Share

188. Teman yang Baik

Penulis: Pixie
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-31 21:39:51
Setibanya di kediaman River, Summer dan kedua orang tuanya langsung disambut hangat. Mereka berkenalan sebentar, lalu beralih ke ruang makan. Summer terbelalak melihat banyaknya hidangan yang tersaji di sana.

"Wow, makanannya banyak sekali, Nyonya Young. Apakah ada tamu lain yang kalian undang?" seru balita itu dengan raut hebohnya.

Melihat betapa bulat mata Summer, Renata Young terkekeh. "Tidak, Summer. Semua ini untuk menyambut kamu dan orang tuamu. Kami sengaja menyiapkan banyak hidangan karena River bilang kamu suka makan."

"Ya!" Summer melompat kecil. "Aku memang suka makan. Aku butuh banyak asupan gizi supaya cepat besar dan bertambah cerdas. Terima kasih banyak atas perhatian kalian, Nyonya Young."

Merasa gemas, Renata mencubit pipi sang balita. "Justru kamilah yang seharusnya berterima kasih padamu, Summer. Sejak berteman denganmu, River berubah menjadi jauh lebih baik."

Bukan hanya Summer, tetapi Sky dan Louis juga terbelalak. Mereka penasaran dengan penjelasan det
Pixie

Halo, guuuys! Gak terasa ya, udah akhir tahun lagi. Terima kasih banyak kalian masih setia ngikutin cerita-cerita Pixie. Dari si Kembar, lanjut ke Sky, sampai Summer sekarang. Terima kasih banyak-banyak. Maaf kalau Pixie masih banyak kekurangan dan lebih jarang update dibandingkan tahun sebelumnya. Semoga di tahun 2025, kita semua diberi kesehatan, kebahagiaan, kelimpahan rejeki. Aamiin. Biar Pixie bisa rutin update banyak lagi, dan kalian bisa terus ngikutin. Dan jangan lupa foll pixielifeagency, biar bisa bertukar sapa dan terus berteman. Sekali lagi, terima kasih sudah memilih cerita Summer untuk menjadi hiburan di sela kesibukan yang gak ada habis-habisnya. Pixie bersyukur dan sangat mengapresiasi dukungan dari kalian semua. Stay healthy and happy always, guys! Love yooou from Little Louis, Little Emily, Little Sky, Little Cayden, dan Summer. Love love love!

| 5
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Indah Carolina
aamiin.. happy new year sayang
goodnovel comment avatar
Pixie
Happy new year, Kakak Cantiiik
goodnovel comment avatar
puji amriani
happy New year author kesayangan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   189. Kekecewaan River

    "Kenapa perempuan tidak boleh menyatakan perasaan, sedangkan laki-laki boleh? Bukankah itu tidak adil?" tanya Summer dengan bibir mengerucut. Mendapat pertanyaan semacam itu, sebelah pipi River mengembung. "Entahlah, aku juga tidak tahu. Tapi kenyataannya seperti itu. Di semua film yang kutonton, selalu laki-laki yang menyatakan cintanya kepada wanita. Di kehidupan nyata juga, selalu laki-laki yang berlutut melamar pacarnya untuk menikah." Alis Summer tertaut lebih erat. Matanya berkedip-kedip bingung. "Benar juga. Dulu, Papa-lah yang melamar Mama. Paman Cayden melamar Bibi Emily, dan Kakek melamar Nenek. Kenapa selalu laki-laki yang melamar?" "Summer, River, kalian terlalu kecil untuk membahas itu," tutur Renata bijak. "Fokus saja pada masa kanak-kanak kalian." "Ya, Mama. Aku dan Summer tidak akan memikirkan tentang itu lagi. Kami akan fokus pada sekolah saja," angguk River mantap. Mendengar pernyataan tersebut, Louis dan Sky bertukar pandang. Mereka merasa iba kepada bo

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   190. Rencana Bulan Madu

    Louis meringis. Sambil mengelus kepala sang putri, ia memberi penjelasan, "Papa dan Mama tidak mau mengganggu pikiranmu. Kami berencana untuk membicarakannya setelah kamu memutuskan untuk lanjut bersekolah atau belajar mandiri." "Papa dan Mama seharusnya tidak perlu menunggu. Itu sama sekali tidak mengganggu pikiranku," geleng Summer lucu. "Jadi, kau tidak keberatan kalau ayah dan ibumu pergi berbulan madu?" selidik Brandon, penasaran. Summer mengangguk. "Tentu saja tidak. Orang yang baru menikah memang seharusnya pergi berbulan madu, seperti Paman Cayden dan Bibi Emily. Gerry dan Merry juga." "Benarkah? Kamu tidak keberatan kalau Mama dan Papa berpergian berdua, sedangkan kamu di rumah?" tanya Sky spontan. Summer mengerjap. "Oh? Aku tidak ikut?" Para orang dewasa sontak menggigit bibir menahan geli. Sementara itu, River menjawab, "Tentu saja kau tidak boleh ikut, Summer. Itu bulan madu, bukan liburan. Hanya pengantin baru yang akan berangkat. Kehadiran orang lain hanya akan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   1. Kesedihan Sky

    “Hentikan! Kau tidak boleh menikah dengan gadis itu, Tuan Louis Harper. Sampai kapan pun, aku tidak akan pernah merestui kalian!”Semua orang terkesiap mendengar suara imut yang melengking itu. Tak terkecuali Louis yang sedang berlutut memegang kotak cincin. Begitu menoleh, mulutnya langsung terbuka lebar. Matanya terbelalak, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.Seorang gadis cilik sedang berkacak pinggang di pintu masuk restoran! Jumpsuit bergambar beruang membuatnya terlihat sangat lucu, apalagi dengan pipi gembul yang digembungkan dan mata bulat yang dipaksakan seram.“Astaga! Siapa gadis kecil itu? Berani-beraninya dia mengacaukan lamaranku?” pikir Louis, geram. Seminggu yang lalu ....“Aku sebetulnya ragu untuk mengatakan ini, tapi kurasa kau berhak tahu. Louis berencana melamar kekasihnya Sabtu depan. Barangkali, ada yang mau kau ungkapkan kepadanya. Lakukanlah sebelum terlambat. Jangan sampai kau menyesal.”Sudah berapa kali Sky berusaha melupakan informasi itu. Akan tetap

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-12
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   2. Menggagalkan Lamaran

    Suara Louis begitu dingin dan tegas. Bukannya menciut, Summer malah melangkah maju. Para pengawal yang sedang berjaga kebingungan harus melakukan apa. Ia terlihat tidak berbahaya. Namun, setelah diskusi cepat, dua dari mereka menghentikannya satu meter di hadapan Louis. “Kau tidak tahu siapa aku?” Meskipun lantang, suaranya tetap terdengar lucu. Louis mendengus. “Kita tidak pernah bertemu. Bagaimana mungkin aku mengenalmu?” “Aku adalah anak dari perempuan yang sangat mencintaimu dan kau cintai. Karena itu, aku mau kau menikahi Mama, bukan nona ini. Kamu harus menjadi ayahku!” Louis tersentak mendengar kelugasan balita itu. Setelah keterkejutannya luntur, tawanya mengudara. “Kau pandai berakting, rupanya? Kau tahu? Berbohong itu bukanlah sesuatu yang baik. Kau bisa menimbulkan kesalahpahaman atau bahkan masalah besar. Jadi, sebelum aku menghukummu, kembalilah kepada ibumu. Katakan kepadanya untuk tidak menghasut orang lain. Aku tidak pernah mencintai gadis selain Grace.” “Kaulah y

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-12
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   3. Interogasi

    Setibanya di sebuah penthouse, Summer tercengang. Ia tidak peduli dengan telinganya yang masih merah. Matanya sudah telanjur terpesona dengan apa yang ada di hadapannya. “Tuan Harper, kudengar kau punya banyak rumah. Apakah ini salah satunya? Ini sangat keren dan indah. Seperti istana!” Louis mendengus mendengar celotehan tersebut. Ia semakin yakin bahwa orang yang mengirimkan bocah itu mengincar hartanya. “Masuklah,” Louis melangkah lebih dulu menuju sofa. Nada suaranya datar, tidak bersahabat. Akan tetapi, sang balita sama sekali tidak mempermasalahkan. Dengan raut ceria, ia duduk di samping sebuah rak. “Apa yang kau lakukan?” tanya Louis, heran. Gadis kecil itu mendongak sambil menarik tali sepatunya. “Mama bilang, kita tidak boleh menggunakan alas kaki di dalam rumah, apalagi rumah orang lain. Nanti lantainya bisa kotor.” “Apakah kau sedang berusaha menarik perhatianku?” Mata Louis menyipit. “Tidak,” sang balita menggeleng santai. “Memang begitu peraturannya. Bahkan sebelum

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-12
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   4. Tolong Jaga Summer

    Saat polisi sedang sibuk melacak Summer, tiba-tiba, ponsel Sky berdering. Melihat nomor asing menghubunginya lewat panggilan video, napas Sky tertahan. Mungkinkah itu penculik yang meminta tebusan? Atau justru orang baik yang tidak sengaja menemukan putrinya? Sky pun menjawab panggilan dengan hati yang berdebar. Namun, begitu melihat wajah yang muncul, keresahannya musnah. Matanya terbelalak memancarkan keheranan dan keterkejutan. “L-Louis?” Louis semula mengernyitkan dahi. Ia sudah siap untuk menumpahkan amarah kepada Sky, menuntut pertanggungjawaban atas kekacauan yang ditimbulkan oleh putrinya. Namun, begitu wajah cantik yang diliputi air mata menerima panggilan videonya, kegeraman Louis memudar. Rasa iba dan kerinduan mendadak terbit dari sudut hatinya. “Sky,” lidahnya kelu menyebut nama itu. Sky mengerjap. Sembari tertunduk, ia menyeka mata. Ia tidak mau Louis mengetahui kegelisahannya. Ia belum siap jika statusnya sebagai ibu tunggal terbongkar. “Hai, Louis. Lama tidak b

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-12
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   5. Bocah Ajaib

    Louis menarik ransel yang terisi penuh itu. Summer mencoba untuk menghalanginya, tetapi ia kalah cepat.“Di mana kau menyembunyikan paspor ibumu?”Summer melipat tangan di depan dada. Pipinya yang menggembung membuat wajahnya tampak lebih bulat.“Apakah kau mengira aku membawanya di dalam ranselku? Kalau begitu, cari saja terus. Sampai gajah bisa bicara pun, kau tidak akan bisa menemukannya.”Louis berhenti menggeledah ransel kecil itu. “Kau tidak membawanya?”“Untuk apa? Nanti Mama tidak bisa datang ke sini kalau aku membawa paspornya.”Louis menghela napas lelah. Ia kembalikan ransel kecil itu ke atas meja. Memang tidak ada paspor sejauh pengamatannya. Summer hanya membawa pakaian, kotak bekal, botol minum, dan perlengkapan dasar untuk bertualang.“Kenapa kau bertindak sejauh ini, Manusia Mungil? Apakah kau sadar bahwa kelakuanmu ini merugikan orang lain? Kau mempersulit hidupku,” tutur Louis, terdengar putus asa.“Harus berapa kali kukatakan? Aku mau kamu menikah dengan Mama,” cele

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-12
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   6. Mulai Peduli

    Sambil duduk di tepi ranjang, Louis mulai membentur-benturkan kepala dengan kepalan tangan. Matanya tertutup, alisnya berkerut. Ia sadar, dirinya tidak boleh hanyut dalam pikiran keruh.“Tidak. Sky tidak mungkin sejahat itu. Putri kecilnya itulah yang bermasalah. Kalau memang dia ingin punya ayah, kenapa dia tidak mencari ayah kandungnya saja? Kenapa malah mengacaukan rencana indahku? Kalau dia tidak datang, aku pasti sedang berbahagia bersama Grace.”Selang keheningan sejenak, Louis mengangguk-angguk mantap. “Ya, dia pasti mewarisi sikap menjengkelkan itu dari ayahnya. Dia banyak tingkah, keras kepala, dan semena-mena. Pasti itu dia dapatkan dari sang ayah. Bukan Sky yang bersalah, tapi Summer dan ayahnya. Sekarang apa yang dia lakukan? Dia tidak sedang menghancurkan rumah, kan?”Louis mengeluarkan ponsel, memantau kamera pengawas. Tidak mendapati Summer di ruang depan, ia terbelalak. “Ke mana perginya manusia mungil itu?”Louis pun memeriksa kamera lain. Menemukan Summer sedang mencu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03

Bab terbaru

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   190. Rencana Bulan Madu

    Louis meringis. Sambil mengelus kepala sang putri, ia memberi penjelasan, "Papa dan Mama tidak mau mengganggu pikiranmu. Kami berencana untuk membicarakannya setelah kamu memutuskan untuk lanjut bersekolah atau belajar mandiri." "Papa dan Mama seharusnya tidak perlu menunggu. Itu sama sekali tidak mengganggu pikiranku," geleng Summer lucu. "Jadi, kau tidak keberatan kalau ayah dan ibumu pergi berbulan madu?" selidik Brandon, penasaran. Summer mengangguk. "Tentu saja tidak. Orang yang baru menikah memang seharusnya pergi berbulan madu, seperti Paman Cayden dan Bibi Emily. Gerry dan Merry juga." "Benarkah? Kamu tidak keberatan kalau Mama dan Papa berpergian berdua, sedangkan kamu di rumah?" tanya Sky spontan. Summer mengerjap. "Oh? Aku tidak ikut?" Para orang dewasa sontak menggigit bibir menahan geli. Sementara itu, River menjawab, "Tentu saja kau tidak boleh ikut, Summer. Itu bulan madu, bukan liburan. Hanya pengantin baru yang akan berangkat. Kehadiran orang lain hanya akan

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   189. Kekecewaan River

    "Kenapa perempuan tidak boleh menyatakan perasaan, sedangkan laki-laki boleh? Bukankah itu tidak adil?" tanya Summer dengan bibir mengerucut. Mendapat pertanyaan semacam itu, sebelah pipi River mengembung. "Entahlah, aku juga tidak tahu. Tapi kenyataannya seperti itu. Di semua film yang kutonton, selalu laki-laki yang menyatakan cintanya kepada wanita. Di kehidupan nyata juga, selalu laki-laki yang berlutut melamar pacarnya untuk menikah." Alis Summer tertaut lebih erat. Matanya berkedip-kedip bingung. "Benar juga. Dulu, Papa-lah yang melamar Mama. Paman Cayden melamar Bibi Emily, dan Kakek melamar Nenek. Kenapa selalu laki-laki yang melamar?" "Summer, River, kalian terlalu kecil untuk membahas itu," tutur Renata bijak. "Fokus saja pada masa kanak-kanak kalian." "Ya, Mama. Aku dan Summer tidak akan memikirkan tentang itu lagi. Kami akan fokus pada sekolah saja," angguk River mantap. Mendengar pernyataan tersebut, Louis dan Sky bertukar pandang. Mereka merasa iba kepada bo

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   188. Teman yang Baik

    Setibanya di kediaman River, Summer dan kedua orang tuanya langsung disambut hangat. Mereka berkenalan sebentar, lalu beralih ke ruang makan. Summer terbelalak melihat banyaknya hidangan yang tersaji di sana. "Wow, makanannya banyak sekali, Nyonya Young. Apakah ada tamu lain yang kalian undang?" seru balita itu dengan raut hebohnya. Melihat betapa bulat mata Summer, Renata Young terkekeh. "Tidak, Summer. Semua ini untuk menyambut kamu dan orang tuamu. Kami sengaja menyiapkan banyak hidangan karena River bilang kamu suka makan." "Ya!" Summer melompat kecil. "Aku memang suka makan. Aku butuh banyak asupan gizi supaya cepat besar dan bertambah cerdas. Terima kasih banyak atas perhatian kalian, Nyonya Young." Merasa gemas, Renata mencubit pipi sang balita. "Justru kamilah yang seharusnya berterima kasih padamu, Summer. Sejak berteman denganmu, River berubah menjadi jauh lebih baik." Bukan hanya Summer, tetapi Sky dan Louis juga terbelalak. Mereka penasaran dengan penjelasan det

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   187. Keberhasilan Summer

    "Mama, Papa! Cepat kemari! Aku sudah menemukan bukuku! Kalian tidak akan menyangka di mana dia dipajang!" Summer melompat-lompat sembari menggoyang tangan ayah dan ibunya. Melihat semangat putri kecilnya itu, Sky kembali menatap Louis. "Mungkinkah ...." "Ayo cepat, Mama, Papa! Jangan bengong saja," desak Summer lagi. Saking tak sabarnya, kakinya sampai berlari di tempat. Dengan raut penuh tanya, Sky pun berjalan mengikuti sang balita. Sesekali, ia melirik suaminya. Louis hanya tersenyum penuh makna. Ternyata, Summer membawa mereka menuju rak best-seller. Setibanya di sana, balita itu langsung melompat, mempersembahkan apa yang tersaji di hadapannya dengan tangan terentang lebar. "Ta-da! Lihat ini, Mama, Papa! Akhirnya, bukuku berada di rak best-seller, sama seperti buku Mama!" serunya dengan suara melengking yang menghangatkan. Senyumnya sangat lebar. Matanya berkaca-kaca. Melihat tumpukan buku tersebut, Sky terkesiap. Air matanya ikut menggenang. "Sayang?" Ia meng

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   186. Mewujudkan Impian

    "Mama berencana untuk membuat kampanye lingkungan. Mungkin, Mama bisa bekerja sama dengan ayahmu, bibimu, dan yang lain. Konsep kampanye ini juga bisa dikemas dalam marketing di sektor mereka," terang Sky dengan suara mantap. "Bagaimana menurut kalian?" "Itu bagus, Sky," sahut Emily cepat. "Aku memang selalu mengusahakan produk fashion-ku ramah lingkungan. Tapi hal itu masih kurang disebarluaskan. Desainer lain juga memandang hal ini sebelah mata. Padahal, menurutku, fashion bukan hanya soal gaya, tapi juga tentang pesan yang ingin kita tunjukkan kepada orang lain lewat penampilan. Salah satunya, dampak terhadap lingkungan. Untuk apa tampil keren kalau apa yang kita kenakan merugikan bumi dan lingkungan?" Louis pun menambahkan, "Kurasa, perusahaan kita memang perlu kampanye semacam itu. Apalagi, hal tersebut memang sering menjadi poin plus dalam hal-hal yang kita kembangkan. Apartemen terbaru Savior, contohnya. Orang-orang membeli bukan karena konsep green-building, tapi karena m

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   185. Visi Mulia Summer

    "Ya, aku memang senang belajar bersama teman-teman di sekolah. Aku juga suka bertemu guru-guru, makan siang di kantin bersama River, dan bermain di sisa waktu istirahat. Semua itu menyenangkan!" ungkap Summer dengan suara manisnya. "Lalu, kenapa kamu tidak mau terus bersekolah Summer?" selidik Louis, penasaran. Bibir Summer mengerucut. Pundaknya naik lagi menjepit leher. "Karena aku merasa, akan lebih baik kalau aku belajar mandiri saja." "Apakah ini karena Gigi?" tanya Louis, hati-hati. "Tidak, Papa. Aku tidak mungkin membiarkan orang lain memengaruhi keputusanku," jawab Summer mantap. "Lalu kenapa, Sayang? Kenapa kamu merasa lebih baik kalau kamu belajar sendiri?" tanya Sky, tidak sabar. Summer menggigit bibir. Ia agak ragu untuk mengutarakan pemikirannya. "Aku merasa kalau aku akan lebih cepat maju jika belajar mandiri. Meskipun aku sekarang belajar di kelas 2, aku merasa sudah menguasai semua materinya, Mama. Yang kulakukan selama beberapa hari terakhir adalah

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   184. Rahasia tentang Burung Pipit

    "Selamat pagi, semuanya!" sapa Summer saat memasuki ruang makan. Semua yang telah berada di sana sontak menoleh ke arahnya. "Selamat pagi, Summer," sapa mereka ramah. Namun, detik berikutnya, mereka semua mengerjap. Gigi Summer terlihat begitu putih di antara kulit wajahnya yang dipenuhi coretan hitam. "Astaga, Summer! Apa yang terjadi pada wajahmu?" seru Kara spontan. Sambil memeluk sang nenek, Summer terkekeh. "Maaf, Nenek. Aku tidak bermaksud menakutimu. Apakah kau terkejut?" "Tentu saja. Cucuku biasanya sudah bersih dan wangi jam segini. Tapi sekarang, kenapa wajahmu dipenuhi coretan? Apa ini? Cat? Kau habis melukis?" selidik Kara sembari memeriksa noda di pipi sang cucu. "Bukan, Nenek. Kemarin aku mengobrol dengan Kakek Lucas. Dia mengajariku tentang pentingnya ber-kamu-flase saat mengamati hewan-hewan di alam. Caranya adalah dengan menggunakan pakaian berwarna sama dengan lingkungan sekitar, dan mencoret wajah dengan arang. Karena aku tidak punya arang, aku menggun

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   183. Belajar Menahan Diri

    "Louis, kau dengar itu? Sepertinya, Summer mengetuk pintu. Dia memanggil kita," bisik Sky di sela desah napasnya. Bukannya berhenti untuk menyimak, Louis malah melanjutkan kegiatannya di bawah selimut. "Itu halusinasimu saja, Sayang. Dia tidak mungkin mencari kita sepagi ini. Paling-paling, dia sedang di pekarangan belakang mengintai Papoy," balas Louis dengan suara yang menggelitik telinga. "Louis, aku serius. Coba dengar! Summer memanggil kita," bisik Sky, mulai mengernyitkan wajah. Tak mendapat respons dari suaminya, ia pun mengangkat tangan. Namun, belum sempat ia menyibak selimut yang menutupi mereka, Louis menangkap pergelangan tangannya dan menekannya ke bantal. "Jangan bergerak. Aku sedikit lagi klimaks," pintanya serak. "Tapi—" "Tenang saja. Kalaupun itu Summer, dia tidak akan masuk. Kurasa aku sudah mengunci pintu semalam. Jadi, mari kita lanjutkan. Satu menit saja." Sementara Louis membungkam mulut Sky, di luar pintu, Summer menunggu dengan raut kebing

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   182. Burung yang Aktif

    "Lihatlah putri kita, Louis. Bukankah dia sangat lucu? Dia terlihat begitu kecil dibandingkan anak-anak lain, dan cara duduknya manis sekali," bisik Sky sembari mengintip dari jendela. Louis yang berdiri di sisi Sky pun melebarkan senyum. Matanya juga tertuju pada satu-satunya balita di kelas itu. "Ya, dia sangat menggemaskan. Apakah kamu yang mengajarinya untuk duduk seperti itu?" bisiknya seraya melirik wajah haru sang istri. Sky menggeleng. "Tidak. Tapi Summer memang sering melipat tangan di atas meja kalau sedang menyimak sesuatu. Tidak kusangka dia akan membawa kebiasaannya ke dalam kelas. Oh, lihat! Dia mengangkat tangan." Sky menepuk-nepuk lengan Louis. Pandangan Louis pun kembali ke depan. Menyaksikan bagaimana Summer menjawab pertanyaan guru dan mendapat tepuk tangan dari murid-murid lain, rasa bangga juga terbit dalam hatinya. "Putri kita bukan hanya lucu, tapi juga cerdas. Kamu berhasil mengajarinya. Terima kasih, Sayang," Louis mengecup pelipis sang istri. "Ka

DMCA.com Protection Status