“Hari ini akan dimulai audit di perusahaan,” ucap Dania sambil merapikan dasi Sangga. Sangga bisa menangkap kecemasan dan rasa takut di wajah Dania. Memang audit yang dilakukan untuk kebaikan perusahaan, dimana ada banyak yang menggantung hidup mereka di sana, tetapi audit ini bisa menghancurkan hu
“Siapa pun bisa memanipulasi hasil audit ini,” ucap Ari seraya menyanggah hasil audit yang telah dilakukan sebuah lembaga yang independen. Ari melemparkan salinan hasil audit ke atas meja. Sepertinya Ari akan melakukan perlawanan. Sekarang perseteruannya dengan Dania bukan hanya sebatas harta waris
Setelah menyelesaikan pergulatan yang panas, Dania dan Sangga melakukan pendinginan dengan perbincangan ringan. Sebuah rutinitas pasangan suami istri yang berhasil menurunkan ketegangan setelah seharian disibukkan oleh rutinitas masing-masing. “Sebenarnya bukan ini yang aku inginkan.” Tampak kesedi
Dania masih terdiam, dengan jabatan barunya sudah ada setumpuk pekerjaan yang menunggu di meja kerjanya, tetapi sepertinya memang ada hal yang sangat penting hingga Sangga mengajaknya keluar di jam-jam sibuk seperti ini. “Aku sudah sudah berbicara dengan Pak Anto untuk mengajakmu pergi siang ini, s
Dengan perlahan Dania mulai membuka mata, yang pertama kali dia lakukan adalah mengusap perutnya. Lega saat dia masih mendapati perutnya yang masih membuncit. Dania berharap dia baru terbangun dari tidur, dan kejadian naas yang menimpa dirinya dan Sangga hanyalah mimpi belaka. Kini pandangan Dania
Dania menggenggam erat tangan tangan Sangga yang terbebas dari selang-selang dan alat bantu medis. Berulang kali wanita hamil itu menghela napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya. Ya, Dania harus tenang agar perutnya tidak kram, sepertinya anak dalam kandunganya juga merasakan kecemasan yang sam
Dania terdiam dengan tatapan nyalang. Makanan yang terhidang di hadapannya dia abaikan begitu saja. Pikirannya terasa penuh, bukan hanya memikirkan sang suami yang sedang berjuang antara hidup dan mati di rumah sakit, tetapi juga keterangan yang baru saja dia dengar dari Selo Ardi. Curiga dan prad
Dania memoles wajahnya dengan make up yang lebih tebal dari biasanya. Wajah lelah karena kurang tidur tetap tidak bisa tertutup dengan sempurna, apalagi Dania terlihat sering menguap. Saat keluar dari kamarnya Dania melihat Selo Ardi sudah berada di sana bersama dengan Santi. “Berikan pengamanan ya
Lima tahun telah berlalu, kini Pillar dan Pijar sudah sekolah, dan tentunya menambah kesibukan baru bagi Dania. Keinginannya untuk kembali ke perusahaan warisan kedua orang tuanya tampaknya memang harus dia urungkan demi menjaga tumbuh kembang anak-anaknya. “Kakak Pillar jagain adik, ya!” ucap Dani
Dania tampak ragu-ragu saat mengangkat panggilan dari nomor yang tidak dikenalnya, tetapi karena terus berulang akhirnya Dania pun menjawabnya. "Halo!" sapa Dania dengan suara lirih dan ragu-ragu. "Dengan Bu Dania Adityawarman?" Terdengar suara seorang pria dari ponsel Dania. "Ya, saya sendiri."
Hari bahagia Chiara dan Cyrus akhirnya datang juga. Meskipun tanpa kehadiran Dania, acara tersebut berjalan dengan khidmat dan penuh haru. Suasana hening tercipta kala penghulu yang duduk di hadapa Cyrus mulai menggenggam tangan pengacara muda itu dengan erat, seolah memberi tanda bahwa akad nikah
Dengan jemari yang masih saling bertautan Dion dan Reisa melangkah menuju ke poli kandungan seperti yang disarankan oleh dokter sebelumnya. Dion menoleh ke samping, menatap wajah sang istri yang terlihat sangat tegang “Bagaimana jika hasilnya negative?” tanya Reisa dengan suara lirih dan terdengar
Di bawah sinar matahari pagi, di taman yang dipenuhi dengan warna-warni bunga dan kupu-kupu yang berterbangan, Dania tampak sedang duduk di kursi taman sambil memangku si kecil, Pijar. Dania sengaja menjemur putrinya berharap mendapat manfaat dari sinar matahari pagi. Sementara itu di sudut yang be
Pagi ini Dion tampak berbeda, biasanya setelah menjalankan ibadah pagi dia akan berolahraga sebentar untuk menjaga kondisi tubuhnya agar tetap sehat dan fit karena sebagai pimpinan di Sari Pangan Andalan aktivitasnya semakin padat. Namun pagi ini dia justru kembali tidur, dan terlihat tidak berseman
Jika saat masih di rumah Ina mengatakan agar Reisa memangku anak Dania agar diompoli dan bisa segera hamil, tetapi kenyataan berbeda terjadi saat mereka sudah berada ruang perawatan Dania. Ina justru terlihat memonopoli bayi mungil itu dan tidak memberi kesempatan kepada Reisa untuk memegangnya. Di
“Aku tidak mau ikut,” ucap Reisa yang justru meringkuk di atas kasur setelah Dion mengajaknya untuk menjenguk Dania yang baru saja melahirkan. “Kenapa?” tanya singkat Dion didahului oleh hembusan napas kasar. “Mama sudah siap di bawah, katanya mau ketemu sama cucunya,” sambung Dion mencoba merayu R
Lega rasanya hati Sangga, bukan hanya proses kelahiran anak keduanya yang berjalan lancar, tetapi juga karena keluarga kecilnya kini terasa lengkap dengan dua anak, lelaki dan perempuan. Setelah bayi mungil itu dibersihkan, kini sudah berada Bersama kedua orang tuanya. Tanpa Dania sadari air matany