Dirga memasuki basecamp PUNGGAWA dengan sedikit emosi. Kesialan ini mereka buat bersama-sama, tetapi kenapa hasil akhirnya hanya dia sendiri yang harus bertanggung jawab?
Pintu yang terbuka dengan kasar tak sedikit pun membuat anggota PUNGGAWA yang lain panik. Malah mereka tertawa terkikik mengingat kesialan yang kini menimpa salah satu sahabatnya tersebut. "Setan ya lo semua!" teriak Dirga penuh emosi tetapi malah dibalas tertawa terbahak oleh para sahabatnya. Bantal sofa basecamp sudah dia lemparkan ke arah para sahabatnya dengan penuh emosi. Gila saja mereka membiarkan dirinya terjebak sendirian ditengah warga yang tengah emosi. "Sorry, Bro! Kita juga cari aman!" tukas Prabu dengan santainya. Sedangkan di sisi lain, Rama mengulurkan sebotol minuman dingin untuk Dirga. "Aman kalian, sedangkan gue? Dah kayak ayam oon yang harus diadili sendirian. Padahal yang sudah eksekusi kalian, gue kena getah doang belum sempat eksekusi!" serunya sembari menaruh bokongnya diatas sofa. "Dimana Dia sekarang?" tanya Rama. Yang lain bungkam. Namun dalam hati mereka juga bertanya-tanya tentang pertanyaan sang kepala suku tersebut. Perempuan yang menjadi trending topik PUNGGAWA saat ini. "Gue suruh kakaknya buat nganterin dia ke rumah. Dah gue bawain alamat ma ATM buat bekal." jelas Dirga yang membuat para sahabatnya mengernyitkan dahi. "Dah lo nikahin kontrak kan?" tanya Rama kembali. "Ya udahlah. Mau dimasukkan penjara kalau gue menolak buat nikah sama Dia!" papar Dirga yang membuat para sahabatnya kembali terkejut. "Tinggal tunggu tempo saja kan? Sabar aja. Kita akan bantu soal keuangan dia. Biar bagaimanapun, kita juga salah." ucap Rama yang membuat Dirga mengangguk. Memang niatnya hanya untuk menikah saja. Sedangkan untuk hidup istrinya, biarkan saja dia mendekam di rumah mewahnya. Toh, tak akan kekurangan juga. " Tunggu... Tunggu... Tunggu... Lo nikahin dia? " ujar David terkejut. "Kalau bukan karena digrebek, gue juga ogah nikah ma dia. Sial bangeeeetttt... hidup gue! Nikah sama perempuan bekas sampah kalian!" teriak Dirga yang membuat yang lain kicep. Prabu dan Kevin terdiam. Mereka sadar, mereka pun ikut andil dalam pernikahan sahabatnya ini. Andai mereka membantu Dirga melarikan diri, Dirga tak harus mengalami hal ini. Mereka tak menyangka aksi kebodohan mereka kali ini sampai harus berujung pernikahan salah satu sahabatnya. Namun berbeda dengan David. Dia malah berdecak seolah tak terima. "Lah, ngapain? Dah kita bayar mahal kok malah paling menyusahkan!" gerutu David yang malah mendapat geplakan di kepalanya. "Ngapain ngapain! Lo pikir gue bisa ngapain saat orang-orang datang buat menggerebek kita. sedangkan kondisi gue sedang... Kalian pahamlah apa maksud gue!" Dirga hanya mampu menggerutu jika mengingat kejadian penggrebrekan kala itu. Panik, marah, malu semua seakan menjadi satu. "Lah, lo tinggal bilang kalau lo sudah transfer mahal dia. Bukti transfer kan ada di hp lo!" seru David kembali yang diangguki para sahabatnya yang lain. Dirga memutar matanya malas. Ya kali dia ikhlas namanya buruk di hadapan para warga saat itu. Kelihatan sekali betapa liarnya mereka hingga memesan perempuan untuk dipakai bersama. "Terus terlihatlah semua kebusukan kita. Gitu?" gerutu Dirga. Yang lain hanya mampu mengangguk mengiyakan saja. Rama yang dari tadi terdiam pun mulai angkat bicara. Sedikitnya dia sadar, dia pun turut andil dalam pernikahan penggrebekan sahabatnya itu. "Berapa lama kontraknya?" tanya Rama. "3 bulan kalau tidak hamil. Setahun kalau hamil. Uang nafkah 20 juta perbulan." jelas Dirga sambil menyeruput minuman yang tinggal titik penghabisan. Para sahabatnya kembali menatapnya heran. Kontrak nikah? Baru kali ini mereka melihat sendiri di depan mata. Tetapi, uang 20 juta perbulan itu terlalu sedikit untuk seorang istri Dirgantara Wisesa. Apakah tidak terlalu pelit? "Dia ngga marah lo kasih nafkah segitu? Gila! Dirgantara Wisesa lho! Nafkah 20 juta perbulan. Buat ke mall kurang itu!" seru Prabu yang sedikit kaget dengan uang nafkah istri Dirga. Dirga yang mendengar ucapan Prabu memutar matanya malas. Uang 20 juta itu untuk jajan dia. Ya kali kurang? " Hidup perempuan sekarang tak butuh hanya jajan. Tas, pakaian, skincare, kosmetik, semua butuh uang." ucap Prabu menasehati kawannya yang sepertinya sedang khilaf terhadap istrinya sendiri. "Dia hanya perempuan miskin. Gue masih curiga kalau dia sengaja menjebak salah satu dari kita supaya bisa hidup enak." Ucapan Dirga membuat keempat sahabatnya teringat akan hal ini. Sudah puluhan kali mereka melakukan hal ini. Namun tak sekalinya, kelakuan mereka terendus orang lain. Ringgo sangat berhati-hati dalam melakukan setiap pekerjaannya. Tak mungkin Ringgo berani melakukan kecerobohan. "Benar! Bahkan dari SMA kita sudah melakukan hal ini. Tak pernah sekalipun menimbulkan kekacauan. Kenapa ini bisa terjadi?" gelisah Prabu. Papa dan mamanya bekerja di luar negeri. Prabu hanya tinggal sendiri disini. Kedua kakak perempuannya sudah menikah dan mempunyai kehidupan tersendiri. " Lo dah cek video yang dikirim ke nomor mertua lo? " ucap David yang membuat semuanya teringat sesuatu. Video! Benar! Video yang terkirim ke nomor orang tua Karamellah yang membuat Dirga harus segera tiba di basecamp ini. Video yang katanya berisi adegan itu. " Lo udah telusuri darimana asal video itu? "cecar David. Pertanyaan David mencuri perhatian Dirga. Apakah sahabatnya itu sudah menemukan siapa pengirim video tersebut? " Lo udah tau? " tanya Dirga balik. Kemampuan David sebagai ahli IT tak perlu diragukan. Hanya dengan menyebut nama, David dapat mengakses data pribadi seseorang dengan mudah. Sebuah berkas dilempar ke arah Dirga. Tujuannya memang Dirga. Tetapi Kevin dan Prabu pun ikut berebut. Sedangkan Rama, dia masih duduk tenang sambil menyilangkan tangan. "Bruno? Siapa dia? Namanya kayak nama anjing tetangga gue. Ada urusan apa sama kita?" tanya Prabu dengan penuh tanda tanya. "Pacar Kesya. Kakak kandung seseorang yang mungkin sudah menjadi istri kontrak salah satu sahabat kita." jelas David yang membuat Dirga mengernyitkan dahi. "Apa hubungannya Bruno dengan istri gue? Dia kan pacar kakaknya. Kenapa dia sampai merekam video menjijikkan itu?" tanya Dirga yang dibalas pukulan di kepalanya oleh para sahabatnya itu. "Menjijikkan katanya? Menjijikkan kok rutin dilakukan." sindir Rama. Ayolah! Mereka berlima itu tidak ada yang benar kelakuannya. Jadi kalau berlagak sok suci, itu jauh lebih menjijikkan. "Tunggu dulu." Dirga kembali bersuara. "Jika benar itu adalah hasil rekaman Bruno, untuk apa dia merekamnya? Bukankah Karamel bakal adik ipar dia? Dengan dia merekam, bukankah namanya akan buruk?" "Itu jika Karamel tidak terlibat. Tetapi berbeda cerita kalau perempuan itu sudah bekerjasama. Mungkin itulah yang bisa mereka jadikan untuk memeras kita." papar David. "Masuk akal! Bukankah video itu salah satu alasan orang tua Karamel datang ke tempat itu tanpa kita kasih tau. Atau mungkin, memang mereka sudah mengatur semua kejadian ini?" telaah Dirga yang semakin menaruh kebencian kepada perempuan yang kini telah berstatus sebagai istrinya tersebut. 'Pura-pura menangis, pura-pura tak tau apa-apa, tetapi ternyata sangat licik.'Pov Karamel"Turun!"Ucapan Kesya membuatku terperanjat. Mobil pun telah berhenti di tepi jalan yang sangat sepi. 'Apa maksudnya?' batinku bertanya-tanya. Ini hanya jalanan kosong. Bahkan sangat sepi. Dari tadi hanya beberapa motor saja yang melintas sedari tadi."Apa maksudmu, mbak? Ini hanya jalanan kosong. Ngga mungkin kan rumah Dirga ada di tengah-tengah hutan sana?" tanyaku yang kebingungan dengan ulah kakakku kali ini.Memang dia sering bertingkah menjengkelkan. Tetapi meninggalkan aku di jalanan sepi tak bertetangga seperti ini, menurutku, ini sangat keterlaluan." Yang mau mengantarmu ke rumah Dirga siapa? Kau pikir aku akan membiarkanmu hidup enak tak kekurangan seperti nyonya besar Dirga? Oh, tidak! Aku yang akan menggantikan posisimu sebagai nyonya Dirga disana." ucap Kesya dengan penuh percaya diri. Luar biasa heran aku sekarang. Dahiku mengernyit bingung. Apa kakakku ini sudah gila? Aku yang dinikahi. Tetapi kenapa enteng sekali Kesya bilang akan menggantikan posisiku
Bau obat-obatan yang menyengat mulai membangunkan tubuh Kara. Terlihat dari segala arah, semua serba krem. Tangannya pun terpasang selang infus. Ada selimut yang menyelimuti tubuh sampai ke dada.'Ini di mana?' batin Kara mulai bertanya-tanya. Seingatnya, sepertinya dia pingsan di pinggir jalan. Lalu kenapa bisa sampai disini? Siapa yang telah menolongnya?CeklekTerdengar pintu terbuka. Terlihat seorang gadis yang mungkin seusia Kara terlihat disana."Sudah enakan?" tanya gadis itu. Kara pun menjawab dengan menganggukkan kepalanya. "Aku Asri. Perempuan yang membawamu kesini. Apakah ada nomor keluarga yang kamu ingat? Karena dari tadi kami mencari kartu identitasmu tapi tak ketemu." lanjut Asri kembali.Kara hanya menggeleng sebagai jawaban. Bukan tak ingat. Hanya tak ingin kembali menjadi beban untuk mereka. Kejadian hari ini sudah membuat beban yang sangat berat untuk mereka. Apakah Kara juga tega menambah beban dengan mengatakan bahwa dirinya terdampar disini karena dibuang kakak
Kehidupan berlalu begitu cepat, hingga waktu 3 bulan sudah dilalui Kara di daerah ini. Hidup sebagai penjaga los pakaian dengan gaji 35 ribu sehari menjadi andalan tumpuan hidup Kara waktu itu. Karena kini, Kara menjadi pengangguran karena suatu insiden. Flasback on"Yu Tarni, tak kasih tau, Yu! Sadar ngga kalau belakangan ini los kita sepi? Ternyata ada yang kerja nyambi dodolan. Ish... mengerikan!" ucap tetangga Los pakaian Kara. Kara yang mendengar nya hanya cukup mengelus dada. Dia tahu, dialah sasaran sindiran tersebut. " Lha iyo tow, Nah! Mosok sepi kok nganti babar blas raenek sing takon. Nek ngene terus yo kelakon tutup tenan iki, Nah! " balas orang disapa Yu Tarni tersebut. "Lha pye? Saingane cah kota, jek cilik, tapi mbangetke kok, Yu! Lak yo sing tuo ngene kie ra payu nuw!" cerca perempuan di depannya lagi. Kara yang sudah jengah dengan pembicaraan mereka berdua segera menghampiri setelah selesai melayani pelanggan los nya. "Sebenarnya masalah ibu-ibu dengan saya itu
Waktu perjanjian sudah tiba. Hari ini, tepat 3 bulan usia pernikahan Kara dan Dirga. Hari ini pula, keputusan pernikahan mereka akan berhenti atau bertahan 9 bulan ke depan. Dirga, David, Prabu dan Kevin serempak pergi ke tempat Kara seharusnya tinggal. Sedangkan sang kepala suku, sudah tidak bisa berkumpul bebas karena sudah mempunyai istri hasil pernikahan bisnis. Inginnya mereka segera menyelesaikan urusan pernikahan yang tak diinginkan. Tapi ternyata... "Lho? Ini siapa, Dir?" tanya Prabu yang terkejut ada sosok perempuan lain di rumah sang sahabat."Ngapain lo disini?" tanya Dirga tak kalah terkejut dengan kehadiran kakak iparnya. "Siapa, Dir?" kehadiran Kesya yang tak disangka-sangka tentulah membuat keempat PUNGGAWA terkejut. Apalagi mereka sudah celingukan, tapi tetap juga tak terlihat istri dari sang sahabat. "Calon mantan kakak ipar gue!" jawab Dirga. "Dimana dia?" ucapan lirih penuh ancaman membuat tubuh Kesya meremang. Sungguh tak pernah dia sadari kalau adik iparnya i
"Bagaimana bisa pernikahan yang seharusnya hanya siri diubah jadi pernikahan yang sah? Lo jangan mau dibohongi, Dir!" Rama yang kini tak bersama keempat kawannya pun ikut risau.Masalah ini timbul karena dia yang lagi stres. Sedangkan keempat kawannya hanya ikut menikmati. Dan kini faktanya, salah satu kawannya harus menjadi tumbal." Gue sudah ambil surat nikahnya. Mereka benar-benar mengurus pernikahan gue. Bahkan mertua gue yang menyelesaikan semuanya. Ini gila! Benar-benar gila, Ram!" Dirga diseberang telepon pun menjadi panik.Kalau sudah sah dalam hukum dan negara, dia harus mengurus perceraian ini lewat pengadilan. Dan sudah otomatis, status dia juga akan berubah." Apa acuan bokap mertua lo pengajuan nikah secara hukum? Secara semua itu mendadak. Ngga mungkin cukup waktu untuk mengurus secara sah bukan?" Rama masih mencoba mengulas masalah ini secara rinci.Siapa tahu masih ada cela untuk membatalkan status pernikahan sahabatnya itu." Bukti rekaman waktu gue nikah siri sama a
" Kalau tak mau hamil, jangan lakukan hubungan enak-enak. Ngga pinter menyiasati, tapi main api. Giliran terbakar,bukannya memadamkan malah hanya teriak-teriak. Bodoh itu namanya!" teriak tetangga kos Kara yang mungkin merasa terganggu dengan teriakan kedua orang ini." Tau apa kamu soal hidup saya, Mbak? Dijebak sahabat sendiri, dilecehkan, dibuang kakak kandung kandung sendiri, dan kini malah hamil. Apa Mbak tau bagaimana kehidupan saya sebelum ini?" tanya Kara yang merasa direndahkan oleh tetangga kos nya tersebut."Yang pasti sama-sama menderita bukan? Hidup macam apa yang sahabat sendiri malah khianat? Saudara sendiri membuang? Yakin sebelum ini kamu bahagia?"Pertanyaan tetangga kosnya tersebut membuat Kara mengingat hidupnya selama ini. Bapak dan ibunya hanya mementingkan Kesya. Sekolah bahkan sampai kuliah, selalu disambinya bekerja. Selalu ikut event untuk menambah uang tabungan. Tak ada waktu bersenang-senang. Benar! Hidupnya sungguh miris. Apalagi sahabat karibnya sedari k
Sebulan kemudian suasana rumah Prabu penuh aura permusuhan. Kevin terlihat sudah babak belur tanpa satu orang pun berani buat menolong. "Seharusnya hal yang seperti ini ngga perlu ada dalam persahabatan kita, Kev!" Rama yang terkejut akan kematian adik sepupu sahabatnya, semakin terkejut saat tiba di rumah Prabu, Kevin sudah babak belur dihajar Prabu dan David. Sedangkan Dirga, masih bingung mau berbuat apa, hanya diam memandang kedua sahabatnya menghajar Kevin. " Apa yang ada di otak Lo hingga kepikiran untuk merusak Mecha, Kev! Dia adik Gue! Adik yang paling gue sayang! Aaa...." Prabu kembali menghajar Kevin hingga Kevin semakin tersungkur. Dari tadi, tak sekalipun Kevin membalas. Seolah dia sudah paham akan apa yang terjadi setelah menolak bertanggung jawab tentang kehamilan Mecha. " Lo tau gue menaruh hati dari lama sama dia, Kev! Lo tau segala hal sudah gue lakukan untuk menarik perhatian dia. Tetapi pada akhirnya, dia malah jadian sama Lo. Jujur, gue sakit hati. Tapi, Gue me
Pov Kevin GalendraNamaku Kevin Galendra. Sedari kecil, aku hanya mengenal Adam Galendra dan Siwi sebagai orang tuaku. Meskipun ibuku terlalu sayang padaku, namun ada sisi hatiku yang kosong. Entah lah, aku pun bertanya-tanya, apa yang kurang dari mama Siwi?Uang saku, berlebih. Aku meminta apapun, selalu diberi. Tak ada yang tidak kudapatkan sedari dulu. Semua ada di genggamanku. Hingga akhirnya, saat aku tertangkap polisi karena tawuran, Papa marah besar padaku. Tetapi Mamaku, tidak!Sama sekali tidak marah! Bahkan membelaku dihadapan Papa. Sebagai bahan pembelaannya, katanya, aku baru dalam masa pencarian jati diri.Seharusnya,,, seharusnya aku senang. Tapi tidak! Aku merasa, Mamaku terlalu membiarkanku melakukan kesalahan. Darimana aku tahu? Karena cara Mama membimbingku, berbeda kala Mama mendidik Evan. Satu-satunya adikku."Evan, jam berapa ini baru pulang sekolah? Jangan terbiasa pulang telat! Ada banyak les yang harus kamu ikuti. Jangan malas!" teriak Mama suatu ketika karena E
Semenjak penculikan Dewi, dunia kami sudah berubah. Aku pun tak tau lagi meski bagaimana. Dewi sudah seperti mayat hidup yang diam dalam pandangan kosong. Tidak ada yang mampu kami tanyakan. Apalagi setelah mama tahu kalau aku sudah mengetahui hubungan kami. "Seharusnya kamu tidak usah bertemu dengan kami. Aku tak pernah meminta kamu untuk kemari. Aku hanya ingin hidup kami tenang," ucap mama. Sederhana tetapi membuat sesak napas ini. "Mama tidak menyayangiku? Apa aku salah jika aku pun ingin merasakan bagaimana rasanya dicintai mama kandung aku sendiri?" rintihku. Tidak diharapkan oleh kedua ibu membuatku berpikir, apakah aku tidak pantas dicintai? "Mama bukan tidak mencintaimu. Hidupmunsudah terlalu nyaman dengan banyaknya kasih sayang dan harta di sekitarmu. Tetapi bagaimana dengan adikmu? Kelahirannya saja papanya tidak tahu. Jangankan harta, bahkan sedari kecil Dewi sudah terbiasa untuk bekerja." Aku hanya mampu mendengar segala keluh kesah dari ibu kandungku ini. " D
Dewi berjalan perlahan ke arahku. Dengan sigap kubekap mulutnya agar tak berteriak. Tentu saja tubuhnya meronta minta dilepaskan. Tapi tak ku gubris semua itu. Satu persatu masalahku harus terselesaikan."Ehm... Ehm..." tubuh Dewi terus meronta namun tetap kuseret menjauh dari rumah ibuku."Ini Kevin." Setelah aku jujur, rontaan Dewi mulai melemah. Kubalik tubuhnya dan kuberikan pelukan."Maaf baru sadar kalau kamu adikku. Tetapi kenapa selama ini diam saja?" ucapku seraya menatap wajah adik yang selama 16 tahun ini tak pernah kuketahui.Dewi malah mengacuhkan aku. Bibirnya berdecih seolah tak percaya apa yang aku ucapkan barusan. Kedua tangannya menghempas kedua tanganku yang masih memeluknya. "Ck... Emang kalau aku bilang, kakak bakal percaya? Bukankah membully ku sudah menjadi kebahagian tersendiri buat kalian?"Aku menghela nafas pelan. Mungkin jika aku tak mendengar pembicaraan antara mama Siwi dan anaknya waktu itu, aku belum tentu percaya jika Dewi mengatakan kalau dia adalah
Masih POV Kevin GalendraMencari data masa lalu pernikahan kedua orang tuanya ternyata tak sulit. Papanya tak pernah menyembunyikan pernikahannya. Bahkan selama ini, masih hanya nama Adam Galendra dan Asma. Bukan dengan mama Siwi. Yang selama ini kuanggap Mamaku dan istri Papa.Bodohnya aku selama ini yang tak pernah mencari tau siapa nama Mamaku di dalam buku raport atau identitasku yang lain. Karena biasanya semua urusan administrasi mengenai aku, diurus Mama Siwi dan orang kepercayaan Papa."Om Refan, apa Papa selama ini tidak pernah menikah lagi setelah Mama Asma pergi?" tanyaku pada pengacara yang biasa menangani segala kenakalanku.Om Refan adalah sahabat Papaku dari dulu. Bahkan mungkin dari kecil, mereka sudah bersahabat.Om Refan memandangku menyelidik. Entah apa yang ada dipikirannya. Berkas yang sedari tadi dibacanya, dihempaskan begitu saja diatas meja. " Kau baru menanyakan ini setelah sekian tahun? Ckckck... Dimana rasa pekamu selama ini?" Aku menaikkan dahi heran dengan
Pov Kevin GalendraNamaku Kevin Galendra. Sedari kecil, aku hanya mengenal Adam Galendra dan Siwi sebagai orang tuaku. Meskipun ibuku terlalu sayang padaku, namun ada sisi hatiku yang kosong. Entah lah, aku pun bertanya-tanya, apa yang kurang dari mama Siwi?Uang saku, berlebih. Aku meminta apapun, selalu diberi. Tak ada yang tidak kudapatkan sedari dulu. Semua ada di genggamanku. Hingga akhirnya, saat aku tertangkap polisi karena tawuran, Papa marah besar padaku. Tetapi Mamaku, tidak!Sama sekali tidak marah! Bahkan membelaku dihadapan Papa. Sebagai bahan pembelaannya, katanya, aku baru dalam masa pencarian jati diri.Seharusnya,,, seharusnya aku senang. Tapi tidak! Aku merasa, Mamaku terlalu membiarkanku melakukan kesalahan. Darimana aku tahu? Karena cara Mama membimbingku, berbeda kala Mama mendidik Evan. Satu-satunya adikku."Evan, jam berapa ini baru pulang sekolah? Jangan terbiasa pulang telat! Ada banyak les yang harus kamu ikuti. Jangan malas!" teriak Mama suatu ketika karena E
Sebulan kemudian suasana rumah Prabu penuh aura permusuhan. Kevin terlihat sudah babak belur tanpa satu orang pun berani buat menolong. "Seharusnya hal yang seperti ini ngga perlu ada dalam persahabatan kita, Kev!" Rama yang terkejut akan kematian adik sepupu sahabatnya, semakin terkejut saat tiba di rumah Prabu, Kevin sudah babak belur dihajar Prabu dan David. Sedangkan Dirga, masih bingung mau berbuat apa, hanya diam memandang kedua sahabatnya menghajar Kevin. " Apa yang ada di otak Lo hingga kepikiran untuk merusak Mecha, Kev! Dia adik Gue! Adik yang paling gue sayang! Aaa...." Prabu kembali menghajar Kevin hingga Kevin semakin tersungkur. Dari tadi, tak sekalipun Kevin membalas. Seolah dia sudah paham akan apa yang terjadi setelah menolak bertanggung jawab tentang kehamilan Mecha. " Lo tau gue menaruh hati dari lama sama dia, Kev! Lo tau segala hal sudah gue lakukan untuk menarik perhatian dia. Tetapi pada akhirnya, dia malah jadian sama Lo. Jujur, gue sakit hati. Tapi, Gue me
" Kalau tak mau hamil, jangan lakukan hubungan enak-enak. Ngga pinter menyiasati, tapi main api. Giliran terbakar,bukannya memadamkan malah hanya teriak-teriak. Bodoh itu namanya!" teriak tetangga kos Kara yang mungkin merasa terganggu dengan teriakan kedua orang ini." Tau apa kamu soal hidup saya, Mbak? Dijebak sahabat sendiri, dilecehkan, dibuang kakak kandung kandung sendiri, dan kini malah hamil. Apa Mbak tau bagaimana kehidupan saya sebelum ini?" tanya Kara yang merasa direndahkan oleh tetangga kos nya tersebut."Yang pasti sama-sama menderita bukan? Hidup macam apa yang sahabat sendiri malah khianat? Saudara sendiri membuang? Yakin sebelum ini kamu bahagia?"Pertanyaan tetangga kosnya tersebut membuat Kara mengingat hidupnya selama ini. Bapak dan ibunya hanya mementingkan Kesya. Sekolah bahkan sampai kuliah, selalu disambinya bekerja. Selalu ikut event untuk menambah uang tabungan. Tak ada waktu bersenang-senang. Benar! Hidupnya sungguh miris. Apalagi sahabat karibnya sedari k
"Bagaimana bisa pernikahan yang seharusnya hanya siri diubah jadi pernikahan yang sah? Lo jangan mau dibohongi, Dir!" Rama yang kini tak bersama keempat kawannya pun ikut risau.Masalah ini timbul karena dia yang lagi stres. Sedangkan keempat kawannya hanya ikut menikmati. Dan kini faktanya, salah satu kawannya harus menjadi tumbal." Gue sudah ambil surat nikahnya. Mereka benar-benar mengurus pernikahan gue. Bahkan mertua gue yang menyelesaikan semuanya. Ini gila! Benar-benar gila, Ram!" Dirga diseberang telepon pun menjadi panik.Kalau sudah sah dalam hukum dan negara, dia harus mengurus perceraian ini lewat pengadilan. Dan sudah otomatis, status dia juga akan berubah." Apa acuan bokap mertua lo pengajuan nikah secara hukum? Secara semua itu mendadak. Ngga mungkin cukup waktu untuk mengurus secara sah bukan?" Rama masih mencoba mengulas masalah ini secara rinci.Siapa tahu masih ada cela untuk membatalkan status pernikahan sahabatnya itu." Bukti rekaman waktu gue nikah siri sama a
Waktu perjanjian sudah tiba. Hari ini, tepat 3 bulan usia pernikahan Kara dan Dirga. Hari ini pula, keputusan pernikahan mereka akan berhenti atau bertahan 9 bulan ke depan. Dirga, David, Prabu dan Kevin serempak pergi ke tempat Kara seharusnya tinggal. Sedangkan sang kepala suku, sudah tidak bisa berkumpul bebas karena sudah mempunyai istri hasil pernikahan bisnis. Inginnya mereka segera menyelesaikan urusan pernikahan yang tak diinginkan. Tapi ternyata... "Lho? Ini siapa, Dir?" tanya Prabu yang terkejut ada sosok perempuan lain di rumah sang sahabat."Ngapain lo disini?" tanya Dirga tak kalah terkejut dengan kehadiran kakak iparnya. "Siapa, Dir?" kehadiran Kesya yang tak disangka-sangka tentulah membuat keempat PUNGGAWA terkejut. Apalagi mereka sudah celingukan, tapi tetap juga tak terlihat istri dari sang sahabat. "Calon mantan kakak ipar gue!" jawab Dirga. "Dimana dia?" ucapan lirih penuh ancaman membuat tubuh Kesya meremang. Sungguh tak pernah dia sadari kalau adik iparnya i
Kehidupan berlalu begitu cepat, hingga waktu 3 bulan sudah dilalui Kara di daerah ini. Hidup sebagai penjaga los pakaian dengan gaji 35 ribu sehari menjadi andalan tumpuan hidup Kara waktu itu. Karena kini, Kara menjadi pengangguran karena suatu insiden. Flasback on"Yu Tarni, tak kasih tau, Yu! Sadar ngga kalau belakangan ini los kita sepi? Ternyata ada yang kerja nyambi dodolan. Ish... mengerikan!" ucap tetangga Los pakaian Kara. Kara yang mendengar nya hanya cukup mengelus dada. Dia tahu, dialah sasaran sindiran tersebut. " Lha iyo tow, Nah! Mosok sepi kok nganti babar blas raenek sing takon. Nek ngene terus yo kelakon tutup tenan iki, Nah! " balas orang disapa Yu Tarni tersebut. "Lha pye? Saingane cah kota, jek cilik, tapi mbangetke kok, Yu! Lak yo sing tuo ngene kie ra payu nuw!" cerca perempuan di depannya lagi. Kara yang sudah jengah dengan pembicaraan mereka berdua segera menghampiri setelah selesai melayani pelanggan los nya. "Sebenarnya masalah ibu-ibu dengan saya itu