Share

Bab 21

Penulis: Cancer Girl
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-03 08:43:48

Taufik mulai merasa bahwa satu-satunya cara untuk menghindari konflik berkepanjangan dengan ibunya, Loren, adalah dengan menghilang dari kehidupannya untuk sementara waktu. Dia telah mengetahui sejauh mana Loren berusaha mengendalikan hidupnya, menyebarkan gosip dan bahkan mengancam Ernita. Baginya, ini sudah terlalu jauh. Oleh karena itu, dia mengambil keputusan drastis, menutup perusahaannya, menjual rumahnya, dan meninggalkan kota ini.

Namun sebelum melangkah lebih jauh, Taufik memastikan segala urusan administrasi dan keuangan terselesaikan. Dia tidak ingin meninggalkan masalah atau utang yang bisa membawanya kembali ke kota ini. Dengan bantuan pengacara kepercayaannya, ia mulai mencari pembeli untuk perusahaan dan rumahnya. Beberapa minggu kemudian, seorang investor asing tertarik membeli perusahaannya dengan harga yang cukup tinggi. Tanpa banyak pikir, Taufik menyetujui penawaran tersebut.

Setelah penjualan selesai, ia mendiskusikan keputusannya dengan Tia dan Ernita. Tia, yang
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 22

    Hari-hari di kota baru itu terasa berbeda bagi Ernita. Udara lebih segar, suasana lebih tenang, dan yang paling penting, tidak ada gosip yang menyudutkannya seperti di tempat lama. Rumah yang kini mereka tinggali memiliki pekarangan kecil yang dipenuhi bunga-bunga warna-warni. Ernita setiap pagi menyiram bunga sambil menggendong salah satu bayi kembar, sementara yang satunya masih tertidur pulas di dalam rumah. Senyum di wajahnya kembali tumbuh. Untuk pertama kalinya sejak lama, ia merasa damai.Dan di sisi lain, Taufik mulai menjalani peran barunya sebagai pebisnis yang membangun segalanya dari nol. Dia telah menjual perusahaannya yang lama ke tangan orang asing, juga rumah mewah yang dulu menjadi tempat tinggalnya. Sekarang di kota baru ini, ia membeli sebuah bangunan kecil yang kemudian direnovasi menjadi kantor baru. Dengan modal pengalaman dan reputasi yang sudah menempel kuat pada dirinya, Taufik tidak membutuhkan waktu lama untuk menarik perhatian pebisnis lokal.Dia mulai meng

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-04
  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 23

    Pagi itu, sinar matahari menyelinap lembut di balik tirai rumah bernuansa coklat kayu yang kini menjadi tempat tinggal baru bagi Taufik, Ernita, Tia, dan dua bayi kembar. Rumah dua lantai itu dikelilingi taman kecil dan suasana lingkungan yang sepi serta asri. Aroma tanah pagi dan semilir angin yang membawa suara burung-burung menjadikan pagi-pagi mereka terasa begitu damai.Ernita duduk di kursi goyang yang berada di dekat jendela ruang keluarga. Di pangkuannya, salah satu dari si kembar tengah menyusu dengan tenang. Bayi satunya masih tertidur di ranjang kecil yang diletakkan tak jauh darinya. Ernita mengenakan daster sederhana berwarna biru muda, wajahnya bersih tanpa polesan apa pun, namun tetap memancarkan keteduhan.Tak lama kemudian, Tia datang membawa secangkir teh hangat."Mbak, tehnya ya. Saya taruh di sini," ucap Tia sambil tersenyum, meletakkan cangkir di meja kecil di samping kursi Ernita."Terima kasih, Mbak Tia. Kamu sudah masak pagi ini?" tanya Ernita lembut."Sudah, M

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-05
  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 24

    Pagi itu udara masih sejuk ketika Hesti membuka jendela kamarnya. Matahari baru saja menyinari atap-atap rumah, sementara embun pagi masih bergelayut di dedaunan. Ia mengusap perutnya yang mulai sedikit membuncit, wanita itu tengah hamil dua bulan, dan ini adalah momen yang ditunggunya sejak lama. Hesti ingin memastikan janin dalam kandungannya tumbuh sehat. Maka pagi itu, dengan wajah penuh semangat, ia menghampiri Gudel yang masih duduk santai di sofa ruang tengah sambil memegang ponsel."Mas," panggil Hesti lembut. "Hari ini kita ke rumah sakit, ya. Aku sudah buat janji sama dokter kandungan jam sepuluh."Gudel mendongak sejenak. Ia mengangguk kecil, namun ekspresi wajahnya berubah ragu. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal lalu menatap Hesti dengan sedikit gelisah."Sayang, aku kayaknya nggak bisa menemani kamu hari ini," ucap Gudel. "Aku ada urusan penting."Hesti mengerutkan kening. "Urusan penting? Apa nggak bisa ditunda? Ini cek kandungan pertama kita lho, Mas. Kamu kan sud

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-07
  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 25

    Satu minggu berlalu sejak perdebatan sengit antara Hesti dan Gudel. Ketegangan tak juga mereda, bahkan semakin memburuk. Hesti yang sedang hamil dua bulan tampak semakin murung, sering menangis diam-diam di kamar, dan kehilangan selera makan. Wajahnya yang dulu berseri kini tampak pucat dan lelah.Pagi itu, Hesti terbangun dengan perut yang terasa nyeri. Ia menggigil di ranjang, menahan sakit yang datang tiba-tiba seperti gelombang yang menyerang bertubi-tubi. Gudel masih tertidur di sofa ruang tamu, tak menyadari istrinya yang sedang menahan derita di kamar.Tak kuat menahan rasa sakit, Hesti bangkit perlahan, berjalan tertatih keluar kamar dan memanggil suaminya. "Mas ... Mas Gudel ...." Suaranya lirih nyaris tak terdengar.Gudel membuka matanya malas. "Apa sih, pagi-pagi begini udah berisik aja," gerutunya, lalu bangkit dengan wajah kesal. Saat melihat wajah pucat Hesti yang nyaris roboh di ambang pintu, ia segera sadar ada sesuatu yang tidak beres. "Kamu kenapa?""Perutku sakit, M

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-08
  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 26

    Sejak peristiwa keguguran itu, dunia Hesti seperti runtuh. Bukan hanya karena kehilangan calon buah hati, tetapi juga karena kehilangan tempat untuk merasa aman dan dicintai. Ia tidak bisa melupakan perlakuan kasar Gudel, suaminya, yang tanpa empati membandingkannya dengan wanita lain di tengah luka hatinya. Belum lagi sindiran menyakitkan dari mertuanya yang datang seolah hanya untuk menyalahkan, bukan menghibur.Hari-hari berikutnya menjadi penderitaan panjang bagi Hesti. Ia merasa asing di rumah yang seharusnya menjadi tempatnya berlindung. Gudel memang sudah mulai menunjukkan sedikit perhatian setelah dokter menyarankan perawatan, tapi bagi Hesti semua sudah terlambat. Hatinya sudah telanjur retak. Kepercayaan dan cintanya pada Gudel telah tercabik oleh ucapan dan sikap yang sulit dilupakan.Pada suatu pagi yang tenang, saat Gudel pergi bekerja, Hesti mengepak barang-barangnya. Dia tidak membawa banyak. Hanya beberapa baju, dokumen penting, dan secuil harapan untuk bisa sembuh dar

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-09
  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 27

    Sudah hampir dua bulan Loren kehilangan jejak anak semata wayangnya, Taufik. Selama itu pula ia merasa hidupnya kosong. Rumah besar yang dulu ramai kini terasa hampa, sepi dan membosankan. Sejak kepergian Taufik, tidak ada lagi suara tawa bayi kembar yang sering membuatnya kesal namun diam-diam ia rindukan. Tidak ada pula wajah dingin Taufik yang penuh teka-teki, atau sapaan sopan Ernita yang membuatnya ingin marah tanpa sebab.Loren telah mengerahkan berbagai cara untuk melacak keberadaan anaknya. Ia menyuruh orang suruhan menyelidiki segala kemungkinan: dari alamat rumah kontrakan hingga menelusuri relasi bisnis Taufik yang lama. Namun semua nihil. Rumah telah dijual, perusahaan telah berpindah tangan ke orang asing yang bahkan mengaku tak tahu ke mana pemilik sebelumnya pergi."Gila! Ke mana dia membawa semua orang itu?!" teriak Loren kesal pada suatu sore, membanting ponsel ke sofa empuk di ruang tamu. Helen hanya bisa duduk diam, menatap ibunya dengan sorot khawatir."Mungkin Kak

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-10
  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 28

    Hari itu, setelah menjalani serangkaian pertemuan bisnis yang melelahkan, Taufik pulang lebih awal dari biasanya. Matahari mulai condong ke barat, menyisakan cahaya keemasan yang menari-nari di sela dedaunan. Sesampainya di rumah, langkahnya terhenti di depan pintu belakang yang terbuka. Pandangannya langsung tertuju pada taman kecil di belakang rumah.Di sana, Ernita duduk di bangku kayu panjang, menggendong Arkaf di tangan kanan dan Asrul di pangkuan kiri. Kedua bayi itu tampak nyaman dalam pelukannya, tertawa kecil saat Ernita bernyanyi dengan lembut sambil menggoyang-goyangkan tubuh mereka perlahan. Senyum hangat terpancar dari wajah Ernita, begitu tenang, begitu penuh kasih. Pemandangan itu menusuk hati Taufik dengan perasaan yang tak bisa ia jelaskan.Selama ini, Ernita memang sudah seperti ibu bagi anak-anaknya. Ia merawat dengan sepenuh hati, tanpa pamrih, dan selalu hadir dalam setiap kebutuhannya. Tak sekalipun Ernita mengeluh. Bahkan saat Taufik tengah disibukkan dengan uru

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-11
  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 29

    Malam telah larut. Cahaya lampu taman belakang menyapu lembut dedaunan yang bergoyang pelan tertiup angin. Dari balik jendela kamar, Ernita menatap langit malam yang dipenuhi bintang. Suara jangkrik bersahutan dengan tenangnya suasana sekitar, membuatnya hanyut dalam lamunan. Hari itu, anak-anak telah tidur lebih cepat, memberi waktu baginya untuk sekadar duduk dan menikmati kesunyian.Tiba-tiba terdengar ketukan pelan di pintu kamar."Nita?" Suara Taufik terdengar pelan namun tegas dari luar.Ernita terhenyak. Ia bangkit dari tempat duduknya dan membuka pintu perlahan. Taufik berdiri di sana dengan ekspresi wajah yang serius namun hangat. Ernita mengangguk pelan, membiarkan Taufik berdiri di ambang pintu."Ada apa, Tuan?" tanyanya lembut."Ekhem! Tolong mulai sekarang jangan panggil aku dengan sebutan Tuan. Anggil nama saja," ujar Taufik."Ta-tapi, itu tidak sopan kalau aku memanggil anda nama saja," gagap Ernita."Ya sudah, kamu panggil saja, Mas. Gimana? Bukankah lebih enak didenga

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-16

Bab terbaru

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 36

    Sudah beberapa hari sejak Ernita dan Taufik kembali dari bulan madu mereka di Puncak. Hari-hari Ernita terasa cukup tenang, namun juga sedikit membosankan. Aktivitas di rumah mulai terasa monoton, terlebih setelah si kembar lebih sering tidur dan Tia sudah begitu sigap membantu segala keperluan rumah tangga.Pagi itu, Ernita duduk di ruang tengah, memandangi jendela yang menampakkan langit cerah. Taufik sedang bersiap berangkat ke kantor. Melihat wajah istrinya yang tampak murung, Taufik menghampirinya sambil membawa secangkir teh hangat."Kamu kenapa, Nita? Kelihatan lemas gitu wajahnya. Kurang tidur?"Ernita menggeleng pelan. "Enggak sih, cuma aku agak suntuk aja di rumah terus. Nggak ada temen ngobrol selain Mbak Tia dan si kembar."Taufik tersenyum memahami. Ia duduk di samping Ernita dan meraih tangan istrinya. "Kalau gitu, gimana kalau kamu jalan-jalan sebentar? Keluar cari udara segar, makan enak, atau sekadar cuci mata di pusat perbelanjaan.""Emangnya, boleh ya?""Boleh dong.

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 35

    Udara pagi terasa hangat dan menyegarkan saat mobil hitam milik Taufik berhenti perlahan di depan rumah barunya. Setelah menghabiskan hari-hari penuh kebahagiaan dan ketenangan di Puncak, kini mereka kembali ke rumah dengan hati yang penuh suka cita. Ernita yang duduk di samping Taufik tampak bahagia. Senyum di wajahnya tak kunjung pudar sejak mereka turun dari puncak.Taufik segera turun dari mobil dan membuka pintu untuk Ernita. Ia menggandeng tangan istrinya dengan lembut, dan bersama-sama mereka melangkah menuju pintu rumah. Begitu pintu terbuka, aroma khas rumah mereka langsung menyambut. Di ruang tamu, Tia yang tengah menggendong Arkaf, dan di dekatnya dua box bayi dengan Asrul yang mulai merengek karena ingin digendong juga."Wah, kalian sudah pulang. Gimana liburannya, Mbak Nita?" tanya Tia sambil tersenyum, tangannya sibuk menenangkan Arkaf yang mulai menggeliat dalam pelukannya.Ernita tertawa kecil, senang disambut dengan wajah bersahabat Tia. "Ya, menyenangkan. Udara di Pu

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 34

    Dua hari telah berlalu sejak kedatangan Ernita dan Taufik di puncak bukit hijau. Mereka masih berada di vila sederhana yang menghadap langsung ke lembah luas berisi kebun teh dan barisan pepohonan pinus. Meski jauh dari hiruk-pikuk kota, tempat itu justru menjadi surga kecil bagi keduanya. Ketenangan, udara sejuk, dan kebersamaan yang intim membuat waktu seolah berjalan lambat namun penuh makna.Pagi itu, matahari belum sepenuhnya muncul dari balik perbukitan. Kabut tipis menyelimuti halaman vila. Ernita keluar dari kamar dengan mengenakan sweater abu-abu yang menggantung longgar di tubuhnya. Di tangannya, dua cangkir kopi hangat. Taufik sudah lebih dulu duduk di teras, membungkus tubuhnya dengan jaket tebal dan sarung tangan rajut. Senyum merekah di wajahnya begitu melihat Ernita."Pagi, Nit," sapa Taufik sembari menerima cangkir dari tangan istrinya."Pagi juga, Mas. Tidurmu nyenyak semalam?" tanya Ernita sambil duduk di sebelahnya."Nyenyak banget. Mungkin karena pelukanku nggak di

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 33

    Setibanya di rumah dengan wajah kusut dan penuh amarah, Loren langsung melempar tas tangannya ke sofa ruang tamu. Hatinya masih terbakar sejak mendapati kenyataan bahwa Taufik, putra sulung yang begitu ia banggakan, telah menikahi Ernita secara diam-diam. Tak ada pemberitahuan, tak ada restu. Semua terjadi tanpa sepengetahuannya.Helen yang sedang duduk di ruang keluarga, sibuk dengan laptop di pangkuannya, menoleh kaget melihat tingkah sang ibu."Ibu kenapa? Kayak habis dikejar anjing aja kok sangar gitu," goda Helen ringan, mencoba mencairkan suasana.Namun, Loren tak tertawa. Wanita berusia empat puluh lima tahun itu justru melangkah cepat dan duduk di samping Helen."Helen, kamu tahu apa yang terjadi di Bali?" Loren bertanya dengan suara gemetar menahan emosi.Helen mengernyit. "Emangnya ada apa di Bali, Bu? Ibu nggak cerita sebelumnya. Lagian, emangnya Ibu dari Bali? Kok nggak bilang sama aku?"Loren menghela napas panjang. "Taufik kakakmu. Dia ternyata sudah menikah sama Ernita.

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 32

    Satu Minggu kemudian, Taufik mengajak Ernita berbulan madu. Tempat tujuan mereka adalah Bali.Pagi itu, sinar matahari menyelinap ke jendela kamar hotel tempat Taufik dan Ernita menginap di Bali. Semilir angin laut membawa aroma asin yang khas, menyatu dengan udara segar pegunungan di kejauhan. Suara deburan ombak terdengar sayup-sayup, membangunkan mereka dari tidur lelap setelah perjalanan panjang kemarin.Taufik membuka mata lebih dulu. Ia tersenyum melihat Ernita yang masih tertidur dengan tenang di sampingnya. Wajah istrinya tampak damai. Ia membelai rambut Ernita pelan, lalu mengecup keningnya. "Bangun, sayang. Hari ini kita jelajah Bali."Ernita menggeliat pelan lalu membuka matanya. Senyumnya merekah saat melihat Taufik. "Masih seperti mimpi rasanya, Mas.""Kalau mimpi, aku tak mau bangun," ujar Taufik sambil menggenggam tangan Ernita.Setelah bersiap-siap, mereka menikmati sarapan di restoran hotel. Taufik sudah menyusun agenda untuk mereka berdua. jalan-jalan ke Ubud, makan

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 31

    Pagi itu, mentari bersinar hangat di langit kota yang baru saja mulai bergeliat. Rumah Taufik tampak lebih ramai dari biasanya. Tenda kecil telah terpasang rapi di halaman depan, dihiasi dengan bunga-bunga segar dan kain putih yang melambai tertiup angin. Suasana penuh haru dan kehangatan mulai menyelimuti tempat itu. Hari ini adalah hari yang telah dinanti-nanti oleh Taufik dan Ernita. Hari di mana keduanya akan mengikat janji suci sebagai sepasang suami istri.Taufik mengenakan beskap berwarna krem dengan sentuhan batik yang elegan. Senyumnya tak henti menghiasi wajahnya, meski sesekali tampak gugup. Di sisi lain, Ernita atau yang kini akrab dipanggil Nita oleh Taufik, tampil anggun dalam balutan kebaya sederhana berwarna lembut. Riasannya tidak berlebihan, namun cukup membuat kecantikannya terpancar lebih dari biasanya. Nita tampak bahagia, meski matanya sesekali berkaca-kaca.Acara dimulai dengan khidmat. Di depan penghulu dan para saksi yang terdiri dari beberapa rekan kerja Tauf

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 30

    Hari-hari Taufik kini dipenuhi dengan semangat baru. Sejak Ernita menerima lamarannya secara sederhana dan penuh ketulusan, ia merasa seperti menemukan kembali arah hidupnya. Bukan hanya sebagai seorang ayah, tapi juga sebagai seorang pria yang akan kembali memimpin rumah tangga dengan cinta dan kesadaran penuh.Taufik mulai mempersiapkan segala sesuatunya untuk pernikahan mereka. Ia tidak ingin acara besar-besaran. Cukup sebuah acara sakral yang hangat, sederhana, dan penuh makna. Ia tahu benar, yang mereka perlukan bukanlah kemewahan, tapi ketulusan. Cinta tidak perlu diumumkan kepada dunia dengan gebyar, cukup diresapi dan dirayakan bersama orang-orang yang benar-benar mendoakan.Langkah pertama yang ia lakukan adalah mendaftar ke Kantor Urusan Agama. Ia datang pagi-pagi, membawa semua persyaratan yang dibutuhkan. Petugas di KUA menyambutnya dengan ramah, dan membantunya melengkapi data-data yang masih kurang. Taufik memilih tanggal yang menurutnya cukup istimewa, tanggal yang sama

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 29

    Malam telah larut. Cahaya lampu taman belakang menyapu lembut dedaunan yang bergoyang pelan tertiup angin. Dari balik jendela kamar, Ernita menatap langit malam yang dipenuhi bintang. Suara jangkrik bersahutan dengan tenangnya suasana sekitar, membuatnya hanyut dalam lamunan. Hari itu, anak-anak telah tidur lebih cepat, memberi waktu baginya untuk sekadar duduk dan menikmati kesunyian.Tiba-tiba terdengar ketukan pelan di pintu kamar."Nita?" Suara Taufik terdengar pelan namun tegas dari luar.Ernita terhenyak. Ia bangkit dari tempat duduknya dan membuka pintu perlahan. Taufik berdiri di sana dengan ekspresi wajah yang serius namun hangat. Ernita mengangguk pelan, membiarkan Taufik berdiri di ambang pintu."Ada apa, Tuan?" tanyanya lembut."Ekhem! Tolong mulai sekarang jangan panggil aku dengan sebutan Tuan. Anggil nama saja," ujar Taufik."Ta-tapi, itu tidak sopan kalau aku memanggil anda nama saja," gagap Ernita."Ya sudah, kamu panggil saja, Mas. Gimana? Bukankah lebih enak didenga

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 28

    Hari itu, setelah menjalani serangkaian pertemuan bisnis yang melelahkan, Taufik pulang lebih awal dari biasanya. Matahari mulai condong ke barat, menyisakan cahaya keemasan yang menari-nari di sela dedaunan. Sesampainya di rumah, langkahnya terhenti di depan pintu belakang yang terbuka. Pandangannya langsung tertuju pada taman kecil di belakang rumah.Di sana, Ernita duduk di bangku kayu panjang, menggendong Arkaf di tangan kanan dan Asrul di pangkuan kiri. Kedua bayi itu tampak nyaman dalam pelukannya, tertawa kecil saat Ernita bernyanyi dengan lembut sambil menggoyang-goyangkan tubuh mereka perlahan. Senyum hangat terpancar dari wajah Ernita, begitu tenang, begitu penuh kasih. Pemandangan itu menusuk hati Taufik dengan perasaan yang tak bisa ia jelaskan.Selama ini, Ernita memang sudah seperti ibu bagi anak-anaknya. Ia merawat dengan sepenuh hati, tanpa pamrih, dan selalu hadir dalam setiap kebutuhannya. Tak sekalipun Ernita mengeluh. Bahkan saat Taufik tengah disibukkan dengan uru

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status