Emma Sanjaya terkejut-mendapat laporan dari bu Martha mengenai kedua sejoli yang memang diperhatikan olehnya dari jauh. Kepala pelayan itu memang tugasnya memata-matai semua kejadian di dalam mansion.Tapi karena sudah malam, awalnya ia tidak berani mengganggu Emma. Tapi karena takut dimarahi majikannya, maka wanita itu berjingrak perlahan menuju ke kamar Emma."Katamu, mereka makan bersama kemudian mengobrol?" tanya Emma sekali lagi dengan mata membulat sempurna."Iya, betul!" Martha mengatur nafas tuanya yang ngos-ngosan karena berlari tadi."Ahh, sudahlah. Aku akan mengecek sendiri," ucap Emma kemudian mengambil kemeja tidur panjang dan memakainya.Kedua orang itu bergegas menuju ke dapur.Alangkah terkejutnya mereka karena melihat Zacky dan Angel hampir berciuman, kedua wajah sejoli itu begitu dekat.Mereka mematung di depan pintu dapur. Zacky dan Angel memandang ke arah mereka bersamaan.***"Eh." Aku berdiri tiba-tiba karena terkejut, langkahku langsung limbung karena salah gera
Aku merasakan bagaimana Zacky menggendongku dengan panik, sampai ke sebuah ruangan. Aku menyadari tubuhku yang terguncang dan seolah menaiki tangga. "Panggil Dokter Sam!" teriaknya sembari membuka pintu dengan kakinya. Aku dibaringkan ke ranjang yang empuk. Tak lama kemudian terdengar suara Dokter Sam. "Sudah kuperintahkan untuk menjaga pasien. Dia tidak boleh asal gerak! Bukankah dia baru menjalani operasi?" "Maaf, Dokter Sam. A-aku tertidur." Terdengar suara perawat. Aku tidak sanggup membuka mataku, namun pendengaranku masih bekerja dengan baik. Sepertinya aku hampir kehilangan kesadaranku, samar-samar masih terdengar suara Zacky. "Coba periksa bagaimana keadaannya!" "Baik, Tuan Muda." Aku merasakan sentuhan tangan Dokter Sam yang sedang memeriksaku, kemudian perawat memberikan suntikan, sepertinya aku dipasangkan selang infus lagi. Ahhh, sakit ... Aku mengernyitkan alisku. "Uhhh" Zacky bergegas duduk disampingku, "Angel? Kamu sudah sadar?" Aku tidak sanggup menjawab kare
Aku berusaha berdiri dengan kaki gemetaran, melangkah pelan keluar kamar. Masih kudengar teriakan dari Papa dan suara nyalang dari Mama."Kembalikan anakku pokoknya! Ini satu Milyar milik kalian!"Aku sampai ke ujung tangga dan melihat uang yang diberikan mama diletakkan begitu saja di meja tamu. Ekspresi Zacky dan Emma sangat datar.Aku masih menuruni satu anak tangga, namun rasa nyeri di perutku makin tak tertahankan. Aku terduduk di anak tangga dengan pandangan ke arah mereka."Apakah kamu pikir uang itu cukup?" tanya Zacky dengan pandangan tajam ke arah ayahku."Kami akan membayar sisanya! Aku sangat terkejut karena kalian menipuku. Sekali lagi kukatakan, aku tidak akan menjual anakku!""Berapa yang harus kita bayar? Kami akan menyicilnya!" ucap mamaku dengan pandangan nanar.Emma dan Zacky tidak bergerak, merespon saja tidak. Kedua orang itu begitu dingin terhadap kedua orang tuaku. Aku semakin marah. Aku berusaha berdiri untuk melanjutkan langkahku.Tapi, langkahku terhenti kemb
"Apa rencanamu?" tanya papaku, menatap Zacky dengan tatapan tidak suka. Ia memang tidak pernah menyukai pria yang suka bergonta-ganti pasangan sejak dewasa. Kami mengedarkan pandangan secara bersamaan, menatap Zacky dengan penuh pertanyaan."Maaf menyela, sarapan sudah siap," ucap bu Martha tiba-tiba."Ahh, tepat sekali waktunya, mari sarapan bersama," ucap Zacky berusaha menenangkan suasana.Zacky berdiri dan tanpa bisa kutolak-pria itu menggendongku seperti menggendong boneka yang ringan. Aku merasakan panas di wajahku yang mulai merona.Secara refleks aku mengalungkan tanganku ke lehernya yang kekar. Tubuh kami menempel dan dalam hati kami timbul desiran aneh dengan degup jantung yang tak karuan.Zacky menatapku dengan wajah yang begitu dekat dan memamerkan senyumannya yang menawan."Ahh, aku mau bangun dari mimpi ini. Tidak mungkin pria dingin ini menyukaiku!" gumamku dalam hati, berusaha tersadar dari mimpi yang panjang.Zacky menggendongku sampai ke kursi makan, ia mengambil tem
"Aku tidak akan hamil nyata, apalagi denganmu!" seruku dengan cuek. Aku meletakkan sendok dan garpuku dengan kasar sehingga terdengar suara dentingan."Tidak sopan!" Nenek Suliatri langsung menatapku dengan tajam.Semua diam dan tidak berani mengeluarkan suara apapun dalam sesaat itu. Aku menelan ludahku dengan kasar. Aku merasa aura nenek sungguh mencekam. Leherku terasa dingin.Nenek melembutkan pandangannya setelah amarah dalam hatinya berhasil dikuasainya."Kamu harus belajar sopan santun. Tidak boleh menjadi gadis barbar di sini," ucap Suliatri. Nenek itu tersenyum kepadaku, tidak terlihat lagi wajah seram tadi. Aku sungguh heran begitu cepat raut wajahnya berubah."I-iya, Nek," jawabku sembari menundukkan kepalaku."Bila kamu tidak ingin hamil beneran, maka pilihannya adalah kamu akan memancing pelaku keluar seperti yang sudah kubicarakan tadi." Zacky berkata seraya menatapku dengan sendu.Aku terdiam dan berpikir, apakah dia menginginkan aku hamil beneran? Bukankah itu berarti
Hmmpttt hmpttt ... Aku mendelikkan kedua mataku. Pria dingin itu menciumku."Lepaskan!" teriakku seraya meronta dalam pelukannya.Hmmmpt hmmmmpt"Kamu bodoh sekali dalam berciuman!" teriak Zacky dengan marah. Pria itu menghapus saliva yang tertinggal di bibirku dengan jempolnya.Sementara aku berusaha menarik nafas dan mengatur degup jantungku yang sudah tidak teratur."Lain kali belajar tarik nafas!" ucapnya seraya menjentikkan jarinya ke keningku."Aowh!" seruku terkejut."Istirahatlah!" perintahnya kemudian pria itu melangkah keluar dari kamar.Aku memegang bibirku, bekas ciumannya seolah masih menempel. "I-itu ciuman pertamaku! Aarghhh!" Aku berteriak dengan marah. Ciuman pertama direnggut oleh pria yang berpura-pura menjadi mayat!Sekilas terlintas dalam ingatanku akan perkataannya, "Lain kali belajar tarik nafas!""Apa maksud dia lain kali?" tanyaku kepada diriku sendiri."Dia masih mau menciumku lain kali? Uhhhhgh ... jangan harap! Kesal! Sebal!" Bantal yang empuk menjadi sasa
Hari-hari berlalu dengan nyaman dan aman. Aku selalu disajikan makanan sesuai apa yang kuminta. Giziku benar-benar diperhatikan saat ini. Luka di tubuhku juga sudah membaik. Dokter Sam mengizinkan aku keluar untuk jalan-jalan. Waktunya untuk menyelesaikan misiku.Walaupun dalam hatiku masih terasa takut, tapi aku sangat menginginkan kebebasan. Aku sudah sangat merindukan kedua orangtuaku juga masa kuliahku. Walaupun aku masih ragu apakah aku masih diterima dengan baik dalam kampus. Begitu juga dengan teman-teman yang sudah lama tidak kuhubungi.Terdengar pintu diputar, bu Martha masuk dan menenteng beberapa bungkusan kertas. Aku mengenalinya, pasti isinya perut palsu untuk kehamilan.Baru saja aku menebak dalam hati, perut palsu sudah dikeluarkan bu Martha."Kemarilah, ini agak berat. Kata Tuan Muda Zacky. Bagian operasi pada perutmu harus dilindungi!"Aku melangkah dengan malas. Aku tidak menyukai perut palsu itu, rasanya panas. Tapi mungkin ini adalah hari terakhir aku memakainya. K
Mobil mewah berwarna hitam itu diturunkan di depan pusat perbelanjaan terbesar di kota Jakarta yang padat ini."Turunlah! Bu Martha akan mengikutimu, tetapi nanti ia akan berpura-pura meninggalkanmu saat sudah melihatku. Aku akan turun agak jauh dari sini dan mengikutimu dari belakang!""Seseorang akan mencoba mendekatimu atau menculikmu. Waspadalah!"Perkataan Zacky yang duduk di samping supir terdengar jelas sekali. Aku hanya menganggukkan kepalaku kemudian keluar dari mobil dengan dibantu oleh bu Martha."Kita akan langsung menuju ke lobby utama," ucap bu Martha sembari melongok ke dalam mobil.Aku melirik sekilas Zacky yang memakai masker hitam dan kacamata hitam-pria itu kembali dingin dan datar, agak ketus dan membuatku menaikkan sebelah bibirku."Mudah-mudahan misi ini selesai hari ini!" gumamku pelan dalam hati. Aku tidak ingin bertemu dengan pria tidak jelas seperti itu!Sebenarnya dalam hati, aku agak penasaran, siapakah pelaku pembunuhan terhadap Zacky dan ayahnya? Apakah m
Hallo para pembaca setiaku, mohon maaf atas kesalahan penerbitan Bab yang saya lakukan tanpa sengaja sehingga keseruan Anda terganggu oleh Bab yang hilang yaitu Bab 107 sampai dengan 110. Sebagai penghargaan dan permintaan maaf dari saya, Bab 107 sd 110 ini saya lampirkan di sini dan Bab ini GRATIS tanpa perlu pembelian koin. Terima kasih atas kesetiaan Anda untuk membaca cerita ini. Jangan lupa singgah ke akun saya untuk cerita seru lainnya. Salam Pembaca, Bab 107 Aku menundukkan kepala untuk melihat bagian dadaku yang sudah basah. "Astaga," pekikku lalu menutup bagian yang terekspos dengan kedua tangan dan merasa malu. Aku segera memutar tubuh dan menghadap ke arah lain, membelakangi Zacky. Namun, petir sepertinya bekerjasama dengan Zacky. Suara yang menggelegar membuatku terkejut dan memeluk Zacky dengan gemetaran. "Eh." Suara Zacky yang ikut terkejut karena petir tersebut dan dia pun memelukku dengan erat. "Angel," panggil Zacky dengan lembut setelah suara petir mereda.
Zacky membaringkan Angel dengan lembut di atas ranjang lalu memeluknya erat-erat."Zacky, jangan ...," ucap Angel dengan wajah merona merah."Katakan, kamu merindukanku?" Zacky menatap kedua mata Angel dalam-dalam.Angel merasakan keintiman yang memang menjadi miliknya, walaupun dia tidak bisa mengingat dengan jelas, tetapi dia sangat menginginkan pria yang sedang memeluknya ini."Aku merindukanmu, Zacky," ucapnya lalu mencium Zacky dan pria itu membalasnya dengan keintiman yang penuh cinta.Malam panas dijalani mereka, terlepas dari masalah yang ada.***Besok harinya, Zacky terbangun dengan kepala dan tubuh yang segar bugar. Zacky mengelus punggung istrinya yang tertutup selimut lalu mempererat pelukannya."Hmmm, Zacky, aku masih mengantuk," ucap Angel pada saat pria itu hendak berlabuh sekali lagi sebagai aktivitas pria normal.Zacky membenamkan wajahnya dalam-dalam ke ceruk leher Angel. "Kamu wangi dan sangat menggai
S2 Bab 60Sam merasa hampa saat melihat Mina yang penuh luka digendong oleh petugas polisi. Hati Sam terasa hancur melihat wanita yang dicintainya menderita. Meskipun tidak bisa berbuat banyak dengan kedua tangannya yang terborgol, dia berjanji dalam hati bahwa dia akan melakukan segalanya untuk melindungi Mina di masa depan. Kedua matanya melirik Angel, tetapi dia tidak menaruh perhatian kepada wanita itu lagi."Mina ... " Sam memanggil dengan suara parau di dalam mobil yang berada agak jauh dari lokasi.Dorongan keras terhadap dirinya sendiri menguat saat petugas polisi menggendong Mina ke brankar dan menyukseskannya masuk ke dalam mobil ambulance. Sam mengutuk dirinya sendiri karena tidak bisa melindungi Mina dengan lebih baik, tetapi dia juga merasa lega karena Mina akhirnya diselamatkan.Dalam kehampaan yang melanda hatinya, Sam memandang perjalanan mobil ambulance yang membawa Mina dengan mata yang penuh kekhawatiran dan mulai basah. Dia bertekad un
S2 Bab 59"Mengapa Dad mengatakan dia tidak berharga?" Sam melayangkan tatapan tajam kepada sang ayah."Memangnya kamu menginginkan seorang Ibu Tiri di usiamu seumur ini?" Johan bertanya sambil menaikkan sudut bibirnya. Memandang Sam dengan penuh tatapan penuh selidik."Pergilah, cari wanita baik-baik. Angel mungkin bisa kamu pertimbangkan, bukankah dia sudah berada dalam genggamanmu? Jangan katakan kamu sudah bosan kepada kelinci percobaan itu!"Usai mengatakan demikian, Johan tertawa sendiri lalu kembali menatap layar komputernya.Sam mengepalkan tangan dan menautkan alis. Dia merasa sia-sia saja mencari Johan. Akhirnya Sam pergi dari sana tanpa mengatakan sesuatu apa pun lagi.Sementara Zacky sudah menunggu dengan tidak sabaran."Gimana, Tuan? Apakah kita akan menyerang sekarang?" tanya salah seorang anak buah yang menunggu instruksi dari Zacky."Bagaimana dengan Mina? Bukankah dia suruh kita menunggu?""Tidak tahu, T
S2 Bab 58"Deon?" Angel terbangun dari tidurnya karena dua insan itu bermain di balkon dan suara mereka cukup menganggu.Sam buru-buru melepaskan dirinya dari Mina dan mereka segera memakai pakaiannya."Kamu sudah bangun, Sayang," sapa Sam dengan lembut sambil duduk di tepi ranjang."Ugh." Angel memegang kepalanya yang terasa berat. "Di mana Deon? Mengapa aku berada di sini lagi?"Mina sudah selesai membereskan pakaiannya, dengan wajah polos, Mina mendekati Angel lalu menggengam tangannya.Angel melihat Mina dan merasa asing, "siapa kamu?"Sam dan Mina terkejut bersamaan, Angel baru saja menunjukkan gelagat seperti tidak bisa mengingat apa pun lagi, padahal dia baru saja bertemu dengan Mina di sore harinya.Mina menyadari bahwa penyakit dalam kepala Angel sudah semakin parah."Angel, bukankah kalian sudah pernah ketemu dan saling berkenalan?" tanya Sam dengan frustasi.Angel menggelengkan kepala lalu menepuk kepal
S2 Bab 57Senyum indah mengambang di bibir Johan. "Baik, dua juta dollar, atau ada yang berani lebih tinggi lagi?""Tiga juta dollar!" seru pria bertopi yang tidak menyebut namanya. Mina mengarahkan tubuhnya ke pria itu agar dapat merekam dengan jelas."Baik, saudara kita James sudah bersuara, siapa lagi yang berani menindih harga?"Terjadi keheningan tiba-tiba. Harga itu sudah cukup tinggi bagi penemuan yang belum terbuktikan dengan baik.Mereka bahkan tidak memperdulikan apakah Angel, kelinci percobaan itu akan menjadi baik atau malah mengalami kerusakan otak.Mina mengepalkan kedua tangannya dengan marah, sementara Sam merasa tidak berdaya. Dia menyayangi Angel setulusnya dan tidak pernah membayangkan melukai Angel apalagi memakainya sebagai kelinci percobaan.Pena yang dipakai oleh Mina tersambung ke layar tangkapan di ruang kantor Zacky.Zacky mengetatkan rahangnya menyaksikan semua rekaman yang ada di hadapannya saat ini.
S2 Bab 56Sementara itu, di sudut gelap gudang, beberapa anggota mafia lainnya mengawasi situasi dengan ketat, senjata tersembunyi di balik jas mereka. Mereka menjadi bayang-bayang di antara rak-rak penyimpanan yang penuh dengan barang ilegal."Berapa harganya, Thom?" tanya Mark, menyembunyikan ketegangan di balik ekspresinya.Thom memberikan senyuman licik. "Kau tahu harga untuk barang berkualitas, Mark. Lima puluh ribu dollar untuk setiap paket."Mark mengangguk setuju, bahkan tidak menawar sama sekali seolah mereka memang sudah terbiasa dengan harga tersebut llau mengeluarkan sejumlah uang dari saku jaketnya. "Tidak usah banyak, bagi saja dengan yang lain," ucap Mark sambil tertawa. Mereka melakukan pertukaran dengan cepat, sementara bayangan-bayangan di sekitar mereka tetap waspada."Kami menginginkan transaksi cepat dan bersih," ucap Mark, memandang tajam ke arah Thom.Thom hanya mengangguk dan menatap Mark dengan tatapan dingin. "Tentu
S2 Bab 55"Tidak, kamu jangan salah paham dulu. Mari kita lihat apa yang terjadi nanti. Aku pikir aku juga mencintai Angel."Mina membalikkan tubuhnya dan menatap Sam dengan kecewa. "Baiklah. Kamu kembali kepada Angel dan aku akan kembali kepada Johan, Ayahmu yang suka sekali menyiksaku!"Mina mengatakan demikian lalu berdiri dan memakai pakaiannya."Ayahku menyiksamu?" tanya Sam dengan rasa terkejut.Mina mengangguk lalu mulai terisak dalam tangisan. "Dia tidak pernah puas bila aku tidak pingsan."Sam membulatkan kedua matanya dan merasa kasihan dengan wanita cantik itu. Tubuhnya begitu sempurna untuk disiksa dalam kukungan sang ayah yang gendut dan perut besar.Membayangkan hal itu saja sudah membuat Sam merasa marah."Aku akan memintamu dari Ayah," ucap Sam sambil merangkul kembali Mina dalam pelukannya."Dan hanya menjadikanku sebagai simpanan, sementara kamu akan menjadikan Angel sebagai istrimu?"Mina sengaj
S2 Bab 54Sam dan Mina bersiap-siap untuk menghabiskan waktu bersama di pusat perbelanjaan. Mereka tiba di mal yang ramai dengan lampu berkilauan dan suasana yang hidup. Sam, dengan senyum ceria, berkata kepada Mina."Mina, apa yang ingin kita lakukan dulu? Mungkin kita bisa mulai dari toko pakaian?""Iya, Sam! Aku ingin melihat-lihat koleksi terbaru. Siapa tahu ada yang menarik perhatianku."Mereka berjalan ke arah pusat perbelanjaan, memasuki toko pakaian yang penuh dengan pakaian dan aksesori berwarna-warni. Mina berhenti di depan rak dengan gaun-gaun cantik."Sam, bagaimana menurutmu gaun ini?""Wow, Mina, itu terlihat sangat cantik! Aku yakin itu akan membuatmu terlihat luar biasa."Mina tersenyum, "Aku rasa aku akan mencobanya." Dia mengambil gaun tersebut dan pergi ke ruang pakaian untuk mencoba.Sementara menunggu Mina, Sam melihat toko permainan di seberang lorong."Oh, lihat! Toko permainan! Apakah kamu ingin m