Home / Urban / Menikahi Lelaki Brengsek / Bab 14 - Possesive

Share

Bab 14 - Possesive

Author: Vella Nine
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Ayu mondar-mandir di ruang tamunya dengan gelisah. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan di rumahnya seorang diri. Rumah ini belum banyak furniture dan ia tidak tahu harus melakukan apa di rumah itu. Sudah seharian bersantai-santai dan ia merasa sangat bosan. Biasanya, dia selalu pergi bekerja. Hari ini barulah terasa dan menyesal telah melepaskan karirnya demi berbakti pada suami.

“Lebih baik aku ke pasar aja, deh. Cari bahan masakan untuk makan malam. Mungkin, Nanda mau menemaniku makan malam.” Ayu tersenyum lebar. Ia segera melangkah ke kamar untuk mengambil dompet dan melangkahkan kaki keluar dari rumah itu.

Pasar sayuran terletak tak jauh dari komplek perumahan tersebut. Ia memilih untuk berjalan kaki. Ia bisa menikmati suasana dengan santai dan mengulur waktunya di luar rumah. Rumah yang besar dan sepi itu terasa sangat membosankan untuknya.

Suasana di pasar tetap saja ramai meski sudah sore. Ayu memilih beberapa sayuran, buah dan daging untu

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 15 - Jangan Pergi!

    “Nan, kamu nyuruh aku pulang naik taksi? Bukannya kamu sudah sepakat mau nginap di tempatku dan kita makan malam bareng?” tanya Arlita sambil melirik Ayu yang sudah berada di dalam mobil Nanda.“Makan malam bisa lain kali. Ini urusan rumah tanggaku. Kamu pulang naik taksi aja, ya! Pesan makanan yang enak atau buat party sama teman-temanmu supaya kamu nggak bosan. Nanti aku transfer uang untuk party kamu,” jawab Nanda.“Serius!?” tanya Arlita sambil tersenyum lebar.Nanda mengangguk. “Bersenang-senanglah! Aku selesaikan urusan rumah tanggaku dulu!” Ia langsung melangkah ke sisi lain dan masuk ke dalam mobil. Kemudian, ia bergegas membawa mobilnya itu pergi dari sana.“Nan, kamu nggak putusin Lita?” tanya Ayu. Ia akhirnya memberanikan diri untuk mengajukan pertanyaan yang sudah lama tertahan di dalam hatinya.“Nggak. Dia bisa menjadi h

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 16 - Penari Ulang Tahun Kota

    Hari ini adalah hari ulang tahun kota. Nanda sebagai pengusaha muda mendapat undangan kehormatan untuk duduk di kursi VIP. Namun, ada hal yang aneh dan berbeda. Dia bukan menggandeng Ayu sebagai partner, tapi Arlita yang terlihat sangat cantik dan memesona dengan gaun malam dan pehiasan yang mahal. Tentunya, semua itu disiapkan oleh Nanda, kekasihnya.“Nan, makasih ya! Kamu masih ajak aku ke perjamuan ini. Aku bahagia banget!” ucap Arlita sambil menyandarkan kelapanya di pundak Nanda.Nanda tersenyum menanggapi ucapan Arlita. Baginya, lebih bahagia membawa Arlita daripada harus pergi bersama istrinya. Sebab, rumah tangga mereka tidak pernah harmonis dan ia enggan berdebat dengan istrinya. Toh, Ayu juga tidak akan tahu kalau Nanda pergi ke perjamuan walikota bersama kekasihnya. Andai tahu, istrinya itu tidak akan berani berbuat apa-apa.“Baiklah ... saatnya kita memasuki acara ramah-tamah. Para undangan diperkenankan untuk menikmati hidangan yan

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 17 - Emosi Tak Jelas

    “Nggak kenal?” Nanda melebarkan kelopak matanya. Amarah di dadanya semakin menjadi-jadi begitu mendengar kalau Roro tidak mengakui keberadaan dirinya.“Nan, sudahlah. Nggak perlu kayak gini! Dia juga sengaja tidak mau mengakui dirimu. Lebih baik, kita nikmati saja pesta ini,” pinta Arlita sambil merangkul lengan Nanda.Nanda langsung menepiskan tangan Arlita dan mendorong pria yang menghalanginya.“Mas, jangan masuk ...!” teriak pria itu dan semua orang langsung tertuju pada Nanda yang sedang berjalan cepat menghampiri Ayu.“Ayu ...!” Nanda langsung menarik pergelangan tangan Ayu dan menyeret wanita itu keluar dari sana.Ayu melebarkan kelopak matanya. Ia berusaha melepaskan diri dari cengkeraman tangan Nanda. “Kamu siapa?”“Kamu nggak mau ngakui aku sebagai suamimu, hah!?” seru Nanda sambil menatap wajah Ayu.“Memangnya kamu mau mengakui aku sebagai istrimu

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 18 - Dunianya Terlalu Liar

    “Tiga bulan ini aku diam bukan berarti aku nggak ngerasa sakit, Nan. Meski aku nggak cinta sama kamu. Kamu tetep suamiku dan kamu nggak pernah menghargai keberadaanku sebagai istri. Aku sudah coba jadi istri yang baik buat kamu dan kamu nggak pernah lihat itu. Kalau kamu nggak cinta sama aku, kamu nggak perlu marah-marah. Kita bisa hidup masing-masing dan tidak perlu saling mengatur. Kamu juga nggak perlu cemburu kayak gini karena di antara kita nggak pernah saling mencintai!” tutur Ayu sambil mendorong pintu mobil dan keluar dari sana. “Cemburu?” Nanda mengernyitkan dahi sambil menatap tubuh Ayu yang bergerak pergi meninggalkan mobilnya. Ia menghela napas dan menyandarkan kepalanya ke kursi. “Apa iya aku cemburu?” Ayu langsung melangkah kembali menuju ke backstage dan masuk ke ruang rias. “Yu, kamu balik? Suamimu marah?” tanya Enggar saat melihat Ayu kembali ke sana. “Biarkan saja! Dia terlalu kekanak-kanakkan,” jawab Ayu sambil melepas aksesoris yan

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 19 - Jodoh Tak Bisa Dipilih

    ­ “Jodoh nggak bisa dipilih. Semua wanita di luar sana malah menyukai pengusaha yang banyak uang. Kamu bisa mendapatkannya dengan mudah. Harusnya kamu bersyukur!” ucap Enggar sambil tersenyum manis. Ayu mengangguk-anggukkan kepalanya. “Baiklah. Aku akan berusaha untuk bersyukur dan menerima semuanya.” “Gitu, dong! Kalau dia melukaimu, kamu bilang ke Mas, ya! Mas pasti akan membantu menjaga dan melindungimu. Kamu lagi hamil, sebaiknya kita pulang saja! Aku akan mengantarkanmu. Udara malam tidak begitu baik untukmu,” tutur Enggar. Ayu mengangguk. “Mmh ... Mas, mungkin dua bulan lagi ... perutku akan terlihat membesar. Aku tidak akan bisa menari setelah ini. Sepertinya, ini adalah hari terakhir aku menari. Setelah melahirkan, aku tidak akan punya waktu lagi. Bisakah kita bikin acara makan-makan untuk perpisahan?” Enggar mengangguk. “Bisa. Aku akan undang semua anak di sanggar. Mau makan di mana?” tanyanya. “Mas Engg

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 20 - Istri Sampah

    “Ay, kenapa kamu nggak ngomong ke aku kalau kamu pergi ngisi pentas di acara ulang tahun kota?” tanya Nanda begitu ia sudah masuk ke dalam rumah bersama Ayu. “Kamu juga nggak bilang kalau bawa Arlita ke pesta itu,” sahut Ayu sambil melangkah santai menaiki anak tangga rumahnya. “Nggak usah mengalihkan pembicaraan, Ay! Aku lagi bicarain kamu!” Nanda mengejar langkah Ayu sambil menahan kesal. “Bukan kamu, tapi kita!” sahut Ayu. Nanda menghela napas kesal. “Aku udah rela ninggalin Arlita dan nungguin kamu sampai selesai nari. Kamu malah kayak gini? Dengerin aku, Ay!” “Aku denger, Nan. Kamu juga harusnya bisa dengerin aku. Aku ini perempuan, Nan. Istri sah kamu. Meski kita menikah tanpa cinta, tolong hargai pernikahan ini! Aku capek ya setiap hari lihat kamu jalan sama Arlita. Giliran aku deket sama cowok lain, kamu misuh-misuh nggak jelas kayak gini,” sahut Ayu sambil masuk ke dalam kamarnya. “Aku ini laki-laki, Ay. Mau deket sama perempu

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 21 - Seperti Apa Aku Diperlakukan

    Nanda menghela napas sambil menundukkan kepalanya. “I’m sorry, Ay ...! Aku akan berusaha menjadi pria yang bertanggung jawab terhadapmu. Dia anakku dan dia harus bersamaku!” “Kamu nggak pernah menginginkan anak ini, Nan. Begitu juga denganku. Impianku adalah menikah dan punya anak dari Sonny. Bukan dari pria bajingan sepertimu. Apa yang harus kuceritakan pada anak ini di masa depan? Haruskah aku bilang sama dia kalau ayahnya tidak pernah menginginkan kehadiran dia dan selalu pergi bersama wanita lain untuk menyenangkan diri sendiri?” tanya Ayu lirih sambil berlinang air mata. Nanda menggelengkan kepalanya. “Nggak, Ay! Kamu nggak boleh lakukan itu! Dia anakku dan aku akan bertanggung jawab.” “Dengan cara apa? Menikahiku saja tidak cukup, Nan.” “Aku akan menafkahi kalian berdua.” “Yang aku permasalahkan bukan soal finansial. Aku bukan wanita yang hidupnya bergantung sama pria seperti pacarmu itu. Meski tidak menikah denganmu, aku masih bisa meng

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 22 - Membangun Hubungan

    “Aku ngerasa ini nggak pedas, Nan. Kalau kamu nggak tahan, aku akan buatkan makanan baru untukmu. Sorry banget! Aku pikir, kamu suka pedas.” Ayu bangkit dari kursinya. Nanda menyambar pergelangan tangan Ayu. Membuat Ayu mengurungkan niatnya untuk bangkit dan membuat wajahnya dan wajah Nanda saling bertemu. “Nan, kamu ...!?”Ayu menatap mata Nanda yang hanya berjarak sekitar lima sentimeter dari matanya dan membuat wajah mereka saling menempel. “Nggak perlu siapin makanan baru untukku! Ini saja,” pinta Nanda sambil mengulum lembut bibir Ayu dan menghisapnya semakin dalam. Ayu langsung membalas ciuman dari Nanda. Seluruh tubuhnya tiba-tiba menegang, dadanya mengencang dan bagian inti tubuhnya minta diperlakukan lebih. Pagi-pagi seperti ini, Nanda sudah berhasil membangkitkan gairahnya. Parahnya lagi, ia menjadi mudah terpancing hasratnya dan tidak bisa menahan diri. Mungkinkah hormon kehamilan memengaruhi perasaannya seperti yang sering ia baca di artike

Latest chapter

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 167 - I Do

    Nanda mengernyitkan dahi. “Waktu aku nggak punya apa-apa, kamu tetep mau sama aku karena aku ganteng ‘kan? Bisa aja kamu tertarik sama yang lebih ganteng lagi. Iya ‘kan?” “Hahaha. Masa aku mau sama berondong, sih? Nggaklah. Aku tetep sayang sama kamu. Nggak ada yang bisa gantikan kamu karena aku bukan sekedar sayang, aku juga butuh kamu ada di sisiku,” ucap Ayu sambil menyentuh lembut pipi Nanda. Nanda tersenyum sambil mengecup bibir Ayu berkali-kali. “Janji? Nggak akan ada cowok lain selain aku?” Ayu mengangguk. “Harusnya aku yang tanya seperti itu ke kamu. Bukannya kamu yang selalu gonta-ganti pasangan, hah?” “Aku sudah tobat, Ay. Lebih baik jadi mantan anak nakal daripada malah jadi mantan anak baik. Iya, kan?” “Memang harus tobat karena kamu akan menjadi seorang ayah dari anak perempuan. Tugas kita jauh lebih berat untuk mendidik dan merawat dia. Aku yang sudah dilindungi begitu kuat oleh orang tuaku saja, masih bisa dilahap oleh predator sepertimu,” ucap Ayu sambil menatap w

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 166 - See The Daughter

    Hari-hari berikutnya, Nanda dan Ayu menjalani hari-harinya dengan bahagia. Setiap hari, Nanda melakukan rutinitas kesehariannya di kantor. Sementara, Ayu mengisi waktu luangnya dengan menyibukkan diri menjadi dosen di salah satu universitas ternama di kota Surabaya. “Selamat sore, Ibu Dosen ...! Sudah mau pulang?” sapa Nanda sambil tersenyum manis saat Ayu keluar dari kelasnya di fakultas bisnis dengan perut yang sudah membesar. “Sore ...!” balas Ayu dengan senyum merekah di bibirnya. Nanda langsung melingkarkan lengannya di belakang pinggang Ayu. “Gimana kelasmu hari ini? Asyik?” Ayu mengangguk sambil tersenyum manis. “Nggak ada mahasiswa yang godain kamu ‘kan?” bisik Nanda. Ayu menggeleng. “Mereka hanya bercanda sesekali. Nggak godain serius,” jawab Ayu. “Hmm ... aku nggak mau kalau harus bersaing sama mahasiswa S2 kamu, ya!” “Bersaing apaan? Aku ini sudah bersuami, mana ada mahasiswa yang mau bersaing sama suami sepertimu,” sahut Ayu. “Hahaha. Baguslah. Aku sudah buat janj

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 165 - Kehangatan Malam Pengantin

    Ayu menggeleng sambil menyembunyikan tawa di dalam hatinya. “Aku maunya sekarang, Nan!" pintanya dengan gaya centil. Nanda langsung mengernyitkan dahi sambil bangkit dari tempat tempat tidur. “Kamu ini kenapa? Nggak kesurupan ‘kan?” Ayu menggeleng sambil tersenyum centil. Nanda langsung menempelkan punggung tangannya ke kening Ayu. “Normal, kok?” Ayu segera menepis tangan Nanda dari keningnya. “Kamu kira aku gila?” “He-em. Kamu nggak pernah secentil ini? Kenapa jadi centil banget?” “Bukannya kamu suka cewek yang centil dan agresif?” tanya Ayu balik. “Itu dulu, Ay. Lagian, kamu nggak cocok bertingkah centil kayak gini. Aku geli lihatnya,” sahut Nanda. Ayu mendengus kesal menatap wajah Nanda. Ia segera menarik selimut, menutup tubuhnya dengan rapat dan berbalik membelakangi Nanda. Nanda menahan tawa sambil melihat tubuh Ayu yang ada di bawah selimut. “Ay ...!” panggilnya lirih. “Ay ...!” panggil Nanda lagi sambil menggoyang-goyangkan tubuh Ayu. “Aku ngantuk. Mau tidur!” seru

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 164 - Don't Leave Me Again!

    “Ay, lain kali jangan candain aku seperti ini lagi. Aku hampir gila karena kehilangan kamu, Ay,” pinta Nanda sambil menatap wajah Ayu yang sedang membersihkan riasannya di dalam kamar. “Aku juga nggak tega lihat kamu kayak gitu. Idenya Nadine, Okky sama Sonny,” jawab Ayu sembari menengadah menatap Nanda. “Sonny tuh memang minta disepak,” tutur Nanda sambil memperhatikan wajah Ayu. “Belum kelar bersihin mukanya?” “Sebentar lagi,” jawab Ayu sembari mengusapkan kapas ke atas bibirnya. Nanda tersenyum sembari menyentuh lembut bibir Ayu. Ia menarik dagu wanita itu dan mengecup bibirnya. Tak sabar menunggu wanita ini selesai membersihkan seluruh riasannya. “Nan, aku masih bersih—” Ucapan Ayu terhenti saat Nanda kembali menyambar bibirnya dengan sensual. Seluruh tubuhnya menegang dan ia membalas ciuman Nanda dengan senang hati sembari mengalungkan lengannya ke leher pria itu. Semakin lama, ciuman Nanda semakin dalam. Dengan cekatan, pria itu menggendong Ayu naik ke atas ranjang tanpa m

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 163 - Cinta Adalah Tentang Rasa Takut

    Nanda memukul tiang pilar dengan kesal sembari memeluk kain gaun milik Ayu. Perasaannya tak karuan melihat banyak darah yang tertinggal. Semua bayangan buruk tentang Ayu memenuhi otaknya hingga membuat lututnya tak bisa berdiri tegak. “AARGH ...! Roro Ayu ... jangan tinggalin aku!” teriak Nanda histeris sambil memeluk potongan gaun pengantin Ayu seperti sedang memeluk seorang bayi mungil. Ia benar-benar takut kehilangan wanita yang baru ia nikahi beberapa jam lalu. Banyak hal yang telah mereka korbankan untuk bisa bersatu kembali dan Tuhan masih saja membuat mereka harus berpisah dengan cara yang begitu keji. Nanda terus menangis sesenggukan di halaman dalam keraton tersebut dan tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapi kemungkinan buruk yang terjadi pada istrinya itu. Ia benar-benar tidak siap kehilangan karena belum sempat membuat wanitanya itu hidup bahagia. Sementara itu ... dari lantai tiga menara keraton tersebut. Sepasang mata Ayu menikmati tubuh Nanda yang sedang meratap k

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 162 - Pengantin yang Hilang

    “Saya terima nikah dan kawinnya Raden Roro Ayu Rizki Prameswari binti Raden Mas Edi Baskoro Hadiningrat dengan mas kawin uang tunai sebesar lima ratus ribu dollar dibayar tunai ...!” ucap Nanda tegas sembari menjabat tangan penghulu yang membimbing hari pernikahannya dengan Roro Ayu. SAH! SAH! SAH! “Alhamdulillah ...!” Semua orang ikut tersenyum lega saat Nanda bisa mengucapkan ijab kabul dengan baik di hadapan penghulu yang menikahkannya dengan Ayu. Air mata Ayu menetes perlahan. Meski ini pernikahan yang kedua kalinya, tapi ia tetap saja tidak bisa menahan rasa haru ketika Nanda benar-benar mengucapkan ijab kabul dari hatinya sendiri. Bukan dengan cara terpaksa seperti yang sudah terjadi pada pernikahan sebelumnya. Bunda Rindu langsung memeluk tubuh Ayu dan menangis sesenggukan. Banyak hal yang telah membuat puterinya itu sakit dan Ayu tetap memilih untuk mencintai Nanda. Hati seorang wanita bisa begitu sabar dan setia pada pria yang pernah menyakiti. Dan ia kagum pada puteri

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 161 - Wedding Day

    Keesokan harinya ... Nanda menarik napas dalam-dalam sambil menatap dirinya di depan cermin. Setelan jas warna cream dengan lis warna cokelat, sudah ia kenakan dan membuat tampilannya jauh lebih segar dari biasanya. “Udah siap?” tanya Nia sambil melangkah masuk ke dalam kamar Nanda. Nanda mengangguk. “Gimana? Ganteng, nggak?” “Ganteng, dong!” ucap Nia sambil tersenyum menatap wajah Nanda. Nanda tersenyum lebar dan merapikan kembali jasnya yang sudah rapi. “Nan, kamu jaga baik-baik pernikahanmu kali ini, ya!” pinta Nia sambil menyentuh lengan Nanda. Nanda mengangguk sambil tersenyum menatap Nia. “Baik atau buruknya rumah tangga, semua tergantung suami sebagai pemimpin. Kalau istri salah, ingatkanlah dan kembalikan ke jalan yang baik. Kalau kamu yang salah, kamu harus berani untuk mengakui dan meminta maaf,” ucap Nia sambil menatap wajah Nanda. “Kamu boleh egois di depan semua orang, tapi tidak boleh egois demi kebaikan rumah tanggamu di masa depan.” “Iya, Ma. Aku pasti ingat s

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 160 - Persiapan Pernikahan Part.2

    Jalanan kota Solo yang basah oleh embun pagi, mulai menghangat dan langkah kaki penghuni kota itu mulai ramai. Keraton Kesultanan Surakarta dan masyarakat di sekelilingnya disibukkan dengan persiapan pernikahan Puteri Mahkota keraton tersebut. “Bunda, apakah pernikahanku harus seberlebihan ini?” tanya Ayu sambil menatap wajah Bunda Rindu. Bunda Rindu tersenyum sambil merangkul tubuh Ayu. “Bunda tahu, kamu selalu menyukai hal yang sederhana. Tapi ini semua keinginan masyarakat sekitar. Mereka sangat mengenalmu dan meminta untuk mengadakan pesta rakyat. Ay, kamu ini puteri mahkota di keraton ini. Saat ayahmu tutun tahta, kamu dan keturunanmu yang harus menggantikannya. Semua warga di sini mencintai dan membutuhkanmu. Jangan kecewakan mereka, ya!” ucapnya lembut. Ayu mengangguk. Ia mengedarkan pandangannya menatap begitu banyak abdi dalem dan masyarakat sekitar yang antusias menyambut pesta pernikahannya. “Aku dengar, calon suami Ndoro Puteri itu orang biasa saja. Bukan dari keluarga

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 159 - Persiapan Pernikahan

    “Jangan, Ay! Belum selesai, kan?” Nanda langsung menghadang langkah kaki Ayu. “Kalau udah tahu belum selesai, kamu jangan main game, dong! Apa susahnya sih diskusi bareng? Aku nggak suka kalau cowok itu ngomong ikut aja – ikut aja! Ngeselin tahu, nggak!?” sahut Ayu. “Hehehe. Iya, iya.” Nanda langsung merangkul tubuh Ayu. “Pilih, deh! Kamu sukanya yang mana?” “Aku udah pilih, Nanda! Tinggal cari baju untuk kamu. Kamu sukanya yang mana?” seru Ayu menahan kesal. “Apa pun pilihan kamu, aku pasti suka, Ay. Kamu aja yang pilih, ya! Sesuaikan aja sama baju pengantin kamu,” jawab Nanda sambil menatap wajah Ayu. “Ntar kamu nggak suka, Nan. Kalau warnanya putih juga, bagus atau nggak, sih? Kayak gimana gitu, ya?” “Yang ini aja, deh!” Nanda menunjuk salah satu jas berwarna cream dengan lis cokelat keemasan. Ayu mengangguk. “Oke. Ambil yang ini aja.” Nanda tersenyum sambil menatap Ayu yang sedang berbincang dengan pegawai butik tersebut. Hal sederhana yang kerap dipermasalahkan oleh wani

DMCA.com Protection Status