Bunda tersenyum dengan lembut sambil mengusap airmatanya sendiri. Memang inilah takdir yang harus kujalani sebagai anak gadis satu-satunya milik keluarga ini.
Selama ini aku selalu dimanjakan dengan semua kebutuhan. Memang hidup kami tidak termasuk mewah. Tapi keluarga Sanjaya, tempat papaku bekerja memang selalu memenuhi semua yang kami perlukan.
Uang sekolahku tidak pernah terlambat. Buku sekolah dan tas sekolahku selalu baru setiap tahunnya karena diberikan oleh Emma Sanjaya-Istri majikan, tempat papaku mengabdi.
"Istirahatlah, Nak. Siapkan dirimu! Pernikahan akan dilaksanakan besok!" Perkataan Bunda begitu lembut namun terkesan menyedihkan. Bunda melangkah lesu keluar dari kamarku. Kulihat ia masih mengusap airmatanya. Bila keluarga kita cukup kaya, maka kita tidak akan terhina seperti ini.
Kedua orangtuaku juga bisa melarikan diri, tapi mereka memilih untuk membalas jasa majikannya.
"A-Apa? Besok?" Kepalaku terasa berdengung sejenak. Oh iya ... ya, mayat akan semakin bau bila berlama-lama.
"Oh Shit, menjijikkan sekali!" pekikku di dalam kamarku sendiri. Membayangkan saja aku sudah bergidik.
"Ah, malangnya nasib!" seruku sembari melampiaskan kekesalan pada bantal dan ranjang kembali.
...
Hari masih pukul lima pagi dan pintu kamarku sudah digedor dengan kasar. Aku tahu, pasti papa yang mengedornya. Mengapa ia sangat marah padaku? Aku mencoba duduk di tepi ranjang dengan malas.
"Tunggu, Pa. Biarkan Mama yang memanggilnya." Terdengar perkataan bunda di depan kamar.
Aku masih merasa lelah dan kurang tidur. Butuh waktu yang cukup lama untuk menetralisir keadaan hatiku sampai akhirnya tertidur pukul tiga dini hari semalam.
Terdengar pintu masih diketuk pelan.
"Nak, bangun! Angel!"
Dengan malas aku melangkah dan membuka pintu.
"Nak, kita harus berangkat!" ucap bunda setelah pintu dibuka. Kulihat ada garis hitam di bawah kedua manik hitamnya.
"Dia juga menangis semalaman," gumamku dalam hati.
"Tapi, ini masih pukul lima pagi!" Aku merengut dengan manja, kepalaku terasa pusing dan masih terasa mengantuk sekali.
Bunda tidak memperdulikan ocehanku, malah memasukkan beberapa kotak dan meletakkannya ke ranjangku.
"Apa ini?"
"Pakaian pengantin, mandilah!" seru bunda sembari mendorongku ke kamar mandi.
***
Pakaian pengantin yang polos namun terlihat elegan saat melekat di tubuhku. Aku melihat tampilan di cerminku. Seorang gadis yang cantik dan menjadi primadona di sekolah, aku terlihat cantik sekali dengan gaun yang polos berwarna putih bersih ini.
"Kamu cantik sekali, Nak," ucap bunda dengan matanya yang nanar.
Terlihat sekali ia berusaha tabah atas kejadian yang menimpaku. Aku menjual masa depanku untuk dua milyar dan untuk membalas budi dari keluarga aneh itu.
Apakah masih akan ada pria yang mau menikah denganku apabila mengetahui bahwa aku-wanita yang sudah pernah menikah dengan mayat?
Tak mampu lagi aku bermonolog terlalu banyak saat melihat ayahku sudah berdiri di depan pintu, menatapku dengan sendu namun berpura-pura tegar. Kulihat ayah sudah siap dengan stelan kemeja hitamnya dan memakai dasinya dengan rapi.
Kedua matanya juga sembab, mungkin mereka sama sepertiku, tidak mampu untuk tidur dengan nyenyak.
"Mari kita berangkat," ucapnya singkat.
Sebuah mobil mewah berwarna hitam sudah menunggu di depan rumah kami. Ayah membukakan pintu mobil. Matanya seolah memerintahkan agar aku tidak banyak bicara dan hanya masuk ke dalam mobil.
Mobil dikemudikan oleh seorang supir yang diam dan serius menatap ke depan. Tidak ada yang berbicara sepanjang perjalanan.
Begitu kaku dan membuatku mengantuk.
Perjalanan rupanya agak jauh, sudah satu jam aku berada di mobil. Aku melirik kaca jendela.
"Mengapa aku melihat gunung?" tanyaku dengan heran.
Ibundaku memberikan isyarat diam dengan meletakkan telunjuknya ke bibirku.
Aku pun terdiam dan melanjutkan tidurku, mudah-mudahan semua ini hanyalah mimpi. Semoga saat bangun nanti. Aku sudah kembali menjalani rutinitas seperti biasanya. Bangun dan kuliah serta bercerita dengan semua anggota sablengku di kampus.
Mobil dihentikan di depan sebuah rumah yang mewah. Aku melihat sekitarku, membaca palang yang berada tidak jauh dari pandangan.
"Perumahan Tandean."
"Wah, ini adalah perumahan paling elit di kota super padat ini!" seruku dengan mata berbinar.
"Turunlah," ucap ayahku sembari membuka pintu.
Aku mengenggam seikat bunga mawar berwarna merah jambu.
Aku sungguh terpesona dengan rumah mewah yang kita masuki sampai langkahku terhenti.
"Oh, tidak," pekikku. Kedua mataku membulat.
Kembali aku tercengang saat melangkah menuju pintu masuk ke lokasi acara, dimana pernikahan akan dilangsungkan. Itu bukan ruang ibadah, juga bukan ruang pesta. Ruangan itu adalah sebuah taman kaca.
Terdapat beberapa kursi disusun dengan rapi menyisakan sebuah tapak sebagai tempat jalan pengantin.
Dekorasi pernikahan semua dominan hitam seperti balai persemayaman jenazah.
"I-Ini adalah acara pemakaman atau pernikahan?" Bathinku mulai kacau dan ragu. Suasana terasa menyeramkan.
Aku digandeng ayahku, melangkah masuk dengan perlahan. Beberapa tamu terlihat berdiri menyambut. Di depan sudah ada peti mati berisi calon suamiku.
Kembali langkahku terhenti, mematung di tempat. Ketakutan teramat besar melandaku sehingga sekujur tubuhku terasa membeku. Kakiku susah sekali digerakkan.
"Ayo-lah, Nak," ucap ayahku. Pria paruh baya itu memandangku, kedua matanya sudah mulai nanar juga.
"Bolehkah aku membatalkannya?" tanyaku pelan setengah berbisik.
"Tidak" jawabnya dengan tegas dan singkat, sambil langsung menarikku melanjutkan langkah perlahan menuju pelaminan.
Begitulah pernikahan terkutuk itu terjadi.
Tanpa ada alunan lagu pernikahan.
Tanpa iringan pengantin kecil yang menari di depan.
Tanpa tepuk tangan tamu yang hadir.
Tanpa senyum yang mengucapkan selamat, melainkan wajah–wajah tamu yang mencibir. Aku percaya, mereka adalah kerabat yang tidak menyetujui pernikahan ini.
"Oohh, aku sungguh pusing, serasa mau pingsan saja," gumamku dalam hati sambil mengatur nafas yang tidak teratur didadaku.
Langkahku tepat berada di samping peti mati di sebelahku. Seorang pria berdiri di depan kami berdua. Pria berusia sekitar setengah abad itu sepertinya adalah penghulu atau pembawa acara.
"Dengan ini, saya mewakili tamu-tamu yang hadir, untuk menjadi saksi atas pernikahan Saudara Zacky Sanjaya dengan Saudari Angel Adhinatha.”
“Berhubung karena pengantin laki-laki sudah meninggal dunia, maka perjanjian pernikahan hanya akan ditandatangani secara sepihak oleh pengantin perempuan tanpa perlu mengucapkan janji pernikahan."
Dengan kedua manik nanar dan tangan gemetar aku tandatangani surat pernikahan itu. Setelahnya, kulirik sekilas pasanganku yang terbujur kaku di dalam peti mati.
"Mayat itu ... ihhh jijik sekali," kubayangkan sambil merinding. "Wajahnya pasti hancur karena itu mereka tutupi dengan kain putih."
Kembali kutundukkan kepalaku, menahan rasa mual dan ingin muntah.
***
Prosesi berakhir, tidak ada acara apapun selain penandatangan yang aneh.
Aku digiring bunda untuk masuk ke kamar pengantin. Sementara di luar mereka melanjutkan acara makan-makan dan ramah tamah keluarga.
Peti mati kayu itu juga diangkat oleh beberapa orang mengikuti langkahku untuk masuk ke dalam kamar pengantin.
Aku tidak diijinkan untuk ikut meramaikan acara ramah tamah tersebut, mungkin mereka takut aku salah ucap sehingga membongkar perjanjian nikah yang tidak masuk akal ini. Padahal aku lapar sekali dan belum makan dari pagi , tapi aku juga sedang tidak berselera.
“Tapi, apa yang harus kulakukan disini?" Aku bergumam sendiri. Berduaan dengan jenazah yang mulai membusuk. Rasanya ingin ke kamar mandi, tapi kutahan. Aku benar – benar ketakutan.
Ceklek!
Terdengar suara kunci pintu dari luar. Aku terkunci di dalam kamar ini. "Bersama dengan mayat!"
Leherku terasa dingin, seperti aku sedang berada di kuburan.
"Mama, papa! Tolong aku! Angel tidak mau berada di sini!"
Aku mengedor pintu dengan sekuat tenaga-juga melakukan beberapa panggilan melalui handphoneku.
Degh! Lampu kamar mati secara tiba-tiba.
Kulirik sekilas jenazah di sampingku dalam kegelapan, sinar rembulan samar-samar masuk dari balik tirai. Pria kaku itu sudah diangkat keluar dari peti mati dan mereka membaringkannya di ranjang. Masih dengan kain putih menutup wajahnya. Ingin rasanya membuka penutup kain putih itu, setidaknya aku bisa melihat wajah suamiku sekali saja. Tapi sungguh aku tidak berani. Dengan takut aku duduk satu ranjang dengan mayat. Kecewa, sungguh kecewa dengan kedua orangtuaku yang meninggalkanku di sini. "Gila, mereka semua kehilangan otaknya," bathinku. "Apa yang mereka harapkan dengan menidurkan mayat di sini?" "J-jangan katakan, mereka benar-benar ingin aku hamil dari mayat ini?" Aku membulatkan mataku dan memandang pria yang terbujur kaku itu dengan bulu kuduk berdiri. Degh! Lampu hidup kembali. Aku bernafas dengan lega. Ac pendingin di kamar yang luas itu malah membuatku berkeringat jagung. Aku pasrah. Harus tahan duduk sampai acara di luar selesai. Baru aku bisa pulang ke rumah. "Ya, h
Aku menghentikan acara makanku. Memberanikan diri untuk bergerak mengecek keadaan. Kulirik jam di dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. "Jam berapa aku akan pulang ya?" tanyaku dengan kesal kepada diriku sendiri. Tentu saja mayat itu tidak mungkin bisa menjawab pertanyaanku. Sejujurnya, aku sudah merasa sangat kelelahan. Sakit pada kepalaku membuatku ingin muntah. Belum lagi asam lambung yang harus keterima karena tidak mengisi perutku dengan makanan sampai sekarang. Aku menatap pria yang terbujur kaku itu. Tidak ada reaksi. "Huh, dia memang sudah mati kok!" ucapku kembali ke meja kecil di samping kamar yang sudah berisi beberapa makanan dan menghabiskan makananku. Aku tidak takut sama hantu dan segala macam hal gaib. Karena menurutku, dunia memiliki bagiannya masing-masing. Tapi harus menyatukan dua dunia dengan pernikahan seperti ini tentu saja adalah hal yang menyesatkan. Gila dan di luar nalar. Tapi itulah yang terjadi saat ini. "Urrgghhhh." Aku bersendawa de
"Jangan katakan kamu memasang CCTV di kamar mandi juga!" Mama berteriak dengan marah. Telingaku dijewer semakin kuat."Aduh, Ma ... Lepaskan! Ampun!" Teriakanku melengking. Aku sungguh kesakitan. Terasa panas dan sepertinya telingaku sudah merah. Aku tidak suka dijewer, apalagi sudah berumur dua puluh delapan tahun. Ini sungguh menggelikan.Mama melepaskan telingaku tapi, masih menatapku dengan tatapan marah. Ia berkacak pinggang di hadapanku. Aku tahu dia menunggu jawabanku."Iya, nanti kuhapus. Aku hanya mau bermain-main. Bukankah Mama sudah membayar mainan itu seharga dua milyar?" ucapku membela diri."Arrghhh!" Perkataanku membuat mama kembali menjewer telingaku yang satunya lagi."Lepaskan, Ma. Sakit sekali!"Mama melepaskan tangannya, kemudian menghentakkan pantatnya dengan kasar ke tepi ranjang."Gadis polos itu bukan mainan!" ucap mama dengan ketus. Aku mencebik, meremehkan perkataan mamaku."Itu dosa! Kamu tidak boleh melakukan hal seperti itu! Nanti bisa-bisa kau akan dikutu
Sebenarnya aku terbangun karena sesak pipis, pendingin di kamar pengantin ini bekerja terlalu baik. Aku hampir membeku. "Sial, mati lampu lagi!" umpatku dalam hati sambil duduk di ranjang yang empuk. Tiba-tiba, kedua netraku menangkap bayangan yang tidak wajar. Jantungku mulai berpacu dengan kencang. Betapa terkejut diriku saat melihat seseorang sedang berdiri di hadapanku. Pandangan mata yang terbatas karena kegelapan membuatku menyadari sesuatu hal. Saat ini, aku sedang tidur di ranjang di sebelah mayat dan sialnya, mayat itu tidak ada di sebelahku! Bulu kudukku semakin meremang. "Arrghhh! Setan!" teriakku dengan panik. Pria bertopeng itu langsung menyerangku dan menutup mulutku yang sedang berteriak dengan keras. Tentu saja aku memberontak dengan semua usaha dan kekuatan yang ada. Kutendang tubuhnya dengan kakiku, kugigit tangannya dengan geram kemudian kugigit bahunya yang keras sampai gigiku sepertinya mau putus. Pokoknya dimanapun ada kesempatan, aku akan menyepak, mencakar
Zacky tertawa sembari memegang perutnya-pria itu merasa puas sekali melihat gadis mainannya menangis dan terduduk di depan daun pintu."Arrgh, sakit sekali," rintih Zacky. Akibat perkelahian kecil yang dilakukannya dengan Angel semalam, tubuhnya mendapatkan cakaran, serta luka di beberapa tempat. Dilirik tangannya sendiri-pertengahan antara jari jempol dan telunjuk. Bekas gigitan itu masih meninggalkan d*rah kering.Lututnya juga sakit akibat terhantam ke lantai dengan keras saat ingin menangkap gadis kecil itu."Dia lincah sekali seperti ular, liar dan gesit. Dasar gadis barbar!" umpat Zacky sembari bergerak ke kamar mandi.Zacky membuka pakaiannya dan melihat pantulan tubuhnya di cermin. Wajah yang ganteng, rahang yang keras dan tubuh berotot dengan enam kotak teratur di bagian perut yang rata tapi, sekarang ditambahi tiga garis bekas cakaran."Wanita si*lan!" Kembali terdengar umpatan Zacky.Postur pria itu sangat sempurna. Dengan tinggi 180 cm, lengan kekar dan dada bidang serta
Dua orang pelayan masuk dan mengantarkan makanan kepada Zacky. Salah seorangnya adalah kepala pelayan-Martha namanya. Wanita yang berumur lima puluhan dan sudah melayani keluarga Sanjaya selama dua puluh tahun itu melirik layar tv yang berada di meja Zacky. Kemudian melirik sejumlah uang yang sudah disediakan Zacky di meja yang sama."Bukankah dia akan dilepaskan hari ini?" Martha memberanikan diri bertanya.Zacky membalas dengan tatapan dingin.Martha segera mengundurkan diri-keluar dari kamar itu dalam diam. Wanita tua itu tahu, Zacky tidak suka bila kesenangannya terganggu apalagi dikomentari.Zacky melahap sarapan sembari melihat pergerakkan dari Angel-mainan barunya.***Aku buru-buru mundur karena terdengar suara anak kunci yang memutar-pertanda pintu akan dibuka!Dua orang pelayan masuk, membawakan makanan kemudian menyajikannya ke meja kecil di sudut kamar.Aku memanfaatkan kesempatan ini untuk berlari keluar. Tapi, naas sekali k
"Apakah ini berarti kalian akan melawan hukum?" Zacky memandang kedua orang itu dengan tatapan datar. Aura dingin mulai ditunjukkannya."H-hukum? Hukum apa?" Irsan dan Maya duduk kembali di sofa nan empuk di ruangan tamu itu.Tom-asisten Zacky berdiri di samping Zacky. Pria itu sudah siap dengan dokumen perjanjian di tangannya."Bukankah kamu sudah menandatangani semua perjanjian dan aku membayar dua milyar sesuai harga yang tercatat?"Irsan dan Maya saling memandang, "A-apa yang kita tanda tangani?" ucap Maya, melayangkan pandangan ke arah suaminya dengan bingung.Irsan menaikkan bahunya, sementara sebuah dokumen dilempar ke meja oleh Tom."Bacalah sendiri," ucap Zacky sambil menguap."Pergilah sesudah mengerti, aku mengantuk sekali!" lanjut Zacky kemudian pria itu berdiri, meninggalkan kedua orang tua itu yang sibuk membaca dokumen yang sudah ditandatangani oleh mereka tanpa sadar."Eh, tapi aku hanya tanda tangan
"Apa yang harus kulakukan dengan uang ini," ucap Irsan kepada istrinya. Mereka sudah sampai di rumah kecil yang mereka sewa pertahun.Maya terdiam sembari menatap tas yang terisi penuh itu. Uang asli. Satu-satunya putri yang ia cintai dijualnya tanpa sadar. Airmata menetes dari kedua netranya."Marilah pergi membeli sebuah rumah dan berlayar seperti yang dikatakan Tom," ucap Maya dengan lirih.Mereka hanya bisa mempercayai bahwa Nyonya Emma akan menjaga Angel dengan baik. "Anak gadis pasti akan menikah suatu saat. Sebagai orang tua, kita juga sudah tidak mampu menentang apa pun tanpa kekuasaan," ucap Irsan dengan lirih."Marilah pergi membeli sebuah rumah, kemudian kita berlayar, menikmati masa tua kita," lanjutnya yang kemudian mendapat persetujuan dari istrinya.Kedua pasangan yang sudah berumur itu saling berpelukan dengan sedih. Mereka hanya bisa mendoakan semoga Angel diperlakukan dengan baik.***"Lepaskan aku! Mengapa Mama dan Papa belum juga datang untuk menjemputku?" Isak ta
Hallo para pembaca setiaku, mohon maaf atas kesalahan penerbitan Bab yang saya lakukan tanpa sengaja sehingga keseruan Anda terganggu oleh Bab yang hilang yaitu Bab 107 sampai dengan 110. Sebagai penghargaan dan permintaan maaf dari saya, Bab 107 sd 110 ini saya lampirkan di sini dan Bab ini GRATIS tanpa perlu pembelian koin. Terima kasih atas kesetiaan Anda untuk membaca cerita ini. Jangan lupa singgah ke akun saya untuk cerita seru lainnya. Salam Pembaca, Bab 107 Aku menundukkan kepala untuk melihat bagian dadaku yang sudah basah. "Astaga," pekikku lalu menutup bagian yang terekspos dengan kedua tangan dan merasa malu. Aku segera memutar tubuh dan menghadap ke arah lain, membelakangi Zacky. Namun, petir sepertinya bekerjasama dengan Zacky. Suara yang menggelegar membuatku terkejut dan memeluk Zacky dengan gemetaran. "Eh." Suara Zacky yang ikut terkejut karena petir tersebut dan dia pun memelukku dengan erat. "Angel," panggil Zacky dengan lembut setelah suara petir mereda.
Zacky membaringkan Angel dengan lembut di atas ranjang lalu memeluknya erat-erat."Zacky, jangan ...," ucap Angel dengan wajah merona merah."Katakan, kamu merindukanku?" Zacky menatap kedua mata Angel dalam-dalam.Angel merasakan keintiman yang memang menjadi miliknya, walaupun dia tidak bisa mengingat dengan jelas, tetapi dia sangat menginginkan pria yang sedang memeluknya ini."Aku merindukanmu, Zacky," ucapnya lalu mencium Zacky dan pria itu membalasnya dengan keintiman yang penuh cinta.Malam panas dijalani mereka, terlepas dari masalah yang ada.***Besok harinya, Zacky terbangun dengan kepala dan tubuh yang segar bugar. Zacky mengelus punggung istrinya yang tertutup selimut lalu mempererat pelukannya."Hmmm, Zacky, aku masih mengantuk," ucap Angel pada saat pria itu hendak berlabuh sekali lagi sebagai aktivitas pria normal.Zacky membenamkan wajahnya dalam-dalam ke ceruk leher Angel. "Kamu wangi dan sangat menggai
S2 Bab 60Sam merasa hampa saat melihat Mina yang penuh luka digendong oleh petugas polisi. Hati Sam terasa hancur melihat wanita yang dicintainya menderita. Meskipun tidak bisa berbuat banyak dengan kedua tangannya yang terborgol, dia berjanji dalam hati bahwa dia akan melakukan segalanya untuk melindungi Mina di masa depan. Kedua matanya melirik Angel, tetapi dia tidak menaruh perhatian kepada wanita itu lagi."Mina ... " Sam memanggil dengan suara parau di dalam mobil yang berada agak jauh dari lokasi.Dorongan keras terhadap dirinya sendiri menguat saat petugas polisi menggendong Mina ke brankar dan menyukseskannya masuk ke dalam mobil ambulance. Sam mengutuk dirinya sendiri karena tidak bisa melindungi Mina dengan lebih baik, tetapi dia juga merasa lega karena Mina akhirnya diselamatkan.Dalam kehampaan yang melanda hatinya, Sam memandang perjalanan mobil ambulance yang membawa Mina dengan mata yang penuh kekhawatiran dan mulai basah. Dia bertekad un
S2 Bab 59"Mengapa Dad mengatakan dia tidak berharga?" Sam melayangkan tatapan tajam kepada sang ayah."Memangnya kamu menginginkan seorang Ibu Tiri di usiamu seumur ini?" Johan bertanya sambil menaikkan sudut bibirnya. Memandang Sam dengan penuh tatapan penuh selidik."Pergilah, cari wanita baik-baik. Angel mungkin bisa kamu pertimbangkan, bukankah dia sudah berada dalam genggamanmu? Jangan katakan kamu sudah bosan kepada kelinci percobaan itu!"Usai mengatakan demikian, Johan tertawa sendiri lalu kembali menatap layar komputernya.Sam mengepalkan tangan dan menautkan alis. Dia merasa sia-sia saja mencari Johan. Akhirnya Sam pergi dari sana tanpa mengatakan sesuatu apa pun lagi.Sementara Zacky sudah menunggu dengan tidak sabaran."Gimana, Tuan? Apakah kita akan menyerang sekarang?" tanya salah seorang anak buah yang menunggu instruksi dari Zacky."Bagaimana dengan Mina? Bukankah dia suruh kita menunggu?""Tidak tahu, T
S2 Bab 58"Deon?" Angel terbangun dari tidurnya karena dua insan itu bermain di balkon dan suara mereka cukup menganggu.Sam buru-buru melepaskan dirinya dari Mina dan mereka segera memakai pakaiannya."Kamu sudah bangun, Sayang," sapa Sam dengan lembut sambil duduk di tepi ranjang."Ugh." Angel memegang kepalanya yang terasa berat. "Di mana Deon? Mengapa aku berada di sini lagi?"Mina sudah selesai membereskan pakaiannya, dengan wajah polos, Mina mendekati Angel lalu menggengam tangannya.Angel melihat Mina dan merasa asing, "siapa kamu?"Sam dan Mina terkejut bersamaan, Angel baru saja menunjukkan gelagat seperti tidak bisa mengingat apa pun lagi, padahal dia baru saja bertemu dengan Mina di sore harinya.Mina menyadari bahwa penyakit dalam kepala Angel sudah semakin parah."Angel, bukankah kalian sudah pernah ketemu dan saling berkenalan?" tanya Sam dengan frustasi.Angel menggelengkan kepala lalu menepuk kepal
S2 Bab 57Senyum indah mengambang di bibir Johan. "Baik, dua juta dollar, atau ada yang berani lebih tinggi lagi?""Tiga juta dollar!" seru pria bertopi yang tidak menyebut namanya. Mina mengarahkan tubuhnya ke pria itu agar dapat merekam dengan jelas."Baik, saudara kita James sudah bersuara, siapa lagi yang berani menindih harga?"Terjadi keheningan tiba-tiba. Harga itu sudah cukup tinggi bagi penemuan yang belum terbuktikan dengan baik.Mereka bahkan tidak memperdulikan apakah Angel, kelinci percobaan itu akan menjadi baik atau malah mengalami kerusakan otak.Mina mengepalkan kedua tangannya dengan marah, sementara Sam merasa tidak berdaya. Dia menyayangi Angel setulusnya dan tidak pernah membayangkan melukai Angel apalagi memakainya sebagai kelinci percobaan.Pena yang dipakai oleh Mina tersambung ke layar tangkapan di ruang kantor Zacky.Zacky mengetatkan rahangnya menyaksikan semua rekaman yang ada di hadapannya saat ini.
S2 Bab 56Sementara itu, di sudut gelap gudang, beberapa anggota mafia lainnya mengawasi situasi dengan ketat, senjata tersembunyi di balik jas mereka. Mereka menjadi bayang-bayang di antara rak-rak penyimpanan yang penuh dengan barang ilegal."Berapa harganya, Thom?" tanya Mark, menyembunyikan ketegangan di balik ekspresinya.Thom memberikan senyuman licik. "Kau tahu harga untuk barang berkualitas, Mark. Lima puluh ribu dollar untuk setiap paket."Mark mengangguk setuju, bahkan tidak menawar sama sekali seolah mereka memang sudah terbiasa dengan harga tersebut llau mengeluarkan sejumlah uang dari saku jaketnya. "Tidak usah banyak, bagi saja dengan yang lain," ucap Mark sambil tertawa. Mereka melakukan pertukaran dengan cepat, sementara bayangan-bayangan di sekitar mereka tetap waspada."Kami menginginkan transaksi cepat dan bersih," ucap Mark, memandang tajam ke arah Thom.Thom hanya mengangguk dan menatap Mark dengan tatapan dingin. "Tentu
S2 Bab 55"Tidak, kamu jangan salah paham dulu. Mari kita lihat apa yang terjadi nanti. Aku pikir aku juga mencintai Angel."Mina membalikkan tubuhnya dan menatap Sam dengan kecewa. "Baiklah. Kamu kembali kepada Angel dan aku akan kembali kepada Johan, Ayahmu yang suka sekali menyiksaku!"Mina mengatakan demikian lalu berdiri dan memakai pakaiannya."Ayahku menyiksamu?" tanya Sam dengan rasa terkejut.Mina mengangguk lalu mulai terisak dalam tangisan. "Dia tidak pernah puas bila aku tidak pingsan."Sam membulatkan kedua matanya dan merasa kasihan dengan wanita cantik itu. Tubuhnya begitu sempurna untuk disiksa dalam kukungan sang ayah yang gendut dan perut besar.Membayangkan hal itu saja sudah membuat Sam merasa marah."Aku akan memintamu dari Ayah," ucap Sam sambil merangkul kembali Mina dalam pelukannya."Dan hanya menjadikanku sebagai simpanan, sementara kamu akan menjadikan Angel sebagai istrimu?"Mina sengaj
S2 Bab 54Sam dan Mina bersiap-siap untuk menghabiskan waktu bersama di pusat perbelanjaan. Mereka tiba di mal yang ramai dengan lampu berkilauan dan suasana yang hidup. Sam, dengan senyum ceria, berkata kepada Mina."Mina, apa yang ingin kita lakukan dulu? Mungkin kita bisa mulai dari toko pakaian?""Iya, Sam! Aku ingin melihat-lihat koleksi terbaru. Siapa tahu ada yang menarik perhatianku."Mereka berjalan ke arah pusat perbelanjaan, memasuki toko pakaian yang penuh dengan pakaian dan aksesori berwarna-warni. Mina berhenti di depan rak dengan gaun-gaun cantik."Sam, bagaimana menurutmu gaun ini?""Wow, Mina, itu terlihat sangat cantik! Aku yakin itu akan membuatmu terlihat luar biasa."Mina tersenyum, "Aku rasa aku akan mencobanya." Dia mengambil gaun tersebut dan pergi ke ruang pakaian untuk mencoba.Sementara menunggu Mina, Sam melihat toko permainan di seberang lorong."Oh, lihat! Toko permainan! Apakah kamu ingin m