"Dan setelah dari sana, bagaimana jika kita lanjut untuk bulan madu, Darling?" "Hah?"Damon menoleh pada sang istri, memperhatikan wajah kaget Disha dengan tatapan dan sorot geli. Damon langsung menutup berkas, mematikan laptop lalu merapikan semua pekerjaan di atas nakas. Setelah itu, dia langsung menarik Disha agar perempuan itu duduk di sebelahnya; Damon merangkul pundak Disha, sembari memijit lengan istrinya secara pelan dan halus. "Kita belum pernah bulan madu. Dan … kurasa kita membutuhkannya," ucap Damon dengan nada lembut dan serak, terkesan seksi tetapi dominan lebih ke meneduhkan. Disha mengerjabkan mata beberapa kali, tiba-tiba dia merasa gugup. Entah karena sentuhan dan pijatan lembut Damon di lengannya, atau karena suara berat serta seksi sang suami. Dia sudah terbiasa dekat dengan pria ini, tetapi tetap saja jantungnya berdetak lebih kencang saat-saat seperti ini. "Aku takut Mas Damon sibuk," cicit Disha pelan dan malu-malu, "dan jika aku ikut, anak-anak bagaimana, M
Ceklek' Mata Disha spontan membelalak, jantungnya berdebar kencang dan wajahnya menegang kaku. Saat dia membuka pintu kamar, ternyata Damon sudah lebih dulu di sana. "Kau dari mana?" tanya Damon dengan dingin, mengisyaratkan Disha agar masuk dan duduk di sebelahnya–Damon sebenarnya juga baru sampai di kamar, meletakkan paper bag berisi dress dan heels untuk sang istri kemudian duduk di pinggir ranjang. "Aku … habis ketemu dengan teman, Mas," alibi Disha, menutup pintu kemudian berjalan ke arah Damon. "Laki-laki atau perempuan?" Damon menatap datar namun penuh peringatan pada Disha. Ada perbedaan yang dia rasakan antara Disha dan Kinja. Dulu, Damon mencintai Kinja. Sangat! Sampai di titik dimana Damon hanya pasrah dan diam ketika Kinja berselingkuh–dalam batasan masih berkencan biasa. Damon diam karena dia merasa bersalah. Toh, dia yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Akan tetapi dengan Disha-- jangankan selingkuh, melihat Disha tersenyum pada lawan jenis istrinya saja, Damon b
Disha Azalea Lucas," ucap Damon melanjutkan. Deg' deg' deg'Disha spontan mendongak dan menatap lurus ke depan– ke arah suaminya yang masih di depan sana. Wajah Disha terlihat kaget, jantungnya berdebar dengan kencang dan dadanya bergemuruh hebat. Punggung Disha menegak dan menegang, masih terlalu kaget mendengar ucapan Damon di depan sana. Be--benarkah Damon memanggil namanya?!Di sisi lain, semua orang saling bertatapan–terlihat bingung dan sama-sama tak percaya. "Serius? Dia istrinya Pak Damon? Berarti benar jika dia perusak hubungan antara Pak Damon dan Nyonya," bisik-bisik suara yang terdengar dari meja belakang. Disha semakin tak tenang saat mendengarkan bisik-bisik tersebut. Dugaannya benar! Mereka beranggapan jika Disha adalah pelakor. "Tuan Damon, bukannya istri anda adalah Nyonya Kinja?" tanya seorang perempuan yang duduk di seberang meja Disha– seorang top model. "Ahahaha … Damon hanya salah sebut nama saja, Guys. Sebenarnya Damon ingin menyebut namaku. Ke--kebetulan n
"DAMON!" teriak Kinja dengan marah, dalam kamar tempat ia menginap. Dia melempari apapun dalam kamar tersebut, meluapkan semua emosi dan kesalahannya pada Damon. Dia sangat tak terima jika Damon melakukan ini padanya. "Argkkkkkk … Damon, kau membuatku hancur! Kau menghancurkan semuanya. Hiks … hiks … hiks …."Kinja melorot ke lantai, menjatuhkan tubuhnya ke lantai kemudian menangis sembari meraung di sana. "Tidak!" jerit Kinja, menjambak rambutnya sendiri secara kuat. "Aku tidak mau kehilangan Damon. Aku tidak mau! Hiks … Damon segalanya bagiku. Dia kunci kesuksesanku. Aku tidak mau …." "Disha sialan!" maki Kinja sembari memukul kepalanya sendiri. "Aku memberikanmu status, tetapi kau malah merampas suamiku. Dasar jalang! Jalang-- kau jalang, Disha!" Lagi-lagi Kinja berteriak dan menjerit, bukan hanya menjambak atau memukul kepala dengan tangan. Dia juga membenturkan kepalanya ke lantai, meluapkan emosi dan depresinya. Sekarang apa?! Vidio tak senonoh miliknya dan Georgi sudah terse
"Kak Charles?" gumam Disha dengan mengerutkan kening, menatap Charles bingung dan bagai orang ling lung. Jangan bilang jika …-"Maaf, Disha, tetapi akulah yang menghubungimu. Maaf …-"Disha menatap tak percaya pada pria yang kini sudah di sebelahnya tersebut. "Maksud Kak Charles apa?""Aku yang mengirim pesan padamu dari salah satu akun Vano. Handphonenya aku yang memegang," jelas Charles, "aku ingin mengatakan sesuatu padamu, dan … dengan cara ini aku bisa membuatmu menemuiku. Maaf …," lirih pria itu sembari menatap Disha dalam serta berkaca-kaca. "Aku ingin membahas kematian Vano," ucap Charles, tiba-tiba wajahnya berubah marah bercampur sedih– semua terlihat jelas, dan Disha hanya bingung ditempat. Charles ingin membahas kematian Vano padanya? Apa ada sangkut pautnya dengan Disha?"Sebelum itu, aku ingin memberitahumu mengenai hal gila yang telah Tuan Damon lakukan selama ini. Bukan hal gila, tetapi … keji, tidak manusiawi, dan … kejam.""Aku tidak paham dengan apa yang Kak Charl
"Disha, apa yang kau lakukan?!" Dor' "Argkkkk …." Jeritan sakit terdengar melengking kuat. Bug'Tubuh itu terjatuh dan terhempas ke pasir dengan kasar. Disha membelalak, wajahnya pucat dan jantungnya berdebar semakin kuat– terasa sakit dan hampir pecah dalam sana. "Argkkkmffff …-" Charles mengeram rendah, memejamkan mata kuat lalu meringsut di atas pasir. "Kak Charles!" jerit Disha, mendekati tubuh pria yang sudah tak berdaya di atas pasir tersebut, di mana Charles terus menengang pundak kiri yang sudah penuh darah dan terus menggeram sakit. "Ka--Kak …." "Ti--tidak apa-apa, Di--Disha. I--ini sama sekali tidah--tidak sakitt. Ja--jangan mena-- jangan menangis …," ucap Charles dengan susah payah, menatap Disha sembari tersenyum lembut. "A--aku tidak ap--apa apa …," lanjutnya untuk meyakinkan jika dirinya tak kenapa-napa. Disha menggelengkan kepala, air matanya terus mengalir deras– menatap parau pada Charles. "Ka--Kak …-" Tiba-tiba saja lengan Disha ditarik kuat, disentak cukup k
"Mas Damon melenyapkan mereka semua. Kamu pembunuh! A--aku membencimu!" pekik Disha, tanpa menoleh ke arah Damon. "Cih." Damon berdecis sinis, menatap tajam dan geram ke arah Disha. Damon mengatupkan rahangnya, dengan kasar dan pangsa dia membalik tubuh Disha– dia mengambil tempat di atas tubuh Disha, bertumpuh pada lutut lalu mencengkeram kuat pipi Disha. "Kau melakukan kesalahan dengan mempercayai pria lain, Disha Azalea!" geram Damon rendah dan berdesis, layaknya bisikan iblis sedang dalam kemarahan. Tubuh Zelda bergetar dan jantungnya berdebar lebih kencang. Dalam ketakutan yang besar, air matanya terus mengalir dengan deras. "Si--silahkan bunuh aku, Mas Damon. Lenyapkan aku seperti kau melenyapkan mereka semua. Lebih baik aku tiada daripada harus tinggal dengan seorang pelenyap!" ketus Disha, dia takut tetapi dia berusaha menahan ketakutannya. "Kau--" Damon menatap semakin marah ke arah Disha. Urat disekitar kening dan leher pria itu muncul, karena kemarahan besar yang telah
Damon memasuki rumahnya dengan langkah terburu-buru dan tergesa-gesa, Disha kabur dan terakhir kali dia mendapatkan posisi Disha ada di rumah kediaman Lukas. Shit! Damon tak akan pernah membiarkan Disha kabur. Bagaimanapun-- Disha adalah milik Damon. Seutuhnya dan selamanya! "DISHA!" teriak Damon murkah, setelah dia berada di ruang tengah rumah megah tersebut. Bukan Disha yang keluar, melainkan keluarganya. PlakMamanya tiba-tiba menghampiri Damon dan langsung melayangkan tamparan kuat ke pipi putranya tersebut. Wajah Damon tertoleh ke samping, rahangnya mengatup dan matanya penuh akan kemarahan serta ketidak terimaan. Semua keluarga mereka membelalak, termasuk Stella yang baru tiba bersama Sera, Ben dan Ando. "Mama sangat kecewa padamu!" dingin Audi, melayangkan tatapan tajam dan membunuh ke arah Damon. "Apa yang kamu lakukan pada Disha … pantas membuat Disha untuk meninggalkan kamu," tambahnya dengan lirih, suara bergetar hebat dan air mata yang jatuh dari pelupuk. "Mama tida
Beberapa bulan kemudian. "Namanya Davin Sbastian Lucas," ucap Daniel, memberikan nama pada cucunya yang baru lahir. Disha dan Damon sama-sama tersenyum mendengar nama tersebut. Nama yang bagus untuk putra mereka yang baru lahir. "Namanya indah dan bagus, Ayah," ucap Disha, tersenyum hangat ke arah ayahnya tersebut. "Humm, nama yang bagus." Damon ikut berkomentar, menggenggam tangan istrinya yang baru melahirkan dan terus menatap Disha dengan penuh cinta, hangat serta penuh kasih sayang. Istrinya ini baru saja melahirkan putra mereka. Damon sangat berterimakasih dan sangat bersyukur. Disha telah berjuang untuk sebuah kehidupan baru, dan Disha memang wanita yang hebat. Dia sangat hebat di mata Damon. "Arshila, sekarang kamu punya adik. Hihihi … adik yang tampan sekali," ucap Sera yang dengan menggendong bayi berusaha satu bulan, sembari memperlihatkan baby Davin pada bayi tersebut. Arshila Keyna Lucas. Bayi Sera dan Ben yang masih berusia satu bulan. Yah, Sera lebih dulu melah
Hingga tiba-tiba saja …."Aulia, bekalnya man--" Aulia spontan menoleh ke arah ambang pintu, menatap seorang pria yang terdiam di sana dengan raut muka yang sulit dijelaskan. Sadar akan keadaannya, Aulia buru-buru menyekat air mata yang sempat membasahi pipi. Dia berusaha untuk tersebut ke atas Ando, berdiri kemudian menghampiri suaminya tersebut. Dia memilih menunda untuk memakan bekal sarapan untuk suaminya tersebut. Ah, sepertinya Ando kembali karena ada hal penting. Mungkin handphone atau dokumennya tertinggal. "Ada apa, Tuan Ando? Ada yang ketinggalan yah?" tanya Aulia lembut dan hangat. Aulia selalu berusaha untuk menjadi istri yang baik pada suaminya. Meskipun Ando belum bisa menerima kehadirannya, tetapi Aulia akan tetap belajar menjadi istri yang baik. "Aku … meminta bekal sarapan dan makan siang," ucap Ando dengan pelan, menatap Aulia dengan pandangan yang sulit diartikan lalu menatap ke arah bekal yang sudah dimakan secara miris. Bukan! Ando bukan sedang marah karena
Setelah pernikahan mereka, Ando memilih memisah dari keluarganya– dia memutuskan untuk tinggal rumah miliknya sendiri dengan istrinya, Aulia. Dia menikahi perempuan ini karena perasaan iba dan tanggung jawab atas perbuatannya pada Aulia. Oleh sebab itu, setelah menikahi Aulia, sikap Ando pada perempuan itu terkesan cuek. Sebab dia tidak mencintai Aulia. "Tuan Ando, aku sudah memasak sarapan. A--apa Tuan tidak sarapan lagi?" tanya Aulia, gugup setengah mati ketika berhadapan dengan suaminya tersebut. Hidupnya jauh lebih baik setelah menikah dengan Ando. Hanya saja, suaminya ini sangat cuek padanya. Dari hari pertama mereka menikah, Ando belum pernah sekalipun mau menyentuh masakan yang dia buat. Mereka bahkan pisah kamar. "Tidak." Ando berkata datar, "maaf, aku sudah terlambat," lanjutnya dengan menoleh ke arah jam tangannya. 'Padahal masih jam setengah tujuh.' batin Aulia murung. "Kalau begitu Tuan Ando bawa saja bekal ke kantor. Aku sudah menyiapkan bekal untuk sarapan dan maka
"By the way, kau menangis karena apa? Cemburu-- atau … kau takut kehilanganku karena kau mulai mencintaiku, heh?"Sera mengerjab beberapa kali, mengatur wajah untuk tak terlihat gugup dan agar biasa saja. Meskipun sejujurnya pertanyaan Ben tersebut sudah membuat jantungnya dalam sana berdebar kencang. 'Asal jawab saja.' batin Sera, diam-diam meneguk saliva secara kasar. "Jangan kepedean!" Sera berkata ketus, "aku menangis karena aku … aku mengidam ingin menangis. Udah, aku nggak mau drama lagi," cerocos Sera sembari turun dari pangkuan Ben. "Aku ingin tidur," ucapnya kemudian, naik ke atas ranjang dengan langsung membaringkan tubuhnya di sana. Ben berdecis geli, ikut merebahkan tubunnya di sebelah Sera– menarik perempuan tersebut untuk tidur dalam pelukannya. "Caramu mencintaiku sangat unik, Sera. Dan aku sangat menyukainya.""Aku tidak mencintai Pak Ben. Jangan kepedean," bantah Sera, memutar bola mata dengan jengah. "Kalau begitu, katakan jika aku tidak mencintaiku sembari menat
"Kau sudah mengembalikan Marc dan Gebara pada Kak Damon dan Kakak ipar?" tanya Ben ketika melihat Sera masuk dalam kamar. Sera menganggukkan kepala, air mukanya terlihat datar dan tatapannya sedikit memicing dan malas; terkesan tengah marah dan kesal secara bersamaan. "Kenapa?" tanya Ben lagi saat menyadari raut muka Sera yang terlihat tengah menahan marah. "Ada yang mengganggumu, Humm?" "Ya, mantan istrimu menggangguku," ketus Sera, meraih bantal lalu melemparnya ke arah Ben yang duduk di ranjang. "Kau pernah menikah dan kau tidak mengatakannya padaku. Sebenarnya maumu apa, hah?"Mata Ben sedikit membulat, wajahnya mendadak kaku dan beberapa detik dia terlihat panik serta khawatir. Shit! Sera tengah hamil dan dia tak ingin masalah ini mempengaruhi kesehatan istri dan bayi dalam perut Sera. "Kau punya mantan istri. Kenapa kau menutup-nutupinya dariku? Apa yang kau rencanakan, Pak Ben yang terhormat? Jujur saja, sampai detik ini aku tidak tahu alasan kenapa kau melakukan semua ini
"Kau bilang apa?" dinginnya, membuat Sera mendadak pucat pias– menciut dengan raut muka gugup dan harap cemas. "Aku hanya bilang tolong buka pintunya," ujar Sera gugup dan kaku, mendongak sepenuhnya ketika Ben tiba-tiba sudah berada di tepatnya– menarik pinggang Zelda dengan menyentak kuat lalu mengalungkan tangannya secara possessive di sana.Cup'Dengan cepat, Ben mendaratkan bibirnya di atas bibir Sera– meraupnya lalu melumatnya lembut namun sedikit menuntut. Sera awalnya menolak, tetapi pada akhirnya dia menerimanya. Bagaimanapun Ben sangat mahir dan Sera sulit menolaknya. "Bibir sangat manis," ucap Ben sembari membelai bibir Sera, membersihkan sisa pergulatan mereka di sana, "tetapi sayang, suka mengatakan kata kotor. Bisa ubah?" Ben menatap Sera, tepat pada manik mata perempuan tersebut– melayangkan tatapan yang menghunus tajam serta penuh peringatan. "Cik! Itu karena aku kesal saja," dengkus Sera pelan. "Tolong buka pintunya dan lepaskan aku," ucapnya kemudian sembari meraih
"Benar anaknya begitu?" Disha mengganggukkan kepala, tersenyum simpul ke arah Neneknya untuk meyakinkan sang nenek jika Aulia adalah anak yang baik– tidak jahat sama sekali seperti kakaknya atau keluarganya. Tadi malam suaminya meminta bantuan padanya untuk berbicara pada neneknya agar Ando diizinkan untuk menikahi Aulia. Satu hal yang membuat Tiara tidak merestui, karena dia takut jika Aulia sama seperti kakaknya, Kalea. Sedangkan Daniel, dia tidak menyetujui pernikahan Ando dengan Aulia, karena dia takut jika Aulia hanyalah pion dari Arman. Namun, setelah Damon sendiri yang menjelaskan jika Aulia berbeda, bahkan korban kekerasan di rumahnya sendiri, Daniel akhirnya luluh. Dan sekarang giliran Disha yang membujuk sang nenek. "Aulia sangat baik, Nek. Selema di rumah, tinggal denganku dan Mas Damon, dia sangat-sangat baik. Masakannya juga enak dan … Marc serta Gebara suka dengannya. Aku rasa Aulia juga cocok dengan Pak Ando yang kaku. Soalnya Aulia kan manis dan ceria," ucap Disha,
"I'm sorry, Darling." Damon berkata lirih, tiba-tiba menjatuhkan tubuhnya ke lantai– bertekuk lutut di hadapan Disha sembari memeluk kaki istrinya tersebut. "Ke-- kenapa, Mas Damon?" lirih dan cicit Disha, menunduk sembari menatap suaminya yang masih bersimpuh di lantai sembari memeluk kakinya. Ketika Damon tiba-tiba bertekuk lutut di lantai kemudian memeluk kakinya, ketakutan Disha seketika lenyap. Dia lega dan jauh lebih rileks. Disha mengulurkan tangan, menyentuh rambut Damon– menyisir dengan jemari tangannya yang lentik sembari sesekali mengelusnya. Tebakannya sudah mengarah ke sana. Namun, melihat Damon seperti ini rasanya Disha tidak sanggup untuk marah. Suaminya bersimpuh penuh penyesalan di hadapannya, sembari memeluk kakinya. Bagaimana Disha tidak tega?!"Aku melenyapkannya," ucap Damon dengan nada yang benar-benar pelan tetapi masih bisa didengar oleh Disha. Dia mendongak untuk menatap wajah cantik istrinya, masih memeluk kaki Disha sembari bersimpuh, "dia menantangku d
"Akhirnya aku menemukanmu, Disha sayang!" ucap seorang pria yang tiba-tiba mendatangi Disha dan Sera, berniat memeluk Disha namun Sera lebih dulu mendorong pria tersebut. "Kamu ini siapa sih?" ketus Sera, menatap tajam dan kesal pada pria yang hampir saja memeluk sahabatnya tersebut. Sera menatap pria itu dari atas hingga bawah, memperhatikan penampilan pria tersebut yang menurutnya sangat narsis– memakai setelah jas kebesaran dipadu dengan sneakers putih serta kaca mata hitam. "Saya calon suami dek Disha. Minggir, saya ingin bicara dengan calon istri saya," ucap pria itu, mendorong pundak Sera agar dia bisa lebih dekat dengan Disha. "Wah!" Sera yang didorong seketika menatap nyalang dan marah pada pria tersebut. "Sepertinya tinjuku perlu kenalan dengan Bapak-bapak Jamet satu ini."Sera mengepalkan tangan dengan kuat, kemudian langsung melayangkan tinjunya ke wajah pria tersebut. Bug'"Argk.""Astaga, Sera!" Disha memekik, langsung menarik sahabatnya tersebut untuk menjauh dari A