Share

45. Tidur Bersama

Author: Aeris Park
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Aeris keluar dari rumah sakit tiga hari yang lalu. Leon berulang kali menyuruh Aeris untuk berhenti mengerjakan pekerjaan rumah, tapi istrinya itu selalu mengabaikan perintahnya. Ada saja yang Aeris kerjakan. Menyapu, mencuci piring, menyiram tanaman, bahkan mengelap meja yang tidak berdebu.

Apa Aeris tidak tahu jika Leon mengkhawatirkannya?

"Berhentilah mengerjakan pekerjaan rumah karena aku tidak ingin kamu lelah, Aeris."

"Aku sudah baik-baik saja, Leon. Kamu tidak perlu mengkhawatirkanku."

"Lebih baik kamu istirahat, ya? Aku tidak ingin kamu sakit lagi. Nanti aku juga kan, yang repot," ucap Leon sambil mengambil alih sapu dari tangan Aeris.

Aeris melirik jam yang menempel di dinding kamar. Ternyata sekarang masih jam satu siang. Sejak keluar dari rumah sakit Aeris dan Leon sekarang tidur dalam satu kamar. Leon sendiri yang meminta agar Aeris tidur bersamanya. Aeris pun tidak mampu menolak karena Leon terus saja memaksa. Tolong garis bawahi, MEMAKSA.

"Sekarang masih jam satu siang,
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Menikah Dengan Keponakan   46. Mengenang Masa Lalu

    "Permainan yang sangat bagus, Alea." Krishna memuji permainan Alea sambil bertepuk tangan. Lelaki pemilik senyum manis tersebut menjadi guru Alea selama di Indonesia."Terima kasih, Kak. Tapi menurutku permainan aku tadi tidak sebagus dulu."Krishna mendekat, lantas mendudukkan diri di kursi kosong yang berada tepat di sebelah Alea. "Menurutku, permainanmu tadi sudah sangat bagus."Alea tersenyum mendengar ucapan Krishna barusan. "Aku dulu bisa bermain piano jauh lebih bagus dari pada yang tadi.""Sungguh?" tanya Krishna tidak percaya.Alea mengangguk. "Iya, yang tadi mah, tidak ada apa-apanya.""Apa kamu bisa menunjukkan permainanmu yang sangat bagus itu padaku?"Wajah Alea seketika berubah sendu. Andai saja Leon masih bersamanya, permainan pianonya pasti jauh lebih bagus dari pada sekarang. Namun, lelaki itu sekarang tidak bersamanya lagi. "Entahlah, Kak. Aku tidak yakin bisa bermain piano sebagus dulu.""Memangnya kenapa? Apa kamu sedang ada masalah?"Alea menggeleng pelan. Lagi pu

  • Menikah Dengan Keponakan   47. Kenyataan Pahit

    "Kabarku sangat baik, Irene. Dia bukan kekasihku. Perkenalkan, dia Kak Krishna, guru piano pribadiku." Alea pun mengenalkan Krishna pada Irene."Maaf, aku pikir dia kekasihmu." Irene tersenyum tidak enak."Bukan, kamu jadi guru di sini?""Iya, aku mengajar seni musik dan tari di sekolah ini. Aku dengar kamu sekarang menjadi pianis hebat. Aku sering memberi tahu muridku tentang prestasimu yang luar biasa. Mereka takjub pada kemampuanmu saat bermain piano, Alea.""Kamu terlalu berlebihan, Irene," ucap Alea malu-malu."Aku berkata sungguh-sungguh. Mereka pasti senang jika bisa melihatmu bermain piano secara langsung. Apa kamu mau bermain piano untuk mereka?" pinta Irene penuh harap.Alea melirik Krishna yang berdiri tepat di sampingnya. Meminta izin apakah dia boleh bermain piano di depan murid Irene lewat tatapan mata.Krishna tersenyum. "Silakan," katanya.Irene tersenyum senang. "Terima kasih banyak Alea, murid-muridku pasti senang sekali kalau melihatmu."Mereka bertiga pun memasuki

  • Menikah Dengan Keponakan   48. Aku Memilihmu ◍•ᴗ•◍

    Akhir pekan menjadi hari yang paling ditunggu-tunggu oleh setiap orang yang sudah bekerja dari hari Senin sampai Sabtu, termasuk Leon. Lelaki itu sedang bersantai, menikmati segelas susu pisang yang dibuat oleh Aeris sambil menonton acara komedi di TV."Kamu mau pergi ke mana?" Leon menatap Aeris dengan dahi berkerut dalam. Gadis itu memakai kaos putih dan celana jeans hitam. Rambut hitam panjangnya dicepol asal, menyisakan beberapa helai anak rambut yang menutupi leher jenjangnya. Make up tipis membuat Aeris terlihat cantik."Aku mau keluar sebentar."Leon pun menghampiri Aeris yang sedang mengikat tali sepatu di anak tangga paling bawah. Melihat Aeris berpenampilan seperti ini Leon yakin sekali pasti banyak orang yang mengira kalau Aeris masih anak SMA."Keluar ke mana?""Ke suatu tempat."Aeris memiliki kebiasaan berkunjung ke panti asuhan setiap akhir bulan. Dia ingin berbagi sedikit kebahagiaan ke anak-anak yang sudah tidak memiliki orang tua.Dahi Leon bekerut dalam mendengar uc

  • Menikah Dengan Keponakan   49. Kalimat Manis

    Leon menghentikan mobilnya tepat di halaman panti asuhan Kasih Bunda. Beberapa anak kecil sontak berlari mengerubungi mobilnya."Kak Aeris!" teriak mereka saat melihat Aeris turun dari mobil Leon."Mereka mengenalmu?" Aeris mengangguk lalu mengusap puncak kepala anak itu satu-persatu. Gadis itu terlihat sangat menyayangi mereka. "Dia siapa? Kenapa Kak Aeris tidak datang bersama kak Sean?" tanya anak laki-laki berambut keriting, namanya Michael. "Dia ...." Aeris melirik Leon takut-takut. Leon pasti kesal karena Michael menanyakan Sean."Perkenalkan, nama Om Chandra Yasodana Leon, suami Kak Aeris.""Yey! Putri Aeris sekarang sudah memiliki Pangeran Leon!" teriak Michael diikuti anak-anak panti yang lain.Leon mengerutkan dahi bingung. "Kenapa mereka menyebut kita putri dan pangeran?" tanyanya tidak mengerti."Itu ...." Aeris menggaruk rambut yang tidak gatal. Malu untuk memberi tahu jika dia sering menceritakan kisah putri cantik yang hidup bahagia bersama pangeran tampan pada anak-a

  • Menikah Dengan Keponakan   50. Ternyata Cinta Lama

    Gadis kecil berusia 12 tahun itu terus bersembunyi di belakang tubuh Hana. Kedua tangannya meremas ujung drees Hana hingga meninggalkan kerutan di sana. Keringat dingin keluar membasahi tubuh gadis kecil bernama Aeris itu. Wajahnya pun terlihat sedikit pucat, kedua matanya terus saja memperhatikan sekitar, takut jika orang yang dia sebut papa tiba-tiba datang lalu kembali memukulinya."Aeris." Hana berjongkok agar tingginya sejajar dengan gadis kecil itu. Tangan kanannya membelai pipi Aeris dengan lembut."Emh ...." Aeris malah beringsut karena dia takut Hana akan memukulnya."Jangan takut, Aeris. Ibu tidak akan pernah menyakitimu." Hana menatap anak kandung sahabatnya itu dengan sendu. Aeris mengalami trauma hebat karena sering dipukuli oleh ayahnya hingga membuatnya selalu merasa ketakutan jika didekati seseorang.Aileen dan Kris sering sekali bertengkar. Tidak jarang Kris melayangkan tangan, memukuli wanita yang sudah melahirkan darah dagingnya. Aeris yang melihat Kris memukuli Ail

  • Menikah Dengan Keponakan   51. Saling Mengungkapkan Perasaan

    Kristal bening itu jatuh begitu saja membasahi pipi Aeris. Gadis itu merasa amat sangat bahagia karena Leon akhirnya membalas perasaannya."Ke-kenapa kamu menangis?" tanya Leon panik karena melihat Aeris menangis. "Apa aku salah bicara?"Aeris menggeleng pelan. "Aku sangat bahagia, Leon, jawabnya di sela isak tangis.Leon tersenyum lantas mengusap air mata yang membasahi pipi Aeris. "Kalau bahagia kenapa menangis?""Aku menangis karena kamu akhirnya membalas perasaanku."Leon tersentak mendengar ucapan Aeris barusan. "Apa kamu juga mencintaiku?" tanyanya sambil menatap Aeris dengan pandangan tidak percaya.Aeris mengangguk."Sejak kapan?""Mungkin sejak dua bulan yang lalu," jawab Aeris ragu karena dia sendiri tidak ingat tepatnya kapan jatuh hati pada Leon."Serius?" tanya Leon untuk memastikan.Aeris mengangguk. Dia sendiri pun tidak pernah menyangka bisa jatuh cinta secepat ini pada Leon padahal keponakannya itu sangat menyebalkan dan sering membuatnya kesal. Cinta memang rumit dan

  • Menikah Dengan Keponakan   52. Membuatmu Percaya

    Leon dan Aeris pun segera minum segelas air putih untuk menghilangkan rasa panas yang menjalar di kerongkongan mereka."Apa saya salah bertanya?" tanya Bunda Rara tidak enak.Leon mengatur raut wajahnya agar terlihat lebih tenang, Aeris pun melakukan hal yang sama."Em, tidak. Bunda do'akan saja, semoga kami segera diberi momongan. Iya kan, Sayang?" Aeris terkejut karena Leon tiba-tiba meraih jemari tangannya dan menggenggamnya dengan lembut. Apa dia tidak salah mendengar? Momongan? Apa Leon ingin segera mempunyai anak darinya? Wajah Aeris sontak bersemu merah. Apa dia sudah siap memberi hak Leon sebagai suami? "I-iya," jawabnya terbata-bata.Bunda Rara tersenyum hangat. "Saya pasti mendo'akan yang terbaik untuk kalian."Setelah makan, Leon membantu Aeris mencuci piring kotor di dapur. Namun, Leon tidak hanya membantu, dia terus saja menggoda Aeris hingga membuat gadis itu merasa malu sendiri."Bagaimana?" "Bagaimana apanya?" Aeris malah balik bertanya. Berusaha agar tidak terlihat

  • Menikah Dengan Keponakan   53. Bulan Madu

    Leon membetulkan kaca mata hitamnya yang sedikit melorot lantas memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Di hadapannya terbentang laut biru yang sangat luas, Pantai Jimbaran namanya.Leon sebenarnya ingin mengajak Aeris berbulan madu ke luar negeri. Namun, karena keterbatasan waktu, dia hanya bisa mengajak gadis itu pergi ke Bali.Selain karena jaraknya yang dekat, Bali ternyata menjadi salah satu destinasi wisata yang dipilih oleh beberapa pasangan untuk berbulan madu, bahkan menggelar acara pernikahan. Latar belakang yang mempesona berupa pantai, tebing, dan laut membuat Bali menjadi tempat yang kuat akan kesan romantis dan cocok untuk bulan madu."Lautt ...!" teriak Aeris sambil memasukkan kakinya ke dalam air. Gadis itu terihat cantik memakai floral dress tanpa lengan berwarna kuning. Aeris sebenarnya ingin memakai bikini seperti pengunjung yang lain. Namun, Leon malah melarang karena lelaki itu tidak ingin tubuhnya dilihat oleh lelaki lain.Leon benar-benar menyebalkan!

Latest chapter

  • Menikah Dengan Keponakan   127. Baby Twins ~end

    Seorang dokter dan empat orang perawat akan membantu proses persalinan Aeris. Mereka semua perempuan karena Leon tidak ingin Aeris ditangani oleh dokter maupun perawat laki-laki. Dia memang possesive."Tarik napas panjang Sayang, embuskan." Leon berusaha menenangkan Aeris meskipun dia sendiri juga panik karena sebentar lagi Leon junior akan lahir ke dunia."Kenapa kamu membuatku hamil, Leon? Aduh, rasanya sakit sekali!" Aeris menarik rambut Leon kuat-kuat hingga membuat Leon meringis kesakitan."Aduh, Sayang, sakit!"Aeris terus mengaduh kesakitan. Perutnya seperti akan terbelah karena suatu di dalam sana berusaha merangkak keluar. Sepasang bayi kembar, kacang kecilnya.Aeris tanpa sadar meremas tangan Leon semakin erat karena perutnya benar-benar terasa sakit."Aduh, Sayang, sakit. Jangan meremas tanganku terlalu kuat!"Aeris tidak peduli Leon meringis kesakitan karena perutnya benar-benar sakit."Tarik napas panjang dan keluarkan perlahan-lahan."Aeris pun mengikuti perintah dokter.

  • Menikah Dengan Keponakan   126. I'm Sorry, Honey

    Leon tersenyum tipis. Sangat tipis dan nyaris tidak terlihat. Penyesalan, rasa bersalah, juga rindu yang teramat dalam terpancar jelas dari kedua sorot matanya saat menatap Aeris."Pizza pesanan Anda sudah datang, Nona."Aeris menepis pizza di tangan Leon dengan kasar lantas melemparkan diri dalam dekapan lelaki itu. Tangis Aeris seketika pecah. Dia sangat mencintai Leon dan tidak ingin berpisah dengan lelaki itu."Aku tidak ingin berpisah denganmu, Leon. Aku mohon, jangan pernah ceraikan aku," gumam Aeris dengan suara gemetar.Leon menarik napas panjang. Hatinya begitu sakit melihat air mata yang membasahi pipi Aeris. Leon merasa sangat menyesal sudah menyakiti Aeris dan membuat wanita yang dia cintai itu menangis."Aku takut sekali karena kamu tiba-tiba tidak peduli dan bersikap dingin lagi kepadaku, Leon. Aku nyaris gila karena memikirkan nasib pernikahan dan buah hati kita. Aku takut kamu akan menceraikanku ....""Maaf," ucap Leon sambil mengecup puncak kepala Aeris berkali-kali.

  • Menikah Dengan Keponakan   125. Penyesalan Leon

    Leon menghela napas panjang. "Aku pikir pernikahanku dan tante Aeris akan berjalan baik-baik saja dan berakhir bahagia sampai maut memisahkan kami berdua. Tapi kenyataannya tidak, tante Aeris ternyata mencintai lelaki lain."Meeta terhenyak medengar ucapan Leon barusan. "Aeris tidak mungkin mencintai lelaki lain, Leon. Sebagai sesama perempuan aku bisa melihat dengan jelas kalau Aeris sangat mencintai kamu."Leon mengangkat kedua bahunya ke atas, kesedihan dan kekecewaan terpancar jelas dari kedua sorot matanya. "Terserah kalau kamu tidak percaya. Tapi aku lihat dengan mata kepalaku sendiri kalau tante Aeris sedang berpelukan mesra dengan lelaki lain.""Memangnya kamu tahu siapa lelaki yang dicintai Aeris?"Leon mengangguk."Siapa?" tanya Meeta ingin tahu."Aku malas menyebut namanya. Terima kasih banyak sudah mau mengobati lukaku, Meeta."Meeta mengangguk. "Sama-sama. Sebaiknya selesaikan masalahmu dengan Aeris baik-baik. Aku harap kalian tidak akan pernah berpisah."Leon mengangguk

  • Menikah Dengan Keponakan   124. Lelaki Paling Bodoh

    Aerin hanya bisa diam melihat Setya yang memukul Leon karena dia juga kecewa dengan keputusan putra sulungnya itu.Leon mendesis sambil mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan sedikit darah. Rasanya sangat perih bercampur dengan ngilu. Rahangnya pun seolah-olah patah karena pukulan Setya sangat keras. "Untuk anak, Papa tenang saja. Leon akan tetap tanggung jawab."Rahang Setya semakin mengeras. "Anak bodoh! Tolol! Pernikahan itu bukan main-main, Leon!""Leon tidak pernah mempermainkan pernikahan, tapi tante Aeris yang telah mempermainkan perasaan Leon. Ugh...!" Leon memegangi perutnya karena Setya tiba-tiba menendangnya dengan cukup keras."Anak bodoh! Selama dua puluh lima tahun menikah papa selalu berusaha membuat mamamu jangan sampai meneteskan air mata, tapi kamu malah tega membuat Aeris menangis. Di mana hatimu, Leon?""Hati Leon sudah lama mati.""Leon!" Setya menghajar Leon tanpa ampun untuk melampiaskan amarah sekaligus kekecewaannya. Leon tidak bisa melawan karena sang ayah

  • Menikah Dengan Keponakan   123. Mr. Idiot 3

    Hana berjalan cepat menghampiri Leon dan menggebrak meja dengan cukup keras hingga membuat cucu kesayangannya itu berjingkat kaget. Kedua mata Hana menatap Leon tajam, dadanya naik turun menahan emosi yang siap untuk meledak."Kenapa Nenek datang ke kantor Leon?" tanya Leon berusaha tetap tenang."Kenapa kamu ingin menceraikan Aeris, Leon? Apa kamu sudah kehilangan akal?"Leon tanpa sadar menelan ludah, terkejut karena Hana tahu kalau dia ingin menceraikan Aeris. "Da-dari mana Nenek tahu?""Aeris sudah menceritakan semuanya sama nenek. Kamu itu sudah dewasa, Leon. Masalah itu harus dihadapi dan diselesaikan dengan baik-baik. Jangan malah lari seperti seorang pengecut."Leon mengembuskan napas kasar sebelum bicara. "Untuk apa Leon mempertahankan pernikahan ini kalau tante Aeris tidak sungguh-sungguh mencintai Leon, Nek?"Mulut Hana sontak menganga lebar. "Kamu benar-benar bodoh, Leon. Aeris itu cinta mati sama kamu. Kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu?"Leon malah mendengkus. "Nene

  • Menikah Dengan Keponakan   122. Stres!!!

    "Sshh ...." Aeris memegangi kepalanya yang terasa berdenyut lalu menarik napas dalam-dalam karena perutnya tiba-tiba saja terasa kram. Semoga kacang kecilnya baik-baik saja.Aeris kembali menarik napas panjang, tapi rasa sakit di perutnya tidak mau hilang. Sakitnya malah semakin menjadi-jadi. Dia pun meraih ponselnya yang ada di atas meja karena ingin menghubungi Leon.Namun, nomor Leon lagi-lagi tidak aktif. Aeris pun beranjak ke kamar karena ingin beristirahat, akan tetapi dia tidak sanggup berdiri karena kedua kakinya terasa sangat lemas. Aeris ingin meminta tolong pada Bik Ijah, tapi dia lupa kalau asisten rumah tangganya itu sedang izin pulang kampung. Aeria benar-benar sendirian di rumah.Aeris ingin meminta tolong pada Anne, tapi dia tidak jadi melakukannya karena sahabatnya itu pasti lelah setelah mengurus butik sendirian. Aeris tidak mungkin minta tolong Sean karena cowok itu sedang fokus belajar untuk mengukuti ujian.Aeris merintih karena perutnya semakin terasa sakit. Dia

  • Menikah Dengan Keponakan   121. Keputusan Bodoh

    Tangis Aeris seketika pecah. Mimpi buruk yang dia jalani di awal pernikahannya dan Leon kembali terulang. Namun, mimpi buruknya kali ini terasa lebih menyakitkan karena ada nyawa yang sedang tumbuh di dalam rahimnya.Kenapa Tuhan kembali memberi ujian saat dia baru saja meneguk manisnya pernikahan bersama Leon?Kenapa?"Tuhan, tolong selamatkan pernikahanku," gumamnya terdengar pilu.***Tidak ada satu orang pun yang tahu jika ada badai yang menerpa rumah tangga Aeris dan Leon. Pernikahan mereka seolah-olah terlihat baik-baik saja dan tidak ada masalah apa pun yang terjadi di antara mereka. Aeris benar-benar menyimpan masalahnya dengan rapat. Dia memendam rasa sakit itu sendirian karena tidak ingin membuat orang-orang di sekitarnya khawatir.Namun, pertahanan seketika Aeris hancur karena menemukan sebuah surat yang tergeletak di atas meja kerja Leon. Rasanya seperti ada sesuatu yang menghantam dadanya dengan sangat kuat hingga membuatnya kesulitan bernapas. Dadanya sesak.Tubuh Aeris

  • Menikah Dengan Keponakan   120. Mr. Idiot 2

    Aeris mengerjapkan kedua matanya perlahan karena Leon menepuk lengannya pelan. "Maaf, aku ketiduran. Apa kamu baru pulang?" tanyanya dengan wajah mengantuk.Leon mengangguk."Kamu sudah makan belum? Kalau belum kita makan bersama, ya?""Aku tadi sudah makan bersama klien," ucap Leon tanpa merasa bersalah sedikit pun.Wajah Aeris seketika berubah sendu. Padahal dia sudah menunggu Leon hingga ketiduran di meja makan agar mereka bisa makan malam bersama, tapi Leon malah makan di luar bersama klien."Kamu mau mandi? Mau aku siapin air hangat, ya?"Leon menggeleng pelan. "Tidak perlu," jawabnya sambil berjalan ke kamar, meninggalkan Aeris sendirian di meja makan.Aeris menggigit bibir bagian bawahnya kuat-kuat untuk menahan air mata yang mendesak ingin keluar. Entah kenapa Aeris merasa kalau Leon bersikap dingin lagi pada dirinya. Apa dia telah berbuat salah?Aeris tanpa sadar menggelengkan kepala untuk mengusir pikiran buruknya barusan. Leon tidak mungkin bersikap dingin lagi pada dirinya

  • Menikah Dengan Keponakan   119. Cemburu Buta

    Brian terkejut karena Leon tiba-tiba masuk ke dalam ruangannya dan membanting pintu dengan cukup keras. Padahal Leon tadi mengatakan ingin menjemput Aeris di rumah sakit sekalian pulang dan tidak akan kembali ke kantor.Brian pun berdiri lantas menghampiri Leon yang sedang membolak-balik berkas di tangan dengan kasar. Napas Leon terdengar tidak beraturan, menahan cemburu dan amarah yang sudah berkumpul di dalam dadanya"Kau tadi bilang mau ngabisin waktu berdua dengan Aeris di rumah. Kenapa kamu malah balik ke kantor, Leon?""Ingin saja," jawab Leon malas.Brian memperhatikan Leon dengan lekat, sepertinya suasana hati sahabatnya itu sedang tidak baik. "Apa kau bertengkar dengan Aeris?"Leon menggeleng pelan."Lalu?"Leon mengempaskan punggung ke kursi lalu memijit pelipisnya yang tiba-tiba terasa penat. Sepenat hatinya sekarang. "Aku tadi lihat Aeris pelukan sama Kai," ucapnya lirih.Mulut Brian sontak menganga lebar. "A-apa?! Kai?!" Calon kakak ipar? Imbuhnya dalam hati.Leon mengang

DMCA.com Protection Status