“Sepertinya tidak ada yang parah.” Cade berjalan mendekat ke sisi tempat tidur. “Kau terlihat cukup bersemangat.”Dia bermaksud menyindir Fay. Kalimat demi kalimat gadis itu tidak menunjukkan kalau dia baru saja ditabrak sebuah mobil. Lebih kepada seseorang yang baru bangun tidur dan terus mengigau.Fay tidak cukup tersinggung. “Aku baik-baik saja. Tidak ada yang akan bisa membunuhku. Kau bisa katakan itu pada pacarmu.” Dia berujar penuh permusuhan.Di suatu saat Fay menyebut Gina sebagai mantan kekasih Cade Goldwin. Saat lainnya dia dengan sengaja menyebut gadis itu sebagai pacar lelaki itu.“Jangan asal menuduh. Belum ada bukti yang mengarah ke sana—““Aku tidak perlu bukti untuk mengetahuinya. Di dunia ini hanya Gina Treyvon yang benci setengah mati padaku.” Fay menyela cepat.Cade menyipitkan matanya. “Kenapa dia harus membencimu?”“Tuan Golwin, jangan pura-pura bodoh. Jelas sekali dia datang untuk berbaikan denganmu. Sialnya, kau memiliki putera dan puteri serta pengasuh cantik y
Fay melempar diri ke atas ranjang, di antara dua anak yang tengah meringkuk setengah mengantuk. Dia mengguncang tubuh Mike di sebelahnya dengan maksud agar anak itu sepenuhnya terjaga. "Aku pikir, sebaiknya aku meminta nona Treyvon untuk mengajariku memasak sesuatu. Kurasa dia tidak akan keberatan, " ujar Fay dengan santai. Mata Mike semula masih terasa berat. Dia bahkan mengabaikan usaha Fay yang hendak membangunkannya. Namun, begitu didengarnya perkataan sang mommy, anak itu langsung merasa seperti ada alarm yang tiba-tiba berbunyi nyaring di kepalanya, membuatnya melupakan rasa kantuk yang pada awalnya menyerang. Mike berbalik menghadap pada Fay. Dia mengawasi mommy di sebelahnya dengan alis berkerut. Anak itu memiliki firasat buruk. "Bukankah kalian bermusuhan? Kenapa Mommy tiba-tiba berpikir mengundang nona Treyvon ke sini?"Mika yang berbaring di sisi lain Fay yang mendengar percakapan itu menjadi terang kembali pikirannya. Sebentar tadi bala tentara mimpi sudah hampir menye
“Siapa kalian?” Begitu pintu terbuka, Fay langsung melontarkan pertanyaan dengan tidak sabar. Matanya menelusuri seragam yang dikenakan kedua lelaki bertubuh sedang itu. “Maaf, kami petugas kebersihan yang dipesan nyonya Goldwin. Bukankah ini apartemen tuan Goldwin?” Si lelaki dengan name tag Roy di dada kirinya menjelaskan.Di sebelahnya, lelaki dengan tubuh lebih tinggi sedikit dari Fay menganggukkan kepala dengan sopan saat gadis itu melirik ke arahnya.“Kami petugas kebersihan baru.” Teman Roy menambahkan karena melihat tatapan curiga Fay.Ron? Fay tidak terlalu mendengarkan. Dia malah tertarik dengan name tag yang mirip dari kedua lelaki di depannya.“Apa kalian kembar?” Fay menunjuk tulisan nama di masing-masing orang. “Roy dan Ron.”Roy melirik teman di sebelahnya, baru tersadar dengan kemiripan nama mereka. Kemudian dia bergegas membantah. “Ah, tidak. Nona bercanda. Kami sama sekali tidak mirip.”Bagaimana mungkin gadis ini menyimpulkan dengan begitu saja dari nama mereka yan
Waktunya terlalu tepat bagi Roy untuk menyaksikan pemandangan mengerikan itu. Awalnya dia hanya menganggap lucu perkataan Mike Goldwin. “Aku khawatir mommy dan nona Treyvon saling bunuh dengan pisau dapur.”Anak itu seperti cenayang yang mampu melihat masa depan. Meski untuk lebih masuk akalnya, analisa anak itulah yang sangat tajam. “Nona Willmer!” Roy memburu ke arah Fay sebelum gadis itu terjatuh ke lantai. “Ron, sesuatu terjadi pada nona Willmer!” Roy memanggil temannya sekuat tenaga. Ron tiba di dapur secepat yang dia bisa. Di belakangnya anak-anak mengikuti dan menjadi histeris melihat pemandangan itu. Ron segera memblokir mereka.***Cade sedang dalam perjalanan pulang waktu nyonya Goldwin memberitahu tentang kejadian itu. “Sial!” Cade tidak tahan untuk tidak mengutuk. “Langdon, pergi ke rumah sakit.”Langdon hanya melihat sekilas ke kaca pengintai. Gunung es Tuan Goldwin terlihat mencair. Dia membelok di sebuah perempatan tanpa mengatakan apa pun. Sesuatu yang buruk pasti
Untunglah pada saat itu nyonya Goldwin dan yang lainnya telah kembali. Mike dan Mika bergegas mendekati ranjang. Fay buru-buru menarik selimutnya dan memasang senyum pada semua orang.“Ibu, kalian sudah kembali?” Dia mengabaikan Cade dan tidak berani meliriknya. Kegembiraannya melihat semua orang benar-benar nyata.Apa yang baru saja laki-laki ini katakan? Dia ingin mereka menjadi kekasih sesungguhnya? Apa dia sudah gila? “Mommy, apa kau baik-baik saja? Sudah tidak sakit lagi?” Mika mendesak ayahnya yang masih duduk di tepi ranjang. Dia kini menghalangi jarak keduanya.Fay menjadi lebih bersyukur. Dia menggeleng dengan cepat. “Tidak sakit lagi. Nona Treyvon terlalu lemah. Dia hanya mendorong pisaunya sedikit.” Itu sepenuhnya tidak benar. Pereda nyeri itu tidak sepenuhnya menahan rasa sakit. Tapi kegembiraan Fay membuat rasa sakit itu sedikit berkurang.Mika mengawasi baju pasien yang dikenakan Fay. Perbannya tidak terlihat dari luar. Tapi anak itu masih membayangkan pisau yang menanc
Luka Fay nyaris pulih dengan sempurna. Itu hanya berupa bagian yang mulai mengering. Tapi sudah dua hari Fay mulai kembali kuliah dan merasa lega karena terbebas dari perasaan bosan karena harus tinggal di Flyod sepanjang hari. Apa lagi perilaku menjengkelkan Cade tidak saja mengganggunya saat lelaki itu sedang berada di apartemen. Ketika dia sedang sendirian pun, Cade terus memasuki pikirannya dan membuatnya tertekan. Malam ini anak-anak memesan hidangan yang terdiri dari udang dan beberapa menu lainnya. Mereka menjadi terampil memilih menu dibandingkan Fay. Cade telah lama membiarkan anak-anak memesan yang mereka sukai. Fay sendiri sudah lama tidak ikut campur soal memilih hidangan ini. Untungnya dia tipe pemakan segala. Omnivora sejati.Fay sedang melamun waktu seseorang meletakkan seekor udang yang sudah dikupas ke piringnya. Dia menoleh dan melihat Cade yang sedang mengupas udang lain dengan cekatan. Fay meringis. Jika yang mengupaskan udang adalah orang lain dan bukan Cade, di
Cade baru saja berganti pakaian setelah mandi waktu pintu kamarnya digedor. Dia mengerutkan kening, mencoba memikirkan kemungkinan yang salah. Siapa lagi yang akan berani menggedor pintu kamarnya kalau bukan gadis itu?Begitu pintu dibuka, Fay menyerbu seperti badai. Dia mendorong Cade dengan keras lalu melempar kotak coklat di tangannya ke lantai kamar.“Aku sudah katakan, berhenti menggangguku. Ambil kembali coklatnya. Aku tidak butuh itu!” Fay meraung dalam kemarahan yang membingungkan.Dia suka cokelat. Sebenarnya dia menyukai makanan apa saja. Cokelat memang terlihat lebih manis sebagai hadiah. Mungkin karena itulah orang-orang menyukainya sebagai pemberian untuk orang-orang terkasih di hari Valentine. Fay sesekali mendapatkan juga dari beberapa orang bodoh yang mengira bisa mengambil hatinya. Fay tidak pernah menolak. Dia bahkan memakannya habis. Tapi tentu saja itu tidak berarti dia menganggap penting cokelat Valentine. Di matanya, cokelat itu hanya makanan. Tidak lebih.Tapi k
Fay tidak pergi makan malam. Dia mengunci diri di kamarnya dan tak menggubris ketukan di pintu serta permintaan maaf Mika. Apa yang harus dimaafkan? Mika mengatakan yang sebenarnya. Sementara Cade dan Mike, ya Tuhan! Tidak bisakah mereka bicara lebih jujur? Tapi memang sejak awal ini salah dirinya sendiri. Saat melihat kotak cokelat itu, pikirannya langsung tertuju pada Cade. Bagaimana bisa dia berpikir bahwa itu adalah Callie?Gadis itu, Fay ingin sekali memukulinya. Selama bertahun-tahun pertemanan mereka, mengapa Callie baru terpikir memberikan cokelat Valentine tahun ini. Waktunya sangat tepat dengan gangguan-gangguan yang diterimanya. Memikirkan Callie, membuat Fay bangun dari berbaringnya. Sejak Mika memberitahu si pemberi cokelat yang sesungguhnya, Fay merasa malu hingga nyaris gila. Di ranjang dia berguling-guling hingga kepalanya pusing.“Mommy, kau mau kemana?” Anak-anak membuntuti Fay saat melihat gadis itu mengenakan mantel dan ransel kecilnya.“Ke tempat Callie. Aku a
Hari kelima bulan madu.Matahari telah mulai naik hingga seperempatnya. Di dalam kamar tidur yang luas dan mewah suasananya terasa hening. Suara hiasan gantung di balkon yang tertiup angin bergemerincing samar menjadi satu-satunya yang terdengar.Di lantai kamar, berserakan pakaian pria dan wanita. Pemandangannya sedikit kacau dan ambigu. Sementara di tempat tidur lebih berantakan lagi. Seakan sebuah badai pernah datang di kamar ini kemarin malam lalu pergi setelah puas memorak-porandakan semuanya.Kelopak mata Fay bergerak-gerak sebelum kemudian membuka. Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah otot-otot dada yang terbuka. Dan aroma keintiman semalam segera memasuki indera penciumannya. Dia menjadi linglung sejenak.Setiap terbangun selama beberapa pagi, dia masih merasa asing dengan pemandangan ini. Lelaki yang memeluknya, bau tubuhnya, seisi ruangan, semua baru dan asing. Fay ingin menolak percaya bahwa ini nyata, tapi dia tidak berdaya. Dirinya telah menjadi milik Cade Goldwin, l
Pesta pernikahan Cade Goldwin dan Fay Willmer berlangsung tertutup untuk umum. Itu diadakan di sebuah pulau pribadi dengan hanya tidak lebih dari seratus orang undangan. Para wartawan dari berbagai media massa hanya bisa menunggu di sekitar garis pantai dan pelabuhan saat puluhan helikopter secara bergantian menjemput tamu. Keluarga Goldwin bahkan melarang peliputan langsung dan tidak memberikan ijin kepada satu pun media. Mereka hanya akan membuat sebuah berita di halaman website resmi Goldwin Group.Orang yang paling lega akan hal itu adalah Fay Willmer. Dia memang tidak peduli dengan status dan pandangan orang terhadapnya. Tapi nama Goldwin terlalu berat untuk dibawa. Dia merasa akan merepotkan jika harus kemana-mana dengan identitas istimewa itu. Dengan adanya pernikahan yang tertutup seperti ini, identitasnya hanya diketahui segelintir orang.Selain beberapa kerabat dan sahabat dekat, ada juga pejabat dari pemerintahan dan rekan bisnis serta beberapa keluarga kelas atas yang juml
Akhirnya cerita ini selesai juga. Terima kasih untuk semua pembaca yang setia mengikuti kisah Fay, Cade dan duo M hingga bab ini. Maaf, jika harus sering membuat semua menunggu. Sekali lagi, terima kasih atas semua dukungannya dengan memberi komentar, rate, ulasan, like dan gem. Karena dukungan kalian semua lah cerita ini beberapa kali mendapat promosi dari pihak platform. Terima kasih juga kalau ada yang sudah rekomendasiin cerita ini ke teman-teman. Ini ada ngga, ya? 🤔Tapi, eits tunggu dulu! Akan ada bab tambahan setelah ini ya....Akhirnya, seperti biasa, author doakan semoga semua pembaca selalu sehat, bahagia, dan lancar rejekinya. Aamiin.Salam
Callie memutar bola matanya. “Bodoh. Apa aku terlihat seperti calon pengantin?”Alis nyonya Goldwin berkerut. Apa Fay lupa kalau dirinya yang akan menikah? Semalam Cade memberitahu bahwa Fay telah setuju untuk menikah dengannya. Jadi, dia menyuruh keluarga Goldwin untuk datang menghadiri formalitas pernikahan. Sedangkan perayaannya sendiri akan diatur kemudian. Cade khawatir gadis ini akan berubah pikiran. Jadi dia berencana untuk mendapatkan buku nikah terlebih dahulu.Fay menggaruk kepalanya dengan ekspresi bingung. “Menurutku kau memang tampak seperti pengantin wanita—““Bicara omong kosong lagi? Bukankah hari ini kalian akan menikah? Jangan katakan kalau kau tidak ingat.” Callie sedikit kesal dengan kelambanan Fay dalam menggunakan otaknya.“Hah? A-aku—“ Fay melihat pada anak-anak meminta seseorang memberi penjelasan.“Mommy, daddy sudah selesai bersiap-siap. Tapi kau bahkan belum mandi. Cepatlah.” Mika juga terlihat tidak sabar.Fay seketika panik. “Siapa yang mengatakan aku akan
Alis Fay mengernyit. “Bicarakan nanti saja. Ayo, bangun. Aku bantu.” Cade menahan tangan Fay, dia memeganginya dengan erat. “Dengar dulu. Jika nanti hasil pemeriksaannya buruk, aku ingin kau berjanji padaku untuk menjaga anak-anak. Mungkin saja aku akan mati. Siapa tahu?”“Jangan bicara sembarangan!” Fay tiba-tiba merasa tenggorokannya tersekat. Itu mengingatkannya pada Audrey sebelum kematiannya. “Kau tidak akan mati.”“Semua orang akan mati.” Cade mengingatkan.“Setidaknya kau tidak akan mati secepat itu.” Fay merasa airmatanya akan jatuh. “Ayo bangun!”“Berjanjilah dulu—““Berjanji apa?” Suara Fay nyaris pecah. “Kau tidak akan mati. Jadi aku tidak perlu menjaga dua anak menjengkelkan itu.”Cade diam-diam melirik pada mata yang mulai berkabut. Astaga! Ini memang sedikit berlebihan. Dia cukup sadar bahwa Fay mungkin akan mengamuk jika tahu dirinya telah dikerjai.Tangan gemetar Fay diraihnya. “Berjanjilah untuk menikah denganku jika memang ini baik-baik saja.” Cade mengucapkan kali
Fay tidak ingin melihat Cade, tapi anak-anak merengek dan terus mendesak. Dia tidak tahan mendengar rengekan anak kecil. Dengan enggan dia pergi juga ke kamar lelaki itu dengan dua pasang tangan mungil menyeretnya.“Aku harap kalian tidak menipuku.” Fay memperingatkan.Tiba di kamar yang tidak asing lagi bagi Fay karena pernah semalaman terjebak di dalamnya, dia melihat Cade yang terbaring pucat di bawah selimut. Matanya terpejam rapat. “Badan daddy panas. Sepertinya demam. Mommy periksa saja.” Mika tahu kalau Fay curiga mereka telah berbohong.Tadi malam Mika dan Mike tidur di kamar ayahnya. Pagi sekali Mike terbangun karena merasakan kulit ayahnya yang seperti terbakar. Waktu Mike mencoba membangunkan dan menanyakan keadaan ayahnya, dia hanya mendapatkan jawaban berupa keluhan. Mata ayahnya sempat membuka sedikit, tapi lalu kembali terpejam dan tidak membuka lagi.Dengan enggan Fay menyentuh dahi lelaki itu. Hanya sebentar, dia langsung menarik tangannya lagi. Benar-benar panas. Bu
Mike dan Mika sesungguhnya masih terjaga. Mereka menguping pembicaraan nenek dan ayahnya tadi siang, menjadi penasaran kapan ayah mereka berbicara serius dengan mommy.Mike menekuk bibirnya, mempertahankan harga dirinya. “Aku tidak penasaran. Aku bisa memastikan kalau daddy akan membicarakan tentang rencana pernikahan mereka.”“Tapi aku penasaran. Aku ingin tahu apa mommy akan tersipu saat mengatakan setuju menikah dengan daddy.” Mika terkikik pelan saat membayangkannya. Itu terdengar menarik. Mike tidak bisa menahan godaan untuk mengintip.“Baiklah, kita pergi.” Akhirnya Mike setuju.Mika mengacungkan jempolnya, memuji keputusan saudara laki-lakinya. Keduanya berjalan beriringan, mengendap-endap mengikuti arah kepergian dua orang dewasa tadi.Pintu ke arah balkon terbuka, menandakan kalau ada orang di luar sana. Angin dingin berhembus masuk, menyapu dua wajah kecil yang menyembul diam-diam dari balik daun pintu.Hanya ada kursi panjang di luar. Tak ada bayangan seorang pun. Kedua
“Berhenti menyuapiku. Aku bisa melakukannya sendiri.” Fay terus mengatakan itu, tapi Cade juga terus mengarahkan sendok berisi bubur ke mulut gadis itu. Fay ingin mengelak, tapi Cade telah membuat sebuah ancaman yang membuat telinganya memerah.Setengah jam yang lalu dia terbangun oleh sebuah sentuhan hangat di bibirnya. Waktu Fay membuka mata, sebuah wajah menawan berada sangat dekat dengannya.Fay mendorong. Hanya dengan sebelah tangannya. Sementara tangannya yang lain yang ternyata tengah memakai jarum infus ditahan Cade .“Apa--yang kau lakukan?” Fay tergagap.Napas Cade menerpa wajahnya, membuat Fay tidak berani menghirup udara. Dia teringat aroma ini suatu ketika.“Menurutmu apa?” Cade tersenyum menggoda.Fay kalang kabut. “Menjauh dariku. Kau—kau jangan kurang ajar!” Dia lalu teringat pengakuannya di depan makam Audrey. Cade Goldwin pasti telah mendengarnya dan menjadi sangat berani.“Meskipun aku menyukaimu, bukan berarti kau boleh bertindak kurang ajar.”“Meskipun pada calon
Fay Willmer tiba di Trixie menjelang makan siang. Suami istri yang ramah itu menawarinya singgah di rumah mereka untuk makan siang, tapi Fay segera menolak. Dia teringat sebuah kafe di dekat taman dan berencana untuk mengunjunginya.Setelah makan siang yang terlambat, cuaca mendadak muram. Fay mendatangi bekas rumah yang dulu ditinggalinya bersama orangtuanya. Rumah itu telah diambil alih oleh seorang paman dengan alasan ayahnya berhutang pada keluarga mereka. Dia berdiri lama di depan rumah kecil dengan sepetak kebun di sebelahnya, mengenang beberapa hal sebentar lalu pergi dari sana.Menjelang malam, Fay merasa sangat lelah dan bermaksud mencari sebuah penginapan. Dia mengingat jelas beberapa tempat dan memilih berjalan kaki menuju sebuah penginapan kecil. Serelah mandi, dia teringat ponselnya dan mendapati baterainya yang kehabisan daya. Sempat terpikir bahwa mungkin dia telah mengakibatkan keributan besar di Flyod karena pergi tanpa memberitahu siapa pun. Sementara ponselnya tida