Damar dan Aliya tidak memiliki hubungan apa pun. Damar hanya menganggap Aliya sebagai temannya. Alasan kenapa selama ini dia sangat dekat dengan Aliya, itu karena saran dari Galang setelah mendengarkan keluh kesahnya mengenai Shanna yang menyukainya layaknya kekasih.Saat itu Galang menyarankan supaya Damar mencari kekasih, berharap Shanna mengerti bahwa kasih sayang mereka murni antara ayah dan anak. Sayangnya Damar menolak saran itu. Damar lebih memilih tinggal di hotel dengan menggunakan alasan bahwa cabang perusahaannya mengalami masalah dan mengharuskan dia melakukan perjalanan bisnis, dibandingkan harus berpura-pura. Namun, Damar tidak menyangka bahwa Shanna akan mengetahui kebohongannya.“Saat membaca surat yang kamu titipkan pada resepsionis, baba benar-benar merasa bersalah karena telah membohongimu hanya untuk menghindarimu,” ucap Damar dengan jujur. Nadanya sarat akan penyesalan dan rasa bersalah kala mengingat waktu itu.Setelah membaca surat dari Shanna, saat itu juga Dama
Shanna menghela napas pelan. Lalu dengan lemah dia berkata, “Sebenarnya aku juga sudah memikirkannya. Cuma aku nggak tahu bahagaimana cara memberi tahu dia. Nggak mungkin kan aku bilang ke dia kalau aku udah dilamar sama ayah angkatku sendiri?”“Ya jelaslah nggak mungkin,” sahut Viona cepat. “Bisa-bisa kamu yang dapat masalah kalau hubunganmu dengan babamu sampai ketahuan. Meskipun nggak ada yang salah menikah dengan ayah angkat karena nggak ada hubungan darah, tapi tetap aja hal seperti ini masih tabu.”“Karena itu. Aku bingung bagaimana untuk memberi tahu Ansel.” Shanna menopang dagunya dengan satu tangan. Shanna menatap satu per satu teman-temannya. “Kalian ada ide, nggak?”Ketiga sahabatnya menggeleng bersamaan. Tanda kalau mereka juga tidak memiliki ide.“Maaf, Shan, untuk kali ini, kami nggak bisa membantu,” ucap Viona lemah.“Kenapa kamu nggak minta pendapat Om Damar aja? Siapa tahu dia memiliki banyak alasan,” usul Neila yang diangguki setuju oleh Viona dan Deva. “Biasanya oran
Seharusnya Shanna tidak mempercayai ayahnya. Kalau saja dia tidak menuruti Damar, dia tidak akan kebingungan seperti sekarang. Dalam hati Shanna tidak berhenti merutuki dirinya sendiri karena telah mempercayai Damar.“Mahesa. Namanya Mahesa Giandra.” Shanna menjawab asal dengan menyebutkan nama tengah Damar dan nama belakang Adara, asisten pribadi Damar. “Mereka tinggal di Surabaya.”Dalam hati, Shanna merepalkan doa supaya Ansel tidak mencari tahu nama dan tempat tinggal yang baru saja dia sebutkan secara asal. Kalau tidak, maka tamatlah riawayatnya. Ansel pasti marah dan kecewa kalau tahu dirinya telah berbohong.“Maafkan aku, Sel. Aku benar-benar nggak bermaksud untuk memberimu harapan palsu. Sebenarnya aku sendiri nggak tahu kalau baba sudah menjodohkanku. Walaupun sekarang sudah zaman modern dan aku bisa aja menolak, tapi aku nggak bisa menolaknya. Aku memiliki hutang budi dan nyawa pada babaku. Kalau bukan karena baba yang mengadopsiku, mungkin aku nggak akan berada di sini saat
Damar yang menyadarinya, menatap Shanna dengan senyum kecil. Damar meletakkan tangannya yang lain di atas tangan mereka yang bertaut.“Belum. Tapi aku pasti akan memberitahu mereka,” ucap Damar tenang seraya menatap sang sahabat, berbeda dengan perasaan Shanna yang saat ini tengah campur aduk.“Semoga saja mereka bisa menerima hubungan kalian,” ucap Galang lemah.Shanna berharap apa yang diucapkan Galang bisa menjadi kenyataan. Namun, mengingat betapa buruknya hubungan mereka, lebih tepatnya antara dirinya dengan keluarga ayahnya itu, rasanya sangat sulit untuk mendapatkan restu mereka.“Mereka mau menerima atau tidak, merestui atau tidak, aku tidak peduli. Ini hidupku, aku sendiri yang menentukannya. Mereka tidak berhak mengatur kehidupanku.”Untuk sesaat suasana menjadi sedikit berat, tetapi dengan cepat Galang mengubah topik obrolan. Mereka mengobrol santai sesaat sebelum akhirnya Galang pamit pergi karena tidak ingin mengganggu pekerjaan Damar.“Kamu jangan memikirkan hal yang maca
Shanna hanya bisa menundukkan pandangannya mendengar kemarahan pamannya. Meski sudah menduga akan terjadi seperti ini, tetap saja perasaan takut merasuki dirinya kala berhadapan dengan kemarahan Darian.Shanna tersentak ketika tangan besar Damar menggenggam tangannya yang mulai berkeringat dingin. Dia mengangkat kepalanya dan menatap Damar yang menatap Darian tanpa ada perubahan ekspresi apa pun di wajahnya.“Dia memang anakku. Tapi dia anak angkatku. Dan tidak ada larangan ayah angkat menikahi anak angkatnya.” Damar berkata santai, tidak sedikit pun tersulut amarah mendengarkan ucapan Darian.“Dengar, Damar, selama ini, dengan kamu mengangkat dia sebagai anakmu padahal kamu sendiri belum menikah, itu sudah merupakan aib bagi keluarga kita. Keluarga Adipramana. Apalagi sekarang kamu ingin menikahinya? Apa kamu ingin membuat keluarga kita dipermalukan dan ditertawakan oleh orang lain hingga tujuh turunan?” Darian masih berkata dengan nada tinggi karena amarah.“Aku tidak peduli apa kata
Suasana pesta ulang tahun pernikahan pasangan Galang dan Devara begitu mewah dan elegan.Shanna menatap orang-orang yang ada di acara itu dengan tatapan malas. Pasalnya dia memang tidak suka dengan keramaian. Sayangnya ini adalah acara sahabat baik ayahnya, sehingga mau tidak mau dia harus bertahan hingga acara selesai.Galang menghampiri meja mereka dengan senyum lebar dan berkata, “Dam, ayo ikut aku sebentar. Aku akan memperkenalkanmu dengan pengusaha real estate yang kubicarakan dua minggu yang lalu denganmu.”“Sayang, kamu tunggu di sini, ya. Baba pergi sebentar.” Damar berpesan sebelum mengikuti Galang.Shanna hanya bisa mengangguk dan menatap kepergian dua orang itu dengan tatapan malas. Inilah salah satu alasan terbesarnya kenapa dia tidak suka acara pesta. Dirinya akan menjadi orang asing. Sebab semua orang di sekitarnya adalah para pebisnis dan yang mereka bicarakan tidak pernah jauh-jauh dari kata pekerjaan.“Aku dengar Nadia akan bercerai dengan suaminya.”Shanna tidak senga
Sebuah mobil berhenti tepat di belakang Shanna yang baru saja membuka pintu pagar rumah. Keningnya berkerut dalam ketika mengenali mobil itu adalah milik Diana. Tidak biasanya Diana berkunjung ke rumah mereka di saat tidak ada Damar. Biasanya Diana akan berkunjung pada malam hari atau saat Damar berada di rumah.Firasat buruk tiba-tiba menghampiri Shanna. Dia yakin kedatangan Diana pasti memiliki tujuan yang tidak baik terhadapnya. Dan benar saja. Setelah dirinya mempersilakan Diana masuk, wanita itu tanpa berbasa-basi memintanya untuk meninggalkan Damar.Namun, yang menjadi pertanyaan di benak Shanna, kenapa baru sekarang Diana menemuinya? Kenapa tidak lima hari yang lalu, setelah mereka pulang dari kediaman utama Adipramana?“Maaf, Bibi, sayangnya aku nggak bisa mengabulkan keinginan bibi. Terserah bibi ingin merendahkan atau menghinaku seperti apa pun yang bibi mau. Aku nggak peduli. Tapi yang jelas, aku nggak akan pernah meninggalkan baba. Lagian bukankah baba sudah memutus hubunga
Tidak ada maksud Shanna untuk berbohong kepada Damar. Dia hanya tidak ingin menambah beban pikiran pria itu. Shanna tahu Damar juga pasti memiliki banyak pekerjaan di kantornya.Untuk masalah Diana, Shanna yakin dirinya bisa menangani wanita itu seorang diri. Kalaupun tidak bisa, dia bisa meminta bantuan sahabat-sahabatnya.“Tidak apa-apa. Baba hanya takut dia akan menemuimu dan memintamu untuk meninggalkan baba,” ucapan Damar sukses membuat pikiran Shanna kembali mengingat kejadian tadi siang bersama Diana.“Baba tenang aja. Bibi nggak ada datang menemuiku. Kalau Bibi datang, aku pasti akan memberi tahu baba.” Shanna mencoba untuk meyakinkan Damar.“Syukurlah kalau begitu.” Damar terdengar menghela napas pelan. Dia harus mengikuti permainan Shanna. Dia ingin tahu sampai sejauh mana Shanna akan berbohong padannya.“Soalnya tadi pagi bibimu datang ke kantor baba. Dia masih membahas mengenai hubungan kita,” lanjut Damar sambil melirik Shanna. “Dia meminta baba mengakhiri hubungan kita. K
Shanna mengikuti Viona yang menunjuk ke arah luar. Matanya membulat sempurna ketika melihat Helia berdiri di parkiran, di dekat sebuah mobil sedan berwarna biru. Tidak menyangka Helia begitu gigih untuk bisa bertemu dengan Nadia.Kedua sudut bibir Shanna terangkat sedikit, sangat samar hingga tidak ada yang bisa melihat senyumnya.Kening Viona berkerut. “Untuk apa dia di sini?”“Entahlah, aku nggak tahu, Vi,” jawab Shanna berbohong.Shanna sangat yakin kehadiran Helia pasti ada hubungannya dengan Nadia. Namun, Shanna tidak menemukan sosok wanita itu saat mengedarkan pandangan ke segala arah.‘Di mana wanita itu?’ pikir Shanna penasaran dengan keberadaan Nadia.“Ada apa, Shan?” tanya Devara yang membuat Shanna terkejut dan refleks menatap Devara dengan senyum kecil.“Nggak ada apa-apa, Tante.” Shanna menjawab cepat. “Cuma sedikit heran aja, kenapa restoran ini sepi sekali. Padahal sekarang sudah waktunya makan siang.”“Mungkin mereka banyak yang memilih makan di lantai atas,” ucap Kayra
Shanna dan Viona pun pergi ke lantai atas, di mana lantai atas merupakan pusat jajanan serba ada.“Kalau aku melihatnya lagi, aku benar-benar nggak akan melepaskan Helia,” ucap Viona masih dengan kekesalan yang kentara karena tidak berhasil bertatap muka dengan Helia.“Kamu sudah tahu identitas wanita itu?” tanya Shanna berpura-pura tidak tahu. Dia ingin tahu sejauh mana Viona mengetahui identitas Helia.“Oh, aku lupa memberi tahumu. Kemarin orang yang kupinta untuk mencari tahu mengenai gadis itu memberikan informasinya padaku. Gadis itu namanya Helia Danastri. Dia yatim piatu. Dibesarkan di panti asuhan di pinggiran kota.”Viona pun dengan semangat membara memberi tahu Shanna mengenai Helia. Shanna bersyukur informasi yang didapatkan Viona hanyalah informasi umum. Dia tidak tahu apa yang akan ketiga temannya lakukan kalau mengetahui identitas Helia yang sebenarnya.“Apa aku harus memenuinya langsung ke rumahnya, ya?” celetuk Viona tiba-tiba.“Nggak perlu, Vi.” Shanna menjawab cepat.
Shanna dan Kayra adalah orang yang paling pendiam di acara makan siang itu. Shanna hanya membuka suara saat ada yang bertanya. Berbeda dengan Devara yang berbaur bersama teman-temannya. Senyum dan tawa renyahnya tidak pernah berhenti.Shanna merasa waktu berjalan begitu lambat. Acara berakhir saat Shanna berada di ujung rasa bosannya.Shanna menghela napas lega begitu mereka berada di dalam mobil.“Maaf kalau membuatmu tidak nyaman.” Devara menggenggam tangan Shanna. Penyesalan dan rasa bersalah terdengar jelas pada nada bicaranya.Shanna tersenyum kecil. “Nggak apa-apa, Tante. Mungkin memang aku aja yang masih belum bisa beradaptasi. Jadi tante nggak perlu mengkhawatirkanku.”“Kalau misalnya tante mengajakmu untuk berkumpul dengan mereka lagi, kamu mau ikut lagi, ‘kan?”Tubuh Shanna sedikit tegang. Ekspresinya pune berubah.“Tante hanya bercanda.” Devara tertawa pelan. “Tante tahu kamu tidak nyaman bersama mereka. Jadi tidak mungkin tante mengajakmu untuk bertemu mereka lagi.”Seketik
Pukul enam sore, Shanna dan Ardo meninggalkan rumah menuju kediaman Hattala. Tadi sore Devara meneleponnya, mengundangnya untuk makan malam bersama di kediaman Hattala.Sudah lama Shanna tidak berkujung ke kediaman Hattala, sehingga saat dirinya tiba, Shanna langsung disambut dengan antusias oleh keluarga Hattala, terutama oleh anak-anak Galang dan Devara. Sama seperti Galang yang menganggap Shanna seperti anaknya, Shanna pun menganggap kedua anak Galang seperti keponakannya sendiri.“Kenapa kamu tidak bilang kalau Damar ke luar kota?” Devara menatap Shanna dengan ekspresi kesal. “Seharusnya kamu bilang. Atau kalau tidak, kamu bisa bermain ke sini.”“Benar.” Galang ikut menyahuti. “Kalau tadi aku tidak menelepon Damar untuk mengundangnya makan malam, aku tidak akan tahu kalau dia ke luar kota. Apalagi Damar sudah hampir tiga minggu di luar kota.”Shanna tersenyum canggung. “Aku nggak mau membuat Tante dan om khawatir. Lagian ada Kak Ardo yang menemaniku di rumah.”Galang menghela napas
Beberapa hari berlalu, Helia rutin datang ke rumah Nadia. Sayangnya wanita itu tidak pernah bisa menemui Nadia.Tidak hanya Ardo yang memberi laporan seperti itu kepada Shanna. Ketiga sahabatnya pun mengatakan hal yang sama mengenai Helia yang selalu mendatangi rumah Nadia belakangan ini.“Aku benar-benar penasaran dengan tujuan wanita itu mendatangi rumah Nadia.” Viona meletakkan gelas minumnya. Rasa penasaran kentara pada nada bicaranya.“Sepertinya kita harus menyelidiki wanita itu juga,” usul Neila. “Aku yakin pasti ada sesuatu. Nggak mungkin wanita itu akan menemui Nadia tanpa memiliki maksud tertentu.”“Ya, kamu benar, Nei.” Viona setuju dengan usulan Neila. “Nanti aku akan meminta orang untuk menyelidikinya juga.”“Tapi aku benar-benar salut pada wanita ular itu,” ucap Neila kesal. “Sudah lama kita mengawasinya, tapi kita masih belum bisa menemukan kelemahannya.”“Kamu benar. Apa mungkin orang yang kita sewa itu nggak kompeten?” Viona berkata dengan sedikit ragu.“Nggak mungkin.
Pagi-pagi sekali Shannna sudah bersiap. Dia berdiri di depan cermin, memandangi penampilannya. Dadanya berdebar kencang. Hari ini adalah sidang skripsinya. Shanna yakin dia bisa menyelesaikan ujian dengan baik, tetapi tidak dapat dipungkiri kalau dia gugup menghadapi sidang.“Halo, Ba?” Shanna menerima panggilan telepon dari Damar dengan antusias.“Halo, Sayang. Kamu sudah sarapan?”“Sudah, Ba. Ini, sekarang aku sudah siap-siap untuk berangkat ke kampus. Baba sudah sarapan?” jawab sekaligus tanya Shanna.Dua hari yang lalu, Damar mendadak izin pergi ke luar kota. Ada masalah pada perusahaan cabang yang mengharuskan Damar untuk datang langsung. Shanna tidak tahu kapan Damar akan kembali. Pria itu tidak mengatakan apa-apa. Hanya mengingatkannya untuk behati-hati dan menjaga diri dengan baik selama di rumah.“Belum. Sebentar lagi aku akan sarapan. Hati-hati di jalan, Sayang. Dan semoga sukses.”“Iya, Ba. Baba jaga kesehatan. Nanti aku telepon lagi kalau sudah selesai sidang.”“Ya.”Setela
Shanna benar-benar bahagia. Akhirnya dia memiliki senjata mematikan untuk membalas Nadia. Dia benar-benar tidak menyangka Nadia memiliki rahasia kelam. Rahasia yang tidak diketahui oleh satu orang pun. Termasuk orang tuanya.Shanna tidak bisa menahan senyum lebarnya saat membayangkan bagaimana reaksi publik saat mengetahuinya. Shanna tidak sabar ingin melihat bagaimana reaksi Nadia kalau semua rahasia kelamnya terekspos. Dia yakin Nadia tidak akan berani menampakkan diri untuk selamanya. Membayangkannya saja Shanna sudah sangat bahagia dan tidak sabar menanti semua itu terjadi.“Baba!” seru Shanna saat mengingat sesuatu, bergegas dia meninggalkan kamar dan menuju dapur.“Oh, kamu datang. Aku baru saja mau memanggilmu untuk sarapan,” ucap Damar seraya meletakkan masakan terakhirnya di meja makan.“Hm!”Shanna menuju meja makan. tatapannya tidak lepas dari wajah Damar.“Ada apa?” tanya Damar karena Shanna yang terus menatapnya.“Ba, apa baba sudah membaca berkas itu?”“Ya, tentu.” Damar
Damar membuka mulutnya, tetapi kemudian tersenyum kecil ketika mendengar perut Shanna berbunyi. Lumayan keras hingga semua orang di sana dapat mendengarnya.Shanna menunduk malu sembari merutuk dalam hati. Bisa-bisanya perutnya berbunyi begitu keras di hadapan banyak orang. Namun, dia juga tidak bisa mengendalikan perutnya yang memang lapar akibat aktivitas mereka tadi siang.“Lebih baik kita makan dulu, setelah itu kamu bisa membaca itu nanti,” ucap Damar agar semua perhatian orang beralih dari Shanna.Shanna menurut meski penasaran dengan isi amplop itu.“Ba, apa baba yang menghapus semua videoku yang beredar di internet?” tanya Shanna di sela-sela makannya.“Ya. Aku tidak mungkin tidak melakukan apa-apa saat ada skandal mengenai dirimu.” Damar menatap Shanna. “Tidak perlu membahasnya lagi. Lebih baik sekarang makan yang banyak.” Damar mendekatkan diri kepada Shanna dan berbisik. “Supaya kamu memiliki tenaga untuk kita bermain lagi nanti malam.”Shanna refleks menginjang kaki Damar.
Kedatangan kedua sahabatnya membuat Shanna melupakan skandalnya.Sesuai janjinya, Deva datang ke rumah Shanna tepat pukul sepuluh pagi. Pria itu pun langsung menanyakan pertanyaan yang sama seperti yang Viona dan Neila ajukan kepada Shanna. Dan Shanna pun kembali menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.“Wanita itu memang harus dibuat jera, biar nggak membuat onar seenak jidatnya aja,” komentar Deva. Pemuda itu menatap Shanna lekat-lekat. “Lebih baik untuk sekarang kamu jangan bermain internet dan media sosial.”Shanna mengangguk. “Ya.”Deva tinggal selama beberpa lama sebelum akhirnya pamit pulang. Itu karena banyak pekerjaan yang masih harus dikerjakannya. Begitu pula dengan Viona dan Neila. Mereka berdua pun pulang setelah makan siang bersama.Tepat setelah Viona dan Neila meninggalkan rumah, Devara menelepon Shanna dan menanyakan kondisi Shanna saat ini.“Aku baik-baik aja, Tante. Tante nggak perlu khawatir.” Shanna berusaha menenangkan Devara yang terdengar khawatir.Terdengar De