“Mommy sangat cantik. Kalau dia mau sedikit berdandan dan memakai baju yang bagus, dia pasti tidak akan kalah dengan pacar-pacar daddy sebelumnya.” Mike membela pilihan mereka.Jadi tebakannya benar!Langdon tidak tahu apakah dia harus tertawa atau menangis karenanya. Fay Willmer bukan tipe tuannya. Apalagi di pertemuan pertama keduanya, api permusuhan sudah dinyalakan. Apa yang akan dikatakan Cade Goldwin jika tahu anak-anak ini menjodohkannya dengan gadis itu?Dan keajaiban apa yang bisa dibuat sepasang kembar ini untuk menyatukan dua kutub yang saling bertolak belakang itu?“Paman tidak perlu khawatir. Walaupun awalnya mereka tidak saling suka, pada akhirnya mereka akan menikah juga.” Mike seperti bisa membaca pikiran Langdon. “Yah, walaupun harus kuakui, perangai mommy memang sedikit buruk.”Ya, ampun! Sepertinya Langdon harus mulai berhati-hati dengan kedua anak ini. Jangan sampai dia menjadi target berikutnya.“Kami tahu kalau seseorang itu berjodoh dengan seseorang lainnya hany
“Kalian melihat Langdon?” Cade menanyakan pada kedua anak yang tengah asyik membuat huru-hara di ruang tamunya.“Paman tadi pergi ke kamar mandi.” Mike memberitahu sambil menjalankan miniatur mobilnya di pinggir meja.Cade mengerutkan kening lantas pergi ke kamarnya. Dia perlu berbicara pada Langdon tentang suatu hal, tapi dia akan menunggu dulu.Namun saat Cade telah selesai mandi dan berganti pakaian, dia tidak menemukan sang asisten di ruang tamu. Apa Langdon sudah pulang tanpa pamit padanya“Paman masih di kamar mandi.” Kini Mika yang memberitahu. Tampangnya acuh saja saat mengatakan itu.Cade jadi curiga. Dia beranjak ke belakang ke arah kamar mandi yang terletak di luar kamar tidur.Di depan pintu kamar mandi yang tertutup rapat dia mendengarkan sejenak. Tak ada suara apa pun. Lelaki itu mengetuk.“Langdon? Kau di dalam? Apa ada masalah?”Terdengar suara siraman air di dalam sana.Pintu kamar mandi terbuka. Seraut wajah pucat muncul dari baliknya.“Tuan....” Muka Langdon terliha
Mike dan Mika melihat pada ayahnya dan merasa penasaran dengan panggilan telepon itu.“Daddy terlihat senang,” ujar Mike begitu Cade mematikan ponsel dengan hanya meninggalkan sebuah komentar memuji untuk si penelepon. “Apa Daddy sudah berhasil membujuk mommy untuk tinggal di sini?”Sebenarnya Cade tidak akan senang jika gadis itu tinggal di sini. Namun dia merasa puas karena sebentar lagi akan bisa menaklukkan sifat keras kepala Fay Willmer. Gadis itu tidak akan bisa menolak tawarannya lagi.“Batas waktunya belum habis. Masih dua hari lagi. Aku sedang berusaha. Tapi aku yakin, nona Willmer akan dengan senang hati menjadi pengasuh kalian.” Cade memberitahu anak-anak yang lalu hampir bersorak dengan berita itu.Mungkin ada bagusnya juga jika gadis itu menjadi pengasuh mereka. Bukankah nona Willmer bilang, dia merasa kesusahan karena harus mengurus Mike dan Mika. Dia akan memberikan kesusahan itu sekali lagi meski dengan iming-iming yang menguntungkan Fay.“Bagaimana Daddy membujuknya?”
Hujan masih turun dengan derasnya selama hampir satu jam kemudian. Fay di seberang jalan masih belum beranjak dari posisinya.Lelaki di dalam mobil menyalakan mesin, mengarahkannya ke seberang dan berhenti tepat di depan Fay.Gadis itu mulanya tidak peduli dengan keadaan di sekelilingnya. Pun pada si pengendara yang ke luar dari mobil dan gegas berjalan ke arah Fay menghindari deraan hujan.“Nona Willmer. Aku tadi ke tempatmu, tapi ternyata kau tidak ada.” Cade Goldwin menyapa Fay. Gadis itu terkejut dengan keberadaan Cade yang tiba-tiba di sebelahnya. Sedikit air hujan membuat rambut gelap lelaki itu basah. Kenapa lelaki sialan ini bisa ada di sekitarnya? Hujan-hujan begini? Fay terlihat tidak senang dengan kehadiran ayah dari si kembar. Dia hanya melihat sekilas pada Cade lalu kembali fokus ke jalan yang tidak terlalu ramai.“Mike dan Mika terus berkeras agar kau mau menjadi pengasuh mereka. Jadi aku pergi mencarimu. Katakan saja kalau kau punya permintaan lain selain penawaran
Langdon tampak berdiri dengan bersandar pada tembok. Kedua lengan terentang terikat dengan lakban pada dua pengait perabot. Yang makin membuatnya tak bisa bergerak adalah sebuah guci kecil yang diletakkan di atas kepalanya. Sepertinya lelaki itu telah menjadi semacam sasaran lempar dua anak kembar Cade.“Tuan, saya tidak bisa bergerak. Guci ini....” Langdon memberi isyarat dengan bola mata yang digerakkan ke atas. Sedikit saja dia membuat kesalahan, guci antik itu akan jatuh dan pecah berkeping-keping.Cade hanya bisa menarik napas tak berdaya melihat hasil karya putra-putrinya. Mungkin keberadaan Fay Willmer di tempat ini akan bisa sedikit lebih mengendalikan situasi. Walau sebenarnya dia tidak terlalu yakin. Gadis itu tampak tidak terlalu menyukai anak-anak.Setelah melepas lakban yang menjerat lengan asistennya, Cade kembali ke ruang tamu. Langdon bergegas pamit pada tuannya dan sama sekali tidak berani melirik pada Mike dan Mika.Kedua bocah itu hanya tertawa cekikikan melihat tin
Fay sudah memikirkannya sepanjang perjalanan tadi.“Aku hanya akan menjaga mereka setelah pulang kuliah.”Itu tidak terpikirkan oleh Cade. Dia sudah memberi gaji yang besar, tapi gadis ini hanya akan menjaga dua anak itu setelah pulang dari kuliahnya. “Jangan katakan kalau kau akan membiarkan mereka tanpa penjagaan di sni.” Cade menjadi kesal.“Jangan berlebihan. Kau harusnya tahu kalau aku juga punya kesibukan dan tak bisa sepenuhnya menjaga mereka. Kau bisa menyuruh orang lain selama beberapa jam sementara aku tidak ada. Lagipula, sudah saatnya Mike dan Mika sekolah.” Fay mengingatkan.“Mereka akan membuat masalah seperti yang mereka lakukan pada Langdon. Aku tidak yakin akan ada orang yang sanggup bertahan.” Cade tidak yakin untuk mempekerjakan orang lagi sebagai pengasuh lainnya. Berdasarkan pengalaman dua hari ini, mungkin tidak akan ada yang bertahan setelah satu hari saja.“Kau pikir aku akan tahan?”“Kau harus bertahan.” Cade menyahut cepat.Keduanya berpandangan. Fay sedikit
Tiga kepala menoleh serentak ke asal suara. Semuanya mendadak cemberut begitu melihat siapa yang datang.Cade menyadari hawa permusuhan di sekitarnya. Biasanya dialah yang lebih dominan di antara orang-orang. Di rumahnya sendiri, Cade merasa dialah penyusupnya.Lelaki itu mencoba mengabaikan tatapan tidak senang itu. Dia melenggang masuk dan melirik sekilas pada Fay yang mengenakan kaos kebesaran dan jeans pendek.Rambut gelap gadis itu dikuncir tinggi ke belakang, memperlihatkan leher jenjang putih. Wajahnya polos tanpa make up tapi tetap terlihat manis meski sedang cemberut.Cade menelan ludah. Sialan sekali! Kenapa gadis ini jadi terlihat menarik dengan baju murahannya?Setengah mati Cade menahan diri untuk tidak melihat kembali pada Fay.“Aku yang akan memesan makanan. Nona Willmer, aku memang akan menuruti semua keinginan anak-anakku, tapi tidak jika itu akan berakibat buruk bagi mereka.”“Daddy, kau sangat pelit!” Mika berseru kesal.Cade berjongkok menghadapi gadis kecil itu. “
Reaksi Cade sedikit rumit, tapi tak ada keterkejutan di wajahnya. “Ibu, kupikir kau akan datang lebih cepat.”Yang datang adalah seorang wanita berusia di atas lima puluhan. Meskipun begitu, dia masih terlihat lebih muda sepuluh tahun. Wanita itu adalah nyonya besar Goldwin. Ibu dari Cade Goldwin.Yang mengiringinya dengan tergopoh adalah asisten Cade, Langdon. “Tuan, saya terpaksa mengatakan tentang anak-anak pada nyonya.” Langdon tak ingin disalahkan. Laura Goldwinlah yang memaksa. Dia ditekan dan jadi serba salah.“Kenapa merahasiakannya dariku? Kau pikir aku tidak akan tahu. Aku juga punya mata di mana-mana.” Laura menarik sebuah kursi dan duduk di sana dengan menumpang kaki.Ibunya memang suka memata-matainya, Cade tahu itu. Dia membiarkannya saja karena tak ingin ribut.“Karenanya aku tak perlu memberitahu Ibu.” Laura menatap sengit pada putra kesayangannya. Saat dia melihat pada kedua bocah yang tengah memperhatikannya, wajahnya mendadak cerah.“Cucu-cucuku yang manis!” Laur
Hari kelima bulan madu.Matahari telah mulai naik hingga seperempatnya. Di dalam kamar tidur yang luas dan mewah suasananya terasa hening. Suara hiasan gantung di balkon yang tertiup angin bergemerincing samar menjadi satu-satunya yang terdengar.Di lantai kamar, berserakan pakaian pria dan wanita. Pemandangannya sedikit kacau dan ambigu. Sementara di tempat tidur lebih berantakan lagi. Seakan sebuah badai pernah datang di kamar ini kemarin malam lalu pergi setelah puas memorak-porandakan semuanya.Kelopak mata Fay bergerak-gerak sebelum kemudian membuka. Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah otot-otot dada yang terbuka. Dan aroma keintiman semalam segera memasuki indera penciumannya. Dia menjadi linglung sejenak.Setiap terbangun selama beberapa pagi, dia masih merasa asing dengan pemandangan ini. Lelaki yang memeluknya, bau tubuhnya, seisi ruangan, semua baru dan asing. Fay ingin menolak percaya bahwa ini nyata, tapi dia tidak berdaya. Dirinya telah menjadi milik Cade Goldwin, l
Pesta pernikahan Cade Goldwin dan Fay Willmer berlangsung tertutup untuk umum. Itu diadakan di sebuah pulau pribadi dengan hanya tidak lebih dari seratus orang undangan. Para wartawan dari berbagai media massa hanya bisa menunggu di sekitar garis pantai dan pelabuhan saat puluhan helikopter secara bergantian menjemput tamu. Keluarga Goldwin bahkan melarang peliputan langsung dan tidak memberikan ijin kepada satu pun media. Mereka hanya akan membuat sebuah berita di halaman website resmi Goldwin Group.Orang yang paling lega akan hal itu adalah Fay Willmer. Dia memang tidak peduli dengan status dan pandangan orang terhadapnya. Tapi nama Goldwin terlalu berat untuk dibawa. Dia merasa akan merepotkan jika harus kemana-mana dengan identitas istimewa itu. Dengan adanya pernikahan yang tertutup seperti ini, identitasnya hanya diketahui segelintir orang.Selain beberapa kerabat dan sahabat dekat, ada juga pejabat dari pemerintahan dan rekan bisnis serta beberapa keluarga kelas atas yang juml
Akhirnya cerita ini selesai juga. Terima kasih untuk semua pembaca yang setia mengikuti kisah Fay, Cade dan duo M hingga bab ini. Maaf, jika harus sering membuat semua menunggu. Sekali lagi, terima kasih atas semua dukungannya dengan memberi komentar, rate, ulasan, like dan gem. Karena dukungan kalian semua lah cerita ini beberapa kali mendapat promosi dari pihak platform. Terima kasih juga kalau ada yang sudah rekomendasiin cerita ini ke teman-teman. Ini ada ngga, ya? 🤔Tapi, eits tunggu dulu! Akan ada bab tambahan setelah ini ya....Akhirnya, seperti biasa, author doakan semoga semua pembaca selalu sehat, bahagia, dan lancar rejekinya. Aamiin.Salam
Callie memutar bola matanya. “Bodoh. Apa aku terlihat seperti calon pengantin?”Alis nyonya Goldwin berkerut. Apa Fay lupa kalau dirinya yang akan menikah? Semalam Cade memberitahu bahwa Fay telah setuju untuk menikah dengannya. Jadi, dia menyuruh keluarga Goldwin untuk datang menghadiri formalitas pernikahan. Sedangkan perayaannya sendiri akan diatur kemudian. Cade khawatir gadis ini akan berubah pikiran. Jadi dia berencana untuk mendapatkan buku nikah terlebih dahulu.Fay menggaruk kepalanya dengan ekspresi bingung. “Menurutku kau memang tampak seperti pengantin wanita—““Bicara omong kosong lagi? Bukankah hari ini kalian akan menikah? Jangan katakan kalau kau tidak ingat.” Callie sedikit kesal dengan kelambanan Fay dalam menggunakan otaknya.“Hah? A-aku—“ Fay melihat pada anak-anak meminta seseorang memberi penjelasan.“Mommy, daddy sudah selesai bersiap-siap. Tapi kau bahkan belum mandi. Cepatlah.” Mika juga terlihat tidak sabar.Fay seketika panik. “Siapa yang mengatakan aku akan
Alis Fay mengernyit. “Bicarakan nanti saja. Ayo, bangun. Aku bantu.” Cade menahan tangan Fay, dia memeganginya dengan erat. “Dengar dulu. Jika nanti hasil pemeriksaannya buruk, aku ingin kau berjanji padaku untuk menjaga anak-anak. Mungkin saja aku akan mati. Siapa tahu?”“Jangan bicara sembarangan!” Fay tiba-tiba merasa tenggorokannya tersekat. Itu mengingatkannya pada Audrey sebelum kematiannya. “Kau tidak akan mati.”“Semua orang akan mati.” Cade mengingatkan.“Setidaknya kau tidak akan mati secepat itu.” Fay merasa airmatanya akan jatuh. “Ayo bangun!”“Berjanjilah dulu—““Berjanji apa?” Suara Fay nyaris pecah. “Kau tidak akan mati. Jadi aku tidak perlu menjaga dua anak menjengkelkan itu.”Cade diam-diam melirik pada mata yang mulai berkabut. Astaga! Ini memang sedikit berlebihan. Dia cukup sadar bahwa Fay mungkin akan mengamuk jika tahu dirinya telah dikerjai.Tangan gemetar Fay diraihnya. “Berjanjilah untuk menikah denganku jika memang ini baik-baik saja.” Cade mengucapkan kali
Fay tidak ingin melihat Cade, tapi anak-anak merengek dan terus mendesak. Dia tidak tahan mendengar rengekan anak kecil. Dengan enggan dia pergi juga ke kamar lelaki itu dengan dua pasang tangan mungil menyeretnya.“Aku harap kalian tidak menipuku.” Fay memperingatkan.Tiba di kamar yang tidak asing lagi bagi Fay karena pernah semalaman terjebak di dalamnya, dia melihat Cade yang terbaring pucat di bawah selimut. Matanya terpejam rapat. “Badan daddy panas. Sepertinya demam. Mommy periksa saja.” Mika tahu kalau Fay curiga mereka telah berbohong.Tadi malam Mika dan Mike tidur di kamar ayahnya. Pagi sekali Mike terbangun karena merasakan kulit ayahnya yang seperti terbakar. Waktu Mike mencoba membangunkan dan menanyakan keadaan ayahnya, dia hanya mendapatkan jawaban berupa keluhan. Mata ayahnya sempat membuka sedikit, tapi lalu kembali terpejam dan tidak membuka lagi.Dengan enggan Fay menyentuh dahi lelaki itu. Hanya sebentar, dia langsung menarik tangannya lagi. Benar-benar panas. Bu
Mike dan Mika sesungguhnya masih terjaga. Mereka menguping pembicaraan nenek dan ayahnya tadi siang, menjadi penasaran kapan ayah mereka berbicara serius dengan mommy.Mike menekuk bibirnya, mempertahankan harga dirinya. “Aku tidak penasaran. Aku bisa memastikan kalau daddy akan membicarakan tentang rencana pernikahan mereka.”“Tapi aku penasaran. Aku ingin tahu apa mommy akan tersipu saat mengatakan setuju menikah dengan daddy.” Mika terkikik pelan saat membayangkannya. Itu terdengar menarik. Mike tidak bisa menahan godaan untuk mengintip.“Baiklah, kita pergi.” Akhirnya Mike setuju.Mika mengacungkan jempolnya, memuji keputusan saudara laki-lakinya. Keduanya berjalan beriringan, mengendap-endap mengikuti arah kepergian dua orang dewasa tadi.Pintu ke arah balkon terbuka, menandakan kalau ada orang di luar sana. Angin dingin berhembus masuk, menyapu dua wajah kecil yang menyembul diam-diam dari balik daun pintu.Hanya ada kursi panjang di luar. Tak ada bayangan seorang pun. Kedua
“Berhenti menyuapiku. Aku bisa melakukannya sendiri.” Fay terus mengatakan itu, tapi Cade juga terus mengarahkan sendok berisi bubur ke mulut gadis itu. Fay ingin mengelak, tapi Cade telah membuat sebuah ancaman yang membuat telinganya memerah.Setengah jam yang lalu dia terbangun oleh sebuah sentuhan hangat di bibirnya. Waktu Fay membuka mata, sebuah wajah menawan berada sangat dekat dengannya.Fay mendorong. Hanya dengan sebelah tangannya. Sementara tangannya yang lain yang ternyata tengah memakai jarum infus ditahan Cade .“Apa--yang kau lakukan?” Fay tergagap.Napas Cade menerpa wajahnya, membuat Fay tidak berani menghirup udara. Dia teringat aroma ini suatu ketika.“Menurutmu apa?” Cade tersenyum menggoda.Fay kalang kabut. “Menjauh dariku. Kau—kau jangan kurang ajar!” Dia lalu teringat pengakuannya di depan makam Audrey. Cade Goldwin pasti telah mendengarnya dan menjadi sangat berani.“Meskipun aku menyukaimu, bukan berarti kau boleh bertindak kurang ajar.”“Meskipun pada calon
Fay Willmer tiba di Trixie menjelang makan siang. Suami istri yang ramah itu menawarinya singgah di rumah mereka untuk makan siang, tapi Fay segera menolak. Dia teringat sebuah kafe di dekat taman dan berencana untuk mengunjunginya.Setelah makan siang yang terlambat, cuaca mendadak muram. Fay mendatangi bekas rumah yang dulu ditinggalinya bersama orangtuanya. Rumah itu telah diambil alih oleh seorang paman dengan alasan ayahnya berhutang pada keluarga mereka. Dia berdiri lama di depan rumah kecil dengan sepetak kebun di sebelahnya, mengenang beberapa hal sebentar lalu pergi dari sana.Menjelang malam, Fay merasa sangat lelah dan bermaksud mencari sebuah penginapan. Dia mengingat jelas beberapa tempat dan memilih berjalan kaki menuju sebuah penginapan kecil. Serelah mandi, dia teringat ponselnya dan mendapati baterainya yang kehabisan daya. Sempat terpikir bahwa mungkin dia telah mengakibatkan keributan besar di Flyod karena pergi tanpa memberitahu siapa pun. Sementara ponselnya tida