“Ibu, dia cuma karyawan di sini. Adalah lebih baik kalau kau membuat batas yang jelas. Jangan terlalu diberi hati.” Cade melewati ruang tamu sambil melonggarkan dasinya. Dia tidak melirik Fay sama sekali.“Aku tidak tahu apa yang kau maksud dengan batas yang jelas, Tuan Goldwin Junior. Yang aku tahu cucu-cucuku memanggilnya mommy. Itu berarti dia harus memanggilku ibu.” Laura bangkit dari duduknya dan mengejar Cade yang sudah beranjak menuju kamarnya.Rasa kantuk Fay mendadak hilang. Tadi begitu Cade masuk, dia telah buru-buru bangkit dari duduknya di sofa. Lelaki itu jelas tidak menyukainya. Kini ibunya menambahkan lagi sebuah alasan bagi Cade untuk lebih membenci Fay.Sebenarnya Fay juga tidak peduli tentang perasaan laki-laki itu padanya. Kenyataannya dia juga membenci Cade. Keadaanlah yang telah memaksa mereka harus tinggal di bawah atap yang sama dan tak bisa menghindari satu sama lain.Diam-diam Fay kembali ke kamarnya. Saat di lorong dia sempat mendengar suara nyaring Laura Gol
Fay merasa sedikit tegang waktu mendengar Laura mengatakan itu. Dia berusaha bersikap santai menikmati sarapannya. Akan seperti apa reaksi Cade?Di luar dugaan, Cade terlihat tenang saat mengangkat wajahnya. “Tidak masalah. Aku juga lebih sering sibuk di luar dan jarang pulang. Nona Willmer bisa tinggal dengan tenang.” Dia bahkan tersenyum saat melihat pada ibunya. Aku bahkan mungkin tidak akan pulang sampai anak-anak kembali, sambung Cade dalam hati. Ibunya pikir dia tidak tahu trik yang sedang dijalankan. Dia bukan orang bodoh!Fay sedikit kecewa dengan ketenangan Cade. Harusnya lelaki itu memperlihatkan penolakannya.“Baguslah!” Laura berkomentar pendek. Mike dan Mika mendengarkan percakapan itu dalam diam.Ini terlalu mudah! Terlalu mudah berarti ada yang salah....Selesai sarapan, Mike dan Mika berpamitan pada Fay. Nyonya Goldwin berkata bahwa dia sangat ingin mengajak Fay ke rumahnya suatu hari. Ketulusannya menakutkan gadis itu.Seorang sopir keluarga datang menjemput. Fay ik
“Tuan Goldwin?!”“Nona Willmer?!”Kedua orang itu sama-sama berseru, lalu buru-buru melebarkan jarak.“Kau... kenapa di sini?” “Apa yang kau lakukan di sini?”Keduanya juga menanyakan hal yang hampir mirip.“Nona Willmer, ini apartemen milikku. Apa pun yang kulakukan di sini bukan urusanmu.” Cade telah menguasai dirinya kembali. Terlihat tenang dan dingin. Seperti danau dengan permukaan dipenuhi salju abadi.“Tuan Goldwin, anda sendiri yang mengijinkanku untuk tinggal di sini. Anda juga berjanji tidak akan ikut campur urusan pribadiku.” Fay tidak mau kalah. Hanya saja, dia terlihat lebih emosional.Bagaimana dia tidak terkejut setengah mati? Cade yang dalam bayangannya sedang berada di kantor, dia malah menabraknya di sini.“Jangan terlalu besar kepala. Kau pikir dengan tinggal hanya berdua denganku, kau bisa memanfaatkan keadaan.” Cade tersenyum sinis. “Kau keliru jika menganggap bisa dengan mudah naik ke ranjangku.”“Apa?!” Fay histeris mendengar tuduhan memalukan itu. “Tuan Goldwi
Saat kedua anak sudah mendekat, gadis itu berjongkok hingga bisa melihat jelas tampang imut mereka.“Hallo, panggil aku, bibi Callie.” Callie, gadis itu mencubit pelan pipi Mika yang menggemaskan.Mike dan Mika tidak pernah mendengar tentang Callie.“Apa kau salah satu pacar daddy?” Mike menatap dengan kening berkerut. Terlihat curiga pada Callie.Gadis itu terbahak. “Kenapa? Apa kau tidak suka kalau daddy kalian punya pacar?”“Daddy sudah punya mommy.” Mika memberitahu dengan wajah tidak suka.Menurutnya gadis ini tidak kalah cantiknya dengan mommy mereka. Mika khawatir ayahnya akan jatuh cinta dan berniat menikahinya.“Mommy?” Callie sudah mendengar cerita tentang anak-anak ini. Setahunya, ibu mereka telah tiada.“Seorang gadis pengasuh yang mereka panggil mommy.” Laura Goldwin mencoba menjelaskan.“Oh. Apa kalian bermaksud menjodohkan mereka?” Callie merasa itu lucu. Seorang Cade yang sempurna dan angkuh dijodohkan dengan gadis pengasuh. Betapa akan terlukanya harga diri ayah merek
“Ada apa? Apa ada masalah? Mereka memperlakukan kalian dengan buruk?” Fay bicara dengan terburu-buru. Tentu saja dia tak perlu menanyakan itu. Si kembar punya kepandaian yang luar biasa dalam menarik hati siapa pun.“Mommy!”“Apa kau baik-baik saja?”Suara nyaring di seberang terdengar saling berebutan memasuki pendengaran Fay.“Tentu saja aku baik-baik saja. Selama ini juga baik-baik saja. Memangnya apa yang kalian harapkan terjadi padaku? Justru kalau ada kalian, hidupku menjadi buruk.”Di bagian lain sambungan dua anak saling pandang. Laura yang turut mendengarkan karena ponselnya di setel dalam mode loudspeaker, anehnya, tertawa mendengar omelan Fay. Dia berbisik di telinga Mika.Gadis itu kemudian bicara pada Fay. “Di mana daddy?”“Mana aku tahu. Aku ‘kan bukan pengasuhnya.” Untuk apa bocah-bocah ini menanyakan ayah mereka padanya. Langsung saja telepon lelaki itu, apa susahnya?Orang-orang di seberang kembali terdiam Gilaran Mike yang bicara. Dia mengambil alih ponsel di tangan
Dari wajahnya, Cade terlihat tidak senang. Dia melirik pada Fay yang telah selesai dengan pekerjaannya.“Bagaimana kau tahu aku di apartemen?”“Aku mampir ke perusahaaan dan Langdon bilang kau pulang untuk makan siang.”Terdengar decakan kesal Cade. Tadi Fay membuat makannya terjeda. Kini adiknya tiba-tiba muncul di apartemennya. Kenapa tak ada seorang pun yang membiarkannya tenang?“Tunggu sebentar!” Cade mematikan sambungan dan melihat pada Fay yang juga tak sengaja sedang berpaling padanya.“Ada apa? Kau terlihat seperti orang bodoh,” tegur Fay mencoba menghilangkan perasaan terpesonanya sesaat tadi. Dia sempat berpikir kalau Cade memang sangat tampan waktu menerima telepon.Cade mengabaikan kata-kata Fay yang mencoba memancing keributan dengannya.“Adikku ada di depan pintu. Aku ingin kau tinggal di kamarmu sampai dia pulang. Aku tidak ingin dia melihatku bersamamu.”“Siapa yang ingin bersamamu? Tapi aku sangat lapar sekarang. Aku harus memasak sesuatu.” Fay melirik ke atas meja.
“Mommy?!”“Daddy?!”“Apa kami pulang terlalu cepat?”Suara-suara saling susul.Fay merasa jantungnya melompat entah ke mana. Selain karena posisi ambigu mereka, dia juga menjadi malu karena kedua anak itu memergoki mereka.“Menyingkir dariku! Pergi!” Fay menjerit panik, dengan kacau mencakar dan mendorong tubuh besar yang menindihnya.Cade berguling ke samping dan bangkit dari ranjang. Kemejanya berantakan. Dia terlihat meringis menahan sakit karena wajahnya sempat terkena cakaran. Waktu melihat ke arah dua bocah yang baru datang, dia mencoba tersenyum dan menyapa.“Hai, Nak. Kalian sudah datang?” Saat itulah Cade melihat ibunya bersandar di sisi pintu. “Ibu, itu tidak seperti kelihatannya.”Cade merasa baru saja mendatangkan kesenangan untuk ibunya waktu melihat senyum geli di bibir wanita ituFay bangun dari ranjang dengan wajah merah. Saat lewat di dekat Cade tang lengah, dia menendang ke arah selangkangan lelaki itu.Dug!“Aakh!” Cade mengerang kesakitan. Dia memegangi bagian sela
Fay mengepalkan kedua tangannya menahan emosi karena direndahkan. Dia tidak mengerti ada lelaki yang mulutnya tidak kalah dengan perempuan.Tapi Fay tidak akan peduli apa pun yang dikatakan Cade padanya. Dia malah merapatkan penutup kepalanya dan memperbaiki tali pengikatnya. Setelahnya dia bergegas mengiringkan langkah ayah dan anak-anak itu.Meski Cade telah berusaha terlihat tidak menyolok di antara pengunjung, tetap saja wajah menawan dan posturnya yang tinggi tegap menarik perhatian kaum hawa. Beberapa diam-diam bergunjing dan mengambil foto seperti Cade adalah aktor saja.Fay yang sedang membeli es krim bersama anak-anak melihat dengan pandangan jijik pada wanita-wanita itu. Sementara Cade yang sedang menerima sebuah panggilan baru menyadari bahwa seseorang telah mengambil fotonya.Gadis itu sedang bersama temannya. Lumayan cantik. Mereka tengah mengagumi hasil foto di layar ponsel ketika Cade datang mendekat.“Berikan ponselnya. Kalian mengambil foto orang tanpa ijin.” Cade bic
Hari kelima bulan madu.Matahari telah mulai naik hingga seperempatnya. Di dalam kamar tidur yang luas dan mewah suasananya terasa hening. Suara hiasan gantung di balkon yang tertiup angin bergemerincing samar menjadi satu-satunya yang terdengar.Di lantai kamar, berserakan pakaian pria dan wanita. Pemandangannya sedikit kacau dan ambigu. Sementara di tempat tidur lebih berantakan lagi. Seakan sebuah badai pernah datang di kamar ini kemarin malam lalu pergi setelah puas memorak-porandakan semuanya.Kelopak mata Fay bergerak-gerak sebelum kemudian membuka. Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah otot-otot dada yang terbuka. Dan aroma keintiman semalam segera memasuki indera penciumannya. Dia menjadi linglung sejenak.Setiap terbangun selama beberapa pagi, dia masih merasa asing dengan pemandangan ini. Lelaki yang memeluknya, bau tubuhnya, seisi ruangan, semua baru dan asing. Fay ingin menolak percaya bahwa ini nyata, tapi dia tidak berdaya. Dirinya telah menjadi milik Cade Goldwin, l
Pesta pernikahan Cade Goldwin dan Fay Willmer berlangsung tertutup untuk umum. Itu diadakan di sebuah pulau pribadi dengan hanya tidak lebih dari seratus orang undangan. Para wartawan dari berbagai media massa hanya bisa menunggu di sekitar garis pantai dan pelabuhan saat puluhan helikopter secara bergantian menjemput tamu. Keluarga Goldwin bahkan melarang peliputan langsung dan tidak memberikan ijin kepada satu pun media. Mereka hanya akan membuat sebuah berita di halaman website resmi Goldwin Group.Orang yang paling lega akan hal itu adalah Fay Willmer. Dia memang tidak peduli dengan status dan pandangan orang terhadapnya. Tapi nama Goldwin terlalu berat untuk dibawa. Dia merasa akan merepotkan jika harus kemana-mana dengan identitas istimewa itu. Dengan adanya pernikahan yang tertutup seperti ini, identitasnya hanya diketahui segelintir orang.Selain beberapa kerabat dan sahabat dekat, ada juga pejabat dari pemerintahan dan rekan bisnis serta beberapa keluarga kelas atas yang juml
Akhirnya cerita ini selesai juga. Terima kasih untuk semua pembaca yang setia mengikuti kisah Fay, Cade dan duo M hingga bab ini. Maaf, jika harus sering membuat semua menunggu. Sekali lagi, terima kasih atas semua dukungannya dengan memberi komentar, rate, ulasan, like dan gem. Karena dukungan kalian semua lah cerita ini beberapa kali mendapat promosi dari pihak platform. Terima kasih juga kalau ada yang sudah rekomendasiin cerita ini ke teman-teman. Ini ada ngga, ya? 🤔Tapi, eits tunggu dulu! Akan ada bab tambahan setelah ini ya....Akhirnya, seperti biasa, author doakan semoga semua pembaca selalu sehat, bahagia, dan lancar rejekinya. Aamiin.Salam
Callie memutar bola matanya. “Bodoh. Apa aku terlihat seperti calon pengantin?”Alis nyonya Goldwin berkerut. Apa Fay lupa kalau dirinya yang akan menikah? Semalam Cade memberitahu bahwa Fay telah setuju untuk menikah dengannya. Jadi, dia menyuruh keluarga Goldwin untuk datang menghadiri formalitas pernikahan. Sedangkan perayaannya sendiri akan diatur kemudian. Cade khawatir gadis ini akan berubah pikiran. Jadi dia berencana untuk mendapatkan buku nikah terlebih dahulu.Fay menggaruk kepalanya dengan ekspresi bingung. “Menurutku kau memang tampak seperti pengantin wanita—““Bicara omong kosong lagi? Bukankah hari ini kalian akan menikah? Jangan katakan kalau kau tidak ingat.” Callie sedikit kesal dengan kelambanan Fay dalam menggunakan otaknya.“Hah? A-aku—“ Fay melihat pada anak-anak meminta seseorang memberi penjelasan.“Mommy, daddy sudah selesai bersiap-siap. Tapi kau bahkan belum mandi. Cepatlah.” Mika juga terlihat tidak sabar.Fay seketika panik. “Siapa yang mengatakan aku akan
Alis Fay mengernyit. “Bicarakan nanti saja. Ayo, bangun. Aku bantu.” Cade menahan tangan Fay, dia memeganginya dengan erat. “Dengar dulu. Jika nanti hasil pemeriksaannya buruk, aku ingin kau berjanji padaku untuk menjaga anak-anak. Mungkin saja aku akan mati. Siapa tahu?”“Jangan bicara sembarangan!” Fay tiba-tiba merasa tenggorokannya tersekat. Itu mengingatkannya pada Audrey sebelum kematiannya. “Kau tidak akan mati.”“Semua orang akan mati.” Cade mengingatkan.“Setidaknya kau tidak akan mati secepat itu.” Fay merasa airmatanya akan jatuh. “Ayo bangun!”“Berjanjilah dulu—““Berjanji apa?” Suara Fay nyaris pecah. “Kau tidak akan mati. Jadi aku tidak perlu menjaga dua anak menjengkelkan itu.”Cade diam-diam melirik pada mata yang mulai berkabut. Astaga! Ini memang sedikit berlebihan. Dia cukup sadar bahwa Fay mungkin akan mengamuk jika tahu dirinya telah dikerjai.Tangan gemetar Fay diraihnya. “Berjanjilah untuk menikah denganku jika memang ini baik-baik saja.” Cade mengucapkan kali
Fay tidak ingin melihat Cade, tapi anak-anak merengek dan terus mendesak. Dia tidak tahan mendengar rengekan anak kecil. Dengan enggan dia pergi juga ke kamar lelaki itu dengan dua pasang tangan mungil menyeretnya.“Aku harap kalian tidak menipuku.” Fay memperingatkan.Tiba di kamar yang tidak asing lagi bagi Fay karena pernah semalaman terjebak di dalamnya, dia melihat Cade yang terbaring pucat di bawah selimut. Matanya terpejam rapat. “Badan daddy panas. Sepertinya demam. Mommy periksa saja.” Mika tahu kalau Fay curiga mereka telah berbohong.Tadi malam Mika dan Mike tidur di kamar ayahnya. Pagi sekali Mike terbangun karena merasakan kulit ayahnya yang seperti terbakar. Waktu Mike mencoba membangunkan dan menanyakan keadaan ayahnya, dia hanya mendapatkan jawaban berupa keluhan. Mata ayahnya sempat membuka sedikit, tapi lalu kembali terpejam dan tidak membuka lagi.Dengan enggan Fay menyentuh dahi lelaki itu. Hanya sebentar, dia langsung menarik tangannya lagi. Benar-benar panas. Bu
Mike dan Mika sesungguhnya masih terjaga. Mereka menguping pembicaraan nenek dan ayahnya tadi siang, menjadi penasaran kapan ayah mereka berbicara serius dengan mommy.Mike menekuk bibirnya, mempertahankan harga dirinya. “Aku tidak penasaran. Aku bisa memastikan kalau daddy akan membicarakan tentang rencana pernikahan mereka.”“Tapi aku penasaran. Aku ingin tahu apa mommy akan tersipu saat mengatakan setuju menikah dengan daddy.” Mika terkikik pelan saat membayangkannya. Itu terdengar menarik. Mike tidak bisa menahan godaan untuk mengintip.“Baiklah, kita pergi.” Akhirnya Mike setuju.Mika mengacungkan jempolnya, memuji keputusan saudara laki-lakinya. Keduanya berjalan beriringan, mengendap-endap mengikuti arah kepergian dua orang dewasa tadi.Pintu ke arah balkon terbuka, menandakan kalau ada orang di luar sana. Angin dingin berhembus masuk, menyapu dua wajah kecil yang menyembul diam-diam dari balik daun pintu.Hanya ada kursi panjang di luar. Tak ada bayangan seorang pun. Kedua
“Berhenti menyuapiku. Aku bisa melakukannya sendiri.” Fay terus mengatakan itu, tapi Cade juga terus mengarahkan sendok berisi bubur ke mulut gadis itu. Fay ingin mengelak, tapi Cade telah membuat sebuah ancaman yang membuat telinganya memerah.Setengah jam yang lalu dia terbangun oleh sebuah sentuhan hangat di bibirnya. Waktu Fay membuka mata, sebuah wajah menawan berada sangat dekat dengannya.Fay mendorong. Hanya dengan sebelah tangannya. Sementara tangannya yang lain yang ternyata tengah memakai jarum infus ditahan Cade .“Apa--yang kau lakukan?” Fay tergagap.Napas Cade menerpa wajahnya, membuat Fay tidak berani menghirup udara. Dia teringat aroma ini suatu ketika.“Menurutmu apa?” Cade tersenyum menggoda.Fay kalang kabut. “Menjauh dariku. Kau—kau jangan kurang ajar!” Dia lalu teringat pengakuannya di depan makam Audrey. Cade Goldwin pasti telah mendengarnya dan menjadi sangat berani.“Meskipun aku menyukaimu, bukan berarti kau boleh bertindak kurang ajar.”“Meskipun pada calon
Fay Willmer tiba di Trixie menjelang makan siang. Suami istri yang ramah itu menawarinya singgah di rumah mereka untuk makan siang, tapi Fay segera menolak. Dia teringat sebuah kafe di dekat taman dan berencana untuk mengunjunginya.Setelah makan siang yang terlambat, cuaca mendadak muram. Fay mendatangi bekas rumah yang dulu ditinggalinya bersama orangtuanya. Rumah itu telah diambil alih oleh seorang paman dengan alasan ayahnya berhutang pada keluarga mereka. Dia berdiri lama di depan rumah kecil dengan sepetak kebun di sebelahnya, mengenang beberapa hal sebentar lalu pergi dari sana.Menjelang malam, Fay merasa sangat lelah dan bermaksud mencari sebuah penginapan. Dia mengingat jelas beberapa tempat dan memilih berjalan kaki menuju sebuah penginapan kecil. Serelah mandi, dia teringat ponselnya dan mendapati baterainya yang kehabisan daya. Sempat terpikir bahwa mungkin dia telah mengakibatkan keributan besar di Flyod karena pergi tanpa memberitahu siapa pun. Sementara ponselnya tida