Happy reading 😘
Saat ini cukup dengan hanyamenatap dan mengetahuimenunggu takdir yang akan bekerja hinggasampai pada waktunya kau dan akuakan menjadi satu garis takdir untuk hidup bersama-Alvin Maldiery ----"Kau tahu orang yang akan kita temui setengah iblis," ujar Jhony bergidik ngeri.Alvin mendengus, "kita hanya akan membicarakan beasiswa yang akan Daguen Group sumbangkan untuk Victorius hilangkan wajah bodohmu.""Lalu apa hubungannya denganku, Dude? kau menyeretku kemari, jika pasienku meregang nyawa saat aku menemanimu maka kau manusia yang paling bertanggung jawab atas segalanya." Alvin mengangkat bahunya acuh saat Jake berucap."Apa kau takut untuk bertemu Bready sendirian?" Ledek Jhony tertawa dengan alis yang di naik turunkan.Alvin menatap Jhony dengan pandangan tidak percaya, "yang benar saja.""Kau tidak mengajak Justine, Vin? Apa kau masih dendam dengannya?" Canda Jake."Tentu saja dia dendam dengan pria gila itu, apa kau tidak pernah merasa jika ada Alvin dan muncul Justine suasana menjadi awkward?" Lanjut Jhony yang sibuk dengan ponselnya.Alvin menghela napas lelah mendengar argumen bodoh kedua manusia yang berada disampingnya."Aku meminta pria tidak waras itu untuk ikut, dia mengatakan tidak bisa ikut. Dia ingin bertemu teman lamanya yang baru saja datang dari Rusia.""Teman lama? Dari Rusia? Apa dia melengkapi laporannya padamu tentang jenis kelamin temannya?" Jhony bertanya dengan wajah antusias."Kau tahu Jhon, saat kau mengatakan jenis kelamin tadi, seakan-akan kau ingin membeli hewan peliharaan. Kata yang tidak cocok untuk manusia Jhon kau harus belajar lebih giat tentang kosakata," ujar Jake menggelengkan kepalanya dan menatap miris Jhony yang terkadang memiliki kosakata ajaib saat berbicara.Jhony mendelik menatap Jake, "berhenti menasehatiku seakan-akan aku manusia yang paling bodoh Jake.""Kau memang pria yang bodoh Jhon. Terkadang aku bingung mengapa orang tuamu mewarisi perusahaan mereka padamu," gurau Jake diiringi dengan tawa kerasnya."Karena hanya aku satu-satunya anak mereka," sahut Jhony dengan wajah kesal."Kau baru saja mengatakan orang tuamu terpaksa mewariskan aset mereka karena kau satu-satunya penerus mereka." Jake tertawa."Aku t-,."Alvin mengacak rambutnya kasar, "bisakah kalian membicarakan hal yang penting sekali saja dalam hidup kalian saat bertemu?" Alvin menatap dua pria yang berada disampingnya.Jake terkekeh mengangkat gelas berisi cappucino dan menyesapnya. "Entah sejak kapan hobby baruku, tapi membuat Jhony kesal adalah hal yang menyenangkan selain membuatmu marah Vin." Membuat Jake mendapat tatapan tajam membunuh dari kedua sahabatnya"Sepertinya dua orang itu telah bersatu Vin, apa kita harus bersatu juga untuk melawan mereka yang berkoalisi?" Tanya Jhony dengan wajah serius."Kau sama bajingannya dengan mereka jika bertemu dan ikut memojokkanku sialan!" Umpat Alvin, ia meletakkan beberapa lembar uang di atas meja dan pergi meninggalkan Jhony serta Jake.---"Aku rasa Ferdio benar gila. Aku baru percaya setelah melihatnya langsung," komentar Erick melirik Keona yang memejamkan mata disampingnya."Sudahku katakan tadi," ujar Keona yang masih memejamkan mata. Kilasan bayangan masa lalu kembali muncul."Aku jadi tidak berminat untuk mendekatinya," Erick fokus menatap jalan.Keona menoleh ke arah sebelah kanan mencoba fokus pada Erick untuk melenyapkan bayangan kelam. "itu lebih baik.""Kau tahu Yona, kau benar-benar sangat cantik dan seksi menggunakan dress dari Mhilea."Keona memutar bola mata, pasalnya selama mereka di perjalanan Erick telah mengatakan hal yang sama hampir sepuluh kali."Erick aku lapar, aku ingin pergi menemui Bready," lirih Keona menatap Erick tanpa menghiraukan pujian yang baru saja diberikan untuknya.Erick mengerutkan dahi mendengar ucapan gadis yang berada disampingnya. "Kau lapar? Seharusnya kita pergi ke restoran bukan ke kantor Bready," ujar Erick menatap Keona sebentar dan kembali fokus pada jalan.'Keona benar-benar tidak baik-baik saja,' pikirnya."Aku akan delivery makanan saat sampai di kantor Bready." Keona menatap jam Gucci yang melingkar indah dipergelangan kiri.13:26 AM.Bertemu dengan Bready mungkin dapat sedikit membantu melenyapkan semua yang sedang bersarang di kepalanya, ia membutuhkan Bready."Mungkin sekarang jam istirahat, kau tidak perlu memesan makanan, ajak saja Bready makan di luar," usul Erick."Mungkin saja sudah berakhir," sahut Keona."Baiklah kita akan pergi, dan aku akan memesankan makanan untukmu." Erick mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana."Pesankan untuk mereka," pinta Keona melihat Erick memegang ponsel bersiap untuk menelepon."Hmm." Ia hanya membalas dengan gumaman, dan tidak bertanya apa yang ingin Keona makan. Tentu saja makanan Jepang masih menjadi makanan favorit."Aku ingin memesan sushi seperi biasa.""........""Antarkan ke kantor pusat Daguen Group.""........""Oke."Keona hanya memperhatikan wajah Erick yang serius berbicara melalui ponselnya. Tampan, Satu kata yang dapat diucapkannya, ia tersenyum dan kembali menatap jalanan yang ramai. Erick mengetahui beberapa bagian kisah hidup Keona, apa yang telah terjadi di masa lalunya. Bersahabat dengan seorang Erick Hazley yang di adopsi oleh Daddy di panti asuhan untuk menemani Keona bermain. Daddy memberikan fasilitas yang sama untuk digunakan Erick sama halnya dengan Keona.Erick bukan satu-satunya anak yang di adopsi oleh pria berkuasa tersebut. Ada beberapa lagi yang kini menjadi pengawal setia ataupun mata-mata serta tangan kanan pengusaha itu."Apa aku harus menunggumu?" Tanya Erick memulai percakapannya kembali setelah 10 menit berlalu tanpa ada suara."Mengapa aku tidak menyukaimu?" Tanya Keona.Erick mengerutkan dahi tidak mengerti. "apa yang kau maksud?""Mengapa aku tidak mencintaimu? Kau tampan."Erick memukul dahi Keona dengan jari telunjuknya. "Jangan mengatakan hal yang aneh. Apa aku harus menunggumu?" Tanya Erick lagi."Tidak perlu, aku akan pulang dengan Bready." Jawab Keona seraya menyandarkan kepala seakan menyerah, bahkan tidak membalas perbuatan Erick padanya."Baiklah, telepon aku jika kau membutuhkan sesuatu." Erick menghentikan mobilnya tepat di depan pintu masuk Daguen Group."Terima kasih Erick," ujar Keona melepaskan seat belt dan membuka pintu mobil tanpa menunggu jawaban dari Erick.Keona masuk dan mendapatkan tatapan sinis yang diarahkan para karyawan wanita, dan tatapan memuja dari karyawan pria. Pasalnya ia masih menggunakan dress pantai yang diberikan Mhilea sesaat setelah pemotretannya usai. Keona berjalan dengan santai tanpa menghiraukan tatapan dari semua orang, tidak perlu memikirkan mereka yang membenci.Keona tersenyum saat melihat punggung seseorang yang dikenalnya masih menggunakan jas hitam sama seperti tadi pagi saat ditemuinya. Bready berjalan bersama tiga orang pria yang menggunakan jas serupa."Bready!" Teriaknya serta memperlihatkan senyum lebar.Seakan nama mereka telah berganti menjadi sama empat orang pria yang menggunakan jas hitam di hadapan Keona melihat secara bersamaan. Bready tersenyum menatap Keona yang berlari ke arahnya, namun ada hal aneh yang ia rasakan tawa gadisnya. Bready memicing sesaat."Pelan-pelan lihat semua orang melihat kearahmu." Bready memeluk tubuh kurus Keona. "Dan lihat mengapa kau menggunakan pakaian seperti ini?"Bready menyentuh bahu Keona, tangannya bergerak melepaskan jas yang ia pakai dan menyampirkan pada bahu mulus Keona. Ia memperbaiki syal yang melingkar di leher Keona."Aku baru saja pulang dari pemotretan dan mereka memberikannya untukku pakai." Keona tersenyum menampakkan deretan gigi rapi berusaha setenang mungkin agar Bready tidak menangkap kegundahan hatinya."Kau dapat menyimpannya hingga kita pergi berlibur." Bready tersenyum. "Siapa yang mengantarmu?""Erick mengantarku kemari." Keona memeluk tubuh atletis Bready.Sangat nyaman."Baiklah Tuan Putri, kau harus menungguku di dalam ruangan, aku harus meeting dengan clien ku." Bready mengacak sayang rambut Keona dan sekali lagi menatap mata hijau indah dengan banyak kegundahan dan ketakutan di dalamnya. Ia ingin bertanya namun kini bukan saat yang tepat.Bready mengalihkan pandangan pada tiga sosok pria yang berada disampingnya. Mereka sejak tadi hanya melihat kemesraan yang diperlihatkan Bready dan Keona.Ketiga pria dan seorang wanita yang bekerja sebagai sekretaris mengerutkan dahi serta memandang takjub pada Bready. Wajah kaku dan dinginnya seketika hilang tak berbekas berganti dengan kepribadian yang hangat dan penuh kasih sayang. Apa Bready memiliki kepribadian ganda?"Antarkan Mr. Maldiery ke ruangan," ujar Bready pada sekretarisnya. "Sepertinya tidak perlu," lanjut Bready saat menemukan Brealdy yang baru saja masuk.Pria dengan wajah serupa namun kepribadian yang berbeda. Ia melihat ke arah Bready dengan wajah gembira dan mengalihkan pandangan pada tiga orang pria yang berada di samping Bready. Matanya menatap Keona."Keona."Keona segera melepaskan diri dari Bready, lalu beralih memeluk Brealdy. Mereka telah berdamai."Pergilah bersama Brealdy, tunggu aku di sana. Jika telah selesai aku akan menjemputmu," ucap Bready."Kau menitipkan Keona padaku?" Tanya Brealdy tidak percaya."Jangan memancingnya," bisik Keona. Ia dan Brealdy tertawa bersama."Ayo kita pergi."Brealdy merangkul pinggul yang dilapisi jas. Mereka melangkah pergi menuju lift."Lepaskan tanganmu dari Yona, sialan!" Teriak Bready.Brealdy mengangkat kedua tangan ke udara untuk membalas ucapan si iblis berwajah tampan. Satu rahim tidak membuat Bready berbagi.Happy reading 😘Hanya menunggu takdir menyatukan Kita entah berapa lama, denganharapan dapat mencinta lebih lama dari pada saat menunggu takdir menyatukan kita---"Terima kasih atas kerjasamanya, Mr. Daguen. Senang dapat bekerja sama." Alvin mengulurkan tangan ke arah Bready dan tersenyum, diikuti oleh Jake dan Jhony."Me too, kuharap kerjasama yang terjalin tidak cepat berakhir," ujar Bready tersenyum sangat tipis pada Alvin, hingga tidak ada satupun dari tiga pria di dalam ruangan yang dapat menangkap senyuman Bready."Saya harap anda dapat menyempatkan diri untuk datang melihat langsung Risen Victorius University.""Sekretarisku akan segera mengatur jadwalnya, dia akan segera menghubungimu." "Baiklah, kami harus segera berpamitan." Jake menyahut, seraya beranjak dari duduknya dan diikuti oleh Jhony setelah mendapatkan anggukan dari pemilik ruangan.Suasana terasa tidak menyenangkan, aur
Happy reading 😘Jika bersabar adalah cara untuk mendapatkan hati dan ragamu. Maka aku akan melakukannya tanpa lelah. -Alvin Maldiery ----Matahari mulai meninggi, sinar hangat kini mulai terasa meningkat menjadi panas. Hembusan napas berat beberapa kali menyusup ke telinga Bready. Seakan memberitahu jika si pemilik napas memiliki sesuatu yang sangat berat yang tidak dapat diungkapkan. Mata Bready mengamati Keona yang selalu menatap ke arah luar jendela."Apa yang sedang terjadi, Yona?" Tanya Bready, sungguh ia tidak tahan lagi. "Tidak ada," jawab Keona singkat. Matanya kembali mengarah keluar jendela. Ia tidak ingin Bready mendapatkan sesuatu dari matanya. "Jangan pernah menyembunyikan sesuatu dariku, kau akan tahu apa akibatnya!" Tukas Bready, matanya hanya dapat menangkap kilauan rambut cokelat yang diterpa sinar matahari. "Kau dapat mengintimidasi siapapun, tapi tidak denganku!" Balas Keona jengah seraya memutar bola mata. Dirinya benci dengan sikap diktator Bready. Suasana
Gaun ungu terlihat menempel pas di tubuh Keona. Gaun dengan bahan dasar tile ungu muda dipenuhi dengan ribuan rhinestones berwarna senada. Ester mendesain gaun seksi dengan jenis halter, menutupi dua bukit indah Keona dan memiliki tali tipis melingkari perut hingga ke pinggul. Belahan tinggi di bagian tengah seakan ingin memperlihatkan sesuatu yang intim di sela paha si pengguna. Ester terpesona melihat hasil karyanya melekat dengan sangat indah di tubuh Keona. Gaun ini terlihat seakan menemukan pemiliknya. Keona berputar beberapa kali, terlihat pantulan sinar dari rhinestones yang menambah kemewahan gaun seksi ini. "Yona, aku bahkan rela memberikannya untukmu." Si desainer sangat terkagum, para staf yang melihatnya tidak mampu mengalihkan pandangan. Keona kembali berputar, ekor gaun mengikuti langkahnya. Terlihat dari cermin punggung Keona terekspos dengan sempurna hingga ke bagian pinggul. Bukan hanya punggung, belahan dada, perut bagian kanan dan kir
Justine terlihat sangat menikmati pemandangan di hadapannya. Kedua lengannya melebar memenuhi sandaran kursi bersama dengan jemari kanan yang menggenggam wine. Kaki kanan yang terlipat di atas kaki kiri dengan santai semakin menunjukkan betapa Justine sangat sangat menikmati ekspresi tidak perduli yang masih saja Keona tujuan padanya. "Di mana kau mengenal Maldiery?" Bibir Justine mungkin saja akan terlepas sebentar lagi jika tidak ia gunakan untuk bicara. Pria itu benci suasana yang sepi tanpa kata, padahal terdapat sesosok manusia di depannya. Keona menatap sebentar, lalu kembali memalingkan wajah. "Kau tidak perlu tahu, aku hanya akan berada di sini untuk kembali ke apartemenku dan kau yang menawarkan diri. Jadi berhentilah untuk saling berinteraksi." Mata Keona kembali tertuju pada layar datar yang menampilkan adegan vulgar dari video klip musik Barat. Ia lebih baik menatap layar tersebut dari pada menatap wajah menyebalkan Justine. Pria itu bukan menelanjangi Keona dengan tatapa
Denting bell pengumuman berbunyi beberapa kali, seluruh mahasiswa yang sedang berjalan ataupun melakukan kegiatan segera menghentikan aktivitas mereka. Begitu pula dengan Ulfia, Reina, dan Keona yang sedang berjalan ke arah kelas. Tatapan tanya terpancar dari mata Reina ke arah Ulfia, wanita itu terlihat mengedikkan bahu tanda tidak tahu apa isi dari pengumuman tersebut. Sedangkan Keona menatap layar ponselnya untuk menghubungi Erick. "Mahasiswi bernama Keona Dee harap segera menuju ke gedung fakultas." Pengumuman terulang hingga tiga kali, namun Keona masih tidak menyadarinya. Keona memiliki janji pemotretan hari ini, namun Erick masih tidak dapat di hubungi sedangkan di waktu malam hari Keona harus menemani Bready untuk meninjau resort milik Brealdy. Terkadang Erick sungguh sialan dengan segala tingkah lakunya yang menyulitkan Keona. Beberapa pasang mata menatap ke arah Keona, Reina menyadarinya sedangkan Keona tentu saja tidak. Akhirnya Reina menyent
Ratusan blitz terlihat sejak sepuluh menit yang lalu, ratusan pose yang diperagakan Keona tertangkap oleh kamera. Layar iPad terpampang jelas hasil jepretan kamera yang menampilkan gambar Keona terlihat sangat sempurna. Erick tetap bertepuk tangan dan menatap kagum ke arah wanita yang kini mengenakan setelan formal. Walaupun beberapa puluh menit yang lalu penyihir jahat itu, mencercanya tanpa rasa kasihan. Tentu saja Keona mengamuk dan mencerca, karena Erick tertidur dan hampir melupakan jadwal pemotretan Keona. Terkadang wajah dan mulut pedas Keona sangat tidak sesuai, terkadang Erick ingin membungkam mulut Keona dengan cara memberi plaster ataupun menyumpal kain. Itu dapat dilakukan Erick hanya dalam benaknya saja, jika ia lakukan di dunia nyata jelas satu menit kemudian tubuhnya dan rohnya akan terpisah karena Bready Alan Daguen membunuhnya. Bagaimana mungkin wajah malaikat tersebut disertai dengan mulut setan yang terkadang membuat Erick ingin sekali membunuh
Bready tersenyum saat mendapati seorang wanita yang baru saja turun dari mobil Lamborghini. Wanita yang mengenakkan setelan formal dengan rambut tergerai indah. Senyumannya serta langkah kecilnya membuat semua yang menatap ke arah Keona turut tertular oleh wajah ceria yang kini diperlihatkannya. "Ingin beralih profesi menjadi salah satu CEO?" tanya Bready. Ia segera mendekap Keona saat wanita itu menerjang tubuhnya dengan pelukan. Wajah Keona ceria, namun terlihat jelas dari mata jika energinya telah habis terkuras. "Tidak Bre. Kau pasti tidak akan memberiku kesempatan untuk santai barang sejenak." Keona menyurukkan kepalanya pada dada bidang Bready, wangi maskulin pria ini begitu candu untuknya. "Kau dapat menyewa seorang profesional untuk membantumu," rayu Bready. Matanya beralih menatap pucuk kepala berambut cokelat yang terlihat menggelengkan kepala. "Lelah? hmm?" Keona mendongakkan kepala menatap ke arah Bready. "Nanti akan kupikir," jawab Keona untuk tawaran Bready. "Ya,
Bready menatap jam tangan Richard Mille berwarna perak yang melingkar pas di pergelangan tangannya. Dirinya telah menunggu Keona sejak enam puluh delapan menit yang lalu. Ia tidak ingin mendesak waktu make up wanita itu, karena beberapa waktu lalu Keona membentaknya. Keona mengatakan jangan mendesak seorang wanita yang sedang bersiap, itu akan menghancurkan mood mereka. Bagaimanapun bajingan nya Bready memperlakukan orang lain, namun ia tetap takut jika Keona telah berteriak padanya. Bready menatap sekeliling apartemen milik Keona, tidak ada yang berbeda. Segalanya tetap sama, pigura yang terpajang rapi menampilkan gambar seorang remaja pria bermata hazel sedang tertawa lebar. Lalu beberapa pigura yang tergantung menampilkan gambar Keona dan seorang remaja pria yang sama dengan berbagai pose yang terlihat sangat bahagia. Bready merindukan suasana kala itu, dimana ia dapat melihat dengan mudah senyum dan tawa bahagia Keona. "Aku sudah siap," ujar Keona setelah mem
Alvin menatap Keona yang masih saja tidak sadarkan diri. Setelah Jake memeriksakan keadaannya dan memberikan beberapa salep untuk memar di tubuh Keona, wanita ini masih tetap tertidur. Tiga jam berlalu, ia pikir Bready Alan Daguen akan segera mendatanginya. Namun ternyata tidak, Lucifer itu masih tidak menghampirinya. Ia kembali memperhatikan Keona, segala perhiasan gaun serta sepatu wanita ini telah Alvin lenyapkan. Sejak dirinya kembali ke apartemen, Alvin meminta mata-matanya untuk memusnahkan semua barang milik Keona tanpa terkecuali. Untuk menghindari GPS yang melekat di sana. Ucapan Jake kembali terngiang, apakah mungkin Bready memasang GPS di tubuh Keona tanpa wanita itu sadari? Jika ya, maka Bready adalah manusia yang sangat gila. Jake telah meninggalkan apartemen bersama dengan seorang perawat yang tadi datang bersamanya. Pria itu mengatakan tidak ingin ikut ke neraka bersama Alvin malam ini. Sungguh teman yang tidak setia, seharusnya Jake membantu bagaimanapun
Rahang mengeras, napas yang memburu mengisi setiap langkahnya saat menuruni tangga. Ia melihat dengan mata kepala, wanitanya di siksa dan di lecehkan oleh seorang pria. Dengan keras ia menghantam kepala pria yang sedang menatap Keona dengan bergairah. Pria itu terjatuh ke arah tangga, akibat kepalan tangan yang baru saja ia berikan. Ia kembali memburu pria yang kini terlihat sedang berusaha untuk berdiri. Ya, pria blonde ini harus mati karena telah menyakiti miliknya. Dengan cepat ia kembali menyerang Ferdio dengan pukulan bertubi-tubi. "Kau harus mati, sialan!" ucapnya. Ia kembali menyerang wajah Ferdio yang berusaha dilindungi pria itu dengan kedua tangannya. "What are you doing, hentikan bajingan! Kita bisa menikmatinya bersama!" Teriak Ferdio, ia berusaha mendorong pria dengan setelan jas hitam di tubuhnya. Pria ini sangat kuat hingga ia kembali terjatuh merasakan dinginnya lantai penghubung. Mendengar ucapan dari Ferdio, ia semakin berang pan
Keona memendarkan mata ke segala arah, semua orang terlihat sibuk berbincang, menari, dan berpesta. Sejak tadi pula acara inti kata sambutan dari si pemilik pesta Brealdy Alan Daguen telah selesai dan kini pesta yang sesungguhnya telah dimulai beberapa saat yang lalu. Alkohol, asap dari nikotin, serta para penari yang dengan lincah memperlihatkan lekuk tubuh mereka di atas panggung. Riuh suara musik yang memekakkan telinga menambah suasana menjadi lebih meriah. Seketika ruangan menjadi gelap, berganti dengan lampu redup dan lampu sorot yang sesekali berputar mengelilingi ballroom. Hembusan napas terdengar, Keona kembali memendarkan pandangannya. Matanya menangkap Bready yang terlihat berbincang bersama beberapa orang di meja bundar di sudut ruangan seraya berdiri. Pria itu terlihat mendominasi dengan aura hitam di sekelilingnya. Lucifer yang sungguh tidak tertandingi, Keona yakin semua orang yang berada di sekeliling Bready tidak dapat bernapas dengan sempurna. Kini Keona memutar
Keona dan Bready berjalan seraya bergandengan tangan memasuki resort. Setelah Bready mencerca para wartawan dengan segala kamera dan blitz yang mengarah pada dirinya dan Keona. Wanita itu terlihat biasa, santai dan berjalan dengan anggun. Berbeda dengan Bready yang seakan kesulitan melihat red carpet di depannya karena pandangan menggelap akibat sinar dari kamera yang menyala ratusan kali. "Kau harus sedikit lebih ramah kepada mereka," ucap Keona seraya menatap Bready yang menampilkan wajah masam serta rutukan yang masih saja terdengar. "Aku tidak mengerti dengan manusia bodoh yang ingin dipotret ataupun di rekam dengan blitz yang sangat menyilaukan itu. Wartawan sialan!" umpatnya. "Orang bodoh itu aku." Keona menarik kulit perut bagian kiri Bready lalu memutarnya hingga terdengar erangan. "Sejak tadi mulutmu yang manis itu terus saja mengumpat ku, kau mengatakan aku jalang lalu kau mengatakan aku bodoh." "Yona lepaskan, aku tidak berma
Bready menatap jam tangan Richard Mille berwarna perak yang melingkar pas di pergelangan tangannya. Dirinya telah menunggu Keona sejak enam puluh delapan menit yang lalu. Ia tidak ingin mendesak waktu make up wanita itu, karena beberapa waktu lalu Keona membentaknya. Keona mengatakan jangan mendesak seorang wanita yang sedang bersiap, itu akan menghancurkan mood mereka. Bagaimanapun bajingan nya Bready memperlakukan orang lain, namun ia tetap takut jika Keona telah berteriak padanya. Bready menatap sekeliling apartemen milik Keona, tidak ada yang berbeda. Segalanya tetap sama, pigura yang terpajang rapi menampilkan gambar seorang remaja pria bermata hazel sedang tertawa lebar. Lalu beberapa pigura yang tergantung menampilkan gambar Keona dan seorang remaja pria yang sama dengan berbagai pose yang terlihat sangat bahagia. Bready merindukan suasana kala itu, dimana ia dapat melihat dengan mudah senyum dan tawa bahagia Keona. "Aku sudah siap," ujar Keona setelah mem
Bready tersenyum saat mendapati seorang wanita yang baru saja turun dari mobil Lamborghini. Wanita yang mengenakkan setelan formal dengan rambut tergerai indah. Senyumannya serta langkah kecilnya membuat semua yang menatap ke arah Keona turut tertular oleh wajah ceria yang kini diperlihatkannya. "Ingin beralih profesi menjadi salah satu CEO?" tanya Bready. Ia segera mendekap Keona saat wanita itu menerjang tubuhnya dengan pelukan. Wajah Keona ceria, namun terlihat jelas dari mata jika energinya telah habis terkuras. "Tidak Bre. Kau pasti tidak akan memberiku kesempatan untuk santai barang sejenak." Keona menyurukkan kepalanya pada dada bidang Bready, wangi maskulin pria ini begitu candu untuknya. "Kau dapat menyewa seorang profesional untuk membantumu," rayu Bready. Matanya beralih menatap pucuk kepala berambut cokelat yang terlihat menggelengkan kepala. "Lelah? hmm?" Keona mendongakkan kepala menatap ke arah Bready. "Nanti akan kupikir," jawab Keona untuk tawaran Bready. "Ya,
Ratusan blitz terlihat sejak sepuluh menit yang lalu, ratusan pose yang diperagakan Keona tertangkap oleh kamera. Layar iPad terpampang jelas hasil jepretan kamera yang menampilkan gambar Keona terlihat sangat sempurna. Erick tetap bertepuk tangan dan menatap kagum ke arah wanita yang kini mengenakan setelan formal. Walaupun beberapa puluh menit yang lalu penyihir jahat itu, mencercanya tanpa rasa kasihan. Tentu saja Keona mengamuk dan mencerca, karena Erick tertidur dan hampir melupakan jadwal pemotretan Keona. Terkadang wajah dan mulut pedas Keona sangat tidak sesuai, terkadang Erick ingin membungkam mulut Keona dengan cara memberi plaster ataupun menyumpal kain. Itu dapat dilakukan Erick hanya dalam benaknya saja, jika ia lakukan di dunia nyata jelas satu menit kemudian tubuhnya dan rohnya akan terpisah karena Bready Alan Daguen membunuhnya. Bagaimana mungkin wajah malaikat tersebut disertai dengan mulut setan yang terkadang membuat Erick ingin sekali membunuh
Denting bell pengumuman berbunyi beberapa kali, seluruh mahasiswa yang sedang berjalan ataupun melakukan kegiatan segera menghentikan aktivitas mereka. Begitu pula dengan Ulfia, Reina, dan Keona yang sedang berjalan ke arah kelas. Tatapan tanya terpancar dari mata Reina ke arah Ulfia, wanita itu terlihat mengedikkan bahu tanda tidak tahu apa isi dari pengumuman tersebut. Sedangkan Keona menatap layar ponselnya untuk menghubungi Erick. "Mahasiswi bernama Keona Dee harap segera menuju ke gedung fakultas." Pengumuman terulang hingga tiga kali, namun Keona masih tidak menyadarinya. Keona memiliki janji pemotretan hari ini, namun Erick masih tidak dapat di hubungi sedangkan di waktu malam hari Keona harus menemani Bready untuk meninjau resort milik Brealdy. Terkadang Erick sungguh sialan dengan segala tingkah lakunya yang menyulitkan Keona. Beberapa pasang mata menatap ke arah Keona, Reina menyadarinya sedangkan Keona tentu saja tidak. Akhirnya Reina menyent
Justine terlihat sangat menikmati pemandangan di hadapannya. Kedua lengannya melebar memenuhi sandaran kursi bersama dengan jemari kanan yang menggenggam wine. Kaki kanan yang terlipat di atas kaki kiri dengan santai semakin menunjukkan betapa Justine sangat sangat menikmati ekspresi tidak perduli yang masih saja Keona tujuan padanya. "Di mana kau mengenal Maldiery?" Bibir Justine mungkin saja akan terlepas sebentar lagi jika tidak ia gunakan untuk bicara. Pria itu benci suasana yang sepi tanpa kata, padahal terdapat sesosok manusia di depannya. Keona menatap sebentar, lalu kembali memalingkan wajah. "Kau tidak perlu tahu, aku hanya akan berada di sini untuk kembali ke apartemenku dan kau yang menawarkan diri. Jadi berhentilah untuk saling berinteraksi." Mata Keona kembali tertuju pada layar datar yang menampilkan adegan vulgar dari video klip musik Barat. Ia lebih baik menatap layar tersebut dari pada menatap wajah menyebalkan Justine. Pria itu bukan menelanjangi Keona dengan tatapa