Share

Bab 60

Penulis: Lavender
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Jasmine Atmojo memang bedebah!

Bocah 21 tahun itu merecoki Alara untuk kembali ke rumah orang tua Gema dengan alasan ada pasar malam di dekat kompleks. Biasa, menjelang Ramadan begini gebyar pasar selalu digelar. Terlebih setelah dua tahun diserang Covid-19. Segala aktivitas terhambat dan dibatasi.

"Heh kunyuk!" Gema memanggil dengan wajah sengitnya. "Perusak rumah tangga orang, dasar!"

"Apa? Siapa? Aku?" Jasmine menunjuk dirinya sendiri tanpa rasa bersalah dan mencibir Gema habis-habisan. "Tante bukan milik Om doang."

"Ya terus menurutmu milik umum? Saraf!"

"Akui saja Om jangan menyangkal."

Sial! Gema sudah kesal maksimal dan bawaannya ingin misuh-misuh. Melihat wajah Jasmine yang kentara semringah saat menggandeng tangan Alara.

"Terus Om ngapain masih di sini? Katanya ada temu klien di kantor?"

"Kamu ngusir Om?" Jasmine mengangguk mantap. "Minta di tabok kamu, ya!"

"Ada pasalnya, 'kan Nte? Aku ini masih di bawah umur loh. Masih butuh perlindungan."

"Andai kamu hidup di zaman Oma, su
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menikah Dengan Duda    Bab 61

    Seorang introvert seperti Alara ini cuma peduli sama masalahnya sendiri. Bukan maksudnya egois tapi orang introvert adalah yang ketika punya masalah nggak mau orang lain tahu dan nggak mau tahu sama masalah orang lain. Dia menciptakan dunia yang masuk ke dalam ranah zona nyamannya. Jadi nggak aneh kalau banyak introvert yang circle pertemanannya itu-itu saja.Nah ternyata di mana pun tempatnya itu sama. Di wilayah tempat tinggalnya bersama Gema, Ibu-ibu tukang gosip ada. Sekarang di rumah mertuanya juga ada. Parahnya, gerai bunga di mana Marini mengembangkan bisnis kecilnya selama pandemi justru jadi markas pertemuan buat bergosip. Tempatnya juga strategis. Bukan strategis karena akses jalan masuk melainkan jalan bagi para penghuni untuk lewat.Jam baru menunjukkan pukul 11.00 lebih sedikit. Siang hari yang panas teriknya meresap sampai ke tulang di hari Minggu nan cerah ceria. By the way Minggu depan sudah memasuki Ramadan. Mungkin pikiran mereka ini hari-hari menjelang taubat sebelu

  • Menikah Dengan Duda    Bab 62

    Endometriosis adalah suatu kondisi di mana jaringan dari lapisan dalam dinding rahim atau endometrium tumbuh di luar rongga rahim. Endometrium dapat tumbuh di luar indung telur atau ovarium, peritoneum, usus dan saluran kemih atau vagina.Setahu Alara, endometrium akan menebal menjadi tempat sel-sel telur menempel sebelum menstruasi. Dan jika sel telur tidak dibuahi maka akan meluruh sebagai darah menstruasi.Penjelasan singkat dokter Anisa sudah cukup membuat kedua tangan dan kaki Alara tremor. Terlebih saat menghampiri Mosa di taman samping klinik yang sepi."Kamu sok baik."Alara abaikan omongan Mosa dengan ekspresi wajahnya yang kecut. Terserah apa kata Mosa. Alara hanya ingin tahu penjelasannya kenapa bisa sampai begitu."Kamu nunda kehamilan?"Ngomong-ngomong soal pertanyaan yang Alara ajukan, pengennya ngegas kayak biasanya. Tapi Alara tahan. Kalau boleh jujur, soal Prabu yang dimiliki Mosa mau pun Prabu yang memilih Mosa sudah Alara lupakan. Alara sudah ikhlas dan mendapat gan

  • Menikah Dengan Duda    Bab 63

    Mosa sampai lebih dulu. Prabu memberi kabar terjebak macet. Maklum ini jam pulang kerja dan jalanan sedang padat-padatnya. Ada gemuruh di dada Mosa yang membuatnya menahan tangis. Meski tekadnya sudah bulat tapi tetap saja ada kebimbangan yang melingkupi pikirannya. Ucapan Alara ingin Mosa patahkan kebenarannya. Namun jika Prabu sendiri goyah dan hendak meninggalkan Mosa, apa yang harus dirinya lakukan.Katanya, manusia dipertemukan untuk sebuah perpisahan. Sudah diatur oleh Tuhan bahwa ada tangis yang akan mengiringi.Sedangkan bagi Mosa sendiri, hatinya belum sepenuhnya bisa menerima jika itu terjadi.Selain itu, Mosa membenci karma yang selalu ada di belakang kehidupannya. Kenapa Tuhan nggak izinin dia bahagia? Kenapa cuma manusia-manusia pilihannya saja yang bisa merasakan bahagia? Kenapa Mosa tidak?Ingat dosa, Mosa jadi ingat masa lalunya dulu. Kalau harus kehilangan Prabu atau dilepaskan oleh Prabu itu, 'kan sudah wajar mengingat caranya yang kotor salam mendapatkan Prabu. Kena

  • Menikah Dengan Duda    Bab 64

    Jayanti berkunjung ke rumah Alara sore itu. Tanpa Wiratmo disertai bawaan yang cukup banyak. Membuat Alara yang sedang menyirami bunga di taman belakang rumahnya terkejut.Mbak Imas, pegawai baru di rumahnya memberi tahu serta mempersilakan Jayanti untuk menunggu."Udah dari tadi ya Mbak?" tanya Alara malas. Belum beranjak dari aktivitasnya menyiram bunga, Alara terkesan enggan menemui. "Baru Bu. Udah tak bikinin minum sama camilan.""Mau ngapain ya Mbak?" Lagi Alara mengajukan tanya pada Mbak Imas yang mengedipkan mata kebingungan. "Saya lagi sibuk nih Mbak."Sekali lagi Mbak Imas berkedip. Kali ini diiringi garukan kepala dan ekspresi wajah yang nggak tahu mau ngapain. Mau ngomong takut salah, nggak ngomong eh ini ditanyain."Menurut Mbak enaknya diapain? Bunganya lagi kering-keringnya kalau nggak saya siramin nanti pada layu terus mati."Mbak Imas cuma pegawai baru yang berada di rumah Bachtiar Gema sekitar dua harian. Seluk beluk rumah belum Mbak Imas kenali apa lagi penghuninya.

  • Menikah Dengan Duda    Bab 65

    "Nikahin gue dong Dit!"Radit tersedak es kopinya. Siang bolong yang panasnya terik banget, Nora mendatangi kantornya sambil ndagel. Minta dinikahin kayak minta beliin permen yupi. Dada Radit sampai sakit. Es kopinya keluar juga dari lubang hidungnya. Nora bedebah!"Lo kalau bercanda tolong pakai otak. Keluar rumah wajib bawa otak Ra.""Otak gue udah di masak," jawaban paling estetik yang pernah masuk ke rungu Radit. "Gimana? Mau nggak nih!? Kalau mau yok ke KUA."Perkara nikahin mah gampang. Ke KUA langsung juga gas. Masalahnya adalah apa nggak butuh prosesi lamaran, saserahan alias serah terima manten dan ketemu orang tua buat minta restu? Hidup Nora memang miliknya sendiri tapi selama orang tua masih bernapas, meminta doa, 'kan perlu. Memang semprul ini perempuan satu. Janda aduhai bohay melehoi yang bikin Radit mabuk kepayang eh sekarang gila betulan.Rungkad!"Gue mau nikah sama lo ya Dit!" Belum juga ngomong ini mulut. Kayak ikan aja lama-lama Radit ini. Kebuka tutup doang. Mu

  • Menikah Dengan Duda    Bab 66

    "Abang nggak banyak tahu tentang kamu dan masa kuliah kamu."Bachtiar Gema memutar kemudinya. Keluar dari kawasan perumahannya dan menyatu dengan pengguna jalan lainnya. Malam ini ramai, mengingat besok adalah weekend. Dan Alara mau diajak kencan setelah sekian lama berkutat dengan rumah dan dapur. Itu juga pakai usaha ekstra sampai nangis bombay. Alara dan hormon hamilnya adalah suatu ujian kesabaran."Nggak penting!" jawaban Alara diiringi seruputan es cokelat boba yang Arya bawakan saat pulang dari kantor tadi."Mereka manusia membosankan yang punya hobi penjilat." Alara melanjutkan setelah melihat kerutan di dahi Gema. "Pasti Abang bingung, 'kan?"Ya bingunglah. Kan sudah Arya katakan kalau Alara Senja itu manusia unik dengan tingkat kerumitan yang nggak bisa ditebak. "Gini Bang, aku kasih Abang kata-kata yang nusuk tapi itu bener adanya. Orang yang pernah merendahkanku kayak sampah, aku nggak pernah lupa. Mengadu domba satu sama lain, merasa paling bersih tapi nggak mampu beli c

  • Menikah Dengan Duda    Bab 67

    Hanya dia …Ini lagu viral banget ya! Banyak yang ngecover ulang padahal lagu lawas. Di mana-mana banyak yang muter. Di lampu merah, pengamen pada nyanyi ini, Ibu-ibu komplek yang doyan dangdut juga muter ini, bahkan sekarang saat Gema dan Alara pesan makan di warung tenda, si Abang pemilik warung juga muter lagu ini. Emang the best banget ini lagu."Kenapa, suka?" Alara angguk-angguk kepala. Lagunya bikin nagih buat didenger terus. "Dangdut nggak ada matinya.""Emang! Yang mengcover lagu ini wara-wiri muluk Bang. Banyak penyanyi dangdut yang nyanyiin.""Demam pecah seribu." Gema comot gorengan yang ada dihadapannya. Sembari menunggu pesanannya, Gema ajak mulutnya ganyem."Nggak usah resek Abang. Giliran suka nanti repot!"Lah timbang lagu doang. Suka mah tinggal dengerin jangan dibikin repot. Alara mah kalau ngomong suka aneh."Tinggal puter aja Yang. Nggak ada masalah juga.""Ya kali komedi putar."Dahlah sulit! Ngomong sama Alara menguras tenaga. Gema jawabnya satu kata, Alara bale

  • Menikah Dengan Duda    Bab 68

    Bahagia itu punya temen perjalanan yang sesuai. Karena Alara pernah membersamai orang yang tidak membuatnya bahagia. Karena Alara pernah merasakan tekanan hingga ke dasar hidupnya–hampir bunuh diri. Karena Alara pernah melihat kehidupan yang nggak adil sama sekali tersaji di depan matanya."Aku pernah bilang ke Abang kalau aku pernah bareng sama cowok yang isinya cuma mau nguasain hidup aku. 24 jam aku harus mau menuruti maunya dan ngikutin caranya. Padahal cara dia jauh dari hidup aku selama ini."Embusan napas Alara terhela. Berhubung esok adalah Sabtu dan Gema libur. Malam ini keduanya nikmati waktu bersama di taman dekat warung tenda saat makan tadi. Alara meminta es cendol dan Gema berikan bersama jajanan lain. Mereka sama-sama mengenang nostalgia saat masa kecil. Kondisi taman ramai, dan suara klakson yang saling bersahutan terdengar bak irama musik yang mengalun."Hm, Abang inget. Abang pikir kamu cuma sama Prabu." "Aku belajar move on. Ketemu sama orang baru beneran nggak en

Bab terbaru

  • Menikah Dengan Duda    Bab 80

    Bachtiar Gema nggak punya cara simpel buat mengalihkan kegalauannya. Ditinggal Alara seorang diri, Gema cuma geluntang-geluntung di dalam rumah. Gabut dan nggak tahu mau ngapain. Mana sekarang kantornya libur pula. Mau ngantor sendiri kelihatan banget kalau Gema ini mata duwitan. Tapi di rumah cuma rebahan, bangun, duduk, rebahan lagi, bangun lagi, duduk lagi dan main PS. Main PS sendiri nggak ada lawan juga persis orang gila. Kalah diam, menang diam, lagi nyerang apa lagi. Gema kangen Alara.Kira-kira salahnya Gema tuh apa? Kok bisa Alara pergi seorang diri tanpa dirinya atau mencari dirinya dan merasa kangen? Kenapa Gema kelihatannya murahan banget setelah menikahi Alara, ya? Kenapa? Apa semua cowok kayak gitu? Jadi goblok dan sedikit dungu? Ah mbohlah. Gema mumet sendiri.Sekarang Gema bangun dari rebahannya di sofa. Jam masih menunjukkan pukul 2 siang lebih dikit. Cuaca di luar juga panas enggak, mendung juga enggak tapi panas maksimal–semromong maksimal kayak di neraka. Gema hen

  • Menikah Dengan Duda    Bab 79

    Cuma manusia bodoh yang selalu ikut-ikutan dan gampang kepengaruh omongan manusia lainnya dengan modal 'katanya'. Yang katanya begini, begitu mendengarnya akan langsung membenci. Yang katanya begitu, langsung memusuhi. Hanya dengan katanya semua masalah akan muncul dan menjadi serangan secara bertubi-tubi.Daniah Maheswari juga seperti itu. Modal katanya yang Mosa Hutama sampaikan mempengaruhi cara pikir otaknya yang waras mendadak jadi gila. Katanya Prabu Setiawan itu baik, perhatian dan penuh kasih sayang. Katanya yang pada faktanya tidak demikian. Bagaimana nggak baik, perhatian dan penuh kasih sayang kalau Mosa Hutama adalah istri kesayangannya? Siapa sih yang nggak waras di sini? Terus sekarang Daniah kudu gimana ngadepin Prabu yang cuma diam kayak patung pancoran disertai tatapan matanya yang nyalang–persis hendak menerkam Daniah? Ah entah, Daniah nggak tahu lagi mesti gimana?"Kenapa belum pesen?" Prabu berucap seraya mengambil buku menunya. Kedua bola matanya menyisir setiap k

  • Menikah Dengan Duda    Bab 78

    Alara memang belum sepenuhnya merasakan pahit manisnya hidup. Tapi kalau dibenci hanya lewat 'katanya' oleh para penggosip, jangan ditanya sesering apa Gema menerima perlakuan kayak gitu. Memang dirinya ini bukan manusia ribet yang pilih-pilih temen. Tapi setidaknya butuh yang satu frekuensi dan nggak suka basa-basi ngomongin yang nggak jelas. Masa muda Alara juga habis di tempat kerja. Jadi buat kumpul sama nongkrong sana-sini mana sempat. Masih bisa napas dengan lancar saja sudah hamdalah banget. Kok ini dituntut buat ikut acara-acara nggak jelas. Buang-buang waktu dan tenaga.Kehidupan yang Alara jalani nggak sesempurna kelihatannya kok. Tapi sekali lagi, bersyukur adalah caranya. Ada yang bilang kalau omongan adalah doa. Maka Alara iyakan saja setiap orang yang berkata 'enak ya jadi kamu', 'senang ya jadi kamu', dan lain sebagainya. Alara iyakan saja.Sadar sih, mengikuti standar kehidupan manusia nggak ada habisnya. Kita yang menjalani eh orang lain yang mengatur. Kayak lalu lin

  • Menikah Dengan Duda    Bab 77

    Puasa-puasa kok bohong itu, 'kan dosa ya? Kata Jayanti, Mama Alara gitu. Dulu sewaktu Alara kecil setiap puasa selalu di wangsit buat jangan berbohong. Kalau nggak kuat puasa dan pengen makan mending ngomong. Nanti lanjut lagi puasanya sampai adzan magrib berkumandang. Pokoknya sekuatnya aja, nggak perlu memaksa diri timbang nanti nggak berpahala puasanya.Nah sekarang juga sama. Alara merasakan momen puasa yang mana dirinya tidak sedang berpuasa. Alasannya hamil walaupun seandainya mampu buat berpuasa boleh saja melakukannya. Sekarang ini yang sedang Alara alami kasusnya sama: puasa dan nggak boleh bohong. Cuma beda konsepnya aja. Kalau yang dikatakan oleh Jayanti perihal jangan bohong misal nggak kuat berpuasa sedang yang Alara alami adalah bohong lantaran nggak mau mengakui kebohongannya. Ini konsepnya gimana sih Ra?Begini, ingat yang sering Alara katakan kepada Bachtiar Gema, suaminya? Kalau mau poligami, silakan. Daripada membohongi lebih baik mengatakan jujur saja. Menginginka

  • Menikah Dengan Duda    Bab 76

    "Lo nikah tapi lo ngasih izin ke suami lo buat nikah lagi." Adalah teman Mosa yang sedang memasukkan bolu pisang ke dalam mulutnya. Tawa di bibirnya belum luntur dan matanya menyipit seiring tawa yang di keluarkan."Gue heran sama cara pikir lo. Dari dulu kayak gitu nggak pernah berubah. Kenapa gitu Sa, why?"Teman satunya lagi yang baru menyesap kopi panasnya. Kedua teman Mosa yang sejak dulu menjalin hubungan dengannya selalu penuh keheranan. Jawaban yang selalu Mosa berikan nggak pernah membuat keduanya puas. "Gue pemegang tahta poligami tertinggi." Tawa ketiganya renyah. Mengundang seluruh pengunjung kafe yang ada di dekat ketiganya menoleh. Tatapan matanya penasaran dan penuh tanya."Seolah-olah Prabu nggak pernah ada artinya di mata lo. Wah, lo hebat! Bikin kakak lo kena mental dan sekarang suami lo di bikin nggak bisa ngomong apa-apa lagi. Seyogyanya orang nikah karena butuh anak buat hadir di antara pernikahan mereka. Alih-alih penyaluran napsu ya, Sa. Tapi lo … bukan maen!

  • Menikah Dengan Duda    Bab 75

    Alara ujug-ujug ngidam ke Yogyakarta. Jari-jarinya dari pagi yang cerah ini scroll internet tanpa henti. Sampai mengabaikan suaminya yang pengen dimanja. Lagian puasa-puasa ada-ada aja pengen dimanja. Sementang libur kerja jadi seenak jidat sendiri maunya. "Abang minggir dulu ih!"Alara dorong Gema yang sejak tadi ngerungkel di belakang tubuhnya. Rasanya gerah padahal AC udah dinyalakan. Asli, Alara butuh suasana gunung yang dingin dan sejuk kayak Dieng mungkin."Ini suami kamu loh Yang!"Bukan Bachtiar Gema namanya kalau nggak protes. Laki satu itu cerewetnya kayak perempuan misal lagi butuh dimanja. Alara geram jadinya."Yang bilang suami tetangga siapa?" Itu bukan hardikan, 'kan ya? Alara cuma ngomong senyatanya aja kalau emang Gema suaminya. Ah bodo amatlah! Alara butuh piknik tapi perutnya makin membuncit."Kamu asli deh Yang makin galak aja tiap harinya. Salah aku di mana sih?"Aduh Biyung! Kok bisa banget suaminya baper kayak gini? Lebih-lebih dari Alara pula tingkahnya. Ini

  • Menikah Dengan Duda    Bab 74

    Alara udah nggak marah sama Gema. Cuma kalau kesal iya. Terutama pada omongan Gema yang mau ngatur kehidupan anak-anaknya nanti. Itu masih terngiang-ngiang hingga detik ini di kepala Alara. Rungunya jadi sensitif mengingat kalimat ini dan hatinya jadi kacau. Alara tuh paling nggak bisa kalau anaknya diatur-atur nyampe dikekang pula. Selama masih tahap wajar, Alara pribadi pengen anak-anaknya bebas kayak burung. Bisa terbang dan menjelajah alam raya. Gema kalau ngomong langsung nandes, membekas dan bikin dada Alara sesak. Kalau beneran iya kayak gitu, artinya Gema sedang menciptakan neraka baru buat anak-anaknya. Lebih dari apa pun, Gema nggak mau belajar soal sakit mental yang Alara alami selama ini. Cuma butuh ambisi buat tercapai. Huh, mulut Alara inginnya mengumpat sekotor-kotornya, sumpah! Kalau nggak sadar dosa, ini spatula nyampe ke kepala Bachtiar Gema, Alara jabanin deh.Saking sakit hatinya, Alara sampai nggak percaya sama apa pun yang dirinya lihat. Terutama jika bersumber

  • Menikah Dengan Duda    Bab 73

    Radit Wicaksono mencintai Nora Bachtiar setengah mati, setengahnya lagi tentang napsu dan kebutuhan biologisnya. Radit nggak munafik hanya mencoba jujur jika sebagai lelaki memenuhi kebutuhannya memanglah wajib.Sebelum dipertemukan kembali dengan Nora di salah satu kelab malam, secara acak Radit akan membawa wanita sewaannya ke dalam apartemennya. Puas tidak puas, dipikiran Radit hanya tentang menyalurkan napsunya. Selebihnya hanya helaan napas yang Radit embuskan.Namun setelah malam itu, merasai kembali Nora dalam kondisi mabuk dan setelah bertahun-tahun berlalu. Radit makin menggila. Seolah hari esok akan kiamat, Radit hanya menginginkan tubuh Nora untuk dirinya lahap. Radit hanya butuh Nora untuk dirinya kendalikan seorang diri. Katakanlah Radit gagal move on. Pesona Nora tiada tandingan sehingga nggak gampang baginya yang bucin buat pindah ke lain hati. Berapa kali pun Radit dijodohkan oleh kedua orang tuanya, hasilnya akan selalu berakhir di ranjang untuk kemudian terjadi peno

  • Menikah Dengan Duda    Bab 72

    Hidup itu pilihan.Yang Alara Senja tahu sejak dulu seperti itu. Tapi Bachtiar Gema memang nggak ada akhlak. Tengah malam begini saat Alara sudah dibuai oleh mimpi, dengan sopannya terus menggedor pintu kamar tamu di mana Alara tidur. Marah sih memang tapi setelah kalah dengan rasa kantuknya, Alara singkirkan egonya. Tidak lagi memikirkan perkara obrolan yang Gema dan Papanya bangun. Mungkin saja cara pendekatan Papanya ke Gema sebagai menantu memang begitu caranya."Yang."Alara berdecak sebal dalam tidurnya. Gema berisik sekali dibalik pintu sana dan Alara terganggu total. Tidurnya tidak lagi nyenyak dan Gema penyebabnya."Abang laper."Ya Tuhan! Kutuk saja Pangeran Kodok yang legendaris itu jadi tanaman hias mahal. Alara benci jika tidurnya terganggu.Melongok jam yang ada di nakas, kekesalan Alara berkali-kali lipat. Pukul 00.49 dini hari dan Gema kelaparan? Bukan maen."Yang."Sekali lagi dan Alara benar-benar terbangun. Terduduk dengan terpaksa, wajah masam lalu menghempaskan s

DMCA.com Protection Status