kevin."Kulihat Abel juga tidak membuat masalah lagi." Elea merasa lega, melihat sikap menantunya itu, yang semakin baik dari sebelumnya.Galih membelikan rumah yang cukup mewah, untuk dia tempati dan istrinya. Galih tidak ingin menyatukan istrinya lagi sama Ibunya. Karena bagi Galih, jika keadaan sudah tidak nyaman, dan terus di paksakan, maka mereka akan saling menyakiti.Demi menjaga rumah tangga dan hati orang tuanya, Galih memutuskan untuk memiliki rumah sendiri.Tetapi dia tetap memperhatikan kedua orang tuanya, meskipun mereka tidak satu rumah.______>_______Karena perjalanan yang cukup jauh, Jelita mulai jatuh sakit. Badannya meriang, nyaris semalaman, Lina tidak bisa tidur, karena khawatir dengan kond