Share

Bab 157 - Satu Kamar

Penulis: Creative Words
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-12 23:58:26

“Kaisar …? Ada apa?”

Suara Embun menyadarkan Kaisar dari lamunannya. Pria itu menyadari kebingungan di wajah Embun dan tiba-tiba saja merasa malu akan pemikirannya barusan.

Bagaimana bisa Kaisar justru teringat akan kejadian malam itu di momen seperti ini?

Suami Embun tersebut berdeham. “Tidak apa-apa. Hanya teringat sesuatu,” ucapnya.

“O … ke?” Embun masih tampak bingung, tapi tidak bertanya lebih lanjut. “Oke. Kembali sekarang?”

Kiasar mengangguk, meski otaknya masih memproses alasan kenapa tiba-tiba ia teringat pada momen itu.

Saat itu dia panik, ya. Ia peduli pada Embun. Namun, jika bukan–

Jika Kaisar tidak mencintai Embun, ia pasti tidak akan melakukannya. Dan tidak akan membekas seperti ini. Benar begitu, bukan?

Rasanya Kaisar sudah bisa mengakui perasaannya pada dirinya sendiri sekarang.

Namun, bagaimana dengan Embun?

“Oh ya, melanjutkan obrolan tadi,” kata Embun, kembali menarik perhatian Kaisar kepadanya. “Soal anak-anak. Kamu juga bisa mengobrol. Aku lihat kamu dan Giselle
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (10)
goodnovel comment avatar
Al Ghi Fari
kaisar semangat...
goodnovel comment avatar
Yulming Yulant Lagandesa Hehy
Mantap Kaisar. ada gerakan kemajuan ...
goodnovel comment avatar
Ermita R Nisura Kaban
lagi baper nunggu lanjutannya Thor...cepetan Napa ? ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 158 - Rasa Cemburu?

    “Bagaimana dengan barang-barangmu? Mau kubantu mengemas?”Embun terdiam. Otaknya tidak bisa berpikir cepat. Baru setelah beberapa detik terlewat, ia bergumam, “Nanti kukemas dulu.”Mendengar itu, Kaisar mengangguk dan menjinjing kembali tas bepergiannya. Pria itu kemudian meminta staf mengantarkan mereka ke kamar yang tadi ditawarkan.“Aku harus mengambil barang dulu,” bisik Embun pada Kaisar. “Setelah ini saja kutemani.” Kaisar membalas. “Cuma sebentar saja.”Kaisar menghela napas. “Baiklah.”Namun, di luar dugaan Embun, alih-alih meninggalkan Embun untuk mengambil barangnya sendiri, Kaisar justru mengatakan pada staf kalau ia berniat mengambil barang sang istri terlebih dahulu di kamar yang lama.Padahal Embun bisa sendiri. Dan ingin sendiri, dengan pikirannya yang macam-macam sekaligus membuatnya tersipu senantiasa tanpa aba-aba tersebut.“Tunggu di sini saja,” ucap Embun di depan kamar lamanya. “Aku tidak akan lama, hanya mengambil barang. Lagi pula, Gina pasti di dalam.”Kaisar

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-15
  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 159 - Satu Tempat Tidur

    “Ada apa, Embun?”Embun tidak langsung menjawab. Ia kembali termenung, berpikir bahwa ini pertama kalinya ia dan Kaisar berada di dalam satu kamar yang sama. Bukan hanya kamar yang sama, tapi juga tempat tidur yang sama. “Embun?” Dengan hati-hati, Kaisar menyentuh bahu Embun.Wanita itu berkedip sekali, dan tersadar. “Uh, tempat tidurnya hanya satu,” ucapnya pelan, nyaris pada diri sendiri.Kaisar mengangguk. “Iya. Mereka sudah bilang kalau kamar ini menggunakan king bed, kan?”Embun terdiam lagi. Ia tidak dengar bagian ini, tapi setelah diingat-ingat lagi, karyawan di meja penerimaan mengatakan kalau memang kamar ini cocok untuk pasangan suami istri baru yang ingin bulan madu, bukan?“Ya, memang kami pasangan suami istri baru, tapi tidak sedang ingin bulan madu!” omel Embun dalam hati.Ia memang sudah menikah. Pun, sudah melakukan hubungan suami istri, meskipun Embun sama sekali tidak bisa mengingat satu memori pun dari sana. Embun juga paham kalau ia memiliki tugas sebagai istri s

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-16
  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 160 - Gangguan Kecil

    “Bagaimana kalau–”Ketukan pintu membuat ucapan Embun terhenti. Otomatis perhatian sepasang suami istri tersebut terarah ke arah pintu.Kaisar bergegas ke arah pintu dan membukanya, menampilkan sosok Gina yang tengah menenteng satu tas kecil berwarna gelap.“Malam, Kak.” Gina menyapa Kaisar dengan senyum. “Mau mengantarkan barang Kak Embun yang tertinggal. Semoga tidak mengganggu ya.”“Barangku?” Embun menghampiri pintu dan berdiri di samping Kaisar. Gina mengangguk dan menyodorkan tas di tangannya pada Embun, meskipun matanya tidak lepas dari Kaisar.Gadis itu seperti pernah melihat Kaisar, entah di mana. Karena itu, saat ini ia berada di sini untuk memastikan.“... Kak Embun,” bisik Gina pelan. “Suaminya kerja di mana? Kok kayak pernah ketemu.”Alis Embun terangkat satu. Rasanya, ia tidak mengerti maksud Gina bersikap seperti ini. Benarkah hanya rasa penasaran semata, atau memang gadis muda itu sedang mencari perhatian.“Bukankah kamu teman sekamar Embun?” ucap Kaisar saat Embun tid

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-17
  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 161 - Pemandangan Pagi Hari

    “Selamat tidur, Embun.” Kalimat itu menjadi hal terakhir yang didengar Embun sebelum ia terlelap hingga keesokan harinya. Tampaknya, setelah hari yang panjang dan jalan-jalan keliling area peternakan bersama Giselle tadi, tubuh Embun menjadi lebih lelah daripada biasanya.Hampir pukul delapan keesokan paginya, Embun baru terbangun. Sepertinya alarm yang Embun pasang tidak berbunyi, karena Embun sama sekali tidak mendengar apa pun dari ponselnya.“Atau jangan-jangan alarmnya sudah berbunyi dan tanpa sadar aku matikan?/” gumam Embun dalam hati. Detik berikutnya, ia teringat satu hal. “Atau, justru Kaisar yang mematikan!?”Wanita itu menoleh ke tempat tidur lipat yang kemarin ada di sebelah ranjang utama. Tidak ada siapa-siapa di sana. Bahkan, tempat tidur lipatnya sendiri pun tidak ada.Namun, kemarin jelas-jelas Embun tidak bermimpi, bukan? Kaisar benar-benar datang ke sini dan bermalam bersamanya?Ah, yang jelas, Embun harus bergegas sekarang! Ia ada jadwal mengajar dalam sepuluh menit

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-19
  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 162 - Orang Ketiga

    “Selamat pagi, Bu Embun, Pak Kaisar.”“Selamat pagi,” balas Embun, nyaris bersamaan dengan Kaisar saat mendengar menerima sapaan dari pegawai restoran tersebut. Sosok itu kemudian mencoret nomor kamar Kaisar di daftar sebelum kembali tersenyum pada sepasang suami istri di hadapan.“Silakan mengambil sarapan sesuai selera, Pak, Bu,” ucap pegawai tersebut. “Masih ada banyak menu yang tersaji di meja.”Embun tersenyum. “Terima kasih,” jawabnya. Ia mengalihkan perhatian di meja buffet yang menyajikan sederet menu sarapan, mulai dari gaya barat dengan roti, sereal, telur, dan sebagainya, hingga menu Indonesia berupa nasi goreng, bakmi, dan masih banyak lagi. Tak lupa mereka juga menyajikan berbagai olahan susu–baik dalam bentuk kue, lauk, maupun minuman. Embun juga melihat banyak buah tersaji di meja.Kaisar mengangsurkan sebuah piring pada Embun sebelum ia mengambil satu untuk dirinya sendiri.“Kamu mau makan apa?” tanya Embun, saat Kaisar tidak kunjung beranjak dari tempatnya. “Sereal

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-19
  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 163 - Obrolan Kaisar dan Dion

    “Tidurmu nyenyak?”Embun sedang menyuap nasi gorengnya ketika Dion menanyakan itu dengan kasual. Beruntung, Embun jadi bisa menjawab pertanyaan tersebut dengan senyum saja karena sejujurnya wanita itu bingung harus menanggapi bagaimana.Kemarin, ia memang melihat Kaisar dan Dion mengobrol, meskipun Dionlah yang aktif mendominasi percakapan dan Embun tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Namun, merasakan betapa tidak nyamannya suasana di meja makan ini, Embun tahu, bahwa sang suami masih tidak menyukai pemilik tempat ini tersebut.Dan Embun tidak mau memancing konflik tambahan dengan Kaisar. Tidak setelah mereka berdamai kemarin.“Selamat pagi. Ini pesanan telurnya.” Tiba-tiba seorang pelayan penginapan mendatangi meja dan mengangsurkan dua piring telur kepada Kaisar, satu telur mata sapi dan satu lagi telur urak-arik.“Terima kasih,” ucap Kaisar. Ia meletakkan dua piring berisi telur tersebut di depan Embun. “Sebagai pendamping nasi gorengmu, Embun.” Pria itu berkata.Embun menoleh ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-22
  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 164 - Awal Kejatuhan

    “Pokoknya aku tidak mau tahu! Makanan sampah, siapa yang membuat ini, hah!?”Salah seorang pelanggan di restoran tersebut marah-marah, bahkan hingga memukul meja. Suaranya bahkan terdengar hingga tempat duduk Embun. Awalnya, Embun tidak mengatakan apa pun terkait hal tersebut. Namun, karena keributan tak kunjung usai, pada akhirnya, Embun menatap Dion.“Pak Dion, sepertinya kamu perlu ke sana,” ucap Embun. Apalagi, ia mulai menyadari bahwa ada beberapa pelanggan yang diam-diam mengarahkan kamera mereka ke pusat keributan. “Sepertinya manajer restoranmu tidak hadir. Jadi harus kamu yang turun tangan.”Dion menatap Embun sejenak, sebelum perhatiannya teralihkan oleh tindakan Kaisar yang mengangsurkan setengah potong telur mata sapi yang tersisa ke piring Embun. Suami Embun itu tidak mengatakan apa pun, tapi tindak tanduknya seperti pemenang yang jumawa. Seakan sedang mengejek Dion.Dengan emosi tertahan, Dion berdiri. “Aku akan segera kembali, Embun,” ucapnya.Embun melihat kepergian

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-24
  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 165 - Dion yang Murka

    “Pak Dion, apa maksudnya ini!?”Sang kepala koki tampak marah dan tersinggung, menatap Dion yang berdiri di depannya. Pria itu barus aja melayangkan tangan padanya. Sepasang mata Dion masih menatap sang koki dengan nyalang. Semua emosi yang ada dalam diri pria itu terpampang nyata.Dion tampak tidak peduli dengan keterkejutan semua karyawan yang menyaksikannya melakukan itu.“Apakah bayaran Anda di sini kurang?” tanya Dion pada sang kepala koki. “Sampai-sampai Anda memilih untuk mempermalukan restoran ini dibanding meminta maaf dan mengakui kesalahan Anda?”Si koki tampak tersinggung. Wajahnya memerah dan itu tidak ada kaitannya dengan tamparan yang diberikan Dion padanya beberapa detik yang lalu.“Saya tidak salah,” tandas koki tersebut. “Masakan saya disajikan sesuai resep yang ada, bahkan memenuhi peraturan kesehatan! Saua tidak bersedia mengakui kesalahan yang tidak pernah saya lakukan.”Prang!Tanpa bisa diduga, Dion membanting setumpuk piring yang ada di dekatnya hingga pecah be

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-25

Bab terbaru

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 298 - Bahagia Selamanya

    Beberapa tahun kemudian .... Seorang anak berusia 4 tahun tengah sibuk berlarian di dalam supermarket. Ia menjelajahi lorong dan sempat berhenti di estalase yang memampangkan makanan manis sebelum akhirnya kembali berlari. Pada akhirnya, anak itu berhenti di pojok ruangan dan berjongkok, bersembunyi di balik tumpukan kotak berisi stok makanan ringan. "Hehehe~" Anak itu tertawa kecil, sebelum kemudian menutup mulutnya sendiri. Ia tengah bersembunyi. Dan yakin bahwa tidak akan ada yang menemukannya di sini. Namun, sepertinya anak itu terlalu percaya diri. "Nathan." Tiba-tiba seorang pria yang tampaknya berada di usia tiga puluhan datang. Tubuhnya yang tinggi besar menjulang di depan tumpukan kardus yang dipakai bocah 4 tahun itu untuk bersembunyi. "Sudah main-mainnya. Ayo pulang." Si bocah yang dipanggil 'Nathan' itu langsung cemberut. "Papa kok tahu aku di sini si?" ucapnya. "Aku lagi main petak umpet, Pa." "Sama siapa?" tanya sang ayah. "Nala." Bocah itu menyebutkan nama saud

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 297 - Karunia Terindah

    "Istriku memang cantik. Tidak perlu pengakuan orang lain lagi." Keheningan menyambut ucapan Kaisar tersebut, sementara Embun tersenyum kikuk akibat ulah sang suami. "Haha, saya setuju, Pak Kaisar. Saya setuju." Orang yang tadi berkomentar menanggapi dengan canggung. "... Bicara yang baik," bisik Embun pelan agar tidak didengar orang lain selain sang suami. "Memang aku sedang menjelekkan orang lain?" balas Kaisar sama pelannya. "Jangan pura-pura tidak tahu seperti itu, Kaisar Rahardja." Kaisar menghela napas. "Baiklah." Keduanya kemudian kembali menghadapi para tamu di depan mereka. "Oh, saya dengar Nyonya Embun sedang hamil, Pak?" Salah seorang tamu mengalihkan topik pembicaraan. "Semoga sehat-sehat selalu ya, baik ibu dan bayinya." Mendapatkan doa baik untuk istri dan anaknya, Kaisar tampak lebih ramah. "Terima kasih. Mohon doanya untuk keluarga kecil kami." Pria itu berkata. Seperti mendapatkan sinyal aman, semua tamu langsung mengobrol mengenai kehamilan Embun. "Apakah

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 296 - Janji Setia Selamanya

    "Saya, Kaisar Rahardja, menjadikan Embun Prajaya sebagai istri saya," ucap Kaisar, lurus menatap Embun dengan sorot matanya yang lembut dan penuh kasih. "Pada hari yang istimewa ini, di hadapan semua tamu yang menjadi saksi, saya berjanji akan selalu berada di sisi Embun, setia kepada wanita ini." Ada debar asing dalam dada Embun saat ia mendengarkan janji pernikahan Kaisar. Sebelumnya, mereka hanya menikah di kantor catatan sipil, tanpa berpikir bahwa hubungan mereka akan berkembang seperti ini. Tanpa berekspektasi bahwa mereka akan sama-sama mengikrarkan janji suci sekarang ini. Tidak ada yang romantis, sebelumnya. Embun membutuhkan suami agar ia bisa keluar dari rumah iparnya, dan Kaisar ingin menuruti kata sang ayah. Namun, semuanya sudah berbeda sekarang. "Sebagai suami, saya berjanji dan bersedia akan selalu mencintai Embun. Selalu ada untuk Embun, dalam suka maupun duka, sedih dan senang, sakit dan sehat, dan mendampingi istri saya hingga maut memisahkan." Kaisar mencium

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 295 - Pernikahan Embun dan Kaisar

    [Info Mengejutkan! Presdir Rahardja Group Ternyata Sudan Menikah Diam-Diam!] Berita itulah yang sedang menjadi perbincangan ramai di media. Banyak pihak yang terkejut dengan kenyataan bahwa Kaisar Rahardja ternyata sudah menikah dan mempunyai istri. Oleh karena itu, banyak wartawan dan rekan media massa lain yang menyesaki Ashtana Hotel, tempat Embun dan Kaisar akan melangsungkan pesta pernikahan, sekalipun mereka tidak diizinkan masuk karena Kaisar sudah mewanti-wanti ibunya agar tidak mengundang orang media. Sepertinya pria itu khawatir pemberitaan hanya akan membuat Embun stres dan berdampak pada kehamilan istrinya. "Kaisar, bukankah ini terlalu mewah?" tanya Embun. Wanita itu sedang didandani saat Kaisar mengunjunginya di ruang ganti hotel. "Berapa banyak tamu yang akan datang?" "Tidak banyak," jawab Kaisar, tanpa mengatakan informasi bahwa ibunya hampir mengundang 500 tamu. "Tapi nyaris semuanya teman-teman Mama." Embun menghela napas. "Meski begitu, Mama turut mengundang

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 294 - Perhiasan Keluarga Rahardja

    "Meskipun terlihat main-main, Nic adalah anak yang baik dan bertanggung jawab. Saya bisa menjamin itu." Usai mengatakan itu, Kaisar menoleh pada keponakannya dan menepuk bahu Nicholas. Sementara Friska diam saja. Seperti sudah berhenti berfungsi. "Nic, bawa pacarmu duduk." Kaisar tiba-tiba berucap. Nicholas menoleh menatap Friska yang wajahnya masih merah, lalu menarik tangan gadis itu pelan. "Mau keluar dulu saja?" bisiknya menawarkan. Nicholas seperti memahami kalau Friska perlu waktu untuk memproses timbunan informasi yang baru saja jatuh di depan matanya. Samar, Friska mengangguk. "Paman. Aku keluar sebentar. Mau cari minum yang manis-manis. Haus." Nicholas langsung izin. "Mau titip sesuatu?" Kaisar menoleh pada Embun, bertanya tanpa kata-kata. "Tidak. Sedang tidak ngidam." Embun tersenyum kecil. "Yakin?" Kaisar mengusap perut Embun. "Kadang si kecil ini berulah tiba-tiba." "Tapi nanti kalau ada apa-apa, apakah aku boleh telepon?" Embun bertanya pada Nic kemudian. "Ap

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 293 - Sudah Direstui

    "Kamu kenal dengan Nic?" Kini, Embun yang tampak heran. Meski begitu, ia mengangguk. "Kamu kenal juga?" balas istri Kaisar itu kemudian. "Dia keponakan suamiku." Friska makin terkejut saat mendengarnya. "Suamimu seorang Rahardja?" tanya Friska, campuran antara keterkejutan dan tidak percaya, karena ia baru tahu bahwa sahabatnya menikahi keluarga Rahardja. Sementara itu, Embun tampak bingung dengan reaksi Friska. "Hm? Ya?" tanggap istri Kaisar tersebut. "Memang aku belum pernah cerita? Nama suamiku Kaisar Rahardja." "Wah." Friska berdeham, lalu menoleh pada Nicholas yang baru bergabung dengan mereka. "Wah. Kebetulan macam apa ini?" "Aku juga sedikit terkejut saat menyadari ini," ungkap Nicholas. Pria itu menggenggam tangan Friska dengan kasual sembari tersenyum pada Embun. "Halo, Tante. Wajah Tante terlihat lebih segar sekarang." "Wah." Friska masih tampak terkesan, apalagi saat mendengar bagaimana Nicholas memanggil sahabatnya. Kalau begini, pria itu makin terdengar jauh leb

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 292 - Kalian Saling Kenal?

    "Oh? Mau mengadakan pesta pernikahan?" Embun mendengar keterkejutan dalam suara Rindang. Ia berniat menyahuti sang kakak, tapi sebelum ia sempat mengucapkan apa pun, Rindang sudah melanjutkan. "Embun kurang suka pesta. Tapi saya setuju kalau akan diadakan pesta. Menikah hanya sekali. Sayang jika tidak membuat kenangan baik." Istri Kaisar itu akhirnya menyerah. Ia tidak menanggapi, sementara Lidya dan Rindang justru terlibat obrolan seru soal pesta pernikahan. Ia belum membicarakan hal ini pada Kaisar, sekaligus mendengar tanggapan pria itu. Hingga akhirnya, Lidya pamit karena ia ada janji dengan Surya. Wanita itu berniat menjemput suaminya di kantor. "Kamu istirahat yang cukup. Makan yang benar," ucap Lidya. "Jangan terlalu membebani dirimu. Soal pesta, biar aku yang urus." Tersenyum lemah karena pasrah, Embun mengangguk. "Terima kasih, Ma," ucapnya. Dalam beberapa hari saja, keduanya sudah cukup dekat. Embun harus akui ini semua berkat kegigihan dan keterbukaan Lid

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 291 - Rencana Pesta Pernikahan

    "Embun anak baik. Dia tidak akan membencimu." Lidya teringat ucapan suaminya sebelum ia memutuskan untuk bertemu dengan Embun. Namun, sesaat sebelumnya, bukan hanya itu yang dikhawatirkan Lidya. Wanita itu juga ingin mengakui dosanya pada sang suami. Bahwa ia telah berselingkuh dengan Henri Pradana. Bahwa, sekalipun Lidya melakukan itu karena pernikahan mereka yang sudah dingin, sama sekali tidak membenarkan alasannya mengkhianati sang suami. "Mas Surya, aku--" Namun, sebelum Lidya sempat melakukannya, Surya sudah memotong kalimatnya. "Lidya." Tubuh Lidya membeku saat tiba-tiba Surya menangkup sisi wajahnya, membuat wanita itu menatap sang suami. Surya tersenyum kecil. "Sepertinya kamu sudah kembali," ucapnya pelan. "Menjadi istri yang dulu kucintai." Tangis Lidya pecah. Baru kemudian ia terpikir, perubahan sikap sang suami bisa jadi karena tingkahnya yang tidak karuan; hobi berfoya-foya dan menghabiskan uang suaminya di luar negeri tanpa meluangkan waktu untuk suami dan para

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 290 - Terima Kasih Karena Menyelamatkan Kami, Ma

    "Selamat sore." Lidya melangkah lebih dekat ke tempat tidur Embun setelah memutus kontak mata dengan yang lebih muda. "Aku tunggu di luar ya," ucap Surya kemudian, membuat baik Embun maupun Lidya menoleh ke arahnya. "Kalau ada apa-apa, panggil saja." Embun melihat ayah mertuanya itu berbalik dan berniat melangkah pergi, sebelum kemudian Lidya menggenggam tangannya. "Pa," bisik ibu Kaisar tersebut. Surya menatap sang istri dan tersenyum lembut. "Tidak apa-apa, dia anak baik," kata pria tua itu. "Bicaralah pada menantu kita. Semuanya akan baik-baik saja." Pria itu meremas tangan istrinya pelan sebelum kemudian melepaskan genggamannya dan berlalu keluar. Meninggalkan Embun berdua dengan Lidya. Hening. Lidya tidak mengatakan apa pun, dan Embun menunggu wanita itu memulai karena ia pikir, akan lebih baik jika ia memberikan kesempatan pada ibu mertuanya untuk menyampaikan niatnya lebih dahulu. Sekalipun Embun juga punya hal untuk dikatakan. Namun, saat Lidya tidak kunjung bi

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status