"Kak, bagaimana kalau kita ke rumah sakit sekarang, mungkin Zira ada di sana," ajak Mia yang langsung melangkah sembari menarik tangan Rian.
Zira yang masih memakai baju kebaya putih untuk pernikahannya kini tengah memaksakan kakinya untuk tetap berlari, Dengan langkah yang gontai dan air mata yang tak berhenti mengalir ia menyusuri lorong rumah sakit menuju ruangan ibunya.
Braaak!
Zira membuka pintu dengan tergesa-gesa. "Ibu!" ucap Zira tercengang melihat ke arah ibunya. Tubuh ibunya yang sudah tertutup rapat membuat langkah Zira semakin lemah, kedatangannya membuat para perawat yang tengah membereskan alat medis yang sudah terlepas dari tubuh ibu Zira menoleh ke arahnya yang baru saja masuk.
"Apa yang kalian lakuk
Steve melihat panggilan yang tak terjawab dari Han sebanyak enam puluh lima kali dan ibunya tiga puluh kali.Ia pun bangkit dari ranjangnya setelah melihat jam yang menunjukkan pukul sembilan pagi.Steve segera mengemudikan mobilnya, ia mencoba menghubungi Han namun ponselnya tidak aktif, dia tau itu pasti perintah ibunya yang menyuruh Han untuk mematikan ponselnya.Mobil Steve terparkir sempurna di halaman rumah mewah keluarga Willson, ia menghela nafasnya melihat mobil yang biasa dibawa Han terparkir juga di sana. Steve langsung masuk dan mencari ibunya ke ruang kerja.Tok, tok, tok!Han yang ada di dalam ruangan pun membukakan pintu u
Zira terdiam sejenak. "Apa boleh aku meminta waktu untuk memikirkannya?" Roselly mengangguk sambil tersenyum, ia mengerti dan sadar jika pertanyaannya kali ini sudah salah waktu. Zira masih dalam keadaan berduka, namun ia pun tak ingin kehilangan calon menantu seperti Zira. "Kalo begitu kami pamit dulu. Zira perbanyak istirahat ya, Tante pulang dulu dan Tante harap saat kita bertemu kamu sudah memutuskan jawabannya," imbuh Roselly yang di jawab senyuman Zira. Mendengar ucapan ibunya, Steve pun langsung keluar ruanah tanpa mengatakan sepatah katapun, Zira hanya sedikit melirik kearah Steve dan memilih untuk tidak terlalu memperdulikannya. Roselly menghela nafasnya menahan kesal karena sikap Steve, iapun menoleh ke arah Zira. "Zira, maafkan Steve. Tante...," "Tidak apa-apa Tante," ucap Zira. Roselly pun hanya tersenyum dan akhirnya meninggalkan rumah Zira. Sementara
Steve kembali masuk ke dalam mobilnya dan menyuruh Han pergi meninggalkan Zira yang masih terdiam, ia terdiam karena kaget dan tidak menyangka apa yang dikatakan Steve. "Apa pria itu benar-benar sudah tidak punya hati? di saat seperti ini masih sanggup mengatakan hal yang menyakitkan bahkan mengancamku," gumamnya. "Siapa yang datang tadi?" tanya Mia. Ia tidak sempat melihat jika yang datang adalah Steve. "Orang gila!" jawab Zira dengan entengnya. "Mana ada orang gila naik mobil mewah Zira sayang," kilah Mia. "Buktinya tadi ada," jawab Zira kembali dan Mia hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecil. ***
"Cherry, apa kamu akan terus berdiri di sana?" ucap Steve. "Kenapa kamu melihatnya seperti hantu?" Steve kembali bicara sambil melirik kearah Zira."Cherry harus berfikir untuk menjawab pertanyaan kakaknya, "Itu karena aku takjub dengan kecantikan ka Zira, ternyata dia lebih cantik dari yang mamah bilang."Zira tersipu malu dan mukanya memerah mendengar pujian dari Cherry. Dengan menahan rasa canggung, Cherry menghampiri ibunya dan langsung memeluknya."Tenanglah," bisik ibunya pada Cherry.Ia mengerti dan menuruti ucapan ibunya, setelah memeluk ibunya ia pun langsung berpindah memeluk Zira, namun Cherry tak mengucapkan sepatah katapun pada dan hanya tersenyum pada Zira.
"Dengarkan aku Cherry, aku sudah bosan denganmu dan aku hanya mencintai uangmu, kamu tidak lebih dari seekor kucing yang bodoh. Kamu pikir aku benarkah menyukaimu?" ucap Andre sambil mendorong tubuh Cherry hingga terjatuh kelantai.Hatinya benar-benar hancur, dia telah salah menilai Andre selama ini, bahkan dia berani mencuri kesempatan kabur dari rumah untuk bisa bersama Andre. Meski itu adalah hal yang paling di benci kakaknya.Kedua teman Cherry menghampirinya dan menolongnya untuk bangun, Andre pun berlalu pergi dengan wanita yang terus menggandeng tangannya manja."Cherry kamu baik-baik saja kan?" tanya temannya dan Cherry pun mengangguk."Kamu yakin?" temanya kembali meyakinkan, dan Cherry mengangguk kembali.
"Mungkin Serigala ini ada benarnya juga. Jika aku serumah dengan keluarganya, itu pasti akan menyulitkan untuk mencari alasan berpisah nantinya, lebih-lebih aku pasti harus tidur sekamar dengan monster ini. Iihhh, itu pasti sangat mengerikan," batin Zira sedikit bergidik ngeri, ia pun sedikit melirik kearah Steve, "Ya tuhan, kenapa Mahal menyebalkan ini harus terlihat sangat tampan, mahluk mengerikan ini benar-benar bisa menipu orang dan menyembunyikan sifat Monsternya di balik kesempurnaannya," Zira menggelengkan kepalanya dan menatap kembali keluar jendela."Jaga otakmu untuk tak berfikir macam-macam," ucap Steve yang melihat gelagat mencurigakan dari Zira. Zira menoleh kearah Steve yang ternyata tengah menatapnya tajam.Sesegera mungkin Zira membuangnya mukanya dan kembali melihat keluar jendela mobil.
"Ooh maaf, sepertinya aku salah ruangan." ucapnya. Gadis tersebut tersenyum ke arah Zira, namun Zira hanya diam, matanya menatap kearah gadis tersebut dengan penuh kebencian.Gadis itu melenggang masuk kedalam ruangan, namun beberapa langkah tangganya langsung di genggam Han yang sudah sigap berdiri untuk menahannya."Hai tampan, sepertinya kita pernah bertemu bukan," ucapnya pada Han.Han masih menatap tajam gadis yang ada di depannya. Ya, dia ingat siapa gadis itu, seorang gadis muda yang pernah memeras majikannya karena memanfaatkan sebuah kesempatan.Bahkan kedatangannya pun membuat Roselly dan Cherry gelisah. "Mah kenapa dia ada di sini?" bisik Cherry pada ibunya.
Suara pintu kamar hotel pun terbuka. "Woooooow ini benar-benar indah," ucap Zira yang takjub dengan tatanan kamar yang dihias indah dan ranjang yang dipenuhi dengan bunga mawar. "Hmmmm sayang sekali tempat seindah ini cuma kedok untuk menutupi sandiwara," gumam Zira lirih.Steve yang mendengar gumaman Zira pun hanya menyunggingkan senyuman. Ia menghampiri ranjang yang sudah tertata indah, namun tiba-tiba ia menarik selimut yang penuh bunga mawar membentuk hati tersebut, dan kini semua sudah berserakan di lantai. Zira hanya membelalakan matanya melihat apa yang dilakukan Steve, ia sangat menyayangkan melihat bunga indah yang bertaburan di atas ranjang kini menjadi berserakan di lantai.Steve membaringkan tubuhnya di atas ranjang, ia menutup matanya tanpa bersuara. Zira yang masih berdiri hanya menatapnya dengan sebal, "Tidak mun
Zira menggelengkan kepalanya, dan air matanya mengalir semakin deras, ia kemudian menghamburkan tubuhnya ke Steve. "Terimakasih, aku sangat senang dengan ini semua," ucap Zira dalam pelukan Steve. Mia ikut meneteskan air mata bahagianya. Zira menatap Steve sambil bertanya. "Tapi bagaimana kamu tau jika ini adalah kering aku dan kedua orangtuaku?" Steve hanya tersenyum dan mengarahkannya matanya ke Mia. Zira pun menoleh ke arah mia, ia melepaskannya pelukanku pada Steve dan mendekati Mia. "Maafkan aku sempat marah padamu," ucap Zira. "Kamu memang pantas marah padaku Zira," ucap Mia. Mereka pun akhirnya saling berpelukan. "Sebaiknya kita segera masuk, kasian anak-anak yang sudah menunggumu," ucap Steve. Zira dan Mia pun mengangguk, mereka melangkah masuk kedalam ru
"Sudah sampai," ucap Han datar."Terimakasih. Bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?" ucap Mia dengan tatapan matanya yang mengarah ke depan tanpa menoleh kearah Han."Hemm.""Sepertinya adik bosmu sangat menyukaimu, tapi kenapa kamu terlihat sangat acuh padanya?"Han menoleh ke arah Mia. "Darimana kamu tau dia menyukaiku?"Mia pun menoleh ke arah Han yang menjawab pertanyaannya. "Aku selalu melihat ekspresi wajahnya yang akan langsung berubah masam ketika kamu bersamaku. Aku yakin dia sedang cemburu.""Aku tidak tahu."
"Kenapa kalian semua diam, aku ingin pulang dan bertemu ibu, kenapa dia tidak ada di sini?" ucap Zira kembali."Zira kamu masih sakit, dan harus banyak istirahat. Setelah sembuh kamu pasti akan bertemu dengan ibumu," ucap Roselly."Aku ingin bertemu ibuku.""Sayang, bersabarlah. Percayalah pada kami," ucap Steve. Ia memegang tangan Zira sambil menatapnya."Tuan, aku …," Zira merasa canggung. Dia memang mengenal Steve dan tau persis siapa Steve, namun dia lupa dan belum bisa menerima jika saat ini Steve adalah suaminya."Aku mengerti, tapi aku yakin perlahan kamu akan mengingat tentang hubungan kita."
"Kenapa kalian menatapku seperti itu?" tanya Cherry. Ia tidak sadar jika ucapannya telah salah."Apa itu benar?" tanya Zira. "Tapi bagaimana itu bisa terjadi. Aku, ahh." Zira kembali meringis kesakitan dan memegangi kepalanya."Sayang," ucap Steve. Ia langsung menggenggam tangan Zira. "Kita sudah menikah dan kita baru kehilangan calon anak pertama kita." Ucapan yang begitu saja lolos dari bibir Steve membuat Zira menatap kearah pria yang saat ini tengah menatapnya dengan mata berkaca-kaca."Kita, menikah?" Seakan tidak percaya, Zira menoleh kearah Mia dan mengharapkan jawaban darinya. Mia satu-satunya orang yang bisa ia percayai saat ini. Mia menganggukkan kepalanya dan Zira pun kembali menoleh kearah Steve, ia menarik tangannya dari genggaman Steve d
Mata Cherry penuh kekesalan menatap Mia dan Han. Cemburu itulah yang sebenarnya sedang ia rasakan. 'Han, kamu sungguh keterlaluan. Aku lebih lama mengenalmu tapi sekali pun kamu tidak pernah mengukir senyum untukku. Sedangkan dia? Huh, menyebalkan sekali,' batin Cherry."Cherry," panggil Roselly membubarkan lamunannya."Eh, iya mah?""Apa yang sedang kamu pikirkan, mamah memanggil kamu dari tadi malah nggak nyaut.""Maaf mah. Memangnya ada apa mah?""Pergilah membeli makanan, kita semua belum makan. Jangan sampai kita juga ikut sakit saat Zira sadar nanti."
"Apa kakak baik-baik saja?" tanya Mia membuyarkan lamunan Rian."Aku baik-baik saja.""Nak Rian, aku yakin kamu tahu yang terbaik buat Zira," ucap Roselly."Mungkin aku memang sangat menyayangi Zira, tapi aku juga tidak akan pernah mengambil apa yang sudah menjadi milik orang lain. Hanya saja, aku selalu ingin dia bahagia tanpa ada penderitaan lagi yang ia rasakan. Dan sekarang apa yang harus aku lakukan dengan keadaannya yang seperti ini?"Semuanya terdiam, Roselly pun tidak bisa berkata apa-apa. Ia tahu anaknya sangat mencintai Zira, namun saat ini Zira belum bisa mengingat apa yang terjadi selama ini bersama Steve. Sedangkan orang yang bisa membantunya perlahan mengingat semua kejadian dua
Suara lirih Zira yang menandakan ia sadar membuat semua mata di ruangan tersebut menoleh ke arahnya. "Ibu tolong aku Bu," ucap Zira yang masih memejamkan matanya.Roselly memencet sebuah tombol di dekat ranjang untuk memanggil dokter, ia lalu menggenggam tangan Zira dan mencoba membangunkannya. "Sayang sadarlah, mamah ada di sini.'"Ibu, jangan pergi. Mia kamu dimana?" Zira masih terus memanggil ibunya, dan kali ini nama Mia pun terdengar dalam ucapannya. Di ruangan yang dingin keringat Zira mulai bercucuran. Rasa takut terlihat dari raut wajah dengan mata terpejamnya.Mia segera menggenggam tangan Zira dan berusaha menyadarkan sahabatnya. "Zira, aku di sini. Sadarlah," bisik Mia.Perlahan mata Zir
"Apa maksudmu, ada kemungkinan dia tidak bisa mengingatku?" tanya Steve lirih. Doni menganggukkan kepalanya. "Ya, tapi itu masih kemungkinan." Steve terdiam sejenak, hatinya merasa gelisah setelah mendengar perkataan Doni. Ada rasa takut dihatinya, takut jika saat Zira sadar ia benar-benar sudah melupakan Steve. Rian keluar dari ruangan tersebut di gandeng seorangpun suster. "Kak Rian," ucap Mia menghampiri. "Tolong minta kakak anda istirahat, karena dia menolak untuk istirahat di dalam. Badannya masih terasa lemas karena sudah mendonorkan darah yang cukup lumayan banyak, nanti dokter Doni akan memberitahu resep obat untuk kakak Anda," ucap suster tersebut pada Mia.
"Aahhhh!" Teriak Zira dengan tubuh yang terguling menuruni anak tangga. "Kak Zira," Teriak Cherry yang melihat Zira terjatuh dari tangga. Ia Pun langsung berlari ke arah Zira sambil berteriak histeris. "Kak Steve, kak Zira jatuh!" Semua orang berlarian termasuk Steve dan Han yang bergegas keluar dari ruang kerja saat mendengar teriakan Cherry. Mereka semuanya berlari menuju tangga menghampiri Zira yang sudah tergeletak di ujung tangga tak sadarkan diri dan berlumuran darah. "Zira!" Teriak Steve yang langsung menghampiri tubuh Zira dan langsung menopangnya. "Zira, sadarlah. Aku mohon sadarlah," ucap Steve. Ia terlihat sangat panik saat melihat darah di pelipis Zira yang mengalir deras, dan pendarahan yang begitu parah.