Share

Bab 24

Author: Puput Pelangi
last update Last Updated: 2024-05-26 10:14:34

"Assalamu'alaikum." Feiza berucap pelan masuk ke dalam kamar Ririn dan Binta. Ia langsung beringsut mendekati Binta yang tampak berwajah kusut menatap Nisa yang ada di pelukan Ririn.

"Orang salam dijawab dong!" ujar Feiza.

Binta menoleh ke arah Feiza sambil mendengkus. "Wa'alaikumussalam. Tadi udah kujawab di dalam hati, Fe," katanya.

Feiza mengangguk dan tersenyum dibuatnya. "Nisa kenapa?" kemudian tanyanya.

Binta kembali menghela napas. "Bertengkar sama pacarnya, terus katanya mereka putus." Gadis itu menjelaskan.

"Ya Allah." Feiza langsung ikut menghela napas. Tidak tahu harus senang atas berakhirnya hubungan non halal temannya atau malah ikut prihatin melihat kesedihan temannya.

Di antara mereka berempat, Feiza dan Binta yang tidak berpacaran. Bisa dibilang, prinsip keduanya hampir sama jika menyangkut hubungan laki-laki dan perempuan. Jadi, Feiza sama se
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 25

    "Aku ingin membatalkan kesepakatan kita." "Hah?" Feiza seperti mendengar bahasa orang Mongolia yang tak bisa dipahami olehnya. Meski Feiza mungkin memiliki ciri fisik yang sama dengan mereka, yakni pada mata mongoloid alias sipit yang dimilikinya, tentu bukan berarti Feiza paham akan bahasa mereka. Dan Furqon, apa yang sebenarnya ingin ia katakan? Laki-laki itu tersenyum tipis lalu melanjutkan, "Aku mau membatalkan kesepakatan kita yang sebelumnya kusetujui." Feiza terbengong selama beberapa saat mendengarnya. "Apa maksud njenengan? Kesepakatan yang mana?" tanya gadis itu. Furqon kembali tersenyum kecil. "Kesepakatan soal menyembunyikan status pernikahan kita, Feiza. Aku tidak ingin lagi melakukannya." Kedua manik mata Feiza langsung terbelalak lebar. "Gus! Njenengan jangan bercanda!" ucapnya penuh penekanan dengan ekspresi terkejut yang

    Last Updated : 2024-05-27
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 26

    "Aku serius. Aku tidak ingin pernikahan kita disembunyikan lagi." "Apa? Tapi .... Apa maksud njenengan, Gus?! Tadi pagi njenengan sudah setuju! Kenapa tiba-tiba berubah? Njenengan tidak bisa langsung berubah seperti ini?" Dada Feiza terasa sesak. "Aku tidak berubah tiba-tiba, Feiza. Hal ini sudah kupikirkan baik-baik. Aku ingin kita tidak perlu menyembunyikan status kita," ucap Furqon serius namun tetap dengan nada lembutnya. "Tapi apa alasannya?!" sambar Feiza. Gadis itu kembali menatap tajam laki-laki yang ada di depannya. "Alasannya?" Furqon menjeda. "Tentu saja karena kita memang sudah menikah. Aku suamimu dan kamu adalah istriku." Kepala Feiza menggeleng kuat. "Nggak! Aku nggak mau!" tolaknya. "Njenengan nggak bisa seperti itu, Gus Furqon! Njenengan nggak bisa seenaknya begini." Feiza sudah tersulut emosi. "Seenaknya bagaima

    Last Updated : 2024-05-28
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 27

    "Apa yang kamu bicarakan, Feiza?! Istighfar!" Furqon benar-benar membentak.Laki-laki itu langsung berdiri dari tempat duduknya di sofa sembari berkacak pinggang dengan kepala yang mendongak ke langit-langit. Ia berusaha mengendalikan amarahnya yang terasa langsung memuncak dengan mengatur napasnya. Kata-kata Feiza benar-benar melukai hatinya.Feiza yang baru saja mendapat bentakan langsung menciut di tempat duduknya. Sedikit banyak, gadis itu menyesali kalimat yang baru saja ia ucapkan. Feiza seharusnya tidak pernah mengatakan itu.Tes tes tes.Air mata Feiza kembali menetes satu demi satu."Kamu sadar apa yang baru kamu katakan, Fe?" tanya Furqon setelah beberapa lama, masih berdiri di depan Feiza. Wajah laki-laki itu tampak dingin melihat Feiza dengan tatapan tajam yang seolah menusuknya.Feiza tidak menjawab dan hanya terisak dalam diam.Furqon menghela napasnya kasar. "Allah membenci perceraian, Feiza," ucap Furqon.

    Last Updated : 2024-05-29
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 28

    "Eungh ...." Feiza menggeliat dalam tidurnya.Suara azan Subuh yang samar terdengar di perungunya mengembalikan sedikit demi sedikit kesadaran gadis cantik itu.Saat kesadarannya sudah terkumpul hampir setengahnya dengan kedua mata yang masih terpejam rapat, Feiza yang gagal saat akan mengubah posisi tidurnya secara lebih intens daripada menggeliat tadi---sebelum bangun---langsung mengernyitkan dahi.Sesuatu yang terasa berat menghalangi pergerakannya.Feiza mengucek sebelah matanya dan membuka kelopak matanya itu lantas melirik sesuatu yang ada di bawahnya.Set!Sedetik, mata Feiza langsung membola dengan kesadaran penuh yang langsung menyentak dan memeluknya.Di bawah sana, tepatnya di bagian atas perutnya, ada sebuah tangan besar yang menindih dan memeluk tubuh Feiza.Feiza segera menoleh ke arah sampingnya dan langsung merasa syok saat melihat sosok Furqon berada di situ. Kedua kelopak mata laki-laki itu tam

    Last Updated : 2024-05-30
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 29 (a)

    Sesampainya indekosnya, Feiza langsung pergi ke musala untuk mengerjakan salat Subuh. Ia tidak ingin mengerjakannya di akhir waktu. Jadi alih-alih kembali ke kamarnya dulu yang pastinya akan memakan waktu, Feiza memilih langsung ke musala dan salat Subuh di sana. Toh, di sana disediakan fasilitas beberapa sajadah dan mukena. Sedikit saja, jika Feiza ataupun Furqon tidak bisa menahan dirinya, maka dapat dipastikan, Feiza tidak bisa salat Subuh dengan sebegitu mudahnya setibanya di indekos karena ia harus mandi wajib terlebih dahulu. Itu adalah yang Feiza pikirkan. Sebab kemarin malam, Feiza rasa-rasanya telah tersihir oleh suaminya itu. Setelah pertengkaran mereka dan Furqon yang lagi-lagi mengalah untuknya, juga kejadian saling berpelukan itu, Feiza benar-benar merasa pasrah kepada Furqon. Malam itu ia bahkan mungkin rela memberikan segenap jiwa ataupun raganya kepada Furqon karena keputusan laki-laki itu

    Last Updated : 2024-05-31
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 29 (b)

    Setelah mandi pagi, Feiza langsung berkutat di dapur umum indekos untuk memasak dan menyiapkan sarapan. Beberapa penghuni lain mulai mengantre memasak di sana dan Feiza adalah salah satu orang yang sedang ditunggu kegiatan memasaknya. Ada dua orang yang secara optimial bisa memasak di dapur umum Kos Putri Citra. Biasanya Feiza tidak serajin itu, menjadi orang yang paling pertama menempati dapur guna memasak. Namun pagi ini berbeda, gadis itu berniat memasakkan Furqon untuk ucapan terima kasihnya. Bukan olahan yang sulit. Setelah menanak nasi menggunakan rice cooker-nya yang ada di dalam kamar, Feiza yang sebelum mandi menyempatkan diri belanja di toko penjual sayur dan bahan olahan mentah yang tidak jauh dari indekosnya langsung berkutat di dapur mengolah tumis kangkung dan ayam tahu baladonya. Entah bagaimana cara Feiza memberikan makanan itu untuk Furqon, sekarang yang penting baginya adalah memasaknya t

    Last Updated : 2024-06-01
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 30 (a)

    Feiza menoleh ke samping kiri dan kanannya. Menunggu sosok bernama Salim yang merupakan khodam dari Furqon datang menemuinya, mengambil bekal makanan yang telah dibuatkan Feiza untuk Furqon.Gadis itu menghabiskan waktu menunggunya dengan mengetuk-ngetukkan flat shoes cream yang dipakai kakinya ke lantai. Hingga tak lama kemudian ..."Neng Feiza!"Seorang laki-laki tinggi dengan rambut gondrong yang dikuncir belakang datang menghampirinya.Feiza mengenalnya. Laki-laki itu adalah Salim, seniornya dari jurusan PAI yang belum lama ini ia ketahui adalah santri Abah Furqon dan orang kepercayaan laki-laki yang menjadi suaminya itu.Sebutan Salim yang memanggilnya 'neng' itu sungguh sangat mengganggu. Belum lagi laki-laki itu seolah meneriakkannya ketika memanggilnya, hingga beberapa mahasiswa yang ada di sekitar mereka memberi atensi.Bisa gawat jika Salim mengulanginya lagi. Feiza yakin, banyak dari mahasiswa yang ada di sekitar merek

    Last Updated : 2024-06-02
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 30 (b)

    Feiza dan Fahmi sampai di depan gedung UKM dan sama-sama memarkirkan motor masing-masing di bawah salah satu pohon beringin yang ada di lapangan tempat parkir gedung itu, mencari tempat yang teduh. Setelahnya, keduanya langsung masuk ke basecamp HMJ mereka setelah menaiki lift dari lantai dasar ke lantai empat. "Assalamu'alaikum." Fahmi yang berjalan di depan Feiza berujar salam. "Wa'alaikimussalam," jawab orang-orang yang ada di dalam serentak. "Feiza. Fahmi. Ayo duduk, duduk sini!" suruh seorang perempuan cantik berkacamata kepada Feiza dan Fahmi. "Iya, Mbak Hawa." Feiza mengangguk lalu duduk di tempat yang disuruh oleh Hawa, perempuan cantik berkacamata tadi yang tak lain merupakan senior jurusan Feiza setelah dirinya dan Fahmi saling bersalaman dengan beberapa senior dan teman mereka yang lain, yang kebetulan juga ada di basecamp itu. "Kalian kemarin

    Last Updated : 2024-06-03

Latest chapter

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 103

    Feiza memberengut melihat tampilan ruang obrolannya dengan Furqon.Masalahnya satu. Ia belum selesai bicara, tapi Furqon memilih mengakhiri panggilan telepon mereka.Perempuan itu menghela napas berusaha mengusir kekesalan lalu membaringkan diri di atas tempat tidur kamar sang suami."Semoga nggak ada hal buruk yang terjadi," gumamnya lirih.Tak berselang lama, ia menghela napasnya lagi dengan lebih keras lalu bangkit berdiri, membawa kakinya melangkah ke sekeliling kamar sembari mengamati segala piranti yang ada di dalam kamar Furqon.Detik ini bukan kali pertamanya berada di ruangan berukuran cukup besar dengan AC itu. Sudah yang kedua kali. Namun, Feiza baru merasa nyaman pada kesempatan kali ini.Pasalnya ketika pertama kali, Feiza masih belum bisa menerima status pernikahannya dengan Furqon yang terlalu tiba-tiba. Selain itu, Furqon hanya orang asing yang dalam keseharian cukup menyebalkan menurut penilaiannya.Tentu Feiza merasa tidak nyaman karena segala situasinya. Termasuk be

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 102

    Drtt ... Drtt .... Sebuah pesan kembali masuk ke dalam ponsel Feiza. Gus Furqon: Balas Fe Pesan itu dari Furqon, suaminya. Drtt ... Drtt .... Pesan Furqon masuk lagi. Gus Furqon: Kenapa dari tadi cuma dibaca Fe? Drtt ... Drtt .... Gus Furqon: Kamu sedang apa? Feiza mengulas senyum kecil membacanya. Furqon ini ternyata pribadi yang masuk golongan orang tidak sabaran. Sebenarnya, tidak juga, sih. Namun, Feiza merasa begitu karena Furqon yang sejak tadi memberondongnya dengan pertanyaan-pertanyaan serupa perihal di mana dan apa yang sedang dilakukan Feiza. Salah Feiza juga sebenarnya karena tidak segera membalas. Namun, bagaimana lagi? Feiza sebetulnya hendak membalas, tapi ada saja yang harus ia lakukan bersama Bu Nyai Farah sang ibu mertua, hingga sejak tadi, pesan Furqon terpaksa perempuan cantik itu abaikan. Drtt ... Drtt ....Feiza baru saja mengaktifkan keypad ponselnya, hendak mengetik pesan balasan ketika pesan Furqon kembali datang.Gus Furqon: Aku rindu kamuBibir

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 101

    Nurul Faizah Az-Zahra POV"Ada lagi yang mau kamu beli, Nduk?" tanya Umi kepadaku setelah kami berkeliling dengan banyak belanjaan yang dibeli Umi dan kini dibawakan oleh Kang Malik dengan kedua tangannya—yang mana sebagian besar belanjaan itu diperuntukkan Umi Farah untukku.Cepat, tentu aku segera menggelengkan kepala. "Tidak, Umi. Sudah tidak ada," jawabku mantap."Beneran?""Nggeh, Umi." Aku merekahkan senyuman mencoba meyakinkan."Ha ha ha ha ha." Umi langsung menggelakkan tawa yang terdengar begitu renyah dan menyenangkan di telinga. "Ya sudah. Sekarang, kalau begitu mari kita pulang!"Aku kembali tersenyum. Senang. "Nggeh, Umi," balasku."Kang Malik, ayo kita pulang!" ujar Umi kemudian, ganti kepada Kang Malik yang berdiri di belakang kami."Ah, enggeh. Baik, Bu Nyai." Laki-laki yang menurutku masih seumuran dengan Gus Furqon itu mengangguk.Sedetik setelahnya, kami sama-sama mengayunkan tungkai kaki kami pergi menuju jalan keluar plaza."Umi, sebentar," ucapku tak lama setelah

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 100

    Nurul Faizah Az-Zahra POVSepanjang perjalanan, Umi terus mengajakku berbicara, hingga mobil sedan yang disopiri salah satu santri putra abdi ndalem pesantren keluarga Gus Furqon yang baru kutahu namanya Kang Malik—karena Umi memanggilnya begitu tadi ketika keduanya berbincang sebentar—membelokkan mobil yang kami naiki masuk ke dalam area pesantren.Setelah beberapa waktu menempuh perjalanan, kami telah tiba di pondok pesantren asuhan Umi dan Abah Gus Furqon di Kediri.Saat itu aku baru sadar, aku sama sekali tidak membawa masker sekarang, sehingga wajahku tidak dapat kusembunyikan.Bukankah beberapa santri sudah pernah melihat wajahku sebelumnya ketika diajak Umi salat berjemaah di musala pondok putri?Ya, jawabannya adalah iya. Namun, ketika itu mereka pasti hanya melihatnya sekilas. Setidaknya itu yang aku yakini. Dan lagi pula, saat itu di ruangan tertutup sehingga meski ada yang melihat, mestinya tidak banyak.Berbeda jauh jika melihatku di ruang terbuka. Di halaman ndalem kesepu

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 99

    "Zahra," panggil Bu Nyai Farah halus pada Feiza yang kini duduk manis di sampingnya pada kursi penumpang belakang sebuah mobil sedan berwarna hitam yang melaju di jalan raya. "Nggeh, Mi?" balas Feiza segera. Bu Nyai Farah mengembangkan senyumnya. "Ada yang mau Umi tanyakan?" Jantung Feiza langsung berdebar-debar. "Ta-tanya apa, Umi?" balas Feiza pelan dengan perasaan yang entah mengapa menjadi was-was dalam seketika. Bu Nyai Farah mendekatkan dirinya ke arah Feiza—hal yang membuat jantung Feiza semakin berdebar tidak karuan—lantas berbisik pelan ke telinga menantunya itu. "Umi perhatikan wajah kamu sedikit pucat, Zahra. Sedang tidak enak badan?" Feiza merasa kembali dikejutkan. Bukan karena pertanyaan yang diajukan Bu Nyai Farah kepadanya. Namun, sebab apa yang diduga, dipikirkan, dan ditakutkannya ternyata meleset. Perempuan cantik itu diam-diam menghela napasnya dengan penuh kelegaan. Pikiran buruk yang sebelumnya bercokol di kepalanya tidak terjadi. Bu Nyai Farah t

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 98

    "Masyaallah, cantiknya putri menantuku ...." Bu Nyai Farah mengembangkan senyumnya sembari terpana memandang Feiza yang muncul dari dapur dengan sebuah nampan kecil berisi tiga buah cawan teh hangat di tangannya. "Monggo diminum dulu, Umi," ucap Feiza sembari menyajikan teh yang baru dibuatnya itu ke atas meja. "Iya, Zahra." Bu Nyai Farah menganggukkan kepala lalu meraih cawan teh yang ada di depannya yang baru saja disajikan Feiza kemudian pelan menyeruputnya. "Bismillahirrahmanirrahim," ucap Bu Nyai Farah sebelum meminum cairan berwarna kecokelatan itu. "Enak, Nduk." Kemudian pujinya. "He he, terima kasih, Umi." Bu Nyai Farah menganggukkan kepalanya sekali. Kedua netranya menatap sang menantu dalam-dalam. "Kamu terlihat lebih cantik dari yang terakhir kali Umi lihat, Zahra." Tak lama, Bu Nyai Farah kembali melempar pujian untuk Feiza yang kini sudah duduk di sebuah sofa yang tepat berada di depan perempuan paruh baya itu. "Aamiin. Umi bisa saja he he," ucap Feiza. "

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 97

    "Iya, aku memang ngeselin, Feiza. Tapi cuma ke kamu aku seperti ini," ucap Furqon sembari menatap Feiza dalam-dalam. Tangan kanannya bergerak menggenggam tangan kanan istrinya itu perlahan. "Kamu pasanganku. Mungkin memang jodohnya, laki-laki tengil dan menyebalkan sepertiku menikah dengan perempuan galak dan keras kepala seperti kamu."Plak!"Aduh!"Tanpa aba-aba, Feiza memukul lengan Furqon yang ada di depannya dengan tangan kirinya."Sakit, Sayang," lirih Furqon menatap dalam Feiza sembari menampilkan ringisan di wajah tampannya."Rasain," balas Feiza dengan wajah cemberut."Ha ha." Furqon kembali tertawa melihat wajah istrinya yang menurutnya terkesan lucu itu. "Sayang banget aku sama kamu," lirihnya lalu mengecup tangan kanan Feiza yang ada di genggamannya."Katanya aku galak?" desau Feiza."Iya, tapi aku sayang.""Berarti nyebelin dong? Kenapa masih sayang?""Karena ngangenin," balas Furq

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 96

    Assalamualaikum warahmatullah .... Assalamualaikum warahmatullah .... Usai salat, Furqon mengangkat kedua tangannya ke udara, memimpin doa kemudian langsung berbalik menoleh ke arah Feiza yang ada di belakangnya. "Mas." Feiza mendekat lalu meraih tangan Furqon dan menciumnya. Furqon merekahkan senyum. Tangan kirinya yang bebas tidak dicium Feiza bergerak mengusap lembut puncak kepala sang istri yang masih berbalutkan kain mukena. "Aku akan rindu kamu, Fe," tutur Furqon. Selesai bersalaman, Feiza menegakkan duduknya lagi dan sedikit mendongakkan kepala agar dapat menatap lurus wajah tampan Furqon yang ada di hadapannya. "Cuma dua hari, Mas," sahut Feiza. "Iya. Tapi aku akan sekarat merinduimu." "Ha ha ha ha." Feiza langsung memecahkan tawa mendengar itu. "Gombal banget, sih, Mas," tukasnya. Furqon kembali memasang senyum menatap perempuan yang ada di depannya. "Itu kenyataannya, Fe. Aku akan kangen banget sama kamu." "Chessy, ih. Gombal," respons Feiza sekali lagi. "Nggak p

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 95 (b)

    Furqon masih diam tidak mengatakan apa-apa. "Aku masih kangen kamu padahal, Feiza," sahut Furqon akhirnya ketika bersuara. "Tapi aku juga nggak bisa nolak Umi tadi," lanjutnya. Feiza memasang senyum tipis, berusaha mengajak Furqon tersenyum juga bersamanya. "Cuma dua hari aja kok, Mas. Nggak lama," hibur perempuan itu. "Kita masih bisa hubungan, telepon atau mungkin video call." "Hm." Furqon menyahut dengan wajah sendu. Ia mengalihkan tatapannya dari Feiza lalu melanjutkan acara makannya yang sejak tadi sebetulnya tanpa selera. "Njenengan kurang suka ayam panggangnya?" tanya Feiza setelah memperhatikan cara makan Furqon. "Mau kumasakin sesuatu yang lain?" Furqon segera menoleh dan memberikan gelengan. "Nggak usah." Feiza mengangguk. Ia terus memperhatikan bagaimana Furqon makan sembari menyantap m

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status