"Cade, aku…." Pricilla ingin mengulur waktu.
Sudah seminggu mereka tak bertemu. Cade bahkan tidak pernah menelponnya. Adakah lelaki ini mulai bosan padanya? Padahal mereka baru menjalin hubungan sebulan ini. Pricilla merasa cemas. Dia tidak rela jika harus putus dengan cepat. Impiannya adalah impian para gadis Axton, menjadi nyonya Goldwin.Cade mengabaikan gadis itu. Dia melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda. Hingga kemudian karena pengabaiannya, dengan tak berdaya Pricilla pergi dari kantornya. Barulah setelah itu Cade melemparkan lembaran dokumen di tangannya ke atas meja.Baginya, Pricilla hanyalah alat. Dia menjadikan gadis itu sebagai kekasihnya agar nyonya besar Goldwin kesal. Pricilla bukan tipe menantu yang diinginkan ibunya, Cade tahu.Namun Cade mendadak pusing waktu sang ibu mendesaknya menikahi Pricilla.'Pricilla atau gadis yang lainnya. Ibu tidak peduli.' Begitu ultimatum dari wanita keras kepala yang sudah melahirkan Cade.***"Jangan bicara sembarangan!" ujar Fay setelah berhenti dari batuknya. Mukanya sampai merah. Merah karena batuk. Merah karena ide konyol si kembar yang menjodohkannya dengan Cade Goldwin.Cade adalah langit. Sedangkan Fay adalah bumi. Pada sisi yang mana mereka bisa dipertemukan? Namun masalahnya bukan itu. Fay benci siapa pun lelaki yang sudah membuat Audrey menderita. Meski itu seorang Goldwin sekalipun.Di depannya, Mike dan Mika menyusut wajah mereka dengan ujung lengan baju kiri kanan bergantian. Wajah mereka basah gara-gara tersembur air. Keduanya menekuk bibir."Mommy kami bilang kau boleh menggantikan dia. Jadi kami pikir hanya kau yang pantas menjadi ibu kami." Mike bersikeras dengan idenya setelah selesai mengelap wajah."Dan daddy kalian akan mengamuk kalau mendengarnya. Aku harap dia tidak berpikir kalau aku telah memanfaatkan kalian untuk menjadi nyonya Goldwin." Sebuah firasat buruk sekilas memasuki pikiran Fay.Bagaimana kalau dua bocah keras kepala ini nekat menjodohkannya? Cade Goldwin akan memiliki pandangan buruk terhadapnya. Tapi apa peduli Fay dengan pandangan lelaki bajingan itu? Dia berjanji akan pergi sejauh mungkin dari pandangan dua anak itu kalau ayah mereka memutuskan datang menjemput."Kami akan meyakinkan daddy kalau mommy yang terbaik."Kata-kata Mika langsung membuat Fay mau muntah. Anak ini sedang memujinya? Padahal selama ini jelas-jelas Fay tidak menyembunyikan perasaan tidak sukanya.Fay ingin mengatakan hal semacam, masih banyak gadis lain yang pantas menjadi mommy mereka kelak. Tapi kemudian dia merasa percuma saja berdebat dengan mereka. Tak akan ada habisnya."Baiklah. Pembicaraan tentang daddy selesai. Semoga yang kalian katakan benar. Jadi aku bisa kuliah dan bekerja dengan tenang tanpa perlu berpikir bahwa di rumahku sedang menunggu dua bocah untuk diberi makan." Fay berkata sambil diam-diam memperhatikan ekspresi kedua anak itu dan merasa heran karena justru menemukan keduanya sedang tersenyum-senyum menyebalkan.Kenapa kata-katanya tidak sanggup menyinggung perasaan dua anak ini? Apa hati mereka terbuat dari batu?"Mommy, kalau daddy menjemput kami, kau juga harus ikut tinggal bersama. Kami tidak akan membiarkan kau sendirian di sini. Kami tahu rasanya kesepian ditinggalkan." Mika berjalan ke arah Fay dan naik ke sofa lalu memeluknya.Fay rasanya ingin menangis. Tidak tahu harus terharu atau justru marah mendengar ocehan bocah cantik ini.Sejak dulu Fay juga tinggal sendiri. Sejak ayah, ibu dan adiknya kecelakaan lima tahun yang lalu. Kemudian tak seorang pun dari sanak kerabat yang mau mengulurkan tangan mereka memberi tempat bernaung. Justru Audrey seorang yang tidak Fay kenal yang menawarkan kehangatan seorang saudari. Lalu ketika Fay telah cukup kuat berdiri sendiri, dia pergi ke Axton untuk bekerja dan melanjutkan pendidikannya."Aku ingin mandi. Rasanya sangat gerah." Fay beralasan untuk menghindari pelukan Mika lebih lama. Dia bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah pintu kamar.Hari ini telah sebulan lebih Mike dan Mika tinggal bersama Fay. Kemarin keduanya mendesak pergi ke mall.Jadi itu alasan mereka sangat ingin pergi, bertemu ayah mereka, pikir Fay masih sedikit tidak percaya. Bagaimana anak seusia itu bisa dengan pandainya menyimpan rahasia dan berselancar di internet untuk menyelidiki seorang Cade Goldwin?Sebenarnya Fay tidak terlalu heran. Meski belum bersekolah, keduanya sudah pandai membaca. Pemahaman mereka juga sangat bagus, melebihi anak-anak seumurannya. Kadang sikap mereka bisa menjadi sangat misterius. Dan kepandaiannya yang di atas rata-rata membuat imajinasi Fay kemana-mana.Dia baru merasa kalau kedua anak ini luar biasa. Walau belum ada bukti ke arah itu, tapi gerak-gerik mereka selama ini memang terlihat mencurigakan. Kemana kenakalan yang selama ini dilihatnya saat ibu mereka masih ada?Lalu sebuah ide konyol melintas di kepala gadis itu. Dia sudah sampai di pintu kamar, tapi kemudian berbalik menghadapi keduanya."Apa kalian semacam agen rahasia?"Sepasang anak kembar itu terdiam dan saling pandang, lalu terkikik bersamaan. Mereka tidak mengatakan apa-apa, tapi cukup sebagai jawaban bagi pertanyaan konyol Fay."Bukan?" Fay kecewa. Bukankah itu akan luar biasa kalau benar?"Atau CEO jenius di balik sebuah perusahaan komputer?" Fay pernah membaca di sebuah novel tentang bocah yang sebenarnya sangat kaya karena kejeniusannya. Bukankah ayah mereka Cade Goldwin? Itu akan terdengar masuk akal.Kali ini Mike dan Mika tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perut masing-masing. Fay yang melihatnya dibuat cemberut."Mommy, kau terlalu banyak membaca novel." Mike akhirnya bicara saat tawanya telah reda. Sudut matanya bahkan berair. "Kami tidak sehebat itu."Yah, tidak sehebat imajinasinya memang, tapi tetap saja kalian anak-anak luar biasa.Fay cuma menggumamkannya di dalam hati. Bisa besar kepala kalau mereka mendengarnya.Gadis itu kemudian melanjutkan niatnya untuk mandi. Saat itu tiba-tiba saja perasaannya menjadi tidak nyaman. Jadi, apakah kedua bocah itu akan segera pergi? Kenapa dia merasa sedih? Bukankah harusnya dia senang karena tidak harus menghidupi anak-anak itu lebih lama lagi?*** Pagi menjelang sarapan, dua hari kemudian, Fay lebih banyak diam. Dia tidak bereaksi pada setiap ocehan Mike dan Mika yang mencoba memancing keributan dengannya. "Berhenti bicara omong kosong!" Fay meletakkan dua piring berisi sereal untuk sarapan si kembar pagi itu dengan kasar. Dia sendiri hanya minum segelas susu. Uang mereka menipis. Dia harus menghematnya setidaknya untuk dua hari ini."Mommy tidak
Ada gerakan-gerakan dari dalam dapur. Setelahnya Mike dan Mika terlihat melangkah ke luar dengan perlahan.“Bilang hallo pada daddy kalian.” Fay berkata seraya masuk ke dalam kamar. “Aku akan mengemasi barang-barang kalian.”Mike melihat pada Fay yang sudah menghilang ke balik pintu kamar. Ekspresinya terlihat rumit.“Hallo, Daddy. Akhirnya kau datang juga.” Mika menyapa lebih dulu sambil memberikan senyum terbaiknya.Mike malah diam. Anak itu terlihat tengah sibuk berpikir.Cade merasa terpesona sebentar. Sebelumnya dia tidak menyadari betapa cantik dan imutnya anak perempuan ini.Lelaki hebat Axton itu merendahkan tubuhnya, membungkuk pada Mika yang berada lebih dekat dari jangkauannya. Tangannya bergerak menyentuh rambut gelap ikal itu.Ini terasa ajaib. Tiba-tiba saja dia menjadi seorang ayah dari sepasang anak kembar. Tanpa sebuah tes pun, dia tidak akan membantah darah yang mengalir di tubuh keduanya adalah darahnya. Dia malah khawatir kalau mereka ternyata tidak memiliki hubun
Cek itu dirobek menjadi beberapa bagian dan dibiarkan jatuh ke lantai begitu saja.Langdon tidak bisa menyembunyikan rasa terkejut dari wajahnya. Cade mendadak muram demi melihat bagaimana gadis itu telah menamparnya sekali lagi dengan cara yang begitu dramatis. Sedangkan Mike dan Mika hanya bisa meringis melihat api permusuhan yang mulai menyala di antara keduanya.Sebenarnya mereka ingin bersorak begitu melihat yang dilakukan Fay pada cek itu. Terlihat keren. Mereka yakin, mommy tidak pernah melihat uang sebanyak itu apalagi memilikinya. Tapi tetap saja menurut mereka payah. Daddy mereka bukan orang yang mudah diprovokasi. Fay tak ubahnya laron yang mencoba memadamkan api “Kau pikir semua orang sama, bisa kau beli. Jangan mimpi. Kalau perlu aku akan terus mengungkit kejahatanmu dan betapa aku telah ikut kesulitan karenanya. Aku akan terus bicara sampai kau berharap lebih baik mati saja dari pada harus mendengarnya....”Mungkin hanya Langdon yang merasakan bagaimana hawa di ruangan
“Aku yakin kalian akan betah tinggal di rumah daddy kalian.” Fay membalas ucapan Mike. Dia menutup pintu mobil dengan segera agar tak perlu lagi mendengar ocehan anak itu. Setelahnya dia berbalik kembali ke apartemennya.Cade sendiri merasa tidak perlu melihat lagi pada gadis itu. Waktu dia memberi isyarat pada Langdon yang menyetir untuk segera menjalankan mobil, kendaraan itu pun bergerak perlahan meninggalkan tempat itu.Mika sudah menangis sejak masuk ke mobil. Namun anak itu tidak mengatakan apa pun. Dia kesal pada semua orang. Menurutnya, tak seorang pun mendukung keinginannya untuk mengajak mommy tinggal bersama mereka. Tidak juga Mike, kakaknya.Cade mencoba mengajak gadis kecil itu bicara, tapi Mika benar-benar merajuk dan marah. Hanya Mike yang menyahut sesekali dengan jawaban-jawaban pendek hingga membuat Cade belum apa-apa sudah berpikir betapa lebih sulit menghadapi seorang anak dibandingkan orang dewasa.Setelah berkendara selama dua puluh lima menit, mereka tiba di depa
“Apa Daddy bisa memasak?” Mike akhirnya ikut bicara.Cade tertawa mendengar pertanyaan anak itu hingga Mike pikir itu berarti ayahnya tidak pandai memasak.“Aku akan memasak untuk kalian kalau ada waktu senggang. Percayalah, masakan daddy tidak akan kalah dengan masakan chef hotel bintang lima.” Cade berujar sombong.Tanggapan Mika datar saja. “Sebaiknya begitu. Setidaknya ada sesuatu yang bisa kau perlihatkan pada kami.”Cade hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia kehabisan akal untuk membuat dua anak ini kagum padanya. Mungkin dia akan memikirkan cara lain nanti.Ketika makanan yang dipesan tiba, ada dua pelayan yang melayani mereka makan. Mereka menata hidangan di atas meja dan membereskan semuanya saat selesai makan.“Aku akan ke perusahaan sebentar. Ada sedikit urusan. Langdon akan menemani kalian di rumah sampai sore.” Cade mengganti bajunya dengan yang lebih formal. “Apa Daddy akan membawa mommy pulang nanti?” tanya Mika sambil membuntuti Cade ke kamar.Cade meng
“Mommy sangat cantik. Kalau dia mau sedikit berdandan dan memakai baju yang bagus, dia pasti tidak akan kalah dengan pacar-pacar daddy sebelumnya.” Mike membela pilihan mereka.Jadi tebakannya benar!Langdon tidak tahu apakah dia harus tertawa atau menangis karenanya. Fay Willmer bukan tipe tuannya. Apalagi di pertemuan pertama keduanya, api permusuhan sudah dinyalakan. Apa yang akan dikatakan Cade Goldwin jika tahu anak-anak ini menjodohkannya dengan gadis itu?Dan keajaiban apa yang bisa dibuat sepasang kembar ini untuk menyatukan dua kutub yang saling bertolak belakang itu?“Paman tidak perlu khawatir. Walaupun awalnya mereka tidak saling suka, pada akhirnya mereka akan menikah juga.” Mike seperti bisa membaca pikiran Langdon. “Yah, walaupun harus kuakui, perangai mommy memang sedikit buruk.”Ya, ampun! Sepertinya Langdon harus mulai berhati-hati dengan kedua anak ini. Jangan sampai dia menjadi target berikutnya.“Kami tahu kalau seseorang itu berjodoh dengan seseorang lainnya hany
“Kalian melihat Langdon?” Cade menanyakan pada kedua anak yang tengah asyik membuat huru-hara di ruang tamunya.“Paman tadi pergi ke kamar mandi.” Mike memberitahu sambil menjalankan miniatur mobilnya di pinggir meja.Cade mengerutkan kening lantas pergi ke kamarnya. Dia perlu berbicara pada Langdon tentang suatu hal, tapi dia akan menunggu dulu.Namun saat Cade telah selesai mandi dan berganti pakaian, dia tidak menemukan sang asisten di ruang tamu. Apa Langdon sudah pulang tanpa pamit padanya“Paman masih di kamar mandi.” Kini Mika yang memberitahu. Tampangnya acuh saja saat mengatakan itu.Cade jadi curiga. Dia beranjak ke belakang ke arah kamar mandi yang terletak di luar kamar tidur.Di depan pintu kamar mandi yang tertutup rapat dia mendengarkan sejenak. Tak ada suara apa pun. Lelaki itu mengetuk.“Langdon? Kau di dalam? Apa ada masalah?”Terdengar suara siraman air di dalam sana.Pintu kamar mandi terbuka. Seraut wajah pucat muncul dari baliknya.“Tuan....” Muka Langdon terliha
Mike dan Mika melihat pada ayahnya dan merasa penasaran dengan panggilan telepon itu.“Daddy terlihat senang,” ujar Mike begitu Cade mematikan ponsel dengan hanya meninggalkan sebuah komentar memuji untuk si penelepon. “Apa Daddy sudah berhasil membujuk mommy untuk tinggal di sini?”Sebenarnya Cade tidak akan senang jika gadis itu tinggal di sini. Namun dia merasa puas karena sebentar lagi akan bisa menaklukkan sifat keras kepala Fay Willmer. Gadis itu tidak akan bisa menolak tawarannya lagi.“Batas waktunya belum habis. Masih dua hari lagi. Aku sedang berusaha. Tapi aku yakin, nona Willmer akan dengan senang hati menjadi pengasuh kalian.” Cade memberitahu anak-anak yang lalu hampir bersorak dengan berita itu.Mungkin ada bagusnya juga jika gadis itu menjadi pengasuh mereka. Bukankah nona Willmer bilang, dia merasa kesusahan karena harus mengurus Mike dan Mika. Dia akan memberikan kesusahan itu sekali lagi meski dengan iming-iming yang menguntungkan Fay.“Bagaimana Daddy membujuknya?”
Hari kelima bulan madu.Matahari telah mulai naik hingga seperempatnya. Di dalam kamar tidur yang luas dan mewah suasananya terasa hening. Suara hiasan gantung di balkon yang tertiup angin bergemerincing samar menjadi satu-satunya yang terdengar.Di lantai kamar, berserakan pakaian pria dan wanita. Pemandangannya sedikit kacau dan ambigu. Sementara di tempat tidur lebih berantakan lagi. Seakan sebuah badai pernah datang di kamar ini kemarin malam lalu pergi setelah puas memorak-porandakan semuanya.Kelopak mata Fay bergerak-gerak sebelum kemudian membuka. Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah otot-otot dada yang terbuka. Dan aroma keintiman semalam segera memasuki indera penciumannya. Dia menjadi linglung sejenak.Setiap terbangun selama beberapa pagi, dia masih merasa asing dengan pemandangan ini. Lelaki yang memeluknya, bau tubuhnya, seisi ruangan, semua baru dan asing. Fay ingin menolak percaya bahwa ini nyata, tapi dia tidak berdaya. Dirinya telah menjadi milik Cade Goldwin, l
Pesta pernikahan Cade Goldwin dan Fay Willmer berlangsung tertutup untuk umum. Itu diadakan di sebuah pulau pribadi dengan hanya tidak lebih dari seratus orang undangan. Para wartawan dari berbagai media massa hanya bisa menunggu di sekitar garis pantai dan pelabuhan saat puluhan helikopter secara bergantian menjemput tamu. Keluarga Goldwin bahkan melarang peliputan langsung dan tidak memberikan ijin kepada satu pun media. Mereka hanya akan membuat sebuah berita di halaman website resmi Goldwin Group.Orang yang paling lega akan hal itu adalah Fay Willmer. Dia memang tidak peduli dengan status dan pandangan orang terhadapnya. Tapi nama Goldwin terlalu berat untuk dibawa. Dia merasa akan merepotkan jika harus kemana-mana dengan identitas istimewa itu. Dengan adanya pernikahan yang tertutup seperti ini, identitasnya hanya diketahui segelintir orang.Selain beberapa kerabat dan sahabat dekat, ada juga pejabat dari pemerintahan dan rekan bisnis serta beberapa keluarga kelas atas yang juml
Akhirnya cerita ini selesai juga. Terima kasih untuk semua pembaca yang setia mengikuti kisah Fay, Cade dan duo M hingga bab ini. Maaf, jika harus sering membuat semua menunggu. Sekali lagi, terima kasih atas semua dukungannya dengan memberi komentar, rate, ulasan, like dan gem. Karena dukungan kalian semua lah cerita ini beberapa kali mendapat promosi dari pihak platform. Terima kasih juga kalau ada yang sudah rekomendasiin cerita ini ke teman-teman. Ini ada ngga, ya? 🤔Tapi, eits tunggu dulu! Akan ada bab tambahan setelah ini ya....Akhirnya, seperti biasa, author doakan semoga semua pembaca selalu sehat, bahagia, dan lancar rejekinya. Aamiin.Salam
Callie memutar bola matanya. “Bodoh. Apa aku terlihat seperti calon pengantin?”Alis nyonya Goldwin berkerut. Apa Fay lupa kalau dirinya yang akan menikah? Semalam Cade memberitahu bahwa Fay telah setuju untuk menikah dengannya. Jadi, dia menyuruh keluarga Goldwin untuk datang menghadiri formalitas pernikahan. Sedangkan perayaannya sendiri akan diatur kemudian. Cade khawatir gadis ini akan berubah pikiran. Jadi dia berencana untuk mendapatkan buku nikah terlebih dahulu.Fay menggaruk kepalanya dengan ekspresi bingung. “Menurutku kau memang tampak seperti pengantin wanita—““Bicara omong kosong lagi? Bukankah hari ini kalian akan menikah? Jangan katakan kalau kau tidak ingat.” Callie sedikit kesal dengan kelambanan Fay dalam menggunakan otaknya.“Hah? A-aku—“ Fay melihat pada anak-anak meminta seseorang memberi penjelasan.“Mommy, daddy sudah selesai bersiap-siap. Tapi kau bahkan belum mandi. Cepatlah.” Mika juga terlihat tidak sabar.Fay seketika panik. “Siapa yang mengatakan aku akan
Alis Fay mengernyit. “Bicarakan nanti saja. Ayo, bangun. Aku bantu.” Cade menahan tangan Fay, dia memeganginya dengan erat. “Dengar dulu. Jika nanti hasil pemeriksaannya buruk, aku ingin kau berjanji padaku untuk menjaga anak-anak. Mungkin saja aku akan mati. Siapa tahu?”“Jangan bicara sembarangan!” Fay tiba-tiba merasa tenggorokannya tersekat. Itu mengingatkannya pada Audrey sebelum kematiannya. “Kau tidak akan mati.”“Semua orang akan mati.” Cade mengingatkan.“Setidaknya kau tidak akan mati secepat itu.” Fay merasa airmatanya akan jatuh. “Ayo bangun!”“Berjanjilah dulu—““Berjanji apa?” Suara Fay nyaris pecah. “Kau tidak akan mati. Jadi aku tidak perlu menjaga dua anak menjengkelkan itu.”Cade diam-diam melirik pada mata yang mulai berkabut. Astaga! Ini memang sedikit berlebihan. Dia cukup sadar bahwa Fay mungkin akan mengamuk jika tahu dirinya telah dikerjai.Tangan gemetar Fay diraihnya. “Berjanjilah untuk menikah denganku jika memang ini baik-baik saja.” Cade mengucapkan kali
Fay tidak ingin melihat Cade, tapi anak-anak merengek dan terus mendesak. Dia tidak tahan mendengar rengekan anak kecil. Dengan enggan dia pergi juga ke kamar lelaki itu dengan dua pasang tangan mungil menyeretnya.“Aku harap kalian tidak menipuku.” Fay memperingatkan.Tiba di kamar yang tidak asing lagi bagi Fay karena pernah semalaman terjebak di dalamnya, dia melihat Cade yang terbaring pucat di bawah selimut. Matanya terpejam rapat. “Badan daddy panas. Sepertinya demam. Mommy periksa saja.” Mika tahu kalau Fay curiga mereka telah berbohong.Tadi malam Mika dan Mike tidur di kamar ayahnya. Pagi sekali Mike terbangun karena merasakan kulit ayahnya yang seperti terbakar. Waktu Mike mencoba membangunkan dan menanyakan keadaan ayahnya, dia hanya mendapatkan jawaban berupa keluhan. Mata ayahnya sempat membuka sedikit, tapi lalu kembali terpejam dan tidak membuka lagi.Dengan enggan Fay menyentuh dahi lelaki itu. Hanya sebentar, dia langsung menarik tangannya lagi. Benar-benar panas. Bu
Mike dan Mika sesungguhnya masih terjaga. Mereka menguping pembicaraan nenek dan ayahnya tadi siang, menjadi penasaran kapan ayah mereka berbicara serius dengan mommy.Mike menekuk bibirnya, mempertahankan harga dirinya. “Aku tidak penasaran. Aku bisa memastikan kalau daddy akan membicarakan tentang rencana pernikahan mereka.”“Tapi aku penasaran. Aku ingin tahu apa mommy akan tersipu saat mengatakan setuju menikah dengan daddy.” Mika terkikik pelan saat membayangkannya. Itu terdengar menarik. Mike tidak bisa menahan godaan untuk mengintip.“Baiklah, kita pergi.” Akhirnya Mike setuju.Mika mengacungkan jempolnya, memuji keputusan saudara laki-lakinya. Keduanya berjalan beriringan, mengendap-endap mengikuti arah kepergian dua orang dewasa tadi.Pintu ke arah balkon terbuka, menandakan kalau ada orang di luar sana. Angin dingin berhembus masuk, menyapu dua wajah kecil yang menyembul diam-diam dari balik daun pintu.Hanya ada kursi panjang di luar. Tak ada bayangan seorang pun. Kedua
“Berhenti menyuapiku. Aku bisa melakukannya sendiri.” Fay terus mengatakan itu, tapi Cade juga terus mengarahkan sendok berisi bubur ke mulut gadis itu. Fay ingin mengelak, tapi Cade telah membuat sebuah ancaman yang membuat telinganya memerah.Setengah jam yang lalu dia terbangun oleh sebuah sentuhan hangat di bibirnya. Waktu Fay membuka mata, sebuah wajah menawan berada sangat dekat dengannya.Fay mendorong. Hanya dengan sebelah tangannya. Sementara tangannya yang lain yang ternyata tengah memakai jarum infus ditahan Cade .“Apa--yang kau lakukan?” Fay tergagap.Napas Cade menerpa wajahnya, membuat Fay tidak berani menghirup udara. Dia teringat aroma ini suatu ketika.“Menurutmu apa?” Cade tersenyum menggoda.Fay kalang kabut. “Menjauh dariku. Kau—kau jangan kurang ajar!” Dia lalu teringat pengakuannya di depan makam Audrey. Cade Goldwin pasti telah mendengarnya dan menjadi sangat berani.“Meskipun aku menyukaimu, bukan berarti kau boleh bertindak kurang ajar.”“Meskipun pada calon
Fay Willmer tiba di Trixie menjelang makan siang. Suami istri yang ramah itu menawarinya singgah di rumah mereka untuk makan siang, tapi Fay segera menolak. Dia teringat sebuah kafe di dekat taman dan berencana untuk mengunjunginya.Setelah makan siang yang terlambat, cuaca mendadak muram. Fay mendatangi bekas rumah yang dulu ditinggalinya bersama orangtuanya. Rumah itu telah diambil alih oleh seorang paman dengan alasan ayahnya berhutang pada keluarga mereka. Dia berdiri lama di depan rumah kecil dengan sepetak kebun di sebelahnya, mengenang beberapa hal sebentar lalu pergi dari sana.Menjelang malam, Fay merasa sangat lelah dan bermaksud mencari sebuah penginapan. Dia mengingat jelas beberapa tempat dan memilih berjalan kaki menuju sebuah penginapan kecil. Serelah mandi, dia teringat ponselnya dan mendapati baterainya yang kehabisan daya. Sempat terpikir bahwa mungkin dia telah mengakibatkan keributan besar di Flyod karena pergi tanpa memberitahu siapa pun. Sementara ponselnya tida