Pagi berikutnya, Beverley bangun kesiangan gara-gara semalam tidur terlalu larut. Dia segera bersiap-siap untuk pergi bekerja. Saat sedang memasukkan peralatan make up ke dalam tas, Brent bangun.Pria itu mengerutkan kening saat melihat Beverley sibuk. Ini adalah akhir pekan. Kenapa wanita itu masih harus berangkat bekerja?“Apa kau bisa pulang lebih awal?”“Kenapa?” Beverley bertanya sambil memakai sepatu hak tingginya. “Aku tidak bisa pulang lebih awal kecuali ada hal mendesak.”Brent mendengkus mendengar itu. Tiba-tiba dia teringat sesuatu. “Evelyn akan segera menikah dan berhenti bekerja. Jika kau mau aku bisa membiarkanmu menggantikan posisinya,” katanya.“Menjadi sekretarismu?” Beverley tertawa geli. “Aku sudah melihatmu di rumah dan aku harus melihatmu juga seharian di kantor? Astaga. Aku tidak bisa membayangkan bertemu denganmu siang dan malam.”Pria itu menatap Beverley dengan datar. Namun, wanita itu tidak memerhatikannya. “Aku akan berangkat sekarang,” katanya.“Aku akan me
Beverley meneguk air dengan tangan gemetar. Dia tidak pernah berpikir bahwa Chris akan datang menemuinya. Itu membuatnya merasa khawatir.“Bagaimana jika dia datang lagi? Apa yang dia inginkan?"Dia meneguk airnya lagi dan kemudian menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. “Mungkin itu hanya pemikiranku yang berlebihan. Chris tidak akan berani melakukan apa pun di sini,” gumamnya.Akhirnya, dia keluar dari ruangan kantornya. Saat sedang melewati meja kasir, Ciara tiba-tiba memanggilnya. "Bu, apakah kau baik-baik saja?" dia bertanya.Beverly menggelengkan kepalanya. "Menurutmu aku tidak baik-baik saja?"Ciara berdehem. Dia berkata dengan ragu-ragu, “Sepertinya kau bertengkar dengan Tuan Oliver. Saya melihat pria itu keluar dari kafe dengan ekspresi yang tidak menyenangkan.”“Ciara, dia bukan ....” Beverley ingin menjelaskan tetapi kemudian membatalkan kata-katanya. Dia tidak mungkin memberi tahu orang lain bahwa orang yang baru saja datang menemuinya bukanlah Brent.Keluarga Ol
Brent menjadi ketagihan menggoda dan merayu Beverley. Sepanjang makan malam, dia selalu melakukannya, membuat wajah wanita itu memerah karena malu. Beverley menjadi kesal padanya.“Lupakan saja! Aku tidak jadi pergi ke supermarket!” gerutu Beverley setelah mereka keluar dari restoran. Dia menepis tangan Brent yang menggenggam tangannya lalu berjalan cepat ke mobil, meninggalkan pria itu di belakang.“Kenapa? Apa kau tidak sabar naik ke tempat tidur bersamaku?” Langkah kaki Brent berhenti, dia tidak mengejarnya.“Brent, berhentilah menggodaku!” seru Beverley dengan jengkel. Dia membuka pintu mobil, tapi itu masih terkunci. Pria itu menatapnya sambil menyeringai, membuatnya semakin kesal. “Mr. Oliver!”Tiba-tiba Brent mendekat dan mendorong punggung Beverley bersandar ke pintu mobil. Tangan kanannya bertumpu di sisi kepala wanita itu. Tangan kirinya menyisir rambut cokelat panjangnya, dan meremasnya.Tatapan Brent jatuh ke mata Beverley dengan begitu dalam, seolah menyelam ke dasar hati
Di sore harinya, Mr. Davis dan Beverley mengadakan pertemuan di sebuah restoran terkenal. Mereka sibuk mendiskusikan kerja sama mereka secara lebih rinci.Setelah beberapa saat, mereka akhirnya mencapai banyak kesepakatan. Beverley tersenyum bahagia karena Mr. Davis adalah orang yang sangat baik dan masuk akal. Dia bahkan tidak perlu membuat penawaran apa pun."Kapan menurutmu kamu akan siap?" Mr. Davis bertanya sambil melihat wanita di seberangnya."Kapan pun. Tapi tolong jangan beri kami acara-acara besar. Aku perlu melihat apakah staf-stafku dapat menanganinya," jawab Beverley dengan serius."Tentu saja. Aku akan membiarkan asistenku mengirimikan jadwal pada hari Senin—ah, Selasa. Bukankah kalian tutup pada hari Senin?Beverley tersenyum dan mengangguk. "Itu benar. Terima kasih atas pengertianmu, Mr. Davis."Tuan Davis terkekeh. “Jangan sungkan. Kalau begitu, pertemuan hari ini selesai. Apa kau ingin makan siang di sini juga?Pertanyaan sekaligus ajakan itu membuat Beverley sedikit
Brent mengemudikan mobilnya dengan sangat cepat. Dia merutuki Chris di sepanjang jalan. Perasaannya benar-benar marah ketika memikirkan saudaranya itu mencoba menemui dan mengganggu istrinya setelah semua hal buruk yang telah dia lakukan kepadanya.Ketika mobilnya memasuki halaman kafe, dia akhirnya melihat Chris sedang berdiri di luar pintu masuk. Pria berambut cokelat itu sedang mengetuk-ngetuk pintu kaca sambil cengengesan.“Memang dia. Berani-beraninya!” Brent mematikan mesin mobilnya. Namun, belum sempat dia turun, Chris sudah menyadari kedatangannya. Pria itu tertawa dan segera melarikan diri dengan mobil yang diparkir cukup jauh dari sana.“Brengsek!” Brent merutuk, tapi dia tidak mengejarnya. Ini sudah malam, dia tidak ingin membuat keributan di luar dan menarik perhatian banyak orang. Lagi pula, Beverley lebih membutuhkannya.Dengan cepat Brent berlari mendekati pintu masuk dan berteriak, “Beverley, ini aku!”Tidak ada suara sautan dari dalam. Brent mengintip dari pintu kaca,
Sementara itu, Beverley baru selesai mengganti pakaiannya. Dia mengikat rambutnya lalu duduk di depan meja rias. Tatapannya mungkin tertuju pada wajahnya yang terpantul di cermin, tapi pikirannya terbang jauh.Dia tidak bisa mengabaikan Brent. Hatinya tidak tenang dan akan merasa bersalah jika berpura-pura bodoh pada apa yang pria itu harapkan. Lalu apa yang harus dia lakukan?Beverley mengambil krim wajahnya sambil melamun memikirkan Brent. Pria itu dulu memperlakukannya dengan buruk, tapi sekarang tidak lagi. Dia begitu baik dan peduli padanya. Sikapnya menjadi lebih lembut dan hangat.Bahkan untuk orang yang sulit ditaklukkan seperti Beverley, hatinya tetap merasa luluh. Brent mungkin bukan pria humoris yang murah senyum dan membuatnya tertawa. Tapi entah kenapa dia menyukainya.Ya benar. Beverley menyukai Brent. Tapi dia takut untuk menyerahkan hati dan cintanya kepadanya. Bisakah dia memercayai pria itu?“Ya Tuhan ….” Beverley menghela napas panjang setelah mengaplikasikan krim m
“Aku mencintaimu, Beverley, dan aku menyesal telah terlambat bertemu denganmu,” bisik Brent.Beverley tidak bisa tidak tersenyum. Dia semakin mengeratkan pelukannya. “Kau berpaling dari Natalie dengan begitu cepat. Bagaimana jika kau juga berpaling dariku dengan mudah?”Brent melepaskan pelukan wanita itu. Dia menatap matanya dalam-dalam. Hatinya begitu bahagia karena Beverley mau menerimanya, tapi dia juga khawatir wanita itu masih belum yakin.“Aku bisa berpaling dan meninggalkannya. Tapi kau bukan dia.”Natalie bukan Beverley, dan Beverley bukan Natalie. Bahkan untuk hubungan yang tidak waras itu dia bisa menjalaninya selama bertahun-tahun. Jika dia memiliki wanita sebaik Beverley, dia bersumpah akan menjalaninya hingga sepanjang sisa hidupnya.“Jadi, kau tidak akan meninggalkanku?” Beverley menangkupkan kedua tangannya di rahang Brent. Jarak mereka begitu dekat. Dia bahkan bisa merasakan napas hangatnya. Pandangannya tidak bisa tidak tertarik pada bibir pria itu yang seksi.Napas
“Dengan senang hati.”Brent mengecup kening Beverley. Dia mengusap miliknya di permukaan Beverley hingga beberapa kali. Wanita itu mengerang tertahan. Matanya menatapnya dengan penuh damba.Dia bersumpah Beverley terlihat begitu cantik saat itu. Mulutnya terbuka dengan lemah. Ekspresi dan sorot matanya begitu menunjukkan kehausannya. Brent menjadi semakin ingin memilikinya.Perlahan, dia mulai mengarahkan miliknya ke dalam sana. Brent tidak yakin itu akan langsung berhasil. Dia justru takut itu akan melukai Beverley.“Jika sakit, katakan padaku,” bisiknya.Beverley mengangguk pelan. Jantungnya terus berdetak cepat. Tangannya mulai berkeringat dingin. Dia memejamkan matanya lalu merasakan sesuatu yang besar dan keras mencoba menembusnya.Itu terasa aneh. Rasa sakit langsung menyerang bagian bawahnya. Awalnya tidak begitu jelas, tapi kemudian itu menjadi lebih intens. Dia menggigit bibirnya untuk menahan rasa sakit itu. Pria itu tidak mungkin salah sasaran, kan?Brent mencoba mendorong
Brent dan rekan-rekannya berhasil mengumpulkan bukti-bukti kejahatan Natalie dalam waktu tiga hari yang singkat. Mereka menyerahkannya kepada pihak kepolisian hingga akhirnya penangkapan pun dilakukan.Beverley ikut dalam penangkapan itu. Pada awalnya Brent melarangnya, tapi dia bersikeras ingin ikut. Dia ingin melihat apakah Natalie akan mengakui kejahatannya.“Dia memiliki niat untuk mencelakaimu, Sayang,” ucap Brent saat mobil yang mereka tumpangi sampai di apartemen Natalie. Dia menatap istrinya itu dengan lembut. “Jangan sampai dia melakukannya lagi.”“Jangan khawatir, Brent. Dia tidak akan melakukannya karena kita datang bersama petugas polisi.”Brent akhirnya mencium keningnya dengan penuh cinta. “Baiklah. Ayo turun.” Dia membuka pintu lalu menuntun Beverley keluar dari mobil.Beverley tertawa kecil. Sejak mengetahui kehamilannya, sikap Brent menjadi lebih lembut padanya. Pria itu juga akan mengabulkan apa pun keinginannya. Dia begitu manis dan penuh kasih sayang.Para petugas
Kematian Chris merupakan pukulan berat untuk Brent dan Michael. Chris telah banyak merugikan mereka dan menyebabkan banyak masalah untuk keluarga. Namun, mereka sama sekali tidak menginginkan kematiannya.Berhari-hari setelah proses pemakaman dilakukan, Brent menjadi sangat sibuk. Dia berjuang untuk menyelidiki siapa yang telah mendalangi kecelakaan itu. Pihak kepolisian melakukan penyelidikan, tapi dia tidak bisa hanya mengandalkan mereka.Karena masalah itu, waktunya untuk Beverley juga berkurang banyak. Wanita itu memakluminya. Namun, dia menjadi penasaran seserius apa masalahnya.Hampir tengah malam, Brent belum naik ke kamar tidur padahal dia sudah pulang dari kantor. Beverley menuruni tangga dengan hati-hati. Tidak ada seorang pun yang terlihat di mansion itu. Para pelayan sudah beristirahat.Dia mengintip ke luar halaman dan melihat mobil Ryan parkir di sana. ‘Mereka masih ada di sini,’ batin Beverley.Dengan hati-hati dia melangkah mendekati ruang baca yang jarang digunakan. I
Air mata menetes di wajah Brent. Dia langsung berbalik lalu memeluk Beverley. Tubuhnya gemetar dan dia menangis dalam diam.Beverley memeluk pria itu dengan erat. Dia mengerti kesedihannya. Brent biasanya terlihat begitu membenci Chris. Namun, pria itu selalu melindunginya.Semarah apa pun Brent, dia tidak pernah bertindak kejam atau terlalu jauh pada Chris. Ancaman-ancaman yang keluar dari mulutnya hanya kata-kata yang tidak sungguh-sungguh dia lakukan. Pria itu diam-diam selalu menyayangi saudaranya. Atau dia tidak pernah menyadarinya.“Aku tidak buru-buru untuk berdamai dengan dia. Kupikir … masih ada banyak waktu yang tersisa,” bisik Brent dengan mata terpejam.“Seharusnya aku tidak pergi ke New York. Itu pastilah tanda-tandanya," gumamnya.Beverley mengusap punggung Brent dengan lembut. Telapak tangannya merasakan jejak kain melintang di punggungnya. Keningnya berkerut dalam. Apakah yang Chris katakan benar? Dia mencoba mengesampingkan hal itu sementara.“Brent, bahkan jika kau t
Tubuh Chris tergeletak di tengah jalan. Darah segar mengalir dari kepalanya. Wajahnya bersimbah darah. Dia berdiam dan tak bergerak.Beverley gemetaran melihat apa yang baru saja terjadi. Wajahnya pucat pasi. “Tidak. Tidak. Chris, apa kau baik-baik saja?!”Dia mencoba berdiri, tapi kakinya sakit dan lemah. Perut dan kepalanya juga sakit. Dengan panik dia merangkak mendekati pria itu.Chris tersedak dan kehabisan napas. Beverley langsung menangis setelah melihat betapa buruknya kondisinya. Dia segera memegang tangannya.“Chris, aku akan memanggil bantuan. Tolong bertahanlah,” pintanya dengan suara bergetar. Dia segera mengambil ponselnya tapi Chris mencengkeram tangannya.“Beverley ….” Chris memanggilnya dengan lemah.“Jangan katakan sesuatu dulu, kumohon.” Beverley sambil menangis mencoba mengendalikan tangannya yang gemetar. Dia menekan nomor 911 dengan panik.“Maafkan aku … Bev,” bisik Chris dengan susah payah. Dia merasa tubuhnya melayang semakin tinggi. Dadanya sesak. Rasa sakit m
Upacara pemakaman untuk Emma dilakukan dengan cepat. James dan Beverley sepakat untuk membuat semuanya sederhana dan tidak mencolok. Mereka juga tidak mengundang banyak orang.Pemakaman itu dilakukan sehari kemudian. Beverley berdiri di belakang ayahnya yang berjongkok di dekat batu nisan. Upacara pemakaman itu sudah selesai. Orang-orang yang datang sebagian sudah pergi.Michael menghampiri Beverley. Pria tua itu menepuk pundaknya dan berbisik, “Brent seharusnya akan segera tiba di LA. Anak itu benar-benar ….”Beverley menggeleng dan tersenyum. “Dia mengalami beberapa kendala yang membuatnya tertunda. Tidak apa-apa. Lagi pula dia berada di negara bagian lain. Perjalanan pulang akan memakan waktu berjam-jam.”Kemarin Brent bilang akan segera pulang setelah rapat selesai. Namun, pria itu mengaku menemukan masalah serius yang mustahil untuk ditinggalkan. Akhirnya dia baru bisa kembali hari ini.“Aku senang karena kau memakluminya. Setelah Brent tiba di mansion nanti, aku akan langsung me
Keesokan harinya, sesuatu yang mengejutkan tiba-tiba terjadi. Pagi itu Beverley baru sampai di kafe Katy. Ponselnya berdering. Ada panggilan masuk dari James.“Sangat jarang James meneleponku,” gumamnya. Dia segera menjawab telepon itu. “Halo, Ayah.”Suara tangisan James tiba-tiba memasuki telinga Beverley. Pria itu tidak mengatakan apa-apa dan itu membuatnya khawatir. “Ayah, ada apa? Kenapa kau menangis?”James terisak. “Emma ….”“Kenapa dengan Emma?” Beverley segera berdiri dari kursi. Perasaannya menjadi tidak tenang. Apa sesuatu yang buruk telah terjadi?“Dia mengonsumsi begitu banyak obat-obatan terlarang. Dia overdosis, Bev,” bisik James dengan suara lemah.Beverley menggeleng tidak percaya. “Bagaimana … bagaimana mungkin?”Suara isak tangis James kembali terdengar bersama dengan suara keributan beberapa orang. Ada banyak orang di tempat di mana pria itu berada. Dan itu semakin membuat Beverley khwatir.“Ayah, di mana Ayah sekarang? Aku akan segera ke sana.”“Datanglah ke rumah,
Pagi itu Beverley bangun dengan tubuh pegal-pegal. Sebuah tangan kekar melingkar di pinggangnya. Dia mengusap lembut dada Brent yang menjadi bantalnya, lalu menghela napas.Hari ini pria itu akan pergi ke New York seperti biasa. Itu akan memakan waktu beberapa hari. Jadi mereka telah menghabiskan malam yang panas sebelum berpisah.“Aku tidak mau pergi,” bisik Brent dengan mata terpejam. Suaranya masih serak karena baru bangun tidur. Belaian di dadanyalah yang telah membangunkannya.“Kenapa?”“Mungkin karena aku tidak mau berpisah denganmu. Apa kau mau ikut?”Beverley mendesah. “Masih banyak pekerjaan yang harus aku lakukan, Brent. Kau tahu aku sangat sibuk akhir-akhir ini,” jawabnya sambil mendengarkan detak jantung Brent.“Ya. Kau bahkan menjadi lebih kurus.” Brent mengusap punggung istrinya. “Jangan terlalu lelah, Sayang. Kau makan dengan baik, kan?”Beverley mengangguk. Sebenarnya dia merasa lelah. Tubuhnya terasa lebih lelah dari biasanya. Mungkin karena sekarang pekerjaannya dua
Brent tidak bisa berkata-kata. Tanggapan Beverley benar-benar di luar dugaannya. Wanita itu sama sekali tidak marah atau berpikir negatif padanya. Dia justru peduli pada Brent yang tidak nyaman dengan tindakan Natalie.“Sayang, kau memang tampan. Sangat wajar jika ada wanita yang terobsesi denganmu. Apa kau takut, hm?” Beverley mengusap kepala Brent seperti seorang ibu yang sedang memedulikan anaknya. “Tenang saja. Aku tidak akan membiarkan seseorang melecehkanmu lagi.”“.…”Brent tidak tahu apakah harus tertawa. Dia menahan senyumnya. Hatinya merasa hangat dengan perlakuan Beverley. Tanpa mengatakan apa-apa dia langsung mencium bibirnya dengan lembut.Natalie yang melihat itu menjadi cemburu. Dia kesal setengah mati. Siapa yang tahu ternyata Beverley tidak terpancing olehnya? Wanita itu justru begitu melindungi Brent!Kemudian Beverley melepaskan ciuman Brent. Dia tertawa kecil lalu berbalik menatap Natalie. Eskpresinya berubah menjadi dingin. Tatapannya tajam.“Apa kau belum puas me
Beverley menggigit bibirnya ketika tangan Brent mengusap celana dalamnya. “Kau sudah basah, Sayang,” bisik pria itu penuh kepuasan. Beverley hanya bisa menahan rasa malu.Tangan Brent menekan titik sensitifnya dari luar celana dalam. Beverley langsung mencengkeram paha pria itu. “Brent, aku takut keluar di sini,” desisnya dengan khawatir.Pria itu mencium pipinya dengan lembut. “Aku akan bertanggung jawab.”Celana pendek Beverley terbuat dari bahan katun sehingga itu mempermudah Brent untuk bertindak lebih jauh. Jari-jarinya menyusup masuk ke celana dalamnya. Dia akhirnya menyentuh lubangnya yang basah.Tubuh wanita itu langsung gemetar ketika jari-jari Brent menggosok area itu. Beverley susah payah menahan erangannya. Dia menggigit jarinya agar tidak ada suara yang keluar.Brent terkikik. Beverley menjadi kesal. “Untuk apa kau tertawa? Kau benar-benar menyiksaku!”“Menyiksamu?”“Ya-mmhh ….” Brent menggosok titik sensitifnya lagi dan tubuh Beverley langsung menegang. Kepalanya mendong