Ulang tahun tuan Goldwin Senior hanyalah berupa makan malam keluarga. Tamu yang diundang adalah beberapa orang kerabat yang cukup dekat. Keluarga Maxwell yang merupakan kerabat Laura dan seorang paman yang tinggal di kota tetangga yang merupakan satu-satunya Goldwin tua yang tersisa. Ada juga beberapa sahabat lama tuan Goldwin. Total semuanya jika dijumlahkan tidak lebih dari dua puluh orang. Itu hanya akan membutuhkan dua meja makan besar. Hazel Qeshaun telah lama tinggal di luar negeri. Dia hanya kerabat jauh dari pihak Laura. Keluarga mereka tidak terlalu dekat. Tapi Hazel memiliki bisnis pakaian dengan desainer utama dia sendiri. Dia sering terhubung dengan keluarga Goldwin. Lagi pula Laura adalah pelanggan tetap gaun rancangan Hazel yang mengambil merek HQ.Fay tidak ingin terlibat dengan para tamu yang datang dan hanya keluar kamar saat makan. Dia membenamkan diri dalam game di ponselnya dan mengabaikan panggilan Callie untuk bertemu orang-orang.Dalam dua hari ini dia hanya be
Mike dan Mika buru-buru menutup mulut mereka dan saling sikut di bawah meja. Baru pada saat bayangan Fay menghilang, keduanya bisa bernapas lega.Callie hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah kedua anak itu. “Berhentilah memprovokasi mommy kalian. Suasana hatinya sedang buruk.” Dia mengingatkan Mike dan Mika. Sedikit tidak nyaman melihat wajah muram sahabatnya.Mike dan Mika berpandangan.“Kurasa mommy kalian saat ini sedang cemburu,” ujar Callie lagi.Mendengar ucapan bibi mereka, ada senyum yang terbit diam-diam di wajah kedua anak.***Fay tidak ikut makan malam. Dia masih kesal dengan anak-anak dan memilih makan setangkup roti isi di kamarnya. Waktu ada ketukan pintu di kamar dan suara Mike dan Mika dari luar sana yang meminta dibukakan pintu, Fay berdecak kesal.“Pergi kalian. Berhenti menggangguku!”Mike menggedor pintu kini. Tidak lagi mengetuk. “Mommy, apa kau cemburu pada nona Qeshaun?”Fay bisa mendengarnya dengan jelas meski Mike mengatakannya dari balik pintu. Di
Hazel menatap semua orang dengan mata polosnya. Waktu tak seorang pun menjawab, dia mengulang pertanyaannya. “Siapa yang akan menikah?”Mike dan Mika yang masih syok dengan penjelasan Fay kompak menunjuk gadis itu.Mata Hazel membulat. “Fay? Ini kebetulan sekali. Aku akan menghadiahimu gaun pengantin yang baru saja kau coba—““Tidak. Tidak. Bukan aku. Itu—“Kali ini anak-anak yang memelototi gadis itu.Fay menggaruk kepalanya. Tidak ada gunanya mengatakan kebenaran. Mungkin Hazel belum mengetahui bahwa dirinya sedang diincar oleh keluarga Goldwin untuk dijadikan nyonya muda keluarga itu.“Tentu saja mommy yang akan menikah.” Mika memeluk lengan Fay. “Dia akan menjadi mommy kami yang sesungguhnya setelah menikah dengan daddy—““Mika!” Fay membentak gadis kecil itu. Dia menarik lengannya dari Mika. Wajahnya sudah memerah. “Jangan bicara sembarangan.”Ini sangat memalukan. Menegaskan Fay sebagai calon ibu anak-anak di depan calon ibu yang sesungguhnya. Apa kata Hazel nanti saat tahu dia
Di kamarnya, tatapan Fay jatuh pada sebuah foto lama, ada dia dan Audrey di sana. Biasanya dia tidak terlalu memerhatikan karena benda itu sudah terbiasa ada di sekitarnya. Hanya sesekali sekilas dilihatnya tanpa sengaja atau saat dia merindukan ibu dari Mike dan Mika itu. Saat ini ada perasaan lain yang menyertai kerinduannya waktu memandangi wajah teduh wanita itu.Fay meraih bingkai foto, mengusap permukaannya dengan banyak keluhan di hati.Harusnya kau memberitahuku tentang Cade Goldwin. Aku akan membawanya padamu, membuatnya bertanggung jawab.Harusnya aku tak perlu bertemu lelaki itu. Tidak. Harusnya kau tidak menitipkan anak-anak padaku. Aku tidak cocok menjadi ibu angkat mereka.Harusnya—Harusnya aku tidak menerima pekerjaan sebagai pengasuh anak-anak.Fay menyesali banyak hal. Tapi memang tak ada yang bisa dilakukan untuk menghindarinya.Dia meletakkan kembali foto itu di atas nakas.Ini semua salah Mike dan Mika. Tentu saja ini juga salah Cade Goldwin. Fay menggerutu dalam h
Fay tidak bermaksud menghindari kamera pengawas jalan. Tapi dia telah berjalan pada tempat yang tidak memiliki kamera pengawas saat turun dari bis pertama. Itu adalah bagian kota yang sedikit rumit dengan pertokoan dan tempat hunian lama. Dia berjalan-jalan di sana karena tertarik pada sebuah pemandangan, anak-anak yang bermain di lapangan rumput.Memperhatikan dari jauh, ingatan Fay melayang pada Mike dan Mika. Fay tidak menyukai anak-anak dulunya. Mereka cerewet dan sulit dimengerti. Beberapa bahkan menangis tanpa alasan yang jelas.Tapi Mike dan Mika anak-anak yang pintar. Fay berdebat dengan mereka setiap ada kesempatan. Mike terlihat lebih tua dari usianya dengan pembawaan yang tenang. Mika sedikit cengeng. Tapi dia menangis untuk sesuatu yang masuk akal. Dan keduanya adalah anak-anak milik Audrey. Meski dia sebelumnya tidak mengetahui identitas ayah mereka, Fay menerima mereka juga meski dengan perasaan enggan. Fay selalu berkoar tentang betapa menyusahkannya harus menghidupi d
Fay Willmer tiba di Trixie menjelang makan siang. Suami istri yang ramah itu menawarinya singgah di rumah mereka untuk makan siang, tapi Fay segera menolak. Dia teringat sebuah kafe di dekat taman dan berencana untuk mengunjunginya.Setelah makan siang yang terlambat, cuaca mendadak muram. Fay mendatangi bekas rumah yang dulu ditinggalinya bersama orangtuanya. Rumah itu telah diambil alih oleh seorang paman dengan alasan ayahnya berhutang pada keluarga mereka. Dia berdiri lama di depan rumah kecil dengan sepetak kebun di sebelahnya, mengenang beberapa hal sebentar lalu pergi dari sana.Menjelang malam, Fay merasa sangat lelah dan bermaksud mencari sebuah penginapan. Dia mengingat jelas beberapa tempat dan memilih berjalan kaki menuju sebuah penginapan kecil. Serelah mandi, dia teringat ponselnya dan mendapati baterainya yang kehabisan daya. Sempat terpikir bahwa mungkin dia telah mengakibatkan keributan besar di Flyod karena pergi tanpa memberitahu siapa pun. Sementara ponselnya tida
“Berhenti menyuapiku. Aku bisa melakukannya sendiri.” Fay terus mengatakan itu, tapi Cade juga terus mengarahkan sendok berisi bubur ke mulut gadis itu. Fay ingin mengelak, tapi Cade telah membuat sebuah ancaman yang membuat telinganya memerah.Setengah jam yang lalu dia terbangun oleh sebuah sentuhan hangat di bibirnya. Waktu Fay membuka mata, sebuah wajah menawan berada sangat dekat dengannya.Fay mendorong. Hanya dengan sebelah tangannya. Sementara tangannya yang lain yang ternyata tengah memakai jarum infus ditahan Cade .“Apa--yang kau lakukan?” Fay tergagap.Napas Cade menerpa wajahnya, membuat Fay tidak berani menghirup udara. Dia teringat aroma ini suatu ketika.“Menurutmu apa?” Cade tersenyum menggoda.Fay kalang kabut. “Menjauh dariku. Kau—kau jangan kurang ajar!” Dia lalu teringat pengakuannya di depan makam Audrey. Cade Goldwin pasti telah mendengarnya dan menjadi sangat berani.“Meskipun aku menyukaimu, bukan berarti kau boleh bertindak kurang ajar.”“Meskipun pada calon
Mike dan Mika sesungguhnya masih terjaga. Mereka menguping pembicaraan nenek dan ayahnya tadi siang, menjadi penasaran kapan ayah mereka berbicara serius dengan mommy.Mike menekuk bibirnya, mempertahankan harga dirinya. “Aku tidak penasaran. Aku bisa memastikan kalau daddy akan membicarakan tentang rencana pernikahan mereka.”“Tapi aku penasaran. Aku ingin tahu apa mommy akan tersipu saat mengatakan setuju menikah dengan daddy.” Mika terkikik pelan saat membayangkannya. Itu terdengar menarik. Mike tidak bisa menahan godaan untuk mengintip.“Baiklah, kita pergi.” Akhirnya Mike setuju.Mika mengacungkan jempolnya, memuji keputusan saudara laki-lakinya. Keduanya berjalan beriringan, mengendap-endap mengikuti arah kepergian dua orang dewasa tadi.Pintu ke arah balkon terbuka, menandakan kalau ada orang di luar sana. Angin dingin berhembus masuk, menyapu dua wajah kecil yang menyembul diam-diam dari balik daun pintu.Hanya ada kursi panjang di luar. Tak ada bayangan seorang pun. Kedua