Tiga hari setelah dimana Melinda mengetahui jika Jonathan pria yang sangat dicintainya sudah menikah dengan wanita lain, dan selama itu pula Melinda berdiam diri di apartemennya tanpa menyalakan lampu saat malam tiba.Rasa sedih dan juga kecewa pada diri sendiri selalu menghantuinya.
“Apa sebenarnya kekurangku? Kenapa dia sama sekali tidak tertarik padaku? Bahkan dia sampai pasrah menikah dengan wanita lain yang tidak dicintainya. Kenapa dia tidak memilihku? Kenapa?” Ucap Melinda dengan perasaan hancur.
“Akan tetapi aku tidak akan menyerah begitu saja. Toh kalian menikah atas dasar dijodohkan dan tidak ada rasa saling suka ini. Maka akan sangat mudah bagiku jika memisahkan kalian, ketika belum ada perasaan sama sekali diantara mereka bukan?” Ucap Melinda yang tiba-tiba mendapatkan semangat ingin merebut Jonathan dan juga men
Terima kasih yang sudah menyempatkan membaca kisah lelanjutannya Jonathan dan Kalisa 🤗 Dan nantilan kisah selanjutnya 😘😘
“Kenapa diam saja? Kamu bisa merasakannya jika juniorku sudah bangun di bawah sana?" Ucap Jonathan dan menunjukkan tatapan teduh dan hangat pada Kalisa. Kalisa menelan saliva kemudian mengangguk pelan. “Tapi saat ini aku sedang ada tamu bulanan yang datang,” jawab Kalisa pelan dan kembali menggigit bibir ranum milinya. “Masih belum selesai? Memangnya masih butuh berapa hari lagi sampai benar-benar selesai?” Tanya Jonathan pelan yang terdengar seperti kecewa. “Gak lama, mungkin dua atau tiga hari lagi sudah selesai,” jawab kalisa dan kembali menunjukkan senyum ceria seperti biasanya. Jonathan menjatuhkan tubuhnya ke samping dan menutup matanya menggunakan lengan tangannya. Kalisa menoleh dan melihat sua
Jonathan yang melihat wajah terkejut Kalisa akibat melihat pemandangan yang seharusnya tak dilihat, dengan cepat mendorong tubuh Melinda hingga jatuh ke lantai dan mengenai makanan yang tumpah disana. “Ini semua tidak seperti apa yang kamu lihat Kalisa. Aku bisa menjelaskannya padamu,” ucap Jonathan yang khawatir jika Kalisa akan salah paham. “Tega sekali kamu mendorongku hingga terjatuh di lantai dan terkena makanan yang tumpah, Jonathan,” ucap Melinda dan meringis menahan sakit akibat jatuh di lantai. Kalisa tak menanggapi perkataan suaminya yang ingin memberi penjelasan. Dia malah beralih melihat ke arah Melinda yang tampak menunjukkan wajah kesal sambil membersihkan makanan yang menempel di bajunya dan rok pendek hitamnya.
Sudah dua hari Kalisa merasa tidak nyaman saat bekerja akibat mendapatkan tatapan meremehkan dan jijik dari para rekan kerjanya selain Sindi. “Kalisa, kenapa kamu gak langsung mengklarifikasi aja sih rumor itu,” ucap Sindi yang merasa kesal dengan sikap para rekan kerjanya yang lain yang memandang rendah serta tatapan jijik pada Kalisa. “Biarkan saja, aku malas berurusan dengan mereka yang tidak tau apa apa. Akan sangat mudah jika aku mengetahui siapa dalang yang menyebarkan rumor murahan itu.” “Iya juga sih,” ucap Sindi. Tanpa terasa jam makan siang pun tiba dan seperti biasanya Kalisa membereskan mejanya dan dengan semangat ingin cepat naik ke lantai atas menuju ruangan suami datar dan dinginnya untuk maka
“Dengan cara apa aku harus bertanggung jawabnya Mas?” Ucap Kalisa sambil mengusap lembut kedua pipi suaminya dengan penuh kasih sayang dan tak lupa juga senyum manis menggoda menghiasi bibir ranumnya. “Jangan pura-pura polos. Aku tau jika tamu bulananmu sudah selesai dan sekarang aku ingin meminta hakku sebagai suami.” “Tapi kita masih dikantor Mas, bisakah kita melakukannya di rumah saja?” Pinta Kalisa. “Apakah kamu tega melihat suamimu terus menahan seperti ini dari beberapa hari yang lalu, Kalisa?” “Tapi aku benar-benar gak mau melakukan malam pertama yang kadaluarsa ini di kantor. Bisakah kita lakukan dirumah saja, Mas? Aku janji akan melayani Mas dengan baik dan membuat juniormu yang dibawah sana
Kalisa yang masih berusaha mengatur nafasnya tiba-tiba kembali mendesah lagi saat lidah hangat Jonathan mengulum ujung dadanya yang memberikan sensasi geli bercampur nikmat yang belum pernah Kalisa rasakan sebelumnya. Jonathan mulai mengarahkan juniornya untuk memasuki lubang gua yang menjanjikan kenikmatan tiada tara. "Mas," panggil Kalisa pelan. "Hmm," guman Jonathan sambil menatap hangat kearah istrinya. "Aku takut akan sakit nanti," ucap Kalisa dengan suara pelan dan tubuhnya tiba-tiba menjadi tegang. Jonathan yang menyadari ketegangan dari istrinya pun langsung menyudahi kesibukannya yang asik menyusu layaknya bayi dan beralih mencium lembut
Tampak sepasang suami istri yang masih tertidur pulas dengan posisi saling memeluk memberi kehangatan tanpa tau jika di lantai bawah tampak beberapa pelayan sedang sibuk menyiapkan makan malam besar. "Tante yakin jika kak Jo dan kakak ipar melakukan malam pertamanya yang sudah kadaluarsa itu?" Ucap Anisa yang penasaran sambil menyuap sepotong apel kedalam mulutnya. "Iya," jawab Mawar mantap. "Yakin bener kamu jawabnya, Mbak. emangnya kamu pasang Cctv apa di dalam kamar mereka?" ucap Sella ibunya Anisa. Anisa menatap tantenya serius dan menanti jawaban yang akan diberikan wanita paruh baya yang masih terlihat cantik. "Di kamar mereka memang sudah a
"Jangan pura-pura tidak tahu dan lupa ingatan kamu, Jessica. Aku dulu sudah mengatakan padamu jangan sampai kamu hamil! Kemudian satu bulan yang lalu kamu mengatakan dengan wajah ceria penuh kebahagiaan jika dirimu tengah hamil anakku," ucap James yang masih berusaha menahan emosinya. Mendengar perkataan dari James seketika membuat Jessica menelan saliva. "Maafkan aku Honey, akan tetapi aku lalai meminum obatnya dengan rutin," ucap Jessica beralasan. "Lalai? Kamu pikir aku percaya dengan alasanmu ini? Aku sangat sering mengingatkan kamu setiap malam dan setiap kita akan berhubungan. Dan tentunya kamu selalu menjawab sudah minumnya dengan rutin. Apakah itu yang kamu sebut lalai Jessica?!" Ucap James yang pada akhirnya lepas kontrol dan memukul b
Jonathan perlahan menggerakan pinggulnya dan meremas kedua payudara padat berisi dengan ukuran pas cangkupan tanganya. "Aku ingin lihat apakah kamu masih tetap bisa tertidur lelap dan menikmati permainanku di alam mimpi sana, atau bangun dan menikmati permainan di alam nyata saat ini, istri barbar ku?" Sudah hampir lima menit berlalu akan tetapi Kalisa masih tetap terlelap tidur dan sesekali merintih mendesah saat Jonathan menggerakan pinggulnya dengan liar dan juga melumat pucuk dadanya. Jonathan yang bosan dengan gaya biasa saja langsung mengganti dengan gaya lain dengan mengangkat satu kaki istrinya ke atas sehingga mempermudahkannya menggerakan pinggul dengan liar dan semakin memperdalam juniornya masuk kedalam lembah gua milik istrinya yang terasa hangat dan nikmat. Ssst argh … erang Jonathan saat dirinya akan mencapai batas dan bersiap untuk menyemburkan bibit benihnya ke dalam rahim istrinya.
Jonathan melihat istrinya yang berbalik dan menunjukan wajah yang penuh harap dan sangat menantikan jawabannya. Melihat suaminya yang malah terlihat bingung dan tak kunjung menjawab membuat Kalisa mengerti kemudian menghela nafas berat dan menyimpulkan jika suaminya masih belum menemukan nama untuk si kembar yang sebentar lagi akan segera lahir. “Sudah aku duga jika Mas Nathan masih belum menemukan nama untuk si kembarkan?” ujar Kalisa dengan nada kecewa dan memejamkan matanya untuk menutupi kekecewaannya serta kesedihannya. Mendengar nada suara kecewa dari istrinya membuat Jonathan menjadi tak tega.“Sebenarnya aku sudah menemukan nama untuk si kembar, akan tetapi aku masih ragu apakah nama itu akan cocok dan juga bagus untuk mereka nanti,” ujar Jonathan ragu.“Benarkah kamu sudah menemukan nama untuk mereka? Coba katakan padaku nama apa yang sudah Mas buat untuk si kembar?” ucap Kalisa yang kembali ceria lagi dan mengusap lembut wajah suaminya.Jonathan menelan ludahn
Kesal karena ucapannya dipotong begitu saja disaat dirinya ingin meluapkan kegelisahannya semenjak menonton serial tv yang saat ini tengah naik daun. Dengan tak berperasaan Kalisa menggigit jari telunjuk suaminya yang ditempelkan pada bibirnya.“Argh!” erang Jonathan dan tangan satunya mengepal kuat untuk menahan rasa sakit pada jari telunjuknya akibat perbuatan istrinya.Mawar yang menyaksikannya hanya bergidik ngeri melihat putranya yang sedang kesakitan. ‘Aduh kasihan benar kamu Jonathan. Semoga kamu bisa menjadi lebih sabar lagi menghadapi sikap Kalisa yang mudah marah semenjak mengandung buah hatimu,” batin Mawar yang menatap iba putranya yang sedang menahan sakit pada jarinya akibat gigitan dari menantunya.Kalisa bukannya merasa bersalah melihat suaminya yang kesakitan dengan mimik muka memerah sambil mengibas-ngibaskan tangannya. Dia malah cuek dan hendak berdiri dari
Perlahan mata mata sipit yang sudah tertutup kini sudah terbuka dan langsung mendapati sosok Dimas yang tengah menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Bulu lentik yang sudah lama tidak bergerak mengikuti kelopak matanya kini bergerak naik turun. Baik Nana dan juga Dimas hanya diam dan saling melihat tanpa mengucapkan sepatah kata.Nana yang melihat wajah khawatir Dimas menjadi menarik sudut bibir tipisnya dengan sorot mata seolah-seolah mengatakan jika dirinya baik-baik saja.Firda yang merasa heran dengan sikap Dimas yang tak biasanya tidak menjawabnya saat diajak bicara akhirnya memutuskan mendekatinya. ‘Sebenarnya apa yang terjadi dengan mereka berdua sih? Yang satunya berlari keluar dan yang satunya lagi hanya berdiri dan menatap serius ke arah Nana,” batin Firda kemudian menoleh ke putrinya.Terkejut sudah pasti saat melihat anak bungsunya yang sudah lama tidak membuka matanya kini sudah membuk
“Apa kau tidak punya mulut untuk menjawab pertanyaanku, Dimas? Asalkan tau saja ya, sebenarnya aku sangat muak setiap akhir pekan selalu melihat wajah cuek dan sangat menjengkelkan darimu,” ucap Robert dengan ketus.“Ini anak udah dewasa tapi sifat dan pemikirannya masih saja seperti anak kecil. Pantas saja Desi selalu menolakmu karena sifat kekanak-kanakan mu ini,” ucap Firda dan menjewer telinga putranya.“Aw …. Sakit ini telingaku, Mah,” ucap Robert sambil memegangi telinga yang masih saja dijewer oleh mamanya.Dimas yang melihat Robert mendapat jeweran dari mamanya menjadi tersenyum puas kemudian dia menoleh pada sosok Nana yang masih tetap betah memejamkan matanya selama tujuh bulan lebih. Rasa rindu ingin melihat mata hitam berbinar yang selalu ditunjukkan oleh Nana dan juga senyum manis nan menggoda menghiasi bibir tipisnya.‘Cepatl
Sebelum menjawab pertanyaan dari mantan suaminya Santi menarik nafas dan membuangnya perlahan. “Aku pikir kamu sudah melupakan Zian dan juga Rian karena sebentar lagi akan mendapatkan anak dari rahim wanita lain,” ucap Santi dingin dan terdengar tajam. Mendengar penuturan mantan istrinya membuat Jefry terkejut. Karena selama delapan tahun menjalani rumah tangga dengannya, ini pertama kalinya dia mendengar Santi berkata dingin dan juga terdengar tajam. “Mana mungkin aku melupakan mereka, Santi? Mau bagaimanapun mereka berdua darah dagingku dan aku tidak akan pernah melupakan mereka walaupun aku sudah memiliki anak lagi dari Serli. Bahkan aku berharap di masa depan mereka bisa rukun walaupun tidak tinggal satu rumah dan berbeda ibu,” ujar Jefry. “Baguslah jika kamu tidak akan pernah melupakan mereka. Selama istrimu tidak mengacau dan membuat kerusuhan di rumahku lagi, aku akan menutupi dan mengatakan pada anak-ana j
“Aku tidak menyangka jika istrinya Jonathan ternyata berhati dingin dan juga sombong sama seperti suaminya. Aku ingin melihat sampai dimana kalian berdua bisa bersikap sombong terus menerus seperti itu,” ucap Serli kemudian berjalan meninggalkan kediaman Rahendra dengan hati yang panas karena emosi menggebu-gebu yang menguasainya. Kalisa menjadi bengong mendengar perkataan Serli yang mengatainya berhati dingin dan juga sombong. “Kenapa aku merasa tidak suka mendengar perkataan wanita tadi? Dasar pelakor tak tau malu, berani-beraninya dia mengataiku wanita berhati dingin dan juga sombong! Lihat saja jika sampai aku bertemu lagi dengannya, pasti bakal aku hajar sampai babak belur tuh pelakor,” gerutu Kalisa yang tak terima dan merasa kesal. Jonathan yang berada di lantai dan melihat istrinya yang menggerutu menjadi tersenyum dan menggelengkan k
Kalisa menelan saliva melihat suaminya yang memejamkan matanya dengan tangan bergerak maju-mundur mengocok juniornya. ‘Apakah ini yang dilakukan Mas Nathan jika sedang berlama-lama dikamar mandi dalam beberapa hari ini?” batin Kalisa. “Sstt oohh, Kalisa,” desis Jonathan sambil memanggil nama istrinya. Tak tahan melihat keseksian dan pesona roti sobek yang milik suaminya yang sangat menggoda, senyum jahil terukir indah di bibir ranum Kalisa dan berjalan mendekati suaminya yang masih belum menyadari kehadirannya. Jonathan terperanjat dan membuka matanya ketika istrinya dengan diam-diam mendekatinya dan memeluk dari belakang dengan tangan merabai perut sispeknya hingga turun ke pangkal dan memainkan dua bolanya. “Kenapa kamu melakukannya sendiri, Mas? Apakah aku udah tidak menarik lagi sampai kamu mastubasi dikamar mandi?” ucap Kalisa. Jonathan menelan saliva dan seluru
Andrew membuka lebar paha istrinya dan mulai memasukan juniornya yang sudah siap untuk bertempur dan menyemburkan saus kental mayones kedalam rahim istrinya. Oohh…. Desis Andrew saat juniornya perlahan memasuki gua hangat dan licin milik istrinya yang selalu memberikannya kenikmatan dan juga kepuas. Mira menggigit bibirnya dan menikmati momen hangat saat junior suaminya memasuki area paling sensitifnya. “Aku menagih janjimu, Honey,” bisik Andrew kemudian mencium telinga istrinya dan sedikit memberi tiupan untuk membangkitkan gairah istrinya. ‘Memangnya aku punya janji apa dengan pria sinting ini? Perasaan aku tidak pernah menjanjikan apapun padanya,” pikir Mira. “Jangan menggigit bibirmu sendiri, Honey,” ucap Andrew kemudian melumat dengan lembut bibir istrinya dan kedua tangannya meremas gunung kembar. Aahh…. Suara desahan k
Anisa menyenggol Kalisa yang tak berkedip melihat dua orang yang berdiri tak jauh dari mereka. Sedangkan Andrew hanya melihat sekilas wanita yang memiliki mata biru cerah yang mirip dengannya akan tetapi itu bukan warna asli karena wanita itu menggunakan soflen sedangkan Andrew asli yang mewarisi dari papanya. “Kemarilah Abigail,” ucap Andrew pada adiknya dan menyuruh duduk disebelahnya. Wanita bule yang tak lain adalah keponakan dari ibu sambung Andrew pun mengikuti Abigail dan hendak duduk disebelahnya, namun sayang Anisa dengan cepat bergeser duduk disebelah Abigail. “Ternyata kamu udah besar ya, Abigail,” ucap Anisa berbasa-basi dan menguap lembut kepala Abigail. Melihat apa yang dilakukan Anisa tentu saja membuat Arsila geram dan mengepalkan tangan nya unt