Ketika Damon dan Marc masih memperdebatkan masalah zoo serta pengairan yang kata putranya ini merupakan water boom, tiba-tiba saja pintu kamar tersebut– memperlihatkan Disha yang baru bangun tidur. Wanita cantik tersebut terlihat mengucek mata sembari menggaruk pipi. Namun, ketika menyadari ada makhluk lain di ruang tamunya, Disha spontan melogo dan buru-buru memperbaiki sikap. "Mommy …." Marc spontan melompat dari sopa dan langsung berlari ke arah Disha. "Mommy, Marc melihat zoo dan water boom di sini," adu anak itu sembari memeluk kaki Disha dengan erat. "Wa--water boom?" Disha menunduk, menatap aneh bercampur bingung ke arah putranya. "Tidak ada water boom di sini, Marc. Ini kan pedesaan," jawab Disha kemudian, menggendong Marc kemudian berjalan ke arah meja di ruang tengah. Dia mengambil rantang di sana– tanpa bertanya pada siapapun Disha tahu ini dari rumah Bibinya. "Kak Bara sudah makan, Nak?" tanya Disha pada Gebara yang terlihat duduk lesu di sopa. Gebara menganggukkan k
"Harusnya aku yang bertanya, anda ini siapa? Dan berani-beraninya anda di rumah calon istriku, malam-malam begini?!" ucap pria itu, terdengar marah karena tak terima serta bingung secara bersamaan kenapa ada seorang pria di rumah wanita yang berniat akan ia nikahi tersebut. "Aku bisa memanggil warga agar kau diusir dari sini," tambah pria tersebut, segera beranjak dari sana dengan langkah tergesa-gesa. Damon sejujurnya marah dan rasanya dia ingin melenyapkan pria itu saat ini juga. Namun, karena pria itu pergi lebih dulu, Damon memilih tak acuh. Dia kembali masuk dalam rumah. Tentunya mengunci pintu, karena dia tak ingin tamu seperti pria tadi datang. Tetapi belum beberapa menit masuk, tiba-tiba di depan rumahnya terdengar keributan yang sangat mengganggu telinga. Mereka berteriak-teriak memanggil nama istrinya. Damon menunggu Disha untuk keluar dari kamar, namun istrinya tersebut tak kunjung keluar dari kamar. Karena sudah tak tahan dengan suara ribut di depan rumah, Damon dengan
"Aku akan membuatmu hamil, Darling."Jantung Disha berdebar kencang, berpacu cepat setelah mendengar bisikan merdu dari suaminya tersebut. Dia pernah mendengar Damon mengatakan sesuatu yang menohok hati. "Mas Damon pernah mengatakan jika tidak ingin menambah keturunan lagi," rintih Disha pelan, suaranya bergetar dan terdengar parau. Disha sangat ingin punya anak, terlebih jika itu perempuan. Dia ingin sekali kembali hamil lalu dimanjakan oleh Damon– sesuatu yang pernah Disha rasakan tetapi tanpa sosok sang suami. Kehamilannya dahulu sangat menyedihkan dan sangat menyakitkan. Disha berharap kembali hamil tetapi dengan sosok Damon yang selalu ada di sisinya. Tetapi, setelah Damon pernah mengatakan tak ingin punya anak lagi. Semuanya pupus! Rasa ingin punya anak lagi, Disha kubur dalam-dalam. Lalu sekarang Damon tiba-tiba berniat menghamilinya. Bagaimana jika dia hamil lalu kembali merasakan kesengsaraan seperti dahulu? Di mana Damon tak ada di sisinya, dan Disha hanya berjuang sendir
"Maaf, Bibi. Kontrakan bibi terbakar karena …-" Disha menatap nanar dan takut pada sang bibi. Karena Damon nekat memasak sarapan untuk anak-anaknya, dapur di kontrakan bibinya tersebut terbakar. Tidak terlalu parah, lemari dapur terbakar dan dinding menggelap. Disha sangat panik ketika tadi ke dapur, melihat kepulan asap memenuhi dapur– suami dan anaknya terjebak di dalam, hanya Gebara yang berhasil kabur dari kepulan asap tersebut. Untungnya tak ada yang terluka akibat insiden tersebut. Hanya trauma untuk Disha. "Ndak apa-apa, Disha. Yang terpenting kalian selamat dan tak ada korban," jawab Ana, yang saat ini sudah di rumah Disha untuk melihat kebakaran tersebut. Tadi banyak warga di sini, tetapi mereka sudah kembali ke rumah masing-masing. Disha kemudian menatap ke arah suaminya, duduk di sofa sebelahnya; diam dan memasang wajah flat, terlihat sama sekali tak ada guratan merasa bersalah. Disha mengerjab beberapa kali. 'Entah kenapa aku merasa Mas Damon sengaja membakar dapur. A
"Sayang, akhirnya kamu kembali. Nenek senang sekali," ucap Tiara dengan suara bergetar hebat, langsung memeluk Disha erat– melepas kerinduannya pada cucu menantunya tersebut dengan penuh perasaan haru serta bahagia. "Sayang …." Tak tinggal diam, Audi juga ikut memeluk Disha. Perasaannya begitu gembira dan bahagia ketika melihat menantunya kembali. "Mama sangat merindukanmu." Disha tersenyum tipis, menatap hangat dan penuh kerinduan pada Mama mertua dan Neneknya. "Disha juga merindukan Nenek dan Mama. O--oh, apa kabar Nenek dan Mama?" tanya Disha dengan lembut, setelah dia melepas pelukan dari Mama mertuanya. "Baik, Sayang," jawan Audi dengan hangat. "Dan lebih baik setelah melihat kamu di sini," tambah Tiara tak mau kalah. "Mari masuk, Sayang." Dia dan Audi merangkul Disha kemudian membawa istri dari cucunya tersebut untuk masuk dalam rumah mewah kediaman Lucas. Ini permintaan Tiara dan Audi, supaya Damon membawa Disha pulang kemari lebih dulu. Untungnya Damon patuh. "Mereka tid
"I--iya, Dee," jawab Sera dengan nada kikuk dan gugup setengah mati. "Kenapa? Maksudku … dari kemarin kemarin aku tahu kamu hamil. Tapi … kenapa perutnya nggak besar-besar?" tanya Disha, sontak membuat Sera membelalak kaget. "Kamu tahu?" kaget Sera. "Sudah lama sih. Bertepatan di hari kita ke rumah duka Tio. Dan … aku nggak sengaja dengar Pak Ben izin untuk menikahi kamu ke Mas Damon. Dia mengatakan kalau dia menghamili kamu makanya dia mau menikahi kamu secepatnya," jelas Disha, "aku sebenarnya saat itu pengen bicaraan itu ke kamu. Tapi keadaannya lagi nggak memungkinkan."Sera seketika itu juga memijit kening. Tiba-tiba dia menoleh ke sana kemari untuk memastikan apakah ada orang di sana atau tidak. "Aku positif hamilnya baru memasuki bulan pertama, dan yang kamu bilang itu– aku belum hamil, Dee.""Aihh?!" Disha mengerutkan kening dengan raut muka syok dan bingung. Tidak hamil tetapi Ben mengatakan dia menghamili Sera ke Damon. Ini yang benar siapa? "Aku ceritain semuanya deh ke
Setelah dari kediaman Lucas, Damon langsung membawa istrinya untuk kembali pulang ke rumah mereka sendiri. Hah, padahal Disha masih ingin di sana. Dia masih ingin melepas rindu dengan Stella dan Sera. Namun, entah kenapa Damon mendesak untuk pulang. Hal mengejutkan terjadi. Di depan rumah mereka seorang wanita terlihat tengah menunggu."Damon," cicit perempuan tersebut dengan wajah berseri bahagia. "Aku menunggumu lama di sini," tambahnya berniat memeluk Damon. Namun, niatannya tersebut ia urungkan ketika seorang perempuan muncul dari arah belakang Damon– di mana perempuan itu membuka pintu rumah dan melenggang masuk begitu saja bersama dengan kedua anaknya. "Kamu … membawanya kembali, Damon?" Kinja mengerutkan kening, menatap sekilas pada Disha dengan penuh kebencian. Lalu menatap Damon dengan wajah penuh pertanyaan, "Kenapa, Damon? Cik, sudah kukatakan dia tak akan menerimamu karena kamu seorang pelenyap. Aku-- hanya aku yang bersedia menerimamu!" pekik Ziea, berusaha meyakinkan D
"Aku tidak salah paham, Mas Damon. Sekarang … aku sepenuhnya percaya padamu." Disha mendongak, menatap suaminya tersebut dengan tatapan lembut dan hangat. Dia tersenyum tipis, meyakinkan Damon jika dia tidak sedang dalam kesalah pahaman. Disha merasa lebih baik! "Kau tiba-tiba pergi," ucap Damon kembali. "Itu refleks, Mas Damon. Na--namanya juga … umm-- cemburu," cicit Disha pelan dengan pipi memerah padam dan terasa sangat panas. Damon menaikkan sebelah alis, menyunggingkan smirk tipis sembari terus memandangi wajah cantik sang istri. Di tambah pipi Disha yang sedang memerah, ah itu sangat cantik dan mempesona. "Mau sangat menggemaskan, Darling. Aku suka pipi memerahmu," ucap Damon, mendekatkan wajahnya ke wajah Disha lalu mengecup pipi perempuan tersebut– membuat pipi Disha semakin merah dan dan panas. Oh shit! Itu sangat cantik. Sialnya, feromon perempuan-- sangat menggoda. Damon sulit untuk melepas aroma ini, dia selalu terpancing.Damon beralih mencium bibir Disha, melumatn
Beberapa bulan kemudian. "Namanya Davin Sbastian Lucas," ucap Daniel, memberikan nama pada cucunya yang baru lahir. Disha dan Damon sama-sama tersenyum mendengar nama tersebut. Nama yang bagus untuk putra mereka yang baru lahir. "Namanya indah dan bagus, Ayah," ucap Disha, tersenyum hangat ke arah ayahnya tersebut. "Humm, nama yang bagus." Damon ikut berkomentar, menggenggam tangan istrinya yang baru melahirkan dan terus menatap Disha dengan penuh cinta, hangat serta penuh kasih sayang. Istrinya ini baru saja melahirkan putra mereka. Damon sangat berterimakasih dan sangat bersyukur. Disha telah berjuang untuk sebuah kehidupan baru, dan Disha memang wanita yang hebat. Dia sangat hebat di mata Damon. "Arshila, sekarang kamu punya adik. Hihihi … adik yang tampan sekali," ucap Sera yang dengan menggendong bayi berusaha satu bulan, sembari memperlihatkan baby Davin pada bayi tersebut. Arshila Keyna Lucas. Bayi Sera dan Ben yang masih berusia satu bulan. Yah, Sera lebih dulu melah
Hingga tiba-tiba saja …."Aulia, bekalnya man--" Aulia spontan menoleh ke arah ambang pintu, menatap seorang pria yang terdiam di sana dengan raut muka yang sulit dijelaskan. Sadar akan keadaannya, Aulia buru-buru menyekat air mata yang sempat membasahi pipi. Dia berusaha untuk tersebut ke atas Ando, berdiri kemudian menghampiri suaminya tersebut. Dia memilih menunda untuk memakan bekal sarapan untuk suaminya tersebut. Ah, sepertinya Ando kembali karena ada hal penting. Mungkin handphone atau dokumennya tertinggal. "Ada apa, Tuan Ando? Ada yang ketinggalan yah?" tanya Aulia lembut dan hangat. Aulia selalu berusaha untuk menjadi istri yang baik pada suaminya. Meskipun Ando belum bisa menerima kehadirannya, tetapi Aulia akan tetap belajar menjadi istri yang baik. "Aku … meminta bekal sarapan dan makan siang," ucap Ando dengan pelan, menatap Aulia dengan pandangan yang sulit diartikan lalu menatap ke arah bekal yang sudah dimakan secara miris. Bukan! Ando bukan sedang marah karena
Setelah pernikahan mereka, Ando memilih memisah dari keluarganya– dia memutuskan untuk tinggal rumah miliknya sendiri dengan istrinya, Aulia. Dia menikahi perempuan ini karena perasaan iba dan tanggung jawab atas perbuatannya pada Aulia. Oleh sebab itu, setelah menikahi Aulia, sikap Ando pada perempuan itu terkesan cuek. Sebab dia tidak mencintai Aulia. "Tuan Ando, aku sudah memasak sarapan. A--apa Tuan tidak sarapan lagi?" tanya Aulia, gugup setengah mati ketika berhadapan dengan suaminya tersebut. Hidupnya jauh lebih baik setelah menikah dengan Ando. Hanya saja, suaminya ini sangat cuek padanya. Dari hari pertama mereka menikah, Ando belum pernah sekalipun mau menyentuh masakan yang dia buat. Mereka bahkan pisah kamar. "Tidak." Ando berkata datar, "maaf, aku sudah terlambat," lanjutnya dengan menoleh ke arah jam tangannya. 'Padahal masih jam setengah tujuh.' batin Aulia murung. "Kalau begitu Tuan Ando bawa saja bekal ke kantor. Aku sudah menyiapkan bekal untuk sarapan dan maka
"By the way, kau menangis karena apa? Cemburu-- atau … kau takut kehilanganku karena kau mulai mencintaiku, heh?"Sera mengerjab beberapa kali, mengatur wajah untuk tak terlihat gugup dan agar biasa saja. Meskipun sejujurnya pertanyaan Ben tersebut sudah membuat jantungnya dalam sana berdebar kencang. 'Asal jawab saja.' batin Sera, diam-diam meneguk saliva secara kasar. "Jangan kepedean!" Sera berkata ketus, "aku menangis karena aku … aku mengidam ingin menangis. Udah, aku nggak mau drama lagi," cerocos Sera sembari turun dari pangkuan Ben. "Aku ingin tidur," ucapnya kemudian, naik ke atas ranjang dengan langsung membaringkan tubuhnya di sana. Ben berdecis geli, ikut merebahkan tubunnya di sebelah Sera– menarik perempuan tersebut untuk tidur dalam pelukannya. "Caramu mencintaiku sangat unik, Sera. Dan aku sangat menyukainya.""Aku tidak mencintai Pak Ben. Jangan kepedean," bantah Sera, memutar bola mata dengan jengah. "Kalau begitu, katakan jika aku tidak mencintaiku sembari menat
"Kau sudah mengembalikan Marc dan Gebara pada Kak Damon dan Kakak ipar?" tanya Ben ketika melihat Sera masuk dalam kamar. Sera menganggukkan kepala, air mukanya terlihat datar dan tatapannya sedikit memicing dan malas; terkesan tengah marah dan kesal secara bersamaan. "Kenapa?" tanya Ben lagi saat menyadari raut muka Sera yang terlihat tengah menahan marah. "Ada yang mengganggumu, Humm?" "Ya, mantan istrimu menggangguku," ketus Sera, meraih bantal lalu melemparnya ke arah Ben yang duduk di ranjang. "Kau pernah menikah dan kau tidak mengatakannya padaku. Sebenarnya maumu apa, hah?"Mata Ben sedikit membulat, wajahnya mendadak kaku dan beberapa detik dia terlihat panik serta khawatir. Shit! Sera tengah hamil dan dia tak ingin masalah ini mempengaruhi kesehatan istri dan bayi dalam perut Sera. "Kau punya mantan istri. Kenapa kau menutup-nutupinya dariku? Apa yang kau rencanakan, Pak Ben yang terhormat? Jujur saja, sampai detik ini aku tidak tahu alasan kenapa kau melakukan semua ini
"Kau bilang apa?" dinginnya, membuat Sera mendadak pucat pias– menciut dengan raut muka gugup dan harap cemas. "Aku hanya bilang tolong buka pintunya," ujar Sera gugup dan kaku, mendongak sepenuhnya ketika Ben tiba-tiba sudah berada di tepatnya– menarik pinggang Zelda dengan menyentak kuat lalu mengalungkan tangannya secara possessive di sana.Cup'Dengan cepat, Ben mendaratkan bibirnya di atas bibir Sera– meraupnya lalu melumatnya lembut namun sedikit menuntut. Sera awalnya menolak, tetapi pada akhirnya dia menerimanya. Bagaimanapun Ben sangat mahir dan Sera sulit menolaknya. "Bibir sangat manis," ucap Ben sembari membelai bibir Sera, membersihkan sisa pergulatan mereka di sana, "tetapi sayang, suka mengatakan kata kotor. Bisa ubah?" Ben menatap Sera, tepat pada manik mata perempuan tersebut– melayangkan tatapan yang menghunus tajam serta penuh peringatan. "Cik! Itu karena aku kesal saja," dengkus Sera pelan. "Tolong buka pintunya dan lepaskan aku," ucapnya kemudian sembari meraih
"Benar anaknya begitu?" Disha mengganggukkan kepala, tersenyum simpul ke arah Neneknya untuk meyakinkan sang nenek jika Aulia adalah anak yang baik– tidak jahat sama sekali seperti kakaknya atau keluarganya. Tadi malam suaminya meminta bantuan padanya untuk berbicara pada neneknya agar Ando diizinkan untuk menikahi Aulia. Satu hal yang membuat Tiara tidak merestui, karena dia takut jika Aulia sama seperti kakaknya, Kalea. Sedangkan Daniel, dia tidak menyetujui pernikahan Ando dengan Aulia, karena dia takut jika Aulia hanyalah pion dari Arman. Namun, setelah Damon sendiri yang menjelaskan jika Aulia berbeda, bahkan korban kekerasan di rumahnya sendiri, Daniel akhirnya luluh. Dan sekarang giliran Disha yang membujuk sang nenek. "Aulia sangat baik, Nek. Selema di rumah, tinggal denganku dan Mas Damon, dia sangat-sangat baik. Masakannya juga enak dan … Marc serta Gebara suka dengannya. Aku rasa Aulia juga cocok dengan Pak Ando yang kaku. Soalnya Aulia kan manis dan ceria," ucap Disha,
"I'm sorry, Darling." Damon berkata lirih, tiba-tiba menjatuhkan tubuhnya ke lantai– bertekuk lutut di hadapan Disha sembari memeluk kaki istrinya tersebut. "Ke-- kenapa, Mas Damon?" lirih dan cicit Disha, menunduk sembari menatap suaminya yang masih bersimpuh di lantai sembari memeluk kakinya. Ketika Damon tiba-tiba bertekuk lutut di lantai kemudian memeluk kakinya, ketakutan Disha seketika lenyap. Dia lega dan jauh lebih rileks. Disha mengulurkan tangan, menyentuh rambut Damon– menyisir dengan jemari tangannya yang lentik sembari sesekali mengelusnya. Tebakannya sudah mengarah ke sana. Namun, melihat Damon seperti ini rasanya Disha tidak sanggup untuk marah. Suaminya bersimpuh penuh penyesalan di hadapannya, sembari memeluk kakinya. Bagaimana Disha tidak tega?!"Aku melenyapkannya," ucap Damon dengan nada yang benar-benar pelan tetapi masih bisa didengar oleh Disha. Dia mendongak untuk menatap wajah cantik istrinya, masih memeluk kaki Disha sembari bersimpuh, "dia menantangku d
"Akhirnya aku menemukanmu, Disha sayang!" ucap seorang pria yang tiba-tiba mendatangi Disha dan Sera, berniat memeluk Disha namun Sera lebih dulu mendorong pria tersebut. "Kamu ini siapa sih?" ketus Sera, menatap tajam dan kesal pada pria yang hampir saja memeluk sahabatnya tersebut. Sera menatap pria itu dari atas hingga bawah, memperhatikan penampilan pria tersebut yang menurutnya sangat narsis– memakai setelah jas kebesaran dipadu dengan sneakers putih serta kaca mata hitam. "Saya calon suami dek Disha. Minggir, saya ingin bicara dengan calon istri saya," ucap pria itu, mendorong pundak Sera agar dia bisa lebih dekat dengan Disha. "Wah!" Sera yang didorong seketika menatap nyalang dan marah pada pria tersebut. "Sepertinya tinjuku perlu kenalan dengan Bapak-bapak Jamet satu ini."Sera mengepalkan tangan dengan kuat, kemudian langsung melayangkan tinjunya ke wajah pria tersebut. Bug'"Argk.""Astaga, Sera!" Disha memekik, langsung menarik sahabatnya tersebut untuk menjauh dari A