“Jadi, hari ini aku akan memperkenalkan seseorang yang akan bergabung menjadi pengacara associate di kantor hukum ini. Please welcome, Miss Natasha.” Direktur firma hukum menyebutkan nama yang tak asing bagi Amanda.
Natasha memang nama yang umum. Jadi, tidak mungkin kalau Natasha yang sama seperti yang dikenalinya.
Seseorang memasuki ruang pertemuan setelah namanya disebutkan oleh Direktur. Perempuan itu tinggi semampai, rambutnya tergerai, riasan wajahnya tidak mencolok tapi bisa diketahui bahwa dia memakai produk make up bermerek dan pakaiannya adalah produk limited edition yang baru keluar bulan ini.
Perempuan itu tersenyum menyapa semua orang yang ada di dalam ruangan. “Halo, semuanya! Perkenalkan saya Natasha Lim. Semoga kita bisa akur untuk ke depannya nanti,” ia menundukkan sedikit kepalanya, lalu tatapannya tertuju pada Amanda.
Dan, perempuan ini memang sosok Natasha yang dikenali Amanda. Dia juga yang dilihat Amanda sedang berciuman dengan David pada hari itu. Sepasang mata mereka saling bertemu dan tak disangka, Natasha tersenyum miring padanya.
Pertemuan selesai dilakukan, Amanda keluar bersama Katie. Namun, langkahnya terhenti ketika Natasha menyerukan namanya. Alhasil, Amanda berbalik. Perempuan itu tersenyum dan mengulurkan tangannya. “Semoga kita bisa akur untuk ke depannya, Pengacara Junior Amanda Simon.”
Amanda membenci senyuman Natasha. Rasanya, ia ingin mencabik-cabik wajah perempuan ini. Tapi, ia berusaha santai dan tenang.
Well, akan terlihat lebih keren jika Amanda menjabat tangannya dan memberi perempuan ini senyum palsunya. Walaupun dengan rasa kesal, Amanda menjabat tangan Natasha. “Sudah seharusnya begitu, Miss Natasha Lim.”
“Omong-omong, kau sudah tahu tentang hubunganku dan David, Bukan?”
Nampaknya, Natasha sengaja ingin mendeklarasikan tentang perselingkuhannya dengan David kepada Amanda. Katie, yang berada disebelah Amanda membelalak terkejut dengan perkataan Natasha. Sementara, Amanda yang sudah mengetahui hal itu, ia malah tergelak.
“Rupanya benar kata orang, sudah sepantasnya sampah digigit oleh anjing liar.” Ucap Amanda.
Natasha mengerutkan kening. “Apa? Anjing liar? Siapa yang kau maksud? Ha?”
Amanda tersenyum miring. “Well, aku hanya mengatakannya saja. Kalau kau merasa begitu, itu jelas bukan salahku. Ya, kuharap kau akan bahagia dengan brengsek itu.” Tukasnya.
“Ah, satu lagi! Ingatlah, Nat, jika dia sudah berselingkuh, tidak ada jaminan bahwa dia tidak akan berselingkuh lagi.” Ia menepuk bahu Natasha dan berlalu pergi bersama Katie.
**
Katie menatap Amanda lurus-lurus setelah gadis berambut ikal itu menyodorkan secangkir kopi untuk pengacaranya. Di tengah tumpukan berkas kasus, Katie berpangku tangan diatasnya.
“Kau mengenal pengacara associate itu?” tak bisa menghilangkan rasa penasarannya, Katie langsung meloloskan pertanyaannya.
Amanda melirik Katie sambil menyesap kopinya. “Mm, ya bisa dibilang begitu. Dulu, kami satu kampus.”
“Lantas, apa maksudnya dengan hubungan bersama David?” tanya Katie lagi. Ia meletakkan kedua tangannya di udara seolah mempertanyakan tentang perkataan Natasha tadi.
“Dia selingkuhannya David.” Tiga kata yang lolos begitu saja dari mulut Amanda, sontak membuat Katie menepuk keras lengan gadis itu. Pukulan itu berhasil membuat Amanda berteriak kencang. “Awh! Sakit Katie!”
Katie berkacak pinggang. “Jangan mengelabuiku, Simon! Aku serius.”
Amanda berdiri dari duduknya, memakai blazer yang semula digantungnya dan mendesah kasar. “Mengelabuimu? Sudah cukup, selama ini aku yang dikelabui oleh kepolosannya David.” Tukasnya. Kemudian gadis itu berlalu meninggalkan Katie dengan tas tangan dan beberapa dokumen kliennya.
“Hei, Manda! Wait me, Bitch.”
Merasa dikelabui? Jelas saja Amanda merasa begitu. Sampai detik ini pun, ia masih tak habis pikir bahwa David—lelaki yang selama tiga tahun terakhir ini dicintainya dengan amat sangat besar, lalu mengkhianatinya begitu saja. Bahkan, dengan alasan klasik—aku tidak mencintaimu lagi.
What the hell is that? Setidaknya, bisakah dia mencari alasan lain yang bisa diterima dengan nalar oleh seorang Amanda?
Lantas sekarang, wanita yang dikencani oleh David—Ya, sebut saja mantan kekasihnya itu malah menjadi atasannya dikantor. Entahlah, hal gila apa lagi yang akan menyerang Amanda nanti. Sungguh, perasaannya benar-benar terasa campur aduk. Sedih, kecewa, kesal, marah dan tentu yang paling besar adalah ingin sekali bagi Amanda untuk menyebutkan segala macam sumpah serapah dihadapan David. Tapi, tentunya itu hanya ada didalam benaknya saja.
Pertemuan dengan klien yang lagi-lagi berkonsultasi tentang kasus perceraiannya sudah rampung. Amanda menyandarkan kepalanya disandaran jok mobil, sementara Katie yang mengemudikan mobilnya.
Kasus yang paling malas ia tangani adalah kasus perceraian. Tapi, sialnya ia selalu mendapatkan kasus itu.
“Hei, babe. Aku tahu kau sedang stres kan? Gimana kalau malam ini kita party aja?” tawaran gila itu keluar dari mulut Katie.
Amanda melirik paralegalnya itu dengan tatapan tajamnya. Benar-benar si Katie, memangnya ini waktu yang pas untuk pesta?
“Aku tidak mengerti apakah isi kepalamu itu hanya party dan club saja, Kat? Sedikit-sedikit party, Heez!” tukas Amanda.
Katie tergelak. “Why not? Daripada kau stres memikirkan mantanmu itu. Lebih baik kita buang rasa stres dengan party, Babe.” Ia melanjutkan dengan sisa tawanya.
Katherine Johnson memang wanita party. Kemanapun dan dimanapun ada pesta, pasti akan ada Katie disana. Tak peduli apakah besok paginya dia harus bekerja atau tidak. Seandainya kehidupan Amanda semudah itu, namun sayangnya Amanda tidak begitu.
Well, dia tidak seperti Katie yang terlahir kaya walaupun dia hanya seorang paralegal bukan pengacara seperti Amanda. Sementara Amanda, harus bekerja keras karena dirinya bukanlah anak konglomerat. Mungkin, itu juga yang menjadi alasan David meninggalkannya.
“Ayolah, Babe! Kebetulan, ada DJ yang terkenal itu malam ini di Marina. Let’s having fun!” Katie masih mendesak Amanda agar bersedia ikut berpesta dengannya.
Amanda hanya menghela napas kasarnya sembari berpikir sejenak.
“Siapa tahu nanti kau akan bertemu pria baru? Iya kan?”
Apa katanya tadi? Bertemu pria baru di club? Oh, No! Itu adalah hal yang tidak masuk akal bagi Amanda, bertemu laki-laki di club itu adalah big no baginya. Karena biasanya pertemuan di club hanyalah sekadar pertemuan tanpa sadar alias alcohol’s meet yang berujung one night stand. Uh, membayangkannya saja Amanda tidak mau.
Ia menggeleng keras. “Tidak! Aku tidak akan mau bertemu laki-laki di club, Kat.” Bantah Amanda.
Katie mengernyit. “Why? Kita tidak pernah tahu soal jodoh kan, Man?”
Apa pula ini? Mendadak seorang Katie membahas tentang jodoh? Dia yang selalu bertukar pasangan dan hanya mementingkan seks tiba-tiba membahas jodoh. Sepertinya, kepala gadis ini benar-benar hampir terbentur sehingga berbicara tak masuk akal.
Amanda tergelak puas. “Aku tidak lagi percaya yang namanya jodoh!”
**
Alhasil, dari sekian banyak desakan yang dilakukan oleh Katie, akhirnya Amanda menyetujui ajakannya untuk berpesta di club tersebar yang ada di Marina Bay Sands. Ya, menurut informasinya, yang biasa mendatangi club itu adalah orang-orang kaya dan para selebritas dunia.
Dan, Katie salah satu member VIP disana. Jadi, dia bisa masuk kapanpun dan tanpa pemeriksaan. Karena Amanda datang bersama Katie, maka ia juga diperlakukan sama.
Baru pertama kalinya Amanda memasuki club semewah dan semegah ini. Mungkin, ini salah satu club paling besar yang pernah ia datangi. Ia duduk dikursi bar berkaki panjang tepat didepan bartender. Sementara, Katie meninggalkannya sebentar untuk menyapa teman-teman berpestanya. Bukan hal tabu lagi jika ia harus menyapa dengan memberi ciuman pipi dan pelukan untuk teman-temannya yang tergolong pria itu.
Sungguh, Amanda hanya bisa menggeleng setiap kali ia berbalik dan melihat tingkah konyol Katie.
Amanda hanya menopang tangan didagu sembari menyesap segelas alkohol yang diberikan oleh bartender itu kepadanya. Entah sampai berapa lama lagi dirinya harus duduk sendiri menghabiskan bergelas-gelas martini dan singapore sling disini sementara, Katie sibuk dengan para pria yang mengelilinginya. Oh, sungguh sebuah kesalahan bagi Amanda menyetujui ajakan laknat Katie kemari.
“Aku ingin satu shot whiski dengan es batu.” Ucap seorang pria yang baru saja datang. Ia duduk disebelah kursi Amanda.
“Ah, sial!” Amanda mengumpat ketika ia menyadari ponselnya kehabisan daya. Ia juga tak kunjung menemukan keberadaan Katie.
Disaat yang sama, pria itu menoleh. Ia menembak Amanda dengan sebuah tunjukan jari. “Kau!” serunya.
Amanda menoleh, beberapa detik otaknya masih mencerna siapa pria yang tampak tak asing ini. Kemudian, ia juga balik menunjuk. “Kau yang waktu itu kan?” tukasnya.
“Your whiski, Sir.” Ucap si bartender memberikan segelas whiski kepada pria itu.
Pria itu mengangguk. Ia menyesap gelas whiskinya. “Bagaimana keadaanmu?” tanyanya.
“Well, semuanya baik-baik saja. Terima kasih atas bantuanmu waktu itu. Maaf, namamu siapa?”
Belum sempat pria itu menjawab, seseorang tiba-tiba berteriak dan merangkulnya dari belakang. “Noah!” ucap pria lain itu. “Aku mencarimu sejak sejam yang lalu. Rupanya kau disini, Bung!” pria itu melanjutkan.
Noah?
Mungkin itu namanya. Amanda hanya menerka, tapi bisa jadi memang benar.
“Hei, kau bersama orang lain? Siapa dia? Pacar barumu?” pria itu berbisik kepada lelaki yang diduga Amanda bernama Noah ini, tapi Amanda bahkan bisa mendengarnya dengan jelas.
“Bukan!” Pria itu langsung membantah.
Luke menepuk bahunya. “Ayo, kesana! Semuanya ingin berkenalan denganmu.”
Pria itu melirih Luke dengan tajam. “Aku sudah datang ke acaramu. Jadi, jangan memintaku untuk bergabung dengan circle yang sama sekali tidak cocok untukku, Luke!”
Pria bernama Luke itu mengangguk beberapa kali. Ia mengangkat kedua tangannya ke atas pertanda bahwa ia menyerah. “Ya, baiklah. Enjoy your time, Mr. Doctor!” setelahnya, pria itu berlalu meninggalkan Amanda dan pria dengan nama Noah itu.
Ia mengulurkan tangannya kepada Amanda. “Aku Noah Lautner. Kau Amanda kan?”
Amanda mengerutkan keningnya dan mengangkat alis yang semula menaungi kedua matanya. Bagaiman pria itu tahu namanya? Batinnya.
Lalu, Noah tergelak. Ia bisa melihat ekspresi bingung yang terpancar dari wajah Amanda. Pria itu merogoh saku jasnya dan menunjukkan sebuah kartu nama kepada Amanda. “Kau lupa bahwa kau telah memberiku ini?” ucap Noah.
Ah, benar! Dihari pertemuan mereka itu, Amanda memberikan kartu namanya untuk membalas semua jasa Noah padanya. Bagaimana mungkin ia bisa lupa?
Ia menepuk keningnya. “Ah, aku lupa.” Ujarnya.
Obrolan keduanya semakin mendalam. Sudah tidak terhitung lagi gelas alkohol yang mereka habiskan. Mungkin sudah sebotol whiski dan juga sebotol vodka. Ah, ditambah cocktail juga—blue moon, martini, dan singapore sling.
Mungkin kadar alkohol mereka sudah di atas batas normal. Tetapi, keduanya masih berusaha tetap sadar. Ya, terutama Amanda. Ia tidak ingin menajdi bodoh karena dipengaruhi oleh alkohol. Tentunya, besok pagi ia harus datang ke pengadilan untuk sidang. Tapi, pesona Noah memang sulit dihindari. Pria ini terlalu tampan untuk ditolak, bahkan bagi seorang Amanda.
“Kau pernah melakukan one night stand?” tanya Amanda. Entah apa yang merasukinya saat ini sehingga pertanyaan semacam itu lolos dari bibirnya.
Noah tergelak. Ia menopang tangan di sisi pipinya, berhadapan dengan Amanda. “Kenapa? Apa kau ingin mencobanya?”
Amanda tahu, dia seharusnya tidak tergoda dengan ajakan konyol seperti ini. Tapi, balik lagi—pesona memikat dari wajah tampan ini sulit untuk ditolak. “Kau mau? Kira-kira, aku harus membayarmu berapa untuk satu malam?”
Ini gila! Sungguh terkutuklah Amanda. Wanita yang selalu menghindari klub malam ini, justru malah menawarkan untuk membeli seorang pria. Setampan apapun pria ini, seharusnya Amanda tak tergoda. Tapi, lihat sekarang? Dia benar-benar bertanya dengan harga seorang Noah.
Noah mendekat ke arah Amanda. Ia tersenyum miring. “Kau serius? Bagaimana jika lima ribu SGD?” tawarnya.
Apa katanya? 5000 SGD dalam semalam? Yang benar saja! Apa Amanda harus merelakan gajinya selama sebulan hanya untuk satu malam bersama Noah? Tapi, sepertinya tubuh pria ini benar-benar sulit untuk ditolak.
“5000 SGD? Baiklah. Deal!” Amanda seperti sedang dirasuki setan. Ia menyetujui hal gila ini. Persetan dengan semua gajinya itu, lagipula tabungannya masih mencukupi untuk sekadar mengeluarkan lima ribu dolar.
Noah menjabat tangan Amanda. “Ok, Deal.”
**
“Kau bisa lebih cepat kan? Faster, Noah!” desak Amanda. “Jangan buatku menyesal dengan membayarmu 5000 SGD!”
"Kau yakin akan kuat jika aku mempercepatnya?" tanya Noah memastikan.
"Yakin! Ini belum ada apa-apanya. Noah, please be faster!" desak Amanda lagi.
Begitu mendapat desakan seperti itu, Noah tak lagi menunggu. Ia mempercepat gerakannya sesuai dengan permintaan Amanda. Tak hanya itu, ia juga tak melewatkan setiap inci dari tubuh Amanda yang sangat menggoda.
Amanda pun sama. Rasanya, memang pantas jika Noah menghargai dirinya semahal ini. Tubuhnya memang memberi candu yang sulit untuk dijelaskan. Setiap kecupan dan cumbu yang diberikannya, Amanda benar-benar menyukai semuanya yang ditawarkan oleh Noah.
Memang ini gila. Untuk pertama kalinya, Amanda merasakan one night stand dengan pria yang baru dikenalnya. Tapi, ia justru nyaman melakukannya bersama Noah. Setiap lenguhan yang keluar dari bibir seksi Amanda juga menjadi kepuasan bagi Noah. “Apa kau sudah hampir sampai?” tanya Noah.
“Ah, ya. Sebentar lagi, lebih cepat lagi, Noah!” Amanda kembali mendesaknya.
Noah kembali mempercepat gerakannya agar Amanda terus mengeluarkan desahan-desahan nikmat yang ingin didengar oleh Noah. “Kau! Apa kau biasa melakukan ini?” tanya Noah.
“Ah—apa maksudmu?” sambil mendesah, Amanda bertanya.
“Seperti ini. One night stand?”
Amanda tergelak. “Tidak. Ini pertama kalinya. Bagaimana denganmu? Sudah sering menjual dirimu seperti ini?”
Sungguh, terkutuklah Amanda! Noah membelai wajah gadis ini ketika mereka hampir mencapai klimaks. “Ini juga yang pertama kalinya bagiku menjual diriku.”
***