Wushhhhh!
Rasa takut menelan semuanya. Hanya ada suara angin yang menabrak telinganya ketika Kaira terjatuh dari tebing karena di dorong oleh Grace.
Meski semuanya memang sudah berjalan sesuai yang direncanakan, Kaira pasrah jika harus mengorbankan nyawanya demi Keluarga yang baru saja dia miliki.
Kaira masih menutup matanya meski Kaira sudah merasakan tubuhnya menabrak sesuatu. Suara angin kencang yang membuat darahnya berdesir, sudah berhenti.
'Apa aku sudah mati?' batin Kaira.
"Kaira, buka matamu!"
Kaira membuka matanya perlahan. Apa yang pertama kali dilihatnya adalah langit. Langit cerah dengan teriknya matahari. Dedaunan dari pohon yang menjulang tinggi dan juga pria yang mengkhawatirkannya.
Kaira tidak bisa berkata-kata. Kaira masih berfikir, dia berada diambang kematian dan Jay hanya muncul sesaat
Kondisi Kaira baik-baik saja. Dia hanya terlalu syok dengan kejadian yang baru saja dialaminya. Ditambah lagi dengan dirinya yang ternyata sudah mengandung 3 minggu. Tuan Alrecha dan Nyonya Luna, mengurus penangkapan Grace. Sedangkan Jay, dia menunggu Kaira sampai Kaira sadar. "Tidak seharunya aku melibatkanmu. Seharusnya aku melindungimu, bukan malah menjadikanmu sebagai umpan," gumam Jay sembari menundukkan kepalanya dengan eskpresi penuh sesal. Jay mendongak setelah merasakan tangan lembut mengusap ujung kepalanya. "Kaira!" ucap Jay. "Peluk aku!" pinta Kaira manja. Jay berbaring disebelah Istrinya. Dia memeluk Kaira dengan sangat erat namun bukan menimbulkan sesak melainkan rasa nyaman dan aman. "Gim
Tap... Tap... Tap... Langkah kaki Jay, mulai memasuki kantor polisi. Sebelumnya, Jay sudah membuat janji untuk menemui Grace. Waktu untuk bertemu dengan tahanan sangat terbatas. Jay harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk memprovokasi Grace supaya buka mulut perihal orang yang mendukungnya dari belakang. "Silahkan, Tuan Jay!" "Terimakasih!" Sudah ada Grace yang dikeluarkan dari jeruji besi untuk bertemu Jay. Tangan diborgol, pakaiannya yang tidak serapih dulu, juga wajahnya yang lesu. "Apa kabar, Grace? Bagaimana rasanya bertemu denganku dengan posisi kita yang berbeda? Apa kau masih merasa sombong?" ucap Jay. "Untuk apa kau datang? Sialan! Kau mendekatiku hanya untuk menjebakku?" teriak Grace dengan sangat marah. Jay menanggapi Grace dengan ramah namun tatapan Jay menunjukkan kepuasan tentang kehancuran Grace.
Hari persidangan pertama untuk Grace dengan beberapa tuduhan, yaitu kasus pembunuhan, kasus pembunuhan berencana, penyuapan, kekerasan dan juga pencemaran nama baik."Jay, mungkin saja mereka...""Papa, semua sudah selesai sesuai rencanaku. Kalian tidak perlu khawatirkan hal itu lagi.""Kamu terlihat gelisah. Ada apa, Jay?" tanya Nyonya Luna."Aku sedang menunggu kabar dari Rasya.""Semoga berhasil!" ucap Tuan Alrecha."Ma, aku titip Kaira!" Jay pergi. Dia menitipkan Kaira untuk dijaga oleh keluarganya. Masih ada satu tugas lagi untuk memberantas Grace bersama para pendukungnya. &nbs
Tuan Ace, Nyonya Ace, dan beberapa orang lainnya sudahdiringkus oleh polisi dengan bukti detail dan langsung menjadi tersangka, bukan menjadi saksi atau semacamnya. "Aku menang!" gumam Jay. "Bajingan! Jelaskan padaku sebelum aku menghajarmu!" teriak Tuan Ace. "Pak Polisi, tahan sebentar!" ucap Jay. Tap... Tap... Tap... Jay mendekati Tuan Ace. "Tanyakan pada Putrimu!" bisik Jay. "Sialan! Aku akan menghancurkanmu, bajingan!" Tubuh Tuan Ace sudah lenyap diseret paksa oleh polisi. Jay tersenyum menatap mereka yang meronta-ronta dan menatap Jay dengan kebencian. Kaira memijat pundak Jay. "Pasti sangat lelah," ucap Kaira. "Aku sedang senang. Apa Istriku sedang menggodaku?" lirik Jay dengan pesonanya yang teramat manis. "Si--siapa?" ucap Kaira gugup. Jay mengusap ujung kepala Kaira. "Aku c
Jay memakai pakaian santai. Celana pendek dan juga kaos berwarna putih. Dia mengajak Kaira pergi, entah ke mana tujuannya."Kita mau ke mana?" tanya Kaira."Sudah! Ikut saja!" Kaira masuk ke dalam mobil. Rumah juga sudah sepi sejak pagi. Tidak ada Nyonya Luna atau Tuan Alrecha. Rasya menginjak pedal gas mobil yang dia kemudi. Kaira mengernyitkan keningnya melihat Rasya yang berpenampilan lebih rapi dari biasanya."Eh, Rasya mau kencan?" tanya Kaira tiba-tiba."Uhuk... Uhuk... Uhuk... Si--siapa yang mau kencan?" Rasya sampai tersedak mendengarnya."Kaira, Rasya harus lembur.""Kenapa harus mengantar kita?" tanya Kaira."Diam atau aku akan menciummu di sini," ancam Jay."Cih... Licik!" Mobil mereka berhenti disebuah butik. Butik ternama yang tentunya dengan harga dan desainer bukan main-main."Kita sudah sa
Sudah 5 bulan berlalu. Mereka menikmati hidup tanpa hambatan. Kaira menikmati gelar menjadi Nyonya Jay, dan Jay menunjukkan rasa cintanya pada Kaira."Sayang, ambil barang dulu di butik, ya," ucap Jay."Iya, Bapak kepala keluarga," jawab Kaira. Hari ini jadwal Kaira memeriksakan kandungan. Kandunganya sudah berusia 7 bulan. Kandungan yang sehat karena mendapatkan perhatian dari semua pihak.Brummm... Brummm... Brummm... Jay mengendarai mobilnya dengan hati-hati. Pelan-pelan namun pasti. Jay harus mengambil barang-barang yang sudah Nyonya Luna pesan untuk persiapan menyambut cucunya."Apa kalau aku melahirkan anak perempuan, kamu akan marah?" tanya Kaira. Jay mengusap kepala Kaira. "Kamu ini bicara apa? Bukankah sama saja, mau laki-laki atau perempuan?" ucap Jay. Jawaban yang cukup menenangkan hati. Mereka berdu
Jay merasa sangat senang setelah pulang dinas. Dia harus berpisah dengan Kaira dan juga Adira Franziella J, Putrinya. Zeil sedang bermain bersama Kaira. Jay sengaja pulang tidak memberi kabar. Jay sudah membawa boneka dan juga buket bunga sebagai hadiah."Ayo, sayang! Cuci tangan dulu," ucap Kaira setelah mereka kembali. Anak kecil berumur 1,5 tahun yang sedang dituntun oleh Kaira, langsung menuruti ucapan Kaira untuk mencuci tangan dan kakinya."Yeyyyy! Ziel pinter," ucap Kaira. Jay diam-diam mengintip dari balik pintu kamar. Kaira membawa Ziel ke dalam kamarnya."Sekarang, Ziel harus bobok, ya!" Jay langsung bergegas membersihkan dirinya. Kata rindu yang belum terucap, langsung disambut bahagia ketika m
Kaira menunjukkan sebuah tiket liburan yang dia siapkan. Jay yang sedang cemburu pada Putrinya sendiri, bisa dibujuk hanya dengan selembar tiket honeymoon. Jay membawa Ziel ke zoo. Dia memang Suami dan Ayah yang baik. Wanita manapun, pasti akan mendambakan pria seperti Jay. Tampan, mapan, dan penuh dengan kasih sayang."Sayang, kamu lihat apa?" tanya Jay."Aku kaya lihat Keysana barusan," jawab Kaira sembaru celingak-celinguk melihat sekeliling."Keysana siapa?" tanya Jay."Pengantin asli." Jay mengecup kening Kaira. "Tidak ada pengantin asli atau pengganti. Aku memilikimu juga sudah cukup," ucap Jay."Ajak Ziel istirahat dulu. Aku mau beli camilan untuk Ziel.""Iya. Jangan lama, ya." Jay menggendong Ziel untuk berjaga-jaga supaya tidak hilang kalau Jay sedang meleng. Kaira membeli makanan dan juga minuman. Disebelahnya
Sebuah kesepakatan akhirnya terjalin setelah Jay dan Loreta saling berjabat tangan. Rasya bisa menghela napasnya sedikit lega membiarkan Tuannya itu pergi bersama Loreta.Perjanjian itu akan terpenuhi setelah Loreta mempertemukan Jay dan Kaira. Lalu, Jay melepaskan Orthela untuk kembali ke negara asalnya.Perseteruan sudah cukup membuat kacau. Loreta tidak ingin semuanya berlanjut semakin jauh karena banyak hal yang terbengkalai karena masalah yang tidak juga kunjung selesai.Loreta membawa Jay pergi ke tempat pemakaman. Pria tersebut menyipitkan matanya heran sembari melirik curiga ke arah Loreta.“Apa yang kau rencanakan dengan membawaku ke sini?” tanya Jay. Bariton suara yang tegas itu, membuat sekujur tubuh Loreta merinding.“Anda jangan salah paham, Tuan. Saya membawa Anda ke sini bukan tanpa sebab,” ujar Loreta.Dari pandangan yang cukup jauh, terlihat dua orang sedang menghadap ke salah satu makam yang tidak asing. Jay berlari tidak sabar ingin segera memeluk wanita yang be
"Jangan mendekat!" teriak Kaira. Rasanya cukup mengerikan. Kaira menjadi ketakutan. Ia berusaha pergi meski cukup sulit, tapi Orthela sudah lebih dulu memegang kendali kursi rodanya."Kenapa kau tkut? Bukankah aku sudah cukup membuatmu tenang? Kau bahkan sudah melihat bagaimana aku sangat menyesal," kata Orthela. Ia bahkan tidak merubah ekspresinya. Tetap terlihat sangat menyedihkan."Pergi! Aku memiliki keluargaku sendiri, Orthela. Aku tidak akan pernah pergi denganmu. Tidak akan pernah!" teriak Kaira."Bagaimana kalau Ziel sudah bersamaku? Apa kau tetap akan menolakku?""Apa? Kau menyandera Ziel? Orthela, dia tidak tahu apapun. Ziel msih anak-anak." Pada dasarnya, Kaira bukan wanita yang pandai mengumpat atau berkata kasar. Ia hanya berteriak meluapkan emosinya dengan kata-kata yang masih tertata dengan lembut."Aku tahu kalau kau akan menolakku. Maafkan
Tiga hari Kaira menghilang. Orang yang paling tertekan dan hampir gila adalah Jay. Jay yang tidak pernah menggunakan kekuasaannya, sekarang menekan semua orang untuk mencari Kaira sampai Kaira ditemukan. Nyonya Luna membawa Ziel pergi. Ziel yang tidak tahu apa-apa, tidak boleh terkecoh dengan keadaan yang ada. Orthela tidak memiliki niatan buruk. Racun yang sudah masuk ke dalam tubuh Kaira adalah buatan dari orangnya. Meski sudah mendapatkan penawar, tapi masih ada satu penawaran lagi yang harus hati-hati dan perlahan disuntikan ke dalam tubuh Kaira."Ini di mana?" gumam Kaira. Kaira terbangun dari tidurnya yang cukup panjang. Kepalanya terasa berdenyut dan berkunang-kunang. Tempat itu sangat asing, apalagi seseorang yang menatapnya."Kau sudah sadar? Syukurlah. Aku bisa mengembalikanmu tanpa rasa bersalah," ucap Orthela."Kau!" pekik Kaira."Jangan terlalu banyak gerak dan bicar
Kaira belum sadar setelah pengobatan. Tapi, kondisinya berangsur-angsur membaik. Tuan Alrecha dan Nyonya Luna, akhirnya mengetahui kalau keadaan sedang kacau saat ini. Keysana menemani Kaira sembari mengasuh Ziel. Rasya sibuk mengurus gugatan untuk Orthela dan Jay sekeluarga, mengurus pemakaman Grace karena keluarga Grace, semuanya sudah mengakhiri hidupnya sendiri."Grace, sejauh ini..." Jay terdiam dengan kedua matanya yang sembab. "Sejauh ini, aku tidak membencimu. Kau menunjukkan perubahan yang sangat besar. Sebagai rasa terima kasihku, aku akan merawat rumah terakhirmu," lanjutnya. Nyonya Luna mengusap-usap punggung Jay. Jay yang sedang bersimpuh menaburkan bunga di atas gundukan tanah yang masih basah, tangannya terus saja gemetar. Tuan Alrecha tidak banyak bicara. Ia cukup paham dengan perasaa
Jay masuk ke dalam rumah Orthela. Dia menggendong Grace yang sudah tiada. Tidak hanya itu, Paul yang datang berniat membawa Grace tapi dia malah menjadi sasaran utama kemarahan Jay. Jay menarik kerah kemeja yang Paul kenakan. Jay sudah membuat wajah dan tubuh Paul memar, terluka, berdarah, kesakitan, merintih dan memohon.Srek! Srek! Srek! Suara tubuh Paul yang diseret paksa membuat Delon, Orthela dan Loreta terperanjat kaget. Mata mereka terbelalak lebar. Lantai yang Jay lewati, dibanjiri oleh darah yang mengalir dari Paul dan juga Grace. Wajah Jay suram. Sorot matanya begitu tajam. Delon menelan salivanya karena baru kali ini dia melihat ekspresi iblis dari aura Jay. Jay yang ia kenal sebagai suami yang sangat lembut dan hangat tapi kali ini, ekspresinya begitu kejam.“Menarik!” ujar Jay
“Key, Rasya, aku titip Kaira dan Ziel,” ujar Jay.“Kau mau ke mana? Bukankah pengobatan Kaira hampir selesai?” tanya Keysana.“Ada sesuatu yang harus aku kerjakan. Setelah kembali nanti, aku sendiri yang akan menjelaskannya pada Kaira.” Rasya hanya diam saja. Jay meminta Rasya supaya tetap berada di rumah sakit untuk menjaga situasi di sana. Jay menggenggam erat surat dari Grace yang di dalamnya ternyata ada chip milik Orthela. Jay berfikir kalau ia tidak bisa sepenuhnya lepas tangan dalam masalah ini dan menyerahkannya pada Delon. Kenangan pahit Delon, tragedi, trauma, masih membekas jelas. Jay tidak ingin malah Delon yang terseret lebih dalam lagi. Langkah dan tindakan Jay cepat. Ia berharap kedatangannya jauh lebih dulu dibandingkan Delon di kediaman Orthela.“Delon, aku ber
Brak!“Akh! Uhuk... Uhuk... Uhuk...” Grace memegang perutnya yang ditendang Orthela. Dari mulutnya, keluar darah segar karena ia tempental dan menabrak sisi meja.Plak! Plak! Ortela menarik rambut Grace. Ia menamparnya berkali-kali. Tapi tidak ada rintihan sakit atau permohonan untuk sekedar meminta ampun.“Meski kau sudah menghilangkan semua jejak, apa kau pikir aku tidak tahu kalau kau sudah mengambilnya untuk sample?” gertak Orthela tanpa melepaskan rambut Grace.“Hahahaha... Aku juga sudah tahu akan berakhir seperti ini.”“Aku melepaskanmu, bukankah seharusnya kau membalas budi padaku?” Mata Orthela mendelik, menatap tajam seakan-akan ia akan menelan Grace hidup-hidup. Grace tidak merasa takut karena sejak awal, dia sudah siap.“Apa ini yang kau sebut sebagai kebebasan?&rd
Jay dihubungi oleh rumah sakit untuk segera datang. Ia langsung bergegas, padahal ia baru saja menemukan cara untuk menemukan penawarnya. Hanya saja, Jay lebih mementingkan untuk datang dan mendengarkan apa ucapan Dr. Crombe.“Dokter sudah menunggumu,” ucap Keysana.“Aku langsung ke sana.” Jay langsung berlari dan menuju ruang Dr. Crombe. Ternyata tidak hanya ada Dr. Crombe saja, tapi ada Dr. Sansan.“Anda sudah datang, Tuan. Silahkan duduk!” pinta Dr. Crombe.“Apa ada sesuatu yang—““Anda tenang dulu. Silahkan Anda minum terlebih dahulu.” Dr. Sansan menenangkan Jay yang sangat gelisah. Di atas meja sudah ada sebuah obat. Jay tidak mengetahui obat apa itu. Ia tidak bisa berfikir jernih. Mungkin karena ia belum siap menerima apa yang akan ia dengar.“Se
Grace kembali ke rumah Orthela. Alamat yang sudah Loreta berikan untuknya. Grace datang tanpa persiapan. Ia hanya datang dengan keyakinan sesuai alur yang akan Tuhan takdirkan.“Grace, bukankah ada satu minggu untukmu bebas?” tanya Loreta.“Tidak ada yang ingin aku nikmati,” jawab Grace. Tidak ada siapapun di rumah. Loreta, Paul dan juga Orthela pergi. Grace belum diberi tugas olehnya. Kesempatan bagi Grace untuk menemukan obat penawar. Ia tidak peduli kalau dirinya sedang dalam pengawasan atau Orthela sudah memasang jebakan.Tap... Tap... Tap... Kakinya melangkah cepat memasuki kamar Paul. Sebelum masuk ke dalam neraka, Grace sudah mengetahui keahlian setiap penghuninya. Di dalam kamar paul, Grace mulai mencari formula untuk menetralkan racun yang ada ditubuh Kaira. Grace men