***
Barra meninggalkan Celine yang masih menuntut penjelasannya di ruang makan. Ia menuju kamar tidurnya sendiri. Sesaat membuka pintu kamar Lola saat melewati kamar gadis kecilnya. Barra berjalan pelan menuju ranjang Lola.
Malaikat kecilnya tengah nyenyak sambil memeluk boneka kuda poni kesayangannya. Barra menyentuh dahi Lola lembut sambil mengelus alis dengan ibu jarinya. Lola nampak tidak terganggu, malah justru belaian Barra membuatnya semakin nyenyak.
Barra meninggalkan kamar Lola sesegera mungkin dan berharap ia tidak perlu berpapasan dengan Celine. Ia segera menarik tuas pintu dan membukanya lebar-lebar.
Barra menarik ujung kemejanya dengan kasar dan melepasnya segera. Ia lalu masuk ke kamar mandi untuk menikmati air hangat sebelum tidur. B
***Celine masih bisa merasakan tatapan Barra yang masih mengekor mengikuti. Mengintimidasi dirinya dengan intens. Seolah lelaki itu sedang bersiap untuk menerkamnya kapan saja begitu peluit perang dibunyikan oleh wasit.‘Celine, kau terlalu berlebihan. Bukankah sejak dulu Barra memang memiliki sepasang mata yang menarik? Sepasang mata awas yang dapat menangkap segala kegalauan yang sedang dirasakannya? Sepasang mata yang pernah membuatmu jatuh hati. Sebelum, akhirnya Barra yang menghilang sendiri dengan kabar seadanya dan Alaric yang lalu hadir menawarkan cinta?’ Suara hati Celine sibuk mencari pembenaran alasan Barra membencinya.***Setelah menuntaskan j
***“Bang*sat!” Barra mengaum seolah singa yang mangsanya akan dilahap binatang lain. Tidak lupa ia mengeratkan dekapannya pada Celine. Perempuan yang dimaksud juga meraih pinggangnya. Seolah mereka memang berpasangan.Pria kurang ajar yang sempat merabai Celine lalu mengusap ujung hidungnya yang mengalirkan darah segar. Memperhatikan suasana bahwa Celine mungkin benar sudah ada pemiliknya, maka ia lalu mengangkat kedua tangan sebagai tanda menyerah. Pria itu lalu berjalan mundur dan menghilang.Seketika suasana kembali riuh dan ramai dengan aktivitas semula. Seolah pertengkaran memperebutkan perempuan antara kedua pria adalah hal biasa.Barra masih belum melepaskan pelukannya di pinggang Celine. Ia lalu
***Celine masih terpaku dengan pikirannya, tapi hasratnya juga tidak bisa dibohongi. ‘Astaga, ini hanya perkara ciuman Celine, mengapa kau membuat hidupmu rumit?’Dengan sentuhan lembut Barra mengangkat dahu Celine. Tanpa menunggu aba-aba karena Celine yang mematung. Seolah kediamannya merupakan tiket emas untuk Barra bergerak lebih lanjut.Barra memiringkan wajah dan seketika itu pula bibir mereka bertemu. Celine belum menepisnya. Tiga detik kemudian, mulutnya dengan pelan membuka jalan untuk Barra.Ciuman kali ini begitu lembut. Pertemuan bibir mereka mungkin bukan untuk pertama kali, tapi Celine dapat merasakan Barra tidak sekasar beberapa minggu lalu terhadapnya.Bibir Barra menyentuhny
***Barra tidak bisa tidur semalaman. Setelah mengantar Celine pulang dan menghabiskan makan malam yang tidak direncanakan. Pikirannya terus dipenuhi imaji tentang perempuan itu. Bagaimana bibir mereka yang bersentuhan dengan lembut.Si*al! Ini tiga kalinya dalam dua hari berturut-turut, Barra harus membasuh dirinya dengan air dingin untuk menghapus bayangan liar tentang perempuan itu.***“Tidak bisa, Lola. Oma tidak mau mengganggu Tante Celine dan memintanya kemari. Ini hari minggu, mungkin saja Tante Celine harus beristirahat.”Lola merengek. Suaranya berasal di meja tinggi dekat oven. “Tapi, aku mau Queen mencoba cookies buatanku, Oma.”
***“Barra, sepertinya kita harus segera menikah.” Celine bahkan membutuhkan beberapa saat untuk mencerna satu kalimat yang baru saja dikeluarkan bibirnya. Barra memandangnya dengan tatapan sedikit aneh.“Itu sebuah permintaan atau perintah, Celine?” Barra masih menggenggam tangannya. Seolah pernyataan Celine tadi keluar akibat dari elusan pelannya.Celine menjauhkan diri dan menarik tangannya, “Itu sebuah permintaan, uhm.” Bahkan, nada suaranya pun ragu saat menjelaskan keinginannya.“Kalau hanya karena ciuman kita kemarin dan kini kau meminta pertanggungjawaban aku untuk menikahimu. Rasanya kau bercanda, Celine.”&l
*** Barra belum menghubungi Celine setelah percakapan mereka tentang rahasia Lola seminggu lalu. Ia sendiri tidak merasa kaget dengan apa yang disampaikan Celine karena sebetulnya ia mengetahui bahwa Alaric memang memiliki hubungan gelap dengan Aimee. Barra yang mengenalkan Aimee pada Alaric. Saat Celine menyampaikan surat hasil tes DNA itu padanya, Barra sebetulnya bingung antara memberi tahu perempuan itu bahwa sebetulnya ia sudah tahu sejak awal atau lebih baik berdiam diri saja. Hal yang membuat Barra kaget adalah wasiat Alaric yang meminta Celine mencari anak kandungnya dengan tujuan menyerahkan setengah warisannya pada Lola. Satu hal yang membuat Barra semakin kesal pada Alaric adalah bisa-bisanya dia berselingkuh di belakang
*** Celine menerima telepon dari sekolah Lola. Miss Sunshine mengatakan bahwa sampai jam tiga belum ada yang menjemput gadis kecil itu. Celine memahami begitu ketatnya keamanan di sekolah Lola sehingga tidak sembarang orang bisa menjemput anak mereka yang disekolahkan disana. Nomor pertama yang dihubungi olehnya adalah nomor Tante Lenna, ibu Barra. Setelah mencoba tiga kali dan tidak ada yang mengangkat. Celine mencoba menghubungi ayah Barra, responnya sama. Ia lalu mencoba menghubungi telepon rumah kediaman Hutama yang menyebutkan bahwa ibu Barra pingsan lalu dilarikan ke rumah sakit. Tanpa banyak berpikir atau menghubungi Barra. Celine pamit pulang lebih awal untuk menjemput Lola. Pilihan membawa Lola ke rumah sakit adalah tidak mungkin. Rumah sakit bukan taman bermain untuk anak kecil.
***Barra menangkap kilat menarik di sepasang mata Celine. Saat ia kembali menyebut namanya, Celine mengecup bibirnya lembut. Merasa diberi lampu hijau, ia tidak mau membuang kesempatan.Jari perempuan itu bergerilya. Memerangkap tulang pipinya. Barra merasa terpojok. Di bawah ciuman Celine, ia mendengar suara paraunya sendiri. Tidak masuk akal jika Barra tidak mengikuti permainan Celine.You have lips. I have lips. Let’s have some fun!Barra menekan bibir Celine semakin ke dalam. Perempuan itu bergerak gelisah akibat sentuhan lembut di garis dada dan punggungnya. Bukan tanpa sebab, Barra melakukannya. Ini sebuah tindakan refleks, begitu ia membela diri. Saat Celine mulai menelusuri dada di balik kemejanya. Barra memeluk Celine
***Celine tidak pernah membayangkan bahwa hari ini akan datang. Setelah kejadian buruk menimpa keluarga mereka terus menerus dan kini Celine bisa berdiri tegak menatap langit.Ya, di bawah langit cerah dengan lautan biru menghampar di sebuah kapal yacht berukuran sedang milik mertuanya. Celine dan Barra kembali mengikat janji suci secara agama menurut kepercayaan mereka untuk disaksikan keluarga terkasih.Gaun putih Celine yang bertema vintage berkibar pelan ditiup sepoian angin laut. Bahan yang ringan membuat gaunnya semakin terlihat estetik. Apalagi dengan tubuh sintal semampai milik Celine. Tidak yakin Barra bisa menahan diri untuk tidak menerkam istrinya di depan umum.
***Untuk pertama kalinya dalam enam bulan, semalam Barra bisa tidur dengan nyenyak dalam pelukan istrinya. Setelah kejadian di dalam mobil dimana Celine begitu keras untuk mendobrak pintu hatinya yang membeku bersamaan saat ia menerima abu milik ibunya. Semua hal di dunia dan sekitarnya menjadi tidak penting, pikir Barra.Barra menggeliat dan meregangkan tubuhnya saat Celine sedang bergerilya menyusuri bagian tubuh bawahnya yang sensitif. Barra dapat merasakan kulit istrinya yang polos dan mulus sedang bergerak di balik selimut.Ia tahu Celine sedang mengulum sesuatu sebagai sarapan paginya. bergerak dari atas lalu ke bawah dan begitu seterusnya dengan gerakan memutar.
***“Dengan ini menyatakan bahwa Barra Hutama dinilai lalai dalam tindak pidana pasar modal dan/atau penipuan dan/atau penggelapan dan/atau tindak pidana pencucian uang. Meski barang bukti yang diperlihatkan oleh Det. Zane menunjukkan ketidakterkaitan Barra dengan kegiatan kasus money laundering yang melibatkan sejumlah oknum petinggi partai dan sejumlah perantara atau makelar kasus.Pihak ketiga yang dimaksud bertugas menjembatani beberapa perusahaan asing yang tidak beroperasional di tanah air dan/atau memiliki keterkaitan khusus dengan warga negara di tanah air. Dalam persidangan terpisah juga ditemukan sejumlah perusahaan fiktif lain yang bertugas menyalurkan uang-uang yang terpecah dalam tahap placement dan/atau layering. Penjelasan lengkap sudah terlampir.
*** Menunggu agenda persidangan selanjutnya bagi Barra bukanlah hal mudah. Meski Celine sudah mendapatkan barang bukti dari tangan Eldar dan membuat berita acara penyerahan barang bukti pada Det. Zane. Tapi tetap saja perasaannya masih belum tenang. “Sayang, hari ini jadi berangkat ke Sinar Kusuma Group?” Barra menghampiri Celine yang sedang memeluk Lola. Pagi ini Celine sedang meminta izin tidak mengantar Lola berangkat ke sekolah. “Iya, Sayang. Ella mengabari bahwa berkas dari kantor hukum yang ditunjuk Sinar Kusuma Group sudah selesai. Hari ini aku akan menandatangani dokumen terkait surat wasiat Alaric yang diwariskan untuk Lola.” Barra mengangguk. Padahal sebelum mereka sepakat bahwa Celine dapat mewa
***Tanpa bertanya pada Barra, Celine sudah mengetahui apa yang dimaksud dengan kemenangan besar yang dikatakan Zoraya Kusuma padanya tadi. Celine mengantar Lola pulang lalu kembali pergi. Ia ada urusan di kantor Hope Foundation, Rona mendadak menghubunginya dan mengatakan ada hal penting yang ingin disampaikan.Tidak terlalu curiga dengan kabar Rona, kepala rumah tangga di yayasan tersebut. Celine berangkat sendiri tanpa mengabari suaminya lebih dulu. Ia tahu Barra saat ini sedang terpukul dengan kenyataan bahwa Zoraya berhasil masuk dalam dewan direksi PT. Hijau Hutama.Celine memarkir mobilnya seperti biasa. Kondisi yayasan juga cukup sepi. Mobil yang kini terparkir hanya mobil operasional milik yayasan dan miliknya. Ia mengunci pintu mobil dan memasuki gedung.&ldquo
***Setelah melewati malam penuh huru hara bersama istrinya, Barra yang tidak bisa tidur sepanjang malam memutuskan menyalurkan setengah sisa energinya untuk lari pagi. Meski udara pagi itu sebetulnya tidak bersahabat karena mendung, ia tetap memaksakan diri. Barra butuh sesuatu yang bersifat fisik untuk mengalihkan perhatiannya.Semalam istrinya marah besar saat Barra memberinya ide untuk pergi menyusul orang tua Barra dan tinggal sementara di sana. “Sayang, bagaimana jika kau dan Lola untuk sementara waktu menyusul orang tuaku?” Kalimat pembuka Barra pada istrinya selepas ia membersihkan badan.Celine yang sedang mengoleskan body butter tipis-tipis di sepanjang
***Celine sedang mematut diri di depan cermin. Ia merapikan dress berwarna cream selutut yang dikenakannya hari ini. Seminggu berlalu setelah kejadian Barra menemukan keberadaan Zoraya di sekolah Lola. Hari ini adalah sidang pembuktian untuk kasus yang menimpa suaminya.Semalam Celine meminta agar diperbolehkan hadir dalam persidangan Barra. Hal ini dilakukannya sebagai bukti dukungan pada suaminya.“Sayang, kau tidak perlu hadir. Doa dan kepercayaanmu terhadapku sudah lebih dari cukup,” ujar Barra sambil memeluk istrinya dari belakang.“Jangan mencoba mengubah keputusanku. P
*** Barra boleh bernafas lega karena Celine memberi mandat dan kepercayaan seutuhnya. Ide yang dipikirnya akan ditolak Celine atau istrinya akan beranggapan negatif. Hidup memang taman bermain. Saat kita membutuhkan sesuatu dan kita mengejarnya mati-matian ternyata hal yang kita cari ada di depan mata. “Jim, Pak Jhon sudah memberi kabar?” Barra menatap asistennya dari balik meja kerja. Jim menggeleng, “Saya sudah tanyakan pada Sekretaris Pak Jhon. Pesannya Bapak nanti yang akan menghubungi Pak Barra.” Barra mengusap janggutnya yang belum dicukur halus. Celine lebih menyukai jika jenggotnya sedikit kasar. Istrinya akan memekik kegirangan saat Barra mengusap janggut pada garis leher Celine.
***“Apa ada hal khusus yang kau bicarakan dengan Ella beberapa hari lalu?” Celine menatap suaminya dengan pandangan curiga.“Bahas persidangan. Bahas kemungkinan Dewan Direksi akan dikuasai Zoraya karena kini tiga puluh persen anggota direksi sudah berada di sisi perempuan iblis itu. Bahas tentang polosnya dirimu,” celoteh Barra dengan enteng.“Kau membahas kepolosan istrimu dengan sahabat sang istri?” Celine mendorong Barra ke atas ranjang mereka karena kebetulan suaminya sedang bersiap mengenakan kemeja.“Sayang, aku bukannya menolak ide liar yang akan kau praktekkan padaku sekarang,” protes Barra, “Tapi sebentar lagi aku harus menemui janji penting di bawah.&