Share

Dua Puluh Delapan

Penulis: Bonamija(Mondi)
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-05 20:53:20

Aliyah merasa sangat frustrasi ketika bertengkar dengan Guntara. Ia tidak akan menang melawan sang suami. Ah, ya, memenangkan apa? Hati Guntara? Tidak akan.

Selamanya, hati Guntara hanya untuk Salma. Fakta menyakitkan itu harus diterima Salma. Seperti apa pun berjuang meraih hati sang suami, tetap saja pemenangnya adalah Salma. Sakit? Entahlah, rasa sakit itu nyatanya tidak bisa membuat Aliyah menyerah.

Sudah malam ketika Aliyah pulang ke rumah. Hujan rintik-rintik di luar menciptakan genangan kecil di halaman depan. Udara terasa dingin menusuk, tetapi bukan cuaca yang membuat Aliyah menggigil. Dadanya terasa sesak. Ia baru saja kembali dari perjalanan panjang setelah memergoki Salma bersama Danu di sebuah restoran kecil di pinggir kota.

Aliyah berhenti di depan pintu rumahnya. Ia menatap pintu kayu cokelat itu lama, seolah membayangkan bagaimana Guntara akan bereaksi pada foto yang ia simpan di ponselnya. Rasa marah dan kecewa berkecamuk dalam dirinya, namun ada juga rasa takut. Apa
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Menikah Lagi untuk Membalas Sakit Hati   Dua Puluh Sembilan

    'Apa Aliyah sudah gila? Dia berani mengatakan hal itu pada Guntara? Kalo dia bongkar semua, pasti akan membuat Guntara mengamuk!' Yulianti berbicara seorang diri setelah tidak sengaja mendengar obrolan anak dan menantunya. Bukan sekadar obrolan, mereka sedang bertengkar lebih tepatnya. Guntara memaksa Aliyah menerima kenyataan yang ada. Kenyataan yang menyakitkan. Masa lalu Guntara belum usia dengan Salma. 'Sebaiknya aku harus menemui wanita sialan itu di pabrik. Akan aku buat malu di depan banyak orang. Berani-beraninya mempengaruhi Guntara!' Amarah masih ada di dalam hati Yulianti saat hendak menemui Salma di pabrik. Yulianti melangkah cepat memasuki rumah besar yang terasa dingin meskipun matahari bersinar terik di luar. Wajahnya merah padam, ekspresinya mencerminkan amarah yang membara. Hatinya masih dipenuhi rasa malu dan kekesalan setelah kejadian di tempat kerja Salma tadi pagi. Dengan langkah berat dan suara sepatu yang menghentak lantai marmer, Yulianti mendapati Gunta

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Menikah Lagi untuk Membalas Sakit Hati   Tiga Puluh

    Di ruang tamu rumah keluarga Yulianti, suasana yang biasanya hangat berubah tegang. Guntara duduk dengan punggung tegak di sofa, wajahnya dingin tanpa ekspresi. Matanya menatap sang ibu, Yulianti, yang berdiri dengan tangan gemetar di hadapannya. Keputusan yang baru saja ia sampaikan seolah menebas sisa-sisa kedamaian di rumah itu. "Aku akan menikahi Salma," ucap Guntara tanpa ragu, suaranya tenang namun penuh ketegasan.Guntara tidak akan peduli dengan apa pun. Keputusan yang dibuatnya sudah dipikirkan sejak semalam. Setelah mengambil hasil tes itu, ia langsung menuju ke ruangan kerja. Guntara merencanakan banyak hal. Yulianti terkejut. "Apa? Guntara! Apa yang kau pikirkan? Salma sudah membuat kita semua berantakan sekali, dan sekarang kau ingin mengulanginya?" Nada suara Yulianti meninggi, namun ada kepedihan di balik setiap katanya.Guntara menghela napas panjang, berusaha sabar. "Bu, aku sudah memutuskan. Aku tidak mandul, dan aku akan membuktikan itu. Salma adalah cara untuk me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Menikah Lagi untuk Membalas Sakit Hati   Tiga Puluh Satu

    Ternyata tidak semudah itu mengajak Danu bekerja sama. Bukankah seharusnya, ia mau saja? Toh, tawarannya adalah Salma. Aliyah tidak tahu jika Danu pun hanya memanfaatkan Salma saja.Malam itu, Aliyah duduk di ruang tengah rumah mereka yang terasa dingin meski lampu-lampu hangat menyala. Ia bosan berada di kamar. Ia dan suami tidak pernah berada di tempat yang sama. Guntara lebih sering menghabiskan waktu di ruang kerja.Hati Aliyah berkecamuk seperti badai. Di atas meja kecil di hadapannya, secangkir teh melati sudah dingin, tak tersentuh sejak ia menyeduhnya. Pikirannya penuh dengan satu nama yang sudah tak asing lagi baginya; Salma. Nama itu selalu menjadi duri dalam hidupnya.Dari arah kamar, langkah kaki Guntara terdengar mendekat. Aliyah segera mengangkat wajahnya. Ekspresinya datar, tetapi di dalam, ia sudah siap menghadapi apa pun yang akan dikatakan suaminya. Guntara tidak akan datang jika tidak ada keperluan. Aliyah mengembuskan napas kasar saat ini."Aliyah, kita bicara sebe

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Menikah Lagi untuk Membalas Sakit Hati   Tiga Puluh Dua

    Hening malam di rumah keluarga Guntara terasa mencekam. Ruang tengah yang biasanya hangat dengan canda keluarga kini dipenuhi ketegangan. Guntara duduk di sofa berwarna krem dengan tatapan kosong menembus jendela besar. Di tangannya ada segelas kopi hitam yang telah dingin, menjadi saksi bisu pergulatan batin yang tak kunjung usai.Ia masih terngiang kata-kata ibunya, Yulianti, beberapa hari lalu. “Berikan sedikit tempat di hatimu untuk Salma.” Kalimat itu terus mengusik pikirannya. Yulianti bukanlah orang yang sering berbicara tanpa alasan. Ada sesuatu di balik kata-katanya, sesuatu yang membuat Guntara semakin sulit memahami maksud tersembunyi dari permintaan tersebut.Baru beberapa waktu, Yulianti mengatakan jika baru saja dipermalukan oleh Salma. Lantas, mengapa memberikan saran seperti itu. Guntara belum menemukan jawaban untuk itu. Ia masih sibuk menduga-duga saat ini. 'Mereka tahu aku mencintai Salma. Lalu kenapa malah meminta aku mencintai Salma?'' gumam Guntara dengan nada p

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Menikah Lagi untuk Membalas Sakit Hati   Tiga Puluh Tiga

    Rumah orang tua Gina terletak di pinggir kota yang dikelilingi dengan banyak pohon. Udara masih di sana sejuk, membawa aroma tanah basah setelah hujan semalam. Namun, suasana hati Gina jauh dari tenang. Sejak seminggu yang lalu, ia memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya bersama Putri, anak semata wayangnya.Rumah itu sederhana tetapi hangat, dengan dinding kayu yang dipenuhi foto-foto keluarga yang tampak bahagia. Namun, keberadaan Gina justru menciptakan ketegangan di antara keluarganya. Mereka semua banyak menduga, dengan kepulangan Gina tanpa Danu. Bisa dipastikan jika ada sesuatu dalam rumah tangga Gina saat ini.'Apa yang harus aku katakan pada mereka?' Gina mendesah pelan saat ini. Banyak hal yang ada di hati dan kepalanya. Masalah datang bertubi dalam rumah tangganya. Bahkan, hingga saat ini, Danu belum juga menguhubunginya.Gina duduk di ruang tamu yang kecil dengan dinding bercat putih kusam. Di meja kayu di depannya, segelas teh yang sudah dingin berdiri, tak tersent

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Menikah Lagi untuk Membalas Sakit Hati   Tiga Puluh Empat

    Danu duduk di sofa usangnya dengan pandangan kosong. Kontrakan kecil itu terasa semakin sempit, seolah menghimpit pikirannya yang penuh dengan kekacauan. Sudah hampir seminggu ia tidak menyentuh pekerjaan. Semua terasa sia-sia, seperti tidak ada lagi yang bisa memotivasinya untuk bangkit.Pikiran tentang Gina masih terus menghantui, menciptakan rasa bersalah yang bercampur dengan sakit hati. Danu tidak menemukan cara untuk membuat Gina kembali. Bahkan untuk sekadar datang ke rumah kedua mertuanya saja tidak ada keberanian sama sekali. Danu tidak punya nyali yang besar untuk itu.'Mereka akan marah saat aku datang. Apa lagi yang bisa aku lakukan?' Pertanyaan itu terus menerus menari dalam benak Danu saat ini. Rumah kontrakannya, yang biasanya sunyi, tiba-tiba dipenuhi suara langkah ringan di luar pintu. Ketukan lembut terdengar. Danu menghela napas panjang. Ia tidak ingin menerima tamu, tapi entah kenapa kakinya bergerak membuka pintu.Salma berdiri di sana dengan wajah tenang dan sen

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Menikah Lagi untuk Membalas Sakit Hati   Tiga Puluh Lima

    Langit sore di sekitar kontrakan Danul itu berwarna keemasan, tetapi suasana hatinya tak seindah pemandangan yang terbentang. Danu duduk di teras rumahnya, kedua tangan bersilang di dada, napasnya tersengal karena emosi yang masih membara. Ia baru saja selesai menghadapi beberapa tetangga yang gemar menguliti masalah orang lain. Danu tidak suka jika banyak orang yang 'sok' tahu perihal masalah rumah tangganya bersama Gina. "Kamu itu laki-laki, Danu! Harus tegas! Kalau istrimu pergi, cari dan bawa pulang, bukannya diam saja!" ujar salah satu tetangga dengan nada menghakimi beberapa menit yang lalu."Kalian itu tidak punya hak untuk mengaturku. Cukup kalian tahu, urus saja masalah kalian!" Danu mengatakan dengan nada tinggi dan tidak bersahabat sama sekali. Ucapan itu membuat Danu hilang kesabaran. Mata gelapnya menyapu wajah orang-orang yang berkerumun di dekat pagar rumahnya. Ia berdiri dengan gerakan kasar, menjatuhkan kursi plastik di belakangnya. Amukan Danu membuat orang-orang d

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Menikah Lagi untuk Membalas Sakit Hati   Tiga Puluh Enam

    "Danu... aku hanya ingin jelaskan pada mereka. Aku nggak ingin ada yang menuduh kita. Meski apa yang kita lakukan itu salah. Ya, tapi percayalah, aku hanya ingin membantu agar kamu dan Gina tidak lagi seperti ini."Salma berhasil meyakinkan Danu malam itu. Nada bicara Salma sangat serius dan sangat meyakinkan. Setelah menimbang banyak hal, akhirnya Danu pun setuju. Pagi harinya, Salma sudah siap dan berada di depan rumah kontrakan Danu.Pagi itu, suasana di rumah keluarga Gina terasa mencekam. Setelah peristiwa kedatangan Danu bersama Salma, keheningan yang semula menenangkan berubah menjadi penuh ketegangan. Gina duduk di ruang tengah dengan mata yang sembab, tangannya gemetar memegang cangkir teh yang sudah dingin. Ia belum bisa memercayai apa yang baru saja terjadi. Danu, pria yang dulu ia percayai sepenuh hati, benar-benar menghancurkan sisa-sisa kepercayaan yang masih ia coba pertahankan.Di sudut ruangan, Reza berdiri dengan kedua tangannya terlipat di dada, sorot matanya penuh

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12

Bab terbaru

  • Menikah Lagi untuk Membalas Sakit Hati   Lima Puluh Delapan

    "Ibu bukan nggak tahu kegilaanmu, Gun. Hanya saja, selama ini, Ibu diam dan sengaja menunggu kamu berubah. Tapi, ternyata tidak. Kamu justru semakin gila! Salma dan laki-laki itu sudah menikah!" Yulianti berbicara dengan nada penuh amarah pada sang anak. "Apa yang kamu harapkan dari wanita pelakor itu? Dia sengaja membuat istri laki-laki itu pergi!" bentak Yulianti dengan kasar dan keras."Ibu tahu dari mana mereka sudah menikah?" tanya Guntara yang tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.Yulianti menoleh lalu tersenyum sinis. Ia menertawakan sang anak yang tampak bodoh itu. Yulianti lantas mengatakan kalimat pedas yang membuat Guntara terdiam seketika. Fakta itu memang menyakitkan."Sejak lama Ibu sudah tahu. Kamu saja yang menutup mata dan telinga. Sudah benar membuang batu kali dan mendapatkan berlian, kamu malah memilih mengambil batu kali. Di mana otak kamu?" Yulianti mengatakan dengan nada keras. Ruangan rumah mewah itu terasa begitu tegang. Yulianti berdiri di tengah ruang

  • Menikah Lagi untuk Membalas Sakit Hati   Lima Puluh Tujuh

    Udara malam menyelimuti rumah kontrakan Danu dengan keheningan yang mencekam. Cahaya lampu jalan yang temaram menyoroti halaman sempit di depan rumah. Angin berembus pelan, mengayun tirai jendela yang dibiarkan terbuka sedikit, memberikan celah bagi cahaya bulan untuk masuk. Aroma tanah basah sisa hujan sore tadi masih tercium samar-samar.'Aku dan Salma sama-sama saling menguntungkan. Aku jelas tidak salah. Gina jauh!' Danu masih membayangkan aktivitas mereka saat di hotel beberapa waktu yang lalu.Danu duduk di kursi kayu tua di sudut ruangan, tangan kirinya memegang gelas berisi kopi hitam yang masih mengepul. Ia baru saja selesai mandi, rambutnya yang masih basah sedikit berantakan, meneteskan air ke kaus oblong yang dikenakannya. Pandangannya kosong, menatap ke luar jendela dengan mata sedikit sayu. Di dalam pikirannya, ada banyak hal yang berkecamuk—tentang Salma, tentang Gina, dan tentang kehidupannya yang semakin rumit.Ada Salma di rumah ini. Setelah kejadian itu, baru sekara

  • Menikah Lagi untuk Membalas Sakit Hati   Lima Puluh Enam

    Sepanjang perjalanan menuju rumah, Salma selalu tersenyum. Ia masih mengingat bagaimana permainan Danu semalam. Sangat memuaskan dan Salma hampir kewalahan. Mendadak Salma membandingkan permainan ranjang Guntara dan Danu, lantas senyumnya langsung memudar. Salma baru saja tiba di rumahnya, sebuah rumah minimalis dengan pagar putih sederhana. Malam sudah larut, udara dingin menyelimuti lingkungan sekitar. Langit tampak gelap tanpa bintang, hanya rembulan yang bersinar redup di balik awan tipis. Rasa lelah masih menggelayut di tubuhnya, setelah seharian berada di luar rumah. Namun, belum sempat ia menghela napas lega, langkahnya terhenti.Di teras rumahnya, seorang pria berdiri tegap dengan tatapan tajam yang menusuk ke arah Salma. Guntara.'Ngapain dia di sana!' Salma menggerutu di dalam hati saat melihat Guntara duduk di salah satu kursi yang ada di terasnya.Salma kesal saat melihat sang mantan suami. Entah sejak kapan pria itu berada di sana. Salma tidak melihat mobilnya terparkir

  • Menikah Lagi untuk Membalas Sakit Hati   Lima Puluh Lima

    Danu duduk di karpet rumah kontrakan dengan wajah kusut. Asap rokok yang mengepul di ujung jarinya perlahan membaur dengan udara dingin yang masuk dari jendela. Matanya menatap kosong ke arah jendela besar yang memperlihatkan kilauan lampu kota di malam hari. Hujan baru saja reda, meninggalkan jejak basah di trotoar dan jalan raya yang memantulkan cahaya lampu kendaraan yang melintas. Ternyata tidak semudah itu!Di depannya, Salma berdiri dengan tangan terlipat di dada, wajahnya penuh dengan ketegangan. Perempuan itu baru saja mentransfer sejumlah besar uang ke rekening Danu, dan kini menuntut kepastian. Ya, Danu meminta kompensasi atas apa yang diminta oleh Salma. Mereka baru saja beradu argumen dengan Guntara."Apa tidak ada pilihan lain?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Danu tanpa basa-basi sama sekali. "Kita sudah sepakat, Danu," ucapnya dingin. "Aku sudah melunasi hutang-hutangmu. Sekarang giliranmu melakukan bagianmu."Danu menghela napas panjang, membuang sisa rokoknya ke asb

  • Menikah Lagi untuk Membalas Sakit Hati   54

    "Ck! Udah nggak ada uang lagi. Sepuluh ribu saja sisa uang celengan milik Gina!" Danu melempar celengan dari bahan kaleng yang dulu dibeli oleh sang istri.Gina memang punya kebiasaan memasukkan uang sisa belanja atau sengaja menyisihkan uang dalam celengan yang bisa dibuka. Celengan itu tidak dibawa oleh Gina, entah lupa atau sengaja. Uang dalam celengan itu digunakan Danu untuk bertahan hidup. Namun, perlahan, tetapi pasti uang itu habis. Sementara itu, sudah lebih dari satu bulan, tetapi Danu masih belum memberikan jawaban pasti. Salma mulai kehilangan kesabaran. Setiap kali mereka bertemu, tatapan matanya penuh harap, tetapi Danu hanya terdiam atau mengalihkan pembicaraan. Danu memang sengaja mengulur waktu hingga Gina mengirimkan uang. Namun, harapannya itu sia-sia, Gina tidak mengirim uang itu.Di dalam rumah kontrakan minimalisnya, Salma duduk di tepi jendela, memandangi langit malam yang pekat. Lampu-lampu kota berpendar di kejauhan, tetapi pikirannya berkecamuk. Ia sudah mer

  • Menikah Lagi untuk Membalas Sakit Hati   Lima Puluh Tiga

    Sudah hampir sebulan Gina berada di Jerman. Kota Berlin yang dingin dengan langit kelabu menjadi saksi bisu perjuangannya untuk memulai hidup baru. Meski pekerjaannya sebagai pelayan restoran terbilang berat, Gina tetap menjalani hari-harinya dengan tabah. Waktu senggangnya sering ia habiskan di kamar kecil apartemennya untuk video call dengan Putri, anak semata wayangnya yang kini diasuh oleh Reza dan istrinya. Gina sering kali harus menahan tangis karena menahan kerinduan pada buah hati."Bunda, aku di sini baik-baik saja. Aku juga sering diajak Om Reza ke taman kalo sore. Kami sambil makan."Kata-kata yang keluar dari mulut Putri dengan logat cadelnya membuat Gina harus menahan tangis. Ia merindukan sang anak. Hal terberat bagi Gina adalah meninggalkan Putri. Ada rasa bersalah yang luar biasa saat meninggalkan sang anak. Namun, itu harus dilakukan demi masa depan mereka berdua.Saat video call berlangsung, Putri tampak ceria seperti biasa. Anak kecil itu bercerita tentang mainan ba

  • Menikah Lagi untuk Membalas Sakit Hati   Lima Puluh Dua

    Langit sore yang suram menambah kelam suasana di salah satu ruangan rumah sakit. Di dalam ruang tunggu VIP, kedua orang tua Aliyah duduk dengan wajah tegang dan penuh amarah. Pak Ridwan, ayah Aliyah, melipat tangan di depan dada, matanya menatap tajam ke arah Yulianti yang duduk di seberang mereka. Sementara itu, Bu Rina, ibu Aliyah, menahan napas dengan dada yang berdegup kencang, mencoba mengontrol emosinya yang sudah hampir meledak.Suasana sangat mencekam, horor. Sebagai seorang ayah, Ridwan jelas tidak bisa menerima apa yang menimpa sang putri. Aliyah adalah anak semata wayang mereka. Mereka menyesal baru tahu jika kehidupan rumah tangga anak mereka tidak baik-baik saja. "Bu Yulianti," suara Pak Ridwan terdengar dingin. "Saya rasa percuma kita terus menunggu. Guntara sudah jelas tidak akan datang. Anda tahu sendiri dia sedang sibuk mengejar perempuan lain, bukan?"Yulianti terdiam. Wajahnya pucat, dan matanya menunjukkan rasa bersalah yang mendalam. Tangannya meremas tisu yang h

  • Menikah Lagi untuk Membalas Sakit Hati   Lima Puluh Satu

    Malam semakin larut ketika Guntara akhirnya tiba di parkiran rumah sakit. Ia mematikan mesin mobilnya dan duduk diam sejenak di balik kemudi. Di luar, lampu-lampu jalanan menerangi aspal yang basah akibat hujan ringan sebelumnya. Udara di dalam mobil terasa pengap, seolah menekan dadanya, namun bukan karena kurangnya ventilasi—melainkan karena beban pikiran yang menghantui."Pada akhirnya semua akan terbongkar dengan sendirinya. Aku muak dengan mereka semua. Mereka diam-diam jahat!" Guntara berbicara seorang diri sambil meremas rambut dengan kasar. Guntara sudah terlalu kecewa dengang sang ibu, Yulianti. Sangat kejam karena telah jahat pada Salma. Mereka sebenarnya tidak ada masalah. Kali ini Guntara merasa sangat menyesal dan perasaan bersalah pada Salma sangat menghantui hidupnya.Guntara menarik napas panjang. Ia tidak tahu apa yang mendorongnya untuk datang ke rumah sakit malam ini. Rasanya ada yang harus ia selesaikan, sesuatu yang tidak bisa menunggu. Aliyah pasti masih ada di

  • Menikah Lagi untuk Membalas Sakit Hati   Lima Puluh

    Suasana senja mulai merayap saat Guntara memarkir mobilnya di depan rumah. Wajahnya terlihat tegang, dengan rahang yang sesekali mengatup erat, menahan kemarahan yang masih membara. Pertemuannya dengan Salma di rumah itu tadi menjadi pemicu. Kata-kata Salma terus terngiang di kepalanya, menambah sesak di dadanya.Guntara bahkan tidak bisa menjawab ucapan Salma. Sang mantan istri sangat menolak ide gila. Menceraikan Aliyah akan ditempuh Guntara agar Salma mau rujuk. Namun, kenyataan berkata lain, Salma menolak mentah-mentah ide itu.'Apa dia juga nggak mikir kalo Danu masih sah secara hukum dan agama sebagai istri Gina? Bahkan Gina rela menjadi tulang punggung.' Danu hanya bisa berbicara dalam hati saja dengan penuh emosi. Namun, pemandangan yang menyambutnya di depan rumah membuat langkahnya terhenti. Yulianti, sang ibu, berdiri di dekat pagar dengan tangan terlipat di depan dada. Wajahnya terlihat kesal, tetapi sorot matanya sangatlah tajam, seperti sedang mempersiapkan konfrontasi.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status