Sudi kiranya sobat reader yang budiman untuk memberikan vote serta kritik dan saran untuk karya saya ini. terima kasih
Dengan cepat dan setengah berlari Sangga berjalan menyusuri lorong rumah sakit menuju ke tempat di mana Dania mendapat perawatan. Hatinya berkecamuk membayangkan hal-hal buruk yang mungkin terjadi pada istri dan calon anaknya. Rumah sakit dan kecelakaan adalah sebuah kenangan buruk bagi Sangga. Beb
"Sebentar lagi acara akan dimulai, Bu. Sekarang, saya akan mandikan Ibu dulu, ya," ucap Kemala sambil tersenyum semanis mungkin dalam merayu Santi. Sejak pagi Santi sudah menunggu kedatangan Dania, sampai siang ternyata menantu kesayangannya belum datang juga. Jika acara yang sudah dia rencanakan h
Sepanjang acara syukuran empat bulan usia kehamilan Dania, Santi terus menggenggam erat tangan menantu kesayangannya tersebut. Wanita sepuh itu seolah takut jika dilepas sebentar saja, maka Dania akan pergi meninggalkannya. Ada banyak yang hadir dalam acara tersebut, karena Santi memang mengundang
Seluruh rangkaian acara syukuran empat bulan kehamilan Dania telah berjalan dengan lancar. Para tamu telah kembali ke rumah masing-masing, dan kini kediaman keluarga Adityawarman telah kembali sepi. Dania kembali ke kamar yang sudah beberapa hari dia tinggalkan. Tidak ada yang berubah, semuanya mas
Sangga memasuki kamar, dilihatnya Dania yang sudah tertidur pulas. Dengan perlahan Sangga melangkah karena tidak ingin mengganggu istirahat istri kecilnya yang sedang hamil. Sangga menjatuhkan bobot tubuhnya di tepian ranjang di dekat posisi Dania tidur. Dirapikannya anakan rambut yang menjuntai ke
“Maaf, Saya terlambat.” Dengan langkah yang anggun dan penuh percaya diri Dania memasuki ruang rapat. Senyum Anto Wijaya menyambut kedatangannya, pria paruh baya itu menatap ke asistennya seolah mengirim kode untuk segera menyiapkan kursi untuk Dania. Sedangkan di sudut yang berbeda, Ari tampak an
“Apakah om salah bicara?” tanya Anto Wijaya dengan saat melihat Dania sedang mengalami kram. “Aku akan menghubungi suamimu,” sambung Anto Wijaya yang bergegas memainkan ponselnya. “Tidak usah, Om! Saya tidak ingin membuatnya khawatir,” tolak Dania tetapi sepertinya Anto Wijaya tidak mempedulikannya
“Kau sudah yakin dengan pilihanmu?” tanya Sangga dengan suara yang lembut tetapi dibarengi dengan tatapan mata tajam yang membuat Dania tidak berani membalas tatapan mata itu. Tidak ada jawaban, Dania justru memalingkan wajahnya karena merasa tidak nyaman. Sampai saat ini Dania sendiri masih ragu d
Lima tahun telah berlalu, kini Pillar dan Pijar sudah sekolah, dan tentunya menambah kesibukan baru bagi Dania. Keinginannya untuk kembali ke perusahaan warisan kedua orang tuanya tampaknya memang harus dia urungkan demi menjaga tumbuh kembang anak-anaknya. “Kakak Pillar jagain adik, ya!” ucap Dani
Dania tampak ragu-ragu saat mengangkat panggilan dari nomor yang tidak dikenalnya, tetapi karena terus berulang akhirnya Dania pun menjawabnya. "Halo!" sapa Dania dengan suara lirih dan ragu-ragu. "Dengan Bu Dania Adityawarman?" Terdengar suara seorang pria dari ponsel Dania. "Ya, saya sendiri."
Hari bahagia Chiara dan Cyrus akhirnya datang juga. Meskipun tanpa kehadiran Dania, acara tersebut berjalan dengan khidmat dan penuh haru. Suasana hening tercipta kala penghulu yang duduk di hadapa Cyrus mulai menggenggam tangan pengacara muda itu dengan erat, seolah memberi tanda bahwa akad nikah
Dengan jemari yang masih saling bertautan Dion dan Reisa melangkah menuju ke poli kandungan seperti yang disarankan oleh dokter sebelumnya. Dion menoleh ke samping, menatap wajah sang istri yang terlihat sangat tegang “Bagaimana jika hasilnya negative?” tanya Reisa dengan suara lirih dan terdengar
Di bawah sinar matahari pagi, di taman yang dipenuhi dengan warna-warni bunga dan kupu-kupu yang berterbangan, Dania tampak sedang duduk di kursi taman sambil memangku si kecil, Pijar. Dania sengaja menjemur putrinya berharap mendapat manfaat dari sinar matahari pagi. Sementara itu di sudut yang be
Pagi ini Dion tampak berbeda, biasanya setelah menjalankan ibadah pagi dia akan berolahraga sebentar untuk menjaga kondisi tubuhnya agar tetap sehat dan fit karena sebagai pimpinan di Sari Pangan Andalan aktivitasnya semakin padat. Namun pagi ini dia justru kembali tidur, dan terlihat tidak berseman
Jika saat masih di rumah Ina mengatakan agar Reisa memangku anak Dania agar diompoli dan bisa segera hamil, tetapi kenyataan berbeda terjadi saat mereka sudah berada ruang perawatan Dania. Ina justru terlihat memonopoli bayi mungil itu dan tidak memberi kesempatan kepada Reisa untuk memegangnya. Di
“Aku tidak mau ikut,” ucap Reisa yang justru meringkuk di atas kasur setelah Dion mengajaknya untuk menjenguk Dania yang baru saja melahirkan. “Kenapa?” tanya singkat Dion didahului oleh hembusan napas kasar. “Mama sudah siap di bawah, katanya mau ketemu sama cucunya,” sambung Dion mencoba merayu R
Lega rasanya hati Sangga, bukan hanya proses kelahiran anak keduanya yang berjalan lancar, tetapi juga karena keluarga kecilnya kini terasa lengkap dengan dua anak, lelaki dan perempuan. Setelah bayi mungil itu dibersihkan, kini sudah berada Bersama kedua orang tuanya. Tanpa Dania sadari air matany