Selepas pulang dari butik tadi, Leyna menyempatkan diri untuk berkunjung ke rumah pamannya, Reynand. Ia sudah janji akan bertamu di rumah itu. Rumah yang dulunya tak pernah sekalipun ia kunjungi. Ia sangat bersemangat memberi kejutan pada pamannya. Meskipun belum pindah ke sana, setidaknya mengunjungi terlebih dahulu tak apa, bukan.Rumah Reynand sudak tak perlu dipertanyakan lagi seperti apa. Rumah itu besar, seperti mansion tetapi tetap sederhana. Melihat gaya rumah Reynand, Leyna dapat menebak jika pamannya itu pecinta alam. Melihat di setiap sudut rumah pasti ditanami tumbuhan mulai dari yang kecil hingga besar.Tak ada keraguan bagi Leyna untuk segera masuk ke dalam. Meskipun pamannya mengizinkannya datang kapanpun tanpa membunyikan bel, Leyna tetap memencet bel itu. Menurutnya, membunyikan bel sebelum bertamu adalah suatu tata krama dasar.Ding dongBunyi pertama bel yang keluar langsung memperlihatkan pria muda berparas tampan nan tegas. Leyna langsung tahu jika dia pasti Roy,
Olivia tampak cantik dengan gaun di atas lutut berwarna hitam. Tak lupa kaca mata dengan warna senada ia tenggerkan. Perempuan itu seakan mendefiniskikan dirinya sebagai perempuan modis dan elegan dengan gaya berpakaiannya. Kali ini tujuannya ada pada salah satu apatemen kota. Tepatnya, milik Edric. Dua hari sebelum acara pertunangan, Olivia ingin sekali bertemu dengan Edric. Mengingat belakangan ini, Edric lebih sibuk dengan pekerjaan yang kian menumpuk dan persiapan pertunangannya yang kian dekat.“Kak Edric,” sapanya saat nama yang ia panggil membuka pintu.“Hei,” jawab Edric sembari mempersilahkan Olivia masuk. Sebenarnya Edric memiliki rumah sendiri. Tetapi, ia lebih sering tinggal di apartemen yang menurutnya lebih nyaman dibanding rumah besar yang ia miliki.“Kak, apa kau sudah menyiapkan segalanya untuk besok?”Edric mengangguk sambil melipat bibirnya, “Kenapa?”“Tidak, hanya saja aku takut,” ucap Olivia dengan nada yang berubah serius. Mendengar itu, Edric menatap lekat Olivi
“Apa yang kau lakukan di sini?!” ucap Roy sambil menyembunyikan Leyna di belakang tubuhnya.Leyna yang mengerti jika ada sesuatu yang tidak beres antara keduanya langsung berusaha untuk menjelaskan pada Roy, “Kak, dia hanya menyapaku,” ujar Leyna sambil kembali berada di tengah – tengah kedua pria itu. Berjaga – jaga jika terjadi perkelahian fisik antara mereka.Xavier hanya tersenyum menatap Roy, senyum kecil yang tidak menunjukkan keramahan di wajahnya. “Benar. Aku di sini untuk bisnis, dan kebetulan sekali aku melihat sepupumu. Tak ada salahnya, bukan? Bila aku sedikit berbincang padanya?” Xavier berkata dengan nada yang memancing emosi Roy.“Kau –“ belum sempat Roy maju untuk menghajar pria itu, Leyna menengahi keduanya. Sungguh, ini restoran, tempat umum, banyak orang VIP di sini. Jika mereka bertengkar di sini, mereka jugalah yang malu nanti.“Leyna, karena sepupumu ini sudah ada, aku tinggal dulu. Selamat malam,” pamitnya menepuk pelan pundak Leyna sambil memberi lirikan terakh
“Apa kau benar – benar hanya berdandan seperti ini?” tanya Amanda pada ponakannya itu. Bagaimana tidak, hari ini adalah hari pertunangannya. Namun, Leyna benar – benar tampil sederhana. Gaun hitam menjuntai dengan belahan sampai paha, gaun V-neck yang menampilkan sedikit belahan dada, serta hiasan kristal yang melingkari pinggangnya. Amanda akui, gaun yang dipilih Leyna memang bagus dan elegan, tetapi riasan di wajahnya tidak cukup untuk membuat ponaknnya itu tampil menawan di acaranya sendiri.“Ini cukup, Bibi, aku tak mau terlalu tebal.” Leyna menjawab kekhawatiran bibinya itu dengan senyuman.“Tapi, Nak. Buat make-up mu sedikit lebih tebal lagi. Percayalah pada bibimu ini. Setidaknya hanya untuk hari ini,” Amanda benar – benar bertekad membuat Leyna menjadi bintang di hari pertunangannya. Ia tak mau ponakannya itu kalah bersinar dibanding tamu yang lain, apalagi Olivia. Meskipun Leyna lebih cantik, ia tetap bersikukuh membuat ponaknnya lebih cantik lagi.Leyna mengehla nafas, menye
Di bawah sinar rembulan dan di atas lautan, pertunangan antara Edric Faramond dan Leyna Manston akhirnya dimulai. Para tamu tampak bahagia ketika melihat prosesi pertukaran cincin yang dilakukan sepasang kekasih di depan. Mereka tambah berseru saat Edric tanpa diduga mencium bibir Leyna selepas ia menyematkan cincin di tangan perempuan itu. Leyna terkejut dan reflek menahan dada Edric. Ia ingin memberontak, tetapi para tamu masih ada di sana dan menikmati pemandangan ini. Jika ia memberontak, maka mereka akan curiga. Ciuman Edric tak hanya sekadar kecupan semata. Pria itu mencecap bibirnya yang dengan sengaja tak ia balas. Ia benar – benar tak nyaman. Di sela – sela pangutan mereka, Leyna sempat membuka mata sedikit untuk mengintip. Di pojok, ia dapat melihat Olivia yang baru saja datang dengan wajah syoknya. Melihat itu, Leyna memiliki ide gila. Ciuman pertamanya sudah direnggut Edric, kenapa tidak sekalian saja? Tangan Leyna yang awalnya menahan dada Edric, beralih mengalungkan l
LEYNA POV Aku menariknya. Aku tak ingin mati sendirian di kehidupan ini. Tetapi aku lupa, kenyataan jika Olivia adalah perenang yang handal membuatku kesal. Bahkan, saat kami berdua sudah tenggelam di dalam air, ia dengan handalnya melepas peganganku. Berenang ke atas dan meninggalkanku sendirian, meninggalkanku yang dengan perlahan mulai menjauh dari permukaan. Dari sini, aku dapat melihat Olivia berpura – pura tenggelam. Aku juga dapat melihat Edric yang menggapainya. Tak tahu, aku ingin hidup dan berusaha menggapai permukaan tetapi tak bisa menggerakan tubuhku sama sekali. Di sela – sela penglihatanku yang mulai memburam, aku dapat melihat lampu sorot yang kuduga digunakan untuk mencariku. Sebelum mataku benar – benar menutup dan dadaku kian sesak, netraku menangkap siluet pria yang datang menggapai tanganku. Siapapun itu, selamatkan aku. Bantu aku hidup lebih lama di dunia ini. NORMAL POV Xavier yang menemukan Leyna semakin tenggelam, segera berenang ke arahnya. Jantungnya sud
Leyna terbaring di atas ranjang dengan pakaian yang sudah hangat. Wajahnya juga sudah mulai normal kembali, tak seperti tadi yang pucat dengan bibir yang membiru. "Dia sudah perlahan pulih. Dia akan sadar beberapa saat lagi. Mungkin, ia nanti sedikit syok karena memori tenggelam tadi," ucap Eddy, sang Dokter yang memang dipersiapkan untuk acara ini.Xavier hanya mengangguk sebagai respon. Ia terus menatap Leyna yang masih terlihat lemah. Ia sangat mengkhawatirkan perempuan itu."Terima kasih," jawabnya yang membuat Eddy harus segera meninggalkan ruangan itu.Xavier mengambil tempat dan duduk di sebelah ranjang. ia meraih tangan lentik Leyna seraya menggenggamnya erat. "Bangunlah, Ley," lirihnya.Meskipun tangan yang ia genggam saat ini sudah tak sedingin yang tadi, Ia akan tetap khawatir sampai Leyna benar - benar membuka matanya.Sepertinya doa Xavier terkabulkan. Jari – jari Leyna degan sangat pelan bergerak. Suara lenguhan juga terdengar dari bibir Leyna.“Ley?” tanya Xavier memas
“Sayang, aku akan pulang dengan Olivia, ya? Aku ingin menemaninya,” izin Maya kepada Logan selepas acara pertunangan selesai. Logan mengangguk dan mempersilahkan istrinya itu pergi menuju mobil Olivia. Logan terus menatap punggung istrinya itu sampai tak kelihatan dengan tatapan yang datar. Maya yang kini sudah berada di mobil Olivia, segera mengeluarkan segala kalimat yang sedari tadi ingin ia lontarkan. “Apa kau gila?! Kenapa kau mendorong Leyna ke laut?! Apa yang kau pikirklan, Olivia!” geramnya sambil mengguncangkan bahu anaknya itu. Ia tak peduli dengan sopir yang ada di depan. Karena sopir itu juga sudah mengerti tentang watak mereka. Sopir itu adalah orang kepercayaan Maya dan Olivia. “Aku hanya kesal, Ma! Dia menghinaku!” sungut Olivia tak terima. Maya yang mendengar itu memijat pelipisnya, pusing dengan jalan pikiran anaknya yang terkesan ceroboh itu. “Lalu, apakah kau tahu konsekuensinya? Kau sudah memperhitungkannya, huh?!” Olivia yang mendengar itu hanya terdiam. Ia
Aku, Leyna Manston. Ralat, Leyna Miller. Percaya atau tidak, keajaiban itu ada. Seperti halnya dengan apa yang telah aku alami ini. Aku diberi kesempatan hidup kedua, setelah di kehidupan pertamaku meninggal dengan kisah yang memilukan.Sungguh, Tuhan memang sangat baik. Ah, dan ya. Di sini, aku dapat memperbaiki setiap kesalahan dan kesalahpahamanku di masa lalu. Orang yang awalnya kukira jahat, ternyata baik. Begitupun juga sebaliknya. Sungguh, jika kalian tak melihat sendiri sifat dan sikap seseorang, jangan pernah percaya dengan omongan orang lain! Karena jika kalian salah judge, penyesalan akan datang di akhir, dan itu menyakitkan. Ah, iya. Di sini, aku juga lebih dekat dengan ayahku. Aku jadi tahu bahwa ayah yang selama ini kukira tak menyayangiku ternyata sangat perhatian. Aku bersyukur dapat memiliki momen-momen indah bersamanya. Meskipun di sini juga sempat ada kesalahpahaman, tetapi itu semua sudah terselesaikan. Paman Reynand, Kak Roy, dan Bibi juga sangat membantuku di sini
Akhirnya, setelah melalui tiga jam berdiri di altar pernikahan, kini pasangan pengantin baru itu berada di kamar Xavier, yang sudah didesain sedemikian rupa untuk pengantin baru. Kamar bernuansa abu-abu itu hanya diterangi cahaya dari beberapa lilin aromaterapi dan lampu tidur saja. Tak lupa, kelopak mawar yang membentuk love turut dihadirkan pula di atas ranjang itu.Leyna yang baru selesai mandi terkekeh geli melihat dekorasinya. Mengingat, ia dan Xavier sudah melalui malam pengantin itu terlebih dahulu, bahkan, berhasil menghadirkan malaikat kecil di perutnya saat ini. Lantas, ia memilih duduk di pinggir ranjang, dengan piyama bercorak lily ungu yang menempel di tubuhnya. Dengan kondisi yang sama, namun orang yang berbeda, Leyna jadi teringat kisahnya di kehidupan pertama. Di mana ia harus menunggu Edric, yang ternyata malah selingkuh dengan Olivia.“Ley..” ucap Xavier yang baru saja keluar dari kamar mandi dan masih setia mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.“Hm?”Melihat L
Terhitung sudah tiga hari sejak penyerangan itu berlalu. Hari ini pula acara besar dan bahagia terjadi di sebuah gedung mewah bernuansa yunani. Pernikahan antara Leyna Manston dan Xavier Miller pada akhirnya dimajukan karena beberapa hal. Banyak kejadian yang mewarnai selang tiga hari itu, termasuk Olivia yang berakhir bunuh diri di ruang apartemennya. Dari hasil rekaman cctv, ternyata wanita itu menyimpan satu botol kecil yang berisi cairan beracun, yang awalnya ia niatkan untuk diberikan pada Leyna. Namunsayang, itu malah menjadi boomerang-nya sendiri. Tentu, berita bunuh diri itu menyebar dan mengejutkan publik. Mengingat dalam kabar kematiannya diselingi berita terkait penyerangan dan percobaan pembunuhan yang ia lakukan pada Leyna di kediaman Manston.“Kau sangat cantik, Nak.” Puji Logan yang menatap putrinya dengan mata yang berlinang.“Dan orang di hadapanmu ini adalah putrimu, Ayah.” Jawab Leyna dengan terkekeh. Mencoba untuk mecairkan suasana agar ayahnya tidak terus berlinan
Olivia berhasil masuk ke dalam apartemen miliknya dengan selamat. Satu-satunya tempat yang membuat ia merasa nyaman dan aman untuk sekarang ini. Walapun memang, di sepanjang langkah yang ia ambil tadi mengundang lirikan atau bisik-bisik dari orang-orang.Dengan sedikit tergesa, Olivia menekan kata sandi pintu itu. Dan terbuka, dengan kegelapan yang menjadi sosok pertama yang menyambut dirinya. Seperti biasa, saat ia pergi, ia lebih suka mematikan saklar lampu miliknya. Dan perlu diketahui, ia memakai tombol manual, bukan otomatis ataupun menggunakan AI. Hal ini karena apartemen yang ia pijaki saat ini sebenarnya hanyalah apartmen pelarian semata selepas kedua orang terpenting dari hidupnya meninggalkannya dengan banyak beban.Pintu apartemen itu segera ia tutup dan kunci. Olivia meminimalisir resiko adanya penyusup nantinya. Lampu yang mati itu, ia nyalakan. Niatnya, ia ingin segera berkemas dan pergi ke bandara untuk kabur sejauh mungkin dari sana. Namun, pemandangan pertama kali yan
“Kau luar biasa, Ley. Aku kagum dan bersyukur dirimu baik-baik saja,” gumam Xavier di tengah pelukannya dengan Leyna. Tangannya tak pernah absen untuk membelai surai Leyna dengan penuh kasih sayang.“Aku belajar banyak darimu, Xav. Thanks a lot.” ujarLeyna dengan senyum menawan.“Apa yang akan kaulakukan dengannya? Kurasa, sudah saatnya kau melakukan pembalasanmu terhadapnya.” tanya Xavier tanpa mengalihkan pandangannnya sedikitpun dari wajah wanitanya itu.Benar, pembalasan Leyna pada Olivia masih belum maksimal. Jujur saja, awalnya, Leyna berniat ingin menyudahi semua ini. Namun, melihat Olivia yang masih berbuat nekat, ia rasa kali ini harus tegas dalam bertindak.“Buat dia melakukan sesuatu yang pernah ia rencanakan untukku di hotel itu. Selanjutnya, biarkan publik yang bertindak.” ucap Leyna yang lansung dipahami oleh Xavier. Dengan derakan tangan saja, Xavier memerintahkan anak buahnya untuk membawa Olivia yang sedang tak sadarkan diri.“Setelah itu?”Leyna teringat kala ia yang
LEYNA POVSungguh, aku memang sangat terkejut dengan kehadiran Olivia yang tak terduga. Rasa heran merasuki pikiranku, mencoba mencari jawaban bagaimana wanita ini dapat masuk ke kamar milikku dengan begitu mudah? Ah, kurasa kericuhan di depan tadi merupakan pengecoh saja.Gelas di taganku sengaja kujatuhkan. Begitupun dengan poci yang berisi air itu. Aku pura-pura terhuyung agar dapat memecahkan semua wadah air minum di sini. Bagaimana bila Olivia dengan segala pikiran liciknya ternyata mencampur sesuatu di air minum iitu? Tentu, aku tak mau mengambil risiko, apalagi dengan diriku yang kini tengah bebradan dua.“Bagaimana caramu bisa masuk?” tanyaku dengan raut wajah heranOlivia tampak menatapku dengan remeh. Mungkin, dia menilai pertanyaan itu sebagai pertanyaan yang tak perlu. Tak mau tahu, aku hanya penasaran dan ingin mengulur waktu saja sampai Xavier atau seseorang sadar akan penyerangan ini.“Meskipun kau pemilik rumah ini, ingatlah, aku tinggal di sini setiap hari dan lebih l
Leyna rasa, ia baru dapat memahami definisi dari badai tenang sebelum ombak ganas menerjang. Seperti saat ini, baru saja beberapa menit yang lalu ia mengira hidupnya di kehidupan ini sudah bisa berjalan dengan damai dan tenang. Namun, pemikiran itu tercoreng berkat kericuhan yang saat ini sedang melanda kediamannya. Suara bising tiba-tiba saja terdengar dari arah depan, tepatnya di halaman mansion kediaman Manston. Leyna yang awalnya ingin bertanya dan berbicara pada Xavier mengurungkan niatnya, lantaran mimik pria itu sudah menunjukkan kewaspadaan dan khawatir secara bersamaan. Jangan tanyakan bagaimana perasaan Leyna saat ini, rasa takutnya berkali-kali lipat. Tetapi, ia ingin tetap bersikap tenang seraya berhati-hati dalam bertindak. Ia tidak mau dirinya malah menjadi beban untuk pria di depannya dan penjaga di kediamannya.Xavier tampak menekan nomor di ponselnya, berusaha memanggil sang empu yang dapat Leyna ketahui itu Liam. “Sial! Apa yang sebenarnya terjadi?!” umpat Xavier ya
Satu pekan kemudian Kaki Leyna saat ini tengah berpijak di kediaman Manston, lagi. Ia memutuskan untuk kembali tinggal bersama ayahnya, menemaninya, dan menghabiskan waktu yang sebelumnya tak dapat mereka ukir bersama. Setelah sekian banyak kejadian yang terjadi, ia tahu ayahnya ini sebenarnya sangat menyayanginya. Entah di kehidupan sebelumnya sama seperti ini atau tidak, tetapi dari sumber kepercayaan Leyna, Logan hanyalah berkamuflase untuk mencari bukti kematian Bellinda dan selama ini tetap memantaunya dari kejauhan. Selama ini, ia menunggu ayahnya mengatakan kebenaran itu sendiri, namun mungkin untuk sekarang, itu tak perlu. Leyna merasa cukup dan bahagia, kehidupan keduanya ini berjalan dengan ending yang bahagia. “Nak, Xavier kapan ke sini?” tanya Logan yang rapi dengan setelan kantornya, menghampiri Leyna yang tengah meminum jus apel seraya menikmati drama di kotak bersinar itu. “Mungkin lima belas menit lagi. Ia masih dalam perjalanan. Kalau Ayah mau berangkat, silahkan sa
Dalam salah satu ruangan di rumah sakit itu, suara televisI tampak mendominasi. Memperlihatkan kepada mereka tentang berita terkini yang berhasil memancing amarah publik. Wanita paruh baya yang biasanya terkihat glamour itu kini tengah tampil dalam keadaan yang jauh berbeda dari biasanya. Kantung mata hitam, wajah pucat, tubuh tanpa aksesoris, dan memakai baju tahanan. Mimiknya terlihat sayu sekaligus penuh amarah. “Maya Manston, istri kedua Logan Manston telah resmi menjadi tersangka dari kasus pembunuhan berencana terhadap Nyonya Bellinda Evanthe, Istri pertama dari Logan Manston. Laporan ini dibuat oleh Tuan Logan beberpa hari lalu yang membawa beberapa bukti yang sudah diselidiki dan ditutup dengan keputusan bahwa Nyonya Maya akan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Diketahui, motif dari kasus ini adalah karena masalah pribadi dan obsesi terhadap narga Manston.” Leyna yang menatap televisi itu hanya dapat memberikan raut wajah datar. Ia baru saja diberi tahu oleh Xavier dan Lo