Saat Gina dan Cade masing-masing menghadapi sebuah mesin capit dengan satu anak berdiri di sisi mereka, tak satu pun yang terlihat antusias. Jika dulu Cade terprovokasi dengan penampilan Fay saat bermain, kali ini dia dengan malas menggerakkan tuas pengendali. Bahkan satu tangannya tak sekali pun dikeluarkan dari saku celana. Mike di sebelahnya cemberut saat ayahnya berkali-kali gagal mendapatkan boneka dari dalam sana.Di sisi lain, ketenangan Gina sudah tidak bisa lagi dikendalikan. Kegagalannya setiap kali mencoba meraih boneka dengan pencapit yang bergerak di dalam sana membuatnya menggertakkan gigi berkali-kali. Dan Mika yang beberapa kali menyebut kepandaian Fay dalam memenangkan hadiah membuat gadis itu menggebrak mesin capit di depannya.Brak! Suara itu tidak membuat Mika terkejut. Tapi hal itu membuat Cade dan Mike yang berdiri di sisi lain menoleh. Gina biasanya anggun dan menawan, saat ini penampilannya terlihat menyedihkan. “Cade, karena kau juga tidak berhasil memenangka
“Apa yang sedang kau lakukan?” Cade merasa kepalanya tiba-tiba sakit menyaksikan kekacauan itu.Fay menyerupai hantu putih. Tepung menutupi rambut dan wajahnya. Tadi saat dia mencoba memungut sesuatu dari lantai, tangannya menyenggol wadah berisi tepung hingga jatuh menimpa kepalanya. “Aku sedang menyiapkan sarapan.” Fay menyeka tepung di wajah dan berusaha menyingkirkan yang lainnya dari rambutnya. Penampilannya benar-benar kacau. Tapi dia masih bisa tersenyum.“Kau yakin tidak akan meledakkan dapurnya?” ujar Cade menyindir.Fay perlu waktu beberapa detik untuk mencerna ucapan Cade. Sebuah seringai kecil kemudian muncul di wajahnya.“Jangan khawatir, Tuan Goldwin. Ini memang sedikit kacau. Tapi aku yakin, setelah mencicipi pancake yang aku buat, kau pasti akan melupakan kekacauan ini.”Cade tidak tahu harus mengatakan apa. Gadis ini memiliki penyakit narsis yang parah. Saat itu dua kepala muncul dari balik pintu. Mereka melihat ke dalam dan mengira Fay dan Cade baru saja berkelahi
Cade berbalik dan menemukan Gina yang sedang menatap ke arah lantai dengan pandangan tidak percaya. Wajah gadis itu merah padam karena marah.“Ada apa?” Cade mendekat.Lantai di dekat kursi Mike digenangi cairan lengket.“Maaf, Nona Treyvon. Aku tidak sengaja.” Mike berujar santai. Ekspresinya menunjukkan penyesalan palsu. Ada seringai yang tersembunyi di sudut mulut anak itu.Gina menggeleng pelan berkali-kali. “Tidak,” ujarnya sambil menatap anak laki-laki itu. “Kau sengaja, Mike. Kau sengaja menumpahkannya. Aku melihatnya sendiri.”Dia ingin sekali membunuh anak ini.Mike tidak membantahnya. Dia hanya menggerakkan pundak kecilnya dengan acuh.“Apa maksudmu, Mike? Kenapa kau menumpahkannya?” Gina mengejar ketidakpedulian anak itu. Cairan telur menjadi sangat menjijikkan saat berada di lantai. Anak itu sepertinya ingin dia membersihkan lantai lagi hari ini.“Gina, berhenti bicara sembarangan. Mike bilang tidak sengaja dan dia sudah minta maaf.” Cade berkata dengan nada dingin.Gina m
“Tidak mungkin. Aku sudah merencanakan semuanya dengan hati-hati. Cade tidak mungkin tahu.” Gina baru mengetahui kegagalan rencananya mengirim sahabatnya ke ranjang Cade Goldwin setelah berada di luar negeri. Dia ingin membuat Cade seakan telah berselingkuh. Jadi, dia punya alasan untuk pergi. Nyatanya malam itu Cade tidak tidur dengan sahabatnya.“Aku selalu bertanya, bagaimana kau bisa punya rencana gila itu. Apa kurangnya tuan Goldwin? Kau masih mengejar saudara angkatmu ke luar negeri—““Aku harus berdamai dengan Kurt. Dia tidak boleh membenciku.” Kurt adalah kartu emasnya. Dia adalah pemimpin masa depan dalam bisnis keluarga Treyvon. Gina pikir saudara angkatnya menyukainya dan memutuskan pergi karena adik perempuannya jatuh cinta dengan lelaki lain. Gina tidak mau kehilangan kasih sayang Kurt. Cade saat itu lebih mudah dikendalikan. Jadi dia memutuskan pergi untuk membujuk Kurt. Suatu hari dia akan kembali ke Axton dan memenangkan lagi hati Cade.Dia hanya tak mengira jika ma
Satu-satunya yang harus dilakukan anak-anak adalah menelepon ayah mereka.“Daddy, bisakah kau pulang lebih cepat? Mommy sepertinya akan memasak untuk makan malam. Kau harus melakukan sesuatu untuk mencegahnya. Kami khawatir dia akan meledakkan dapurnya kali ini.” Mike bicara di telepon.Mika memperhatikan kakaknya dengan tidak sabar. Ayah mereka harus pulang secepat mungkin.Cade sedikit pusing. Ada banyak hal yang harus dia tangani di perusahaan. Dia tidak bisa pulang buru-buru. Tapi memang Fay Willmer tidak pernah membuatnya bisa tenang. “Sebentar lagi aku pulang.” Pada akhirnya Cade harus melepaskan semua pekerjaannya. Fay benar satu hal, dia tidak akan bangkrut jika memberikan sedikit waktunya untuk anak-anak.Terdengar helaan napas lega di bagian lain sambungan. Meski daddy kadang juga tidak berdaya menghadapi mommy, setidaknya mereka tidak sendiri.Begitu Cade tiba di apartemen, anak-anak langsung mendorongnya ke dapur. Saat itu Fay terlihat mulai menggelar isi kantong belanjaa
“Sepertinya tidak ada yang parah.” Cade berjalan mendekat ke sisi tempat tidur. “Kau terlihat cukup bersemangat.”Dia bermaksud menyindir Fay. Kalimat demi kalimat gadis itu tidak menunjukkan kalau dia baru saja ditabrak sebuah mobil. Lebih kepada seseorang yang baru bangun tidur dan terus mengigau.Fay tidak cukup tersinggung. “Aku baik-baik saja. Tidak ada yang akan bisa membunuhku. Kau bisa katakan itu pada pacarmu.” Dia berujar penuh permusuhan.Di suatu saat Fay menyebut Gina sebagai mantan kekasih Cade Goldwin. Saat lainnya dia dengan sengaja menyebut gadis itu sebagai pacar lelaki itu.“Jangan asal menuduh. Belum ada bukti yang mengarah ke sana—““Aku tidak perlu bukti untuk mengetahuinya. Di dunia ini hanya Gina Treyvon yang benci setengah mati padaku.” Fay menyela cepat.Cade menyipitkan matanya. “Kenapa dia harus membencimu?”“Tuan Golwin, jangan pura-pura bodoh. Jelas sekali dia datang untuk berbaikan denganmu. Sialnya, kau memiliki putera dan puteri serta pengasuh cantik y
Fay melempar diri ke atas ranjang, di antara dua anak yang tengah meringkuk setengah mengantuk. Dia mengguncang tubuh Mike di sebelahnya dengan maksud agar anak itu sepenuhnya terjaga. "Aku pikir, sebaiknya aku meminta nona Treyvon untuk mengajariku memasak sesuatu. Kurasa dia tidak akan keberatan, " ujar Fay dengan santai. Mata Mike semula masih terasa berat. Dia bahkan mengabaikan usaha Fay yang hendak membangunkannya. Namun, begitu didengarnya perkataan sang mommy, anak itu langsung merasa seperti ada alarm yang tiba-tiba berbunyi nyaring di kepalanya, membuatnya melupakan rasa kantuk yang pada awalnya menyerang. Mike berbalik menghadap pada Fay. Dia mengawasi mommy di sebelahnya dengan alis berkerut. Anak itu memiliki firasat buruk. "Bukankah kalian bermusuhan? Kenapa Mommy tiba-tiba berpikir mengundang nona Treyvon ke sini?"Mika yang berbaring di sisi lain Fay yang mendengar percakapan itu menjadi terang kembali pikirannya. Sebentar tadi bala tentara mimpi sudah hampir menye
“Siapa kalian?” Begitu pintu terbuka, Fay langsung melontarkan pertanyaan dengan tidak sabar. Matanya menelusuri seragam yang dikenakan kedua lelaki bertubuh sedang itu. “Maaf, kami petugas kebersihan yang dipesan nyonya Goldwin. Bukankah ini apartemen tuan Goldwin?” Si lelaki dengan name tag Roy di dada kirinya menjelaskan.Di sebelahnya, lelaki dengan tubuh lebih tinggi sedikit dari Fay menganggukkan kepala dengan sopan saat gadis itu melirik ke arahnya.“Kami petugas kebersihan baru.” Teman Roy menambahkan karena melihat tatapan curiga Fay.Ron? Fay tidak terlalu mendengarkan. Dia malah tertarik dengan name tag yang mirip dari kedua lelaki di depannya.“Apa kalian kembar?” Fay menunjuk tulisan nama di masing-masing orang. “Roy dan Ron.”Roy melirik teman di sebelahnya, baru tersadar dengan kemiripan nama mereka. Kemudian dia bergegas membantah. “Ah, tidak. Nona bercanda. Kami sama sekali tidak mirip.”Bagaimana mungkin gadis ini menyimpulkan dengan begitu saja dari nama mereka yan
Hari kelima bulan madu.Matahari telah mulai naik hingga seperempatnya. Di dalam kamar tidur yang luas dan mewah suasananya terasa hening. Suara hiasan gantung di balkon yang tertiup angin bergemerincing samar menjadi satu-satunya yang terdengar.Di lantai kamar, berserakan pakaian pria dan wanita. Pemandangannya sedikit kacau dan ambigu. Sementara di tempat tidur lebih berantakan lagi. Seakan sebuah badai pernah datang di kamar ini kemarin malam lalu pergi setelah puas memorak-porandakan semuanya.Kelopak mata Fay bergerak-gerak sebelum kemudian membuka. Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah otot-otot dada yang terbuka. Dan aroma keintiman semalam segera memasuki indera penciumannya. Dia menjadi linglung sejenak.Setiap terbangun selama beberapa pagi, dia masih merasa asing dengan pemandangan ini. Lelaki yang memeluknya, bau tubuhnya, seisi ruangan, semua baru dan asing. Fay ingin menolak percaya bahwa ini nyata, tapi dia tidak berdaya. Dirinya telah menjadi milik Cade Goldwin, l
Pesta pernikahan Cade Goldwin dan Fay Willmer berlangsung tertutup untuk umum. Itu diadakan di sebuah pulau pribadi dengan hanya tidak lebih dari seratus orang undangan. Para wartawan dari berbagai media massa hanya bisa menunggu di sekitar garis pantai dan pelabuhan saat puluhan helikopter secara bergantian menjemput tamu. Keluarga Goldwin bahkan melarang peliputan langsung dan tidak memberikan ijin kepada satu pun media. Mereka hanya akan membuat sebuah berita di halaman website resmi Goldwin Group.Orang yang paling lega akan hal itu adalah Fay Willmer. Dia memang tidak peduli dengan status dan pandangan orang terhadapnya. Tapi nama Goldwin terlalu berat untuk dibawa. Dia merasa akan merepotkan jika harus kemana-mana dengan identitas istimewa itu. Dengan adanya pernikahan yang tertutup seperti ini, identitasnya hanya diketahui segelintir orang.Selain beberapa kerabat dan sahabat dekat, ada juga pejabat dari pemerintahan dan rekan bisnis serta beberapa keluarga kelas atas yang juml
Akhirnya cerita ini selesai juga. Terima kasih untuk semua pembaca yang setia mengikuti kisah Fay, Cade dan duo M hingga bab ini. Maaf, jika harus sering membuat semua menunggu. Sekali lagi, terima kasih atas semua dukungannya dengan memberi komentar, rate, ulasan, like dan gem. Karena dukungan kalian semua lah cerita ini beberapa kali mendapat promosi dari pihak platform. Terima kasih juga kalau ada yang sudah rekomendasiin cerita ini ke teman-teman. Ini ada ngga, ya? 🤔Tapi, eits tunggu dulu! Akan ada bab tambahan setelah ini ya....Akhirnya, seperti biasa, author doakan semoga semua pembaca selalu sehat, bahagia, dan lancar rejekinya. Aamiin.Salam
Callie memutar bola matanya. “Bodoh. Apa aku terlihat seperti calon pengantin?”Alis nyonya Goldwin berkerut. Apa Fay lupa kalau dirinya yang akan menikah? Semalam Cade memberitahu bahwa Fay telah setuju untuk menikah dengannya. Jadi, dia menyuruh keluarga Goldwin untuk datang menghadiri formalitas pernikahan. Sedangkan perayaannya sendiri akan diatur kemudian. Cade khawatir gadis ini akan berubah pikiran. Jadi dia berencana untuk mendapatkan buku nikah terlebih dahulu.Fay menggaruk kepalanya dengan ekspresi bingung. “Menurutku kau memang tampak seperti pengantin wanita—““Bicara omong kosong lagi? Bukankah hari ini kalian akan menikah? Jangan katakan kalau kau tidak ingat.” Callie sedikit kesal dengan kelambanan Fay dalam menggunakan otaknya.“Hah? A-aku—“ Fay melihat pada anak-anak meminta seseorang memberi penjelasan.“Mommy, daddy sudah selesai bersiap-siap. Tapi kau bahkan belum mandi. Cepatlah.” Mika juga terlihat tidak sabar.Fay seketika panik. “Siapa yang mengatakan aku akan
Alis Fay mengernyit. “Bicarakan nanti saja. Ayo, bangun. Aku bantu.” Cade menahan tangan Fay, dia memeganginya dengan erat. “Dengar dulu. Jika nanti hasil pemeriksaannya buruk, aku ingin kau berjanji padaku untuk menjaga anak-anak. Mungkin saja aku akan mati. Siapa tahu?”“Jangan bicara sembarangan!” Fay tiba-tiba merasa tenggorokannya tersekat. Itu mengingatkannya pada Audrey sebelum kematiannya. “Kau tidak akan mati.”“Semua orang akan mati.” Cade mengingatkan.“Setidaknya kau tidak akan mati secepat itu.” Fay merasa airmatanya akan jatuh. “Ayo bangun!”“Berjanjilah dulu—““Berjanji apa?” Suara Fay nyaris pecah. “Kau tidak akan mati. Jadi aku tidak perlu menjaga dua anak menjengkelkan itu.”Cade diam-diam melirik pada mata yang mulai berkabut. Astaga! Ini memang sedikit berlebihan. Dia cukup sadar bahwa Fay mungkin akan mengamuk jika tahu dirinya telah dikerjai.Tangan gemetar Fay diraihnya. “Berjanjilah untuk menikah denganku jika memang ini baik-baik saja.” Cade mengucapkan kali
Fay tidak ingin melihat Cade, tapi anak-anak merengek dan terus mendesak. Dia tidak tahan mendengar rengekan anak kecil. Dengan enggan dia pergi juga ke kamar lelaki itu dengan dua pasang tangan mungil menyeretnya.“Aku harap kalian tidak menipuku.” Fay memperingatkan.Tiba di kamar yang tidak asing lagi bagi Fay karena pernah semalaman terjebak di dalamnya, dia melihat Cade yang terbaring pucat di bawah selimut. Matanya terpejam rapat. “Badan daddy panas. Sepertinya demam. Mommy periksa saja.” Mika tahu kalau Fay curiga mereka telah berbohong.Tadi malam Mika dan Mike tidur di kamar ayahnya. Pagi sekali Mike terbangun karena merasakan kulit ayahnya yang seperti terbakar. Waktu Mike mencoba membangunkan dan menanyakan keadaan ayahnya, dia hanya mendapatkan jawaban berupa keluhan. Mata ayahnya sempat membuka sedikit, tapi lalu kembali terpejam dan tidak membuka lagi.Dengan enggan Fay menyentuh dahi lelaki itu. Hanya sebentar, dia langsung menarik tangannya lagi. Benar-benar panas. Bu
Mike dan Mika sesungguhnya masih terjaga. Mereka menguping pembicaraan nenek dan ayahnya tadi siang, menjadi penasaran kapan ayah mereka berbicara serius dengan mommy.Mike menekuk bibirnya, mempertahankan harga dirinya. “Aku tidak penasaran. Aku bisa memastikan kalau daddy akan membicarakan tentang rencana pernikahan mereka.”“Tapi aku penasaran. Aku ingin tahu apa mommy akan tersipu saat mengatakan setuju menikah dengan daddy.” Mika terkikik pelan saat membayangkannya. Itu terdengar menarik. Mike tidak bisa menahan godaan untuk mengintip.“Baiklah, kita pergi.” Akhirnya Mike setuju.Mika mengacungkan jempolnya, memuji keputusan saudara laki-lakinya. Keduanya berjalan beriringan, mengendap-endap mengikuti arah kepergian dua orang dewasa tadi.Pintu ke arah balkon terbuka, menandakan kalau ada orang di luar sana. Angin dingin berhembus masuk, menyapu dua wajah kecil yang menyembul diam-diam dari balik daun pintu.Hanya ada kursi panjang di luar. Tak ada bayangan seorang pun. Kedua
“Berhenti menyuapiku. Aku bisa melakukannya sendiri.” Fay terus mengatakan itu, tapi Cade juga terus mengarahkan sendok berisi bubur ke mulut gadis itu. Fay ingin mengelak, tapi Cade telah membuat sebuah ancaman yang membuat telinganya memerah.Setengah jam yang lalu dia terbangun oleh sebuah sentuhan hangat di bibirnya. Waktu Fay membuka mata, sebuah wajah menawan berada sangat dekat dengannya.Fay mendorong. Hanya dengan sebelah tangannya. Sementara tangannya yang lain yang ternyata tengah memakai jarum infus ditahan Cade .“Apa--yang kau lakukan?” Fay tergagap.Napas Cade menerpa wajahnya, membuat Fay tidak berani menghirup udara. Dia teringat aroma ini suatu ketika.“Menurutmu apa?” Cade tersenyum menggoda.Fay kalang kabut. “Menjauh dariku. Kau—kau jangan kurang ajar!” Dia lalu teringat pengakuannya di depan makam Audrey. Cade Goldwin pasti telah mendengarnya dan menjadi sangat berani.“Meskipun aku menyukaimu, bukan berarti kau boleh bertindak kurang ajar.”“Meskipun pada calon
Fay Willmer tiba di Trixie menjelang makan siang. Suami istri yang ramah itu menawarinya singgah di rumah mereka untuk makan siang, tapi Fay segera menolak. Dia teringat sebuah kafe di dekat taman dan berencana untuk mengunjunginya.Setelah makan siang yang terlambat, cuaca mendadak muram. Fay mendatangi bekas rumah yang dulu ditinggalinya bersama orangtuanya. Rumah itu telah diambil alih oleh seorang paman dengan alasan ayahnya berhutang pada keluarga mereka. Dia berdiri lama di depan rumah kecil dengan sepetak kebun di sebelahnya, mengenang beberapa hal sebentar lalu pergi dari sana.Menjelang malam, Fay merasa sangat lelah dan bermaksud mencari sebuah penginapan. Dia mengingat jelas beberapa tempat dan memilih berjalan kaki menuju sebuah penginapan kecil. Serelah mandi, dia teringat ponselnya dan mendapati baterainya yang kehabisan daya. Sempat terpikir bahwa mungkin dia telah mengakibatkan keributan besar di Flyod karena pergi tanpa memberitahu siapa pun. Sementara ponselnya tida