“Ayo coba lagi,” kata Brent tanpa mengalihkan perhatiannya dari wanita di depannya.Beverley menatap marah pada pria itu. Namun, sekarang mereka berada di tengah-tengah ruangan. Jika dia membuat keributan, itu akan menarik perhatian banyak orang.Akhirnya dia meletakkan tangannya lagi di pundak Brent. Dia menatap pria itu dengan tajam. “Jangan bermain-main, Brent,” ucapnya penuh peringatan.Kali ini Brent menjadi lebih serius. Dia menahan diri agar tidak melakukan sesuatu yang buruk pada Beverley.Mereka kembali berdansa mengikuti irama musik. Setelah melalui beberapa putaran akhirnya Beverley bisa menyeimbangi Brent. Dia merasa senang karena akhirnya bisa berdansa dengan cukup baik.Beberapa saat kemudian, acara dansa itu akhirnya selesai. Orang-orang menikmati anggur mereka sambil mengobrol dan bercanda. Beberapa orang juga menggunakan acara itu untuk membangun relasi bisnis.Sementara itu, Beverley kabur ke toilet setelah menyelesaikan dansanya dengan Brent. Dia tidak ingin Michael
Beverley bangun di pagi hari dengan kepala berdenyut. Dia memegang kepalanya sambil melihat ke sekeliling. Ingatan semalam ketika dia mabuk langsung membanjiri kepalanya.“ASTAGA!”Dia langsung menutup wajahnya dengan malu. Wajahnya berubah menjadi merah padam. Ingatan itu tidak begitu detail, tapi dia memang mengingat beberapa hal.Bagaimana dia bisa melakukan itu? Bagaimana dia bisa mencoba merobek dressnya di depan Brent, menuntun pria itu menyentuh payudaranya, dan bahkan dengan tangannya sendiri dia membuka ujung dressnya sampai memperlihatkan celana dalamnya!“Bodoh! Bodoh! Bodoh!”Beverley memukul kepalanya sendiri beberapa kali dengan marah. “Kenapa aku bisa melakukan itu? Kenapa aku harus mabuk? Kenapa aku harus …. Arrgghhh!”Dia menenggelamkan kepalanya ke dalam bantal. Selama ini dia selalu waspada kepada Brent, tapi semalam dia justru bertindak begitu berani. Bagaimana dia harus menghadapi Brent setelah ini?Tiba-tiba pintu kamar tidur itu dibuka dan Brent melangkah masuk.
Pagi ini Beverley sedang memasak di dapur bersama Bibi Daisy ketika tiba-tiba seseorang membunyikan bel rumah. “Siapa itu?” Dia bertanya dengan penasaran.Edward yang saat itu kebetulan baru turun dari lantai atas langsung pergi membukakan pintu depan. Ekspresinya berubah kaku ketika melihat siapa yang datang.“Di mana Brent?” tanya sang tamu.Pria tua itu menjawab dengan pelan, “Mr. Oliver belum turun, Miss Hale.”Natalie tersenyum. “Baiklah. Kalau begitu aku akan menemuinya di atas,” ucapnya sambil melangkah masuk. Wanita itu tidak membutuhkan persetujuan Edward karena dia sudah terbiasa keluar masuk rumah itu kapan pun dia mau.Kepala pelayan itu menghela napas sambil memerhatikan Natalie yang berjalan menaiki tangga. Setelah dia tak terlihat lagi, dia segera pergi ke dapur.“Wanita itu datang lagi,” katanya pada Bibi Daisy dan Beverley.“Siapa maksudmu, Edward?” Beverley segera bertanya.“Siapa lagi jika bukan Nona Hale?”Ekspresi Beverley langsung berubah ketika mendengar nama it
Beverley di depan meja rias menggerutu sambil mengaplikasikan bedak di wajahnya. Dia masih kesal dengan Natalie yang ingin menamparnya.“Apa hanya karena dia adalah seorang model lalu bisa seenaknya menyebut aku wanita rendahan?”“Jika tadi Brent tidak menghentikannya dan aku benar-benar ditampar, aku ingin sekali menampar balik wajahnya.”Dia tersenyum dingin. “Bisa menampar seorang model pasti akan sangat memuaskan.”Pada saat itu, tiba-tiba pintu kamar dibuka. Dia langsung menoleh dan melihat Brent berdiri di ambang pintu. Untuk apa pria itu datang ke sini?Dia mendengkus lalu mengabaikannya dan hanya melanjutkan kegiatan berdandannya dengan mengambil lip balm. Saat dia sedang memoleskan lip balm itu ke bibirnya, Brent tiba-tiba bertanya, “Apa kau masih sakit hati dengan kata-kata Natalie?”Beverley memutar bola matanya. “Menurutmu? Kekasihmu itu benar-benar hebat,” sindirnya.“Kau juga hebat karena mengintip dan menguping pertengkaran orang lain.” Brent balas menyindir yang langsu
“Beverley!”Beverley terkejut mendengar teriakan Brent yang seolah menariknya dari alam bawah sadar. Dia segera membuka matanya dan melihat pria itu duduk sambil menatapnya dengan tajam.“Ada apa?” dia bertanya dengan suara parau.“Apa masalahmu?” tanya Brent sambil menatap dadanya.Beverley langsung menyadari tangannya yang sedang menahan branya di balik kaus. Kedua matanya melebar. Dia segera menarik tangannya keluar. “Brent, aku….”“Kau berbalik ke kanan dan kiri, dan tidak bisa berhenti bergerak. Bagaimana kau pikir aku akan bisa tidur?”Beverley menggigit bibirnya dengan perasaan canggung. Biasanya dia tidur tanpa memakai bra. Bahkan jika dia memakainya, itu harus yang pas dengan ukuran buah dadanya.Malam ini dia memakai bra baru yang dibelikan oleh anak buah Brent ketika mereka menginap di Hawaii. Mereka memang membelikan dengan beberapa ukuran yang berbeda.Dia pikir kali ini juga muat karena sebelumnya dia tidak merasa terlalu kekecilan atau ketat. Tapi ternyata dia tidak bis
Brent menggertakkan giginya. Kemudian dia meletakkan tangan Beverley pada miliknya. Sentuhan itu terasa begitu hangat dan lembut.Dia membimbing tangan Beverley untuk bergerak memuaskannya. Wanita itu sangat kaku dan seperti jarang atau mungkin tidak pernah melakukannya. Ini membuatnya merasa senang.“Apa ini yang pertama untukmu?” dia bertanya sambil menahan geramannya.“Uhm… sebenarnya tidak. Maksudku, aku juga pernah menjadi gadis remaja yang bodoh,” ucap Beverley dengan malu.“Jadi seorang pria pernah membodohimu untuk memegang itu? Ohh, lebih cepat, Bev,” bisik Brent sambil menahan erangannya.Wajah Beverley memanas mendengar suara seksi Brent. Dia tidak bisa membayangkan ekspresinya saat ini. Mungkin pria itu akan terlihat sangat menggoda dan menggairahkan pada saat terbakar gairah seperti sekarang.Dia dengan canggung mempercepat gerakan tangannya. Brent menggeram merasakan kenikmatan yang menjalar ke saraf-saraf di tubuhnya. Tangannya meraba tubuh Beverley dan kembali meremas
Brent dan Beverley akhirnya sampai di gedung pesta pernikahan akan dilaksanakan. Itu benar-benar gedung yang besar dan mewah. Tamu-tamu yang datang semuanya berasal dari kalangan yang bergengsi.“Jangan jauh-jauh dariku,” bisik Brent pada Beverley. Dia menggandeng tangan wanita itu dengan mesra.Beverley mengangguk pelan sambil mencengkeram clutch bag-nya. Dia sudah mengembalikan jas Brent karena merasa penampilan pria itu terlalu kasual jika hanya menggunakan kemeja. Namun, itu sepertinya adalah sebuah kesalahan.Banyak tamu-tamu pria yang diam-diam memerhatikan Beverley dengan tatapan tidak senonoh. Mereka bukan hanya tertarik dengan statusnya sebagai istri Brent Oliver, tetapi juga dengan kecantikan dan kemolekan tubuhnya.Brent tidak buta dengan situasi itu. Dia mendengkus tidak senang dan menggerutu dalam hati. Tangannya dengan posesif langsung memeluk pinggangnya lebih dekat.Mereka berjalan menemui pasangan pengantin yang baru menjalani prosesi pernikahan tadi siang. Si pengant
“Apakah di sini?” Brent membelai bibir merah Beverley. Dari posisi yang dekat itu dia bisa mencium harum aroma sabun dari tubuhnya.“Tidak.” Beverley segera menangkap tangan pria itu. “Dia sepertinya membencimu,” ucapnya dengan lirih.“Aku tahu.” Brent tidak terganggu. Dia sudah lama tahu bagaimana Billy Mason membencinya. Namun, semakin pria itu membencinya, semakin dia ingin menindasnya.“Di mana dia menyentuhmu, Beverley?” Brent menggertakkan giginya. Dia ingin tahu bagian tubuh Beverley mana yang Billy sentuh.Wanita itu menatapnya dengan rumit. “Memangnya kenapa kau ingin tahu?”“Karena aku ingin menghapusnya.”Dia langsung mencium bibir Beverley. Jarinya menyisir dan meremas rambutnya sambil memejamkan mata. Wanita itu menggeleng dan melepaskan ciumannya.“Brent, sudah kubilang bukan bibirku! Dia tidak menciumku!” seru Beverley dengan kesal. Dia langsung naik ke tempat tidur dan berbaring meringkuk membelakangi Brent. Tak lupa juga dia menarik selimut hingga menutupi seluruh tub
Brent dan rekan-rekannya berhasil mengumpulkan bukti-bukti kejahatan Natalie dalam waktu tiga hari yang singkat. Mereka menyerahkannya kepada pihak kepolisian hingga akhirnya penangkapan pun dilakukan.Beverley ikut dalam penangkapan itu. Pada awalnya Brent melarangnya, tapi dia bersikeras ingin ikut. Dia ingin melihat apakah Natalie akan mengakui kejahatannya.“Dia memiliki niat untuk mencelakaimu, Sayang,” ucap Brent saat mobil yang mereka tumpangi sampai di apartemen Natalie. Dia menatap istrinya itu dengan lembut. “Jangan sampai dia melakukannya lagi.”“Jangan khawatir, Brent. Dia tidak akan melakukannya karena kita datang bersama petugas polisi.”Brent akhirnya mencium keningnya dengan penuh cinta. “Baiklah. Ayo turun.” Dia membuka pintu lalu menuntun Beverley keluar dari mobil.Beverley tertawa kecil. Sejak mengetahui kehamilannya, sikap Brent menjadi lebih lembut padanya. Pria itu juga akan mengabulkan apa pun keinginannya. Dia begitu manis dan penuh kasih sayang.Para petugas
Kematian Chris merupakan pukulan berat untuk Brent dan Michael. Chris telah banyak merugikan mereka dan menyebabkan banyak masalah untuk keluarga. Namun, mereka sama sekali tidak menginginkan kematiannya.Berhari-hari setelah proses pemakaman dilakukan, Brent menjadi sangat sibuk. Dia berjuang untuk menyelidiki siapa yang telah mendalangi kecelakaan itu. Pihak kepolisian melakukan penyelidikan, tapi dia tidak bisa hanya mengandalkan mereka.Karena masalah itu, waktunya untuk Beverley juga berkurang banyak. Wanita itu memakluminya. Namun, dia menjadi penasaran seserius apa masalahnya.Hampir tengah malam, Brent belum naik ke kamar tidur padahal dia sudah pulang dari kantor. Beverley menuruni tangga dengan hati-hati. Tidak ada seorang pun yang terlihat di mansion itu. Para pelayan sudah beristirahat.Dia mengintip ke luar halaman dan melihat mobil Ryan parkir di sana. ‘Mereka masih ada di sini,’ batin Beverley.Dengan hati-hati dia melangkah mendekati ruang baca yang jarang digunakan. I
Air mata menetes di wajah Brent. Dia langsung berbalik lalu memeluk Beverley. Tubuhnya gemetar dan dia menangis dalam diam.Beverley memeluk pria itu dengan erat. Dia mengerti kesedihannya. Brent biasanya terlihat begitu membenci Chris. Namun, pria itu selalu melindunginya.Semarah apa pun Brent, dia tidak pernah bertindak kejam atau terlalu jauh pada Chris. Ancaman-ancaman yang keluar dari mulutnya hanya kata-kata yang tidak sungguh-sungguh dia lakukan. Pria itu diam-diam selalu menyayangi saudaranya. Atau dia tidak pernah menyadarinya.“Aku tidak buru-buru untuk berdamai dengan dia. Kupikir … masih ada banyak waktu yang tersisa,” bisik Brent dengan mata terpejam.“Seharusnya aku tidak pergi ke New York. Itu pastilah tanda-tandanya," gumamnya.Beverley mengusap punggung Brent dengan lembut. Telapak tangannya merasakan jejak kain melintang di punggungnya. Keningnya berkerut dalam. Apakah yang Chris katakan benar? Dia mencoba mengesampingkan hal itu sementara.“Brent, bahkan jika kau t
Tubuh Chris tergeletak di tengah jalan. Darah segar mengalir dari kepalanya. Wajahnya bersimbah darah. Dia berdiam dan tak bergerak.Beverley gemetaran melihat apa yang baru saja terjadi. Wajahnya pucat pasi. “Tidak. Tidak. Chris, apa kau baik-baik saja?!”Dia mencoba berdiri, tapi kakinya sakit dan lemah. Perut dan kepalanya juga sakit. Dengan panik dia merangkak mendekati pria itu.Chris tersedak dan kehabisan napas. Beverley langsung menangis setelah melihat betapa buruknya kondisinya. Dia segera memegang tangannya.“Chris, aku akan memanggil bantuan. Tolong bertahanlah,” pintanya dengan suara bergetar. Dia segera mengambil ponselnya tapi Chris mencengkeram tangannya.“Beverley ….” Chris memanggilnya dengan lemah.“Jangan katakan sesuatu dulu, kumohon.” Beverley sambil menangis mencoba mengendalikan tangannya yang gemetar. Dia menekan nomor 911 dengan panik.“Maafkan aku … Bev,” bisik Chris dengan susah payah. Dia merasa tubuhnya melayang semakin tinggi. Dadanya sesak. Rasa sakit m
Upacara pemakaman untuk Emma dilakukan dengan cepat. James dan Beverley sepakat untuk membuat semuanya sederhana dan tidak mencolok. Mereka juga tidak mengundang banyak orang.Pemakaman itu dilakukan sehari kemudian. Beverley berdiri di belakang ayahnya yang berjongkok di dekat batu nisan. Upacara pemakaman itu sudah selesai. Orang-orang yang datang sebagian sudah pergi.Michael menghampiri Beverley. Pria tua itu menepuk pundaknya dan berbisik, “Brent seharusnya akan segera tiba di LA. Anak itu benar-benar ….”Beverley menggeleng dan tersenyum. “Dia mengalami beberapa kendala yang membuatnya tertunda. Tidak apa-apa. Lagi pula dia berada di negara bagian lain. Perjalanan pulang akan memakan waktu berjam-jam.”Kemarin Brent bilang akan segera pulang setelah rapat selesai. Namun, pria itu mengaku menemukan masalah serius yang mustahil untuk ditinggalkan. Akhirnya dia baru bisa kembali hari ini.“Aku senang karena kau memakluminya. Setelah Brent tiba di mansion nanti, aku akan langsung me
Keesokan harinya, sesuatu yang mengejutkan tiba-tiba terjadi. Pagi itu Beverley baru sampai di kafe Katy. Ponselnya berdering. Ada panggilan masuk dari James.“Sangat jarang James meneleponku,” gumamnya. Dia segera menjawab telepon itu. “Halo, Ayah.”Suara tangisan James tiba-tiba memasuki telinga Beverley. Pria itu tidak mengatakan apa-apa dan itu membuatnya khawatir. “Ayah, ada apa? Kenapa kau menangis?”James terisak. “Emma ….”“Kenapa dengan Emma?” Beverley segera berdiri dari kursi. Perasaannya menjadi tidak tenang. Apa sesuatu yang buruk telah terjadi?“Dia mengonsumsi begitu banyak obat-obatan terlarang. Dia overdosis, Bev,” bisik James dengan suara lemah.Beverley menggeleng tidak percaya. “Bagaimana … bagaimana mungkin?”Suara isak tangis James kembali terdengar bersama dengan suara keributan beberapa orang. Ada banyak orang di tempat di mana pria itu berada. Dan itu semakin membuat Beverley khwatir.“Ayah, di mana Ayah sekarang? Aku akan segera ke sana.”“Datanglah ke rumah,
Pagi itu Beverley bangun dengan tubuh pegal-pegal. Sebuah tangan kekar melingkar di pinggangnya. Dia mengusap lembut dada Brent yang menjadi bantalnya, lalu menghela napas.Hari ini pria itu akan pergi ke New York seperti biasa. Itu akan memakan waktu beberapa hari. Jadi mereka telah menghabiskan malam yang panas sebelum berpisah.“Aku tidak mau pergi,” bisik Brent dengan mata terpejam. Suaranya masih serak karena baru bangun tidur. Belaian di dadanyalah yang telah membangunkannya.“Kenapa?”“Mungkin karena aku tidak mau berpisah denganmu. Apa kau mau ikut?”Beverley mendesah. “Masih banyak pekerjaan yang harus aku lakukan, Brent. Kau tahu aku sangat sibuk akhir-akhir ini,” jawabnya sambil mendengarkan detak jantung Brent.“Ya. Kau bahkan menjadi lebih kurus.” Brent mengusap punggung istrinya. “Jangan terlalu lelah, Sayang. Kau makan dengan baik, kan?”Beverley mengangguk. Sebenarnya dia merasa lelah. Tubuhnya terasa lebih lelah dari biasanya. Mungkin karena sekarang pekerjaannya dua
Brent tidak bisa berkata-kata. Tanggapan Beverley benar-benar di luar dugaannya. Wanita itu sama sekali tidak marah atau berpikir negatif padanya. Dia justru peduli pada Brent yang tidak nyaman dengan tindakan Natalie.“Sayang, kau memang tampan. Sangat wajar jika ada wanita yang terobsesi denganmu. Apa kau takut, hm?” Beverley mengusap kepala Brent seperti seorang ibu yang sedang memedulikan anaknya. “Tenang saja. Aku tidak akan membiarkan seseorang melecehkanmu lagi.”“.…”Brent tidak tahu apakah harus tertawa. Dia menahan senyumnya. Hatinya merasa hangat dengan perlakuan Beverley. Tanpa mengatakan apa-apa dia langsung mencium bibirnya dengan lembut.Natalie yang melihat itu menjadi cemburu. Dia kesal setengah mati. Siapa yang tahu ternyata Beverley tidak terpancing olehnya? Wanita itu justru begitu melindungi Brent!Kemudian Beverley melepaskan ciuman Brent. Dia tertawa kecil lalu berbalik menatap Natalie. Eskpresinya berubah menjadi dingin. Tatapannya tajam.“Apa kau belum puas me
Beverley menggigit bibirnya ketika tangan Brent mengusap celana dalamnya. “Kau sudah basah, Sayang,” bisik pria itu penuh kepuasan. Beverley hanya bisa menahan rasa malu.Tangan Brent menekan titik sensitifnya dari luar celana dalam. Beverley langsung mencengkeram paha pria itu. “Brent, aku takut keluar di sini,” desisnya dengan khawatir.Pria itu mencium pipinya dengan lembut. “Aku akan bertanggung jawab.”Celana pendek Beverley terbuat dari bahan katun sehingga itu mempermudah Brent untuk bertindak lebih jauh. Jari-jarinya menyusup masuk ke celana dalamnya. Dia akhirnya menyentuh lubangnya yang basah.Tubuh wanita itu langsung gemetar ketika jari-jari Brent menggosok area itu. Beverley susah payah menahan erangannya. Dia menggigit jarinya agar tidak ada suara yang keluar.Brent terkikik. Beverley menjadi kesal. “Untuk apa kau tertawa? Kau benar-benar menyiksaku!”“Menyiksamu?”“Ya-mmhh ….” Brent menggosok titik sensitifnya lagi dan tubuh Beverley langsung menegang. Kepalanya mendong