Sementara itu di tempat yang berbeda, lebih tepatnya di sebuah rumah kosong Yang di pakai genk mafia Black venom untuk menyerap seseorang. Ada Seorang wanita cantik berambut panjang berwarna hitam legam tengah berjalan dengan tergesa-gesa menuju sebuah ruangan yang ada di sana. "Di mana dia? Di mana kakakku!" Tanya Nathan ia dengan tidak sabaran saat bertemu dengan Pria yang sangat dia benci. "Yakin kau ingin melihatnya? Valdo merapikan kembali lengan kemejanya yang tadi sempat ia gulung, saat memberikan hadiah kepada Nathaniel karena sudah melukai wanita yang sangat di cintai nya. "Tentu saja, Dimana dia?" Dengan tegas Nathania ingin melihat keadaan Kakak kembarnya, jujur saja dia begitu Khawatir karena Valdo seperti nya tidak akan segan-segan menghancurkan apa saja yang sudah berani menyinggung nya. maka dari itu Ia takut jika sampai Valdo melenyapkan kakaknya juga. Valdo menatap ke arah Edgar untuk memastikan apakah mengijinkan atau tidak wanita itu untuk bertemu dengan
"Ahhhhh" Nia berteriak Saat melihat tubuh Nathan terkapar tak sadarkan diri. hingga pada akhirnya tubuhnya pun ikut lunglai bahkan hampir saja terjatuh jika Edgar tidak dengan sigap menangkap tubuhnya. "Ck. Apa aku bilang tadi, sudah aku katakan dia akan pingsan saat melihat kondisi Saudara kembaranya. tapi dia tidak percaya. lihat sekarang apa yang terjadi? Dia pingsan dan aku harus membopongnya, Benar-benar merepotkan!" Edgar benar-benar di buat kesal oleh keras kepalanya Nathan ia collis haditama. Hingga bukannya membawanya dengan benar, Ia malah membopongnya seperti karung beras saat ini. tidak lupa ia juga meminta kepada beberapa anak buahnya untuk membawa Nathan ke rumah sakit. Tiga puluh menit kemudian, Edgar sudah masuk ke dalam ruangan yang mereka gunakan untuk menyambut kedatangan Nia tadi. Kini pria itu menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa yang juga di duduki oleh Valdo, yang saat ini tengah sibuk mengecek surel dari seseorang. "Kali sudah kembali? di mana gadis
Tudah Tuan, Tuan Nathan dia--" Hans benar-benar bingung harus mengatakan apa, karena sejujurnya niat tidak tega melihat keadaan Tuannya saat ini. "Katakan saja Hans!" Tuan Aiden langsunh bangkit dari kursinya, Lalu ia berjalan menuju pintu keluar. "Ayo kita ke sana sskarang!" Ajak Tuan Aiden tanpa menunggu Jawaban dari asiaten Hans, tentang keadaan putranya dan berada di mana putranya itu saat ini. "Tuan Nathan dan Nona Nathania sedang berada di rumah sakit Tuan." Deg Tuan Aiden langsung menghentikan langkah kakinya, lalu ia kembali berbalik untuk kelihat ke arah asiaten Hans. "Apa maksudmu? kenapa di rumah sakit?" Tanya Tuan Aiden dengan expresi wajah bingung. "Oh jadi maksudmu Nathan tak hilang, tapi dia berada di rumah sakit bersama Nia begitu?" Imbuhnya mengira-ngira apa yang sebenarnya terjadi. Hans menggeleng lemah, Pria itu sungguh tak tega untuk mengatakan ini kepada Atasannya itu. Melihat sikap Hans yang malah menggeleng, membuat Tuan Aiden semakin bingung hi
"Nia" Tiba-tiba terdengar suara Mom Naira dan Tuan Aiden yang datang bersamaan. karena tanpa sengaja keduanya tadi bertemu di lobby rumah sakit. "Mom, Dad" Nia berlari hingga memeluk kedua orang tuanya dengan hati yang panik. "Sayang, Bagaimana ini bisa terjadi? kenapa kau bisa bersama dengan Kakakmu?" Cecar Nyonya Naira pada sang Putri. "Mom, Jangan seperti itu! Nanti saja kita bahas ini, lebih baik kita temui dokter dan lihat kondisi Nathan." Sanggah Tuan Aiden, karena tidak mau sang putri semakin tertekan. Pria paruh baya itu bisa melihat bagaimana kondisi putrinya saat ini yang terlihat rapuh, Sebagai seorang ayah, ia tidak mungkin tega membuat Nathan ia semakin tertekan dengan pertanyaan-pertanyaan yang di lemparkan sang mommy padanya. Lalu mereka semua berjalan mendekati dokter yang sejak tadi memang masih berdiri di belakang Nia. Dokter itupun tersenyum melihat kedatangan Dokter Naira dan dokter Aiden, meskipun Tuan Aiden sudah lama pensiun dari profesinya sebagai d
Edgar yang baru saja kembali dari mengantar Nathan ke rumah sakit, kini menatap Jengah ke Pada adik sepupunya. "Kau baru kembali? Kenapa lama sekali?" Tanya Valdo lagi-lagi tanpa menatap ke arah lawan bicaranya. ia malah sibuk menatap ke arah ponselnya untuk mengecek semua kopian berkas Gladiaa yang di kirim Nicolas padanya. Merasa tidak mendapatkan jawaban Valdo akirnya menghentikan kegiatannya untuk melihat ke arah lawan bicaranya, Yang ternyata berdiri di depan mejanya dengan menatap jatam ke arahnya. "Aku bicara padamu Ed, kenapa kau tidak menjawabnya?" Omel Valdo, lalu pria itu menaruh kembali ponselnya ke atas meja agar bisa fokus mengobrol dengan kakak sepupunya. "Sudah ku katakan padamu Do, kau harus menatap ke arah lawan bicaramu saat kita mengobrol!!" Ucap Edgar, lalu ia mulai memposisikan dirinya untuk duduk di kursi yang ada di depan meja kerja Valdo. Valdo tersenyum sinis seraya geleng-geleng kepala. "Pasti dia pingsan kan?" "Sudah tau nanya" Ucap Edgar
Din tempat yang berbeda, tepatnya di rumah sakit International. Tiga orang dewasa tengah sibuk dengan Pikiran mereka masing-masing. Sedangkan Sejak kemarin Nathan kembali tertidur, karena Efek Obat yang di sontikkan dokter padanya telah bereaksi. Nathan Hanya bangun untuk meminta Air minum kepada Kedua orang Tuannya, selebihnya seharian ia habiskan untuk tidur dengan tubuh yang basah akan keringat terutama dj bagian dahinya. "Glad... Glad, Tolong maafkan Aku.." Lirih Nathan dengan kedua mata yang masih terpejam. Nyonya Naira beserta suami langsung mendekat ke pada Putra mereka. Dengan penuh Haru menatao Nathaniel, yang membuka matanya setelah Dua hari tak sadarkan diri. "Nathaniel, Nathan Putraku, Kau sadar nak?" nyonya Naira menangis sambil menatap sang suami. "Dad, cepat panggil dokter!" Tuan Aiden yang begitu bahagia melihat putranya sadar, bergegas ke luar dari ruangan untuk memanggil dokter. Dia berlari meskipun tubuhnya terasa lelah, Setelah Dua hari ini tubuh dan
Nyonya Naira terus berusaha untuk memegangi tangan Putranya, namun Nathan terus saja berontak hingga membuat semua orang akhirnya turun tangan. "Nathan, Dengarkan Mommymu!" Ucap Tuan Aiden sembari memegangi tangan sang Putra. "Lepaskan Aku dad, Mom. Aku harus pergi mencari Istriku! Dia pasti sangat ketakutan berada di luar sana sendirian. Aku harus segera membawanya pulang! dia pergi tanpa membawa apapun, aku takut jika Anak yang ada di dalam kandungannya kenapa-kenapa." Deg Mata Nyonya Naira dan Tuan Aiden lantas terbelalak menyadari fakta jika Sang Putra sudah mengetahui semuanya. "Tolong lepas aku Dad, Mom. aku harus mencari istriku!" Pinta Nathan Sembari mengantupakan tangan di depan kedua orangtuanya. Tangis Nyonya Naira pecah, Ia tak menyangka jika Putranya akan sehancur ini. Niat awal mereka hanya ingin memberi pelajaran agar Putra pertama mereka sadar atas perbuatan nya yang masih menjalin hubungan dengan benalu di kehidupan mereka. namun faktanya, efek yang di
Suasana ruang rawat Nathan kini terasa sunyi karena semua orang yang ada di dalamnya terdiam dengan pikirannya masing-masing. "Dad, bisakah bantu aku untuk menemui Gladisa? aku ingin meminta maaf padanya dad." Ucap Nathan dengan raut wajahnya penuh penyesalan. "Untuk apa? Kau sudah tau jika ini adalah salahmu, jadi lebih baik lepaskan saja Gladisa. biarkan dia bahagia dengan kehidupan barunya!" Sanggah Tuan Aiden tidak setuju dengan permintaan putranya. Bukan karena tidak menyanyanginya, Justru karena ia sangat menyayangi Putra dan juga menantunya hingga ia tidak mau keduanya terluka jika terus di paksa untuk hidup bersama. Gladisa adalah wanita yang baik, dia berhak mendapatkan pria yang cintanya sepadan dengannya. bukan dengan Nathaniel yang jelas-jelas tak pernah memiliki hati untuknya, setidaknya itulah yang Tuan Aiden tau selama ini. "Tidak, kalau begitu lepas kan aku Mon! aku ingin mencari Istriku sendiri jika Daddy tudak mau membantu ku untuk mencari istriku." Na
Setelah kejadian di ruang rawat Valdo, Gladys mengajak Nathan untuk menemui anak mereka di apartemen yang ia sembunyikan selama ini. "Ini gedungnya?" Nathan mendongakkan kepalanya untuk melihat gedung pencakar langit yang ada di hadapannya. sejenak ia takjub, Valdo benar-benar memperlakukan Gladys dan putranya begitu baik. Bahkan ia saja malu, ia yang merupakan ayah kandung Brian bahkan tidak menyadari keberadaan putranya selama ini. Pantas saja Valdo nampak begitu marah padanya, bahkan mengancam akan kembali memisahkan mereka jika sampai ia berani menyakiti Gladys dan putra mereka. "Ayo masuk!" Entah sejak kapan Gladys, keluar dari mobilnya, yang jelas Nathan melihat adik sepupunya itu sudah berjalan menjauh dari mobilnya. "Glad, tunggu!!" Nathan berteriak, mengejar langkah kaki Gladys sembari mempersiapkan hati bertemu dengan sang putra, untuk pertama kalinya dalam keadaan sadar. Mengingat pertama kali mereka bertemu, ia tak mengenali jika Brian kecil adala
Tanpa keduannya sadari, Nathan ternyata berada di ambang pintu dan mendengar semua yang mereka bicarakan tadi. Meskipun sesak, ia yakin inilah saatnya ia menjelaskan semuanya kepada Gladys dan juga semua orang yang mempercayai kisahnya yang hilang ingatan. Ceklek Mendengar pintu di buka, Valdo reflek melihat ke arah pintu sementara Gladys, langsung mengangkat kepalanya lalu menoleh ke arah sumber suara. Pada saat yang bersamaan masuklah Nathan dari arah pintu dengan ekspresi wajah tengang. "Apa aku mengganggu? jika iya, aku akan pergi!" Ucap Nathan tak enak hati sudah mengganggu kebersamaan Gladys dan Valdo, Meskipun ia memiliki tujuan untuk menjelaskan kesalah pahaman dan kebohongannya selama ini, ia tak boleh egois untuk memaksakan keinginannya. "Tidak perlu dan kemarilah!" Pinta Valdo, sembari menggerakkan jari telunjuknya untuk meminta Nathan mendekat padanya. Melihat itu, Nathan melangkah mendekat meskipun hal itu malah membuat Gladys memalingkan muka tak ku
Setelah dua hari, Clara juga terbangun dari koma. wanita itu begitu terkejut saat mendapati kakinya tak dapat di gerakan sama sekali. apalagi kedua tangannya ternyata di borgol sehingga membuatnya semakin kesulitan untuk bergerak. "Tidak, Kenapa kakiku? kenapa aku di borgol?" Teriakan Clara membuat tuan Nando dan Nyonya Juita berlari masuk ke dalam ruang rawat Clara. Dan hal itu membuat Clara sempat shock hingga menghentikan tingkahnya. "Mom, Dad," Gumamnya sembari menahan tangis. sudah hampir enam tahun, Clara tak melihay kedua orang tuannya begitu pula tuan Nando dan Nyonya Juita, yang sudah begitu lama tidak melihat Clara setelah kejadian pengusiran enam tahun yang lalu. Di mana putri angkat mereka itu sudah bertindak di luar batas hanya demi memenuhi ambisinya. Clara yang ketahuan ingin meracuni kakaknya sendiri agar batal menikahi tunangannya yang tidak lain adalah Nathaniel, yang merupakan kakak sepupu mereka sendiri. Opsesi Clara terhadap Nathan membuatnya teru
Mendengar namanya di panggil, Gladys langsung menoleh ke arah Nicholas sama halnya dengan Nathan. Meskipun cukup terkejut dengan kemunculan Nicholas, namun Gladys bisa bernafas dengan lega karena lampu di atas ruang operasi berubah warna menjadi hijau. dan itu artinya jika operasi sudah berjalan dengan lancar. Gladys yang tak sabar menunggu Nicholas berjalan mendekat, Akhirnya memutuskan untuk ikut berjalan menuju Nicholas, hingga Akhirnya keduanya berdiri saling berhadapan dengan canggung. "Nick, bagaimana keadaan Kak Valdo?" Wajah Gladys memancarkan Aura kesedihan yang mendalam sehingga membuat Nicholas begitu Khawatir. "Nona, apa anda baik-baik saja?" Tanya nya sembari menelisik tubuh Gladys dari ujung kaki hingga ujung kepala. "Apa maksudmu? Tentu saja Aku baik-baik saja." Sembari menjawab pertanyaan Nicholas, Gladys ikut menelisik tubuhnya sendiri seperti hal yang di lakukan Nicholas barusan. Namun entah kenapa Nicholas merasa jika Gladys tengah tak baik-baik sa
Gladys sempat membeku, meskipun dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.. Namun telinga dan otaknya masih begitu peka mendengar setiap kalimat yang di lontarkan Yuda. "kau bilang apa tadi? coba ulangi!!" Perintah Gladys sembari bangkit dari kursinya dan kini sudah melangkah mendekati Yuda yang terkejut dengan keberadaan nya di sana. "Tuan," Gumam Yuda seolah membeku di tempatnya berdiri saat ini. "Mom," Panggil Brian. Dan panggilan itu sukses membuat Gladys kembali berbalik, lalu duduk berjongkok di depan sang putra dengan membelai kepalanya. "Sayang, Brian pulang dulu sama Aunty Tiara Ya!!" Ucapnya sembari melirik ke arah Tiara yang berdiri tak jauh darinya. "Tapi Mom, Brian ingin melihat ayah." Ucap bocah kecil itu sembari menahan tangis. "Nanti jika Ayah sudah siuman, Mom janji akan meminta Aunty Tiara dan Uncle Nicholas untuk membawa Brian ke mari! jadi, lebih baik Brian pulang dan beristirahat di apartemen saja ya!!" Setelah mengatakan itu, Gladys mencium k
"Brian," Teriak Gladys hingga membuat fokus Valdo teralihkan. Namun siapa sangka, Clara tiba-tiba menghujamkan sebuah belati tepat mengenai perut Valdo yang berakibat tumbangnya tubuh sang dokter ke atas tanah. Bruk Tubuh Valdo jatuh dengan bersimbah darah, sementara Clara yang tadinya di kira pingsan ternyata hanya berpura-pura agar Valdo lengah. "Ayah, " Brian berteriak memanggil Valdo. "Valdo," Sementara Nathan dan Gladys Nathan berteriak memanggil Valdo agar menghindar, namun sayangnya Clara lebih dulu menyerangnya hingga pria bertubuh tegap itu tak sempat menghindar. Nathan Memutuskan untuk berlari menuju ke arah Valdo, dan karena itu pula Clara yang terlanjur panik akhirnya memutuskan untuk kabur. Nicholas pun melakukan hal yang sama. Namun sebelumnya, ia memberikan Brian kepada ibunya agar lebih aman. "Nicho, selamatkan Valdo!!" Pinta Gladys dengan tangan memohon. Sementara Valdo hanya bisa menganggukkan kepalanya dan akan berusaha sebisa mungkin untuk
"Lepaskan dia!" Valdo berteriak membentak Clara yang sedang berusaha untuk menangkap Brian. Bocah itu menangis ketakutan sementara Clara terus berusaha untuk menariknya masuk ke dalam Mobil. Melihat itu, Valdo langsung bergegas mendekat demi bisa menyelamatkan Brian dari wanita gila seperti Clara. sementara Gladys, wanita itu baru saja keliat dari ruang kerjanya setelah melakukan meeting dengan beberapa Client yang ingin memakai jasa desainnya untuk di kenakan pada acara special mereka. "Nona," Tiara berteriak, sembari berjalan cepat ke arah Gladys. Hal itu membuat Gladys sedikit heran, mengingat wajah Tiara yang di landa kepanikan. "Ara, ada apa?" Tanya Gladys sesampainya Tiara di dekatnya. Sementara Tiara, Wanita tengah berusaha untuk menetralkan nafasnya karena terlalu panik. Melihat itu, Gladys tentu saja tidak tinggal diam dan memilih menggiring Tiara untuk masuk ke ruangannya dan mengambilkannya minuman terlebih dahulu. "Minum lah!" Ucap Gladys sembari ik
Nathan yang baru keluar dari toilet, memutuskan untuk berjalan mendekati Gladys yang masih terduduk di atas Ranjang dengan wajah Shock. "Kak, kau masih di sini? tumben." Celetukan keceplosan. Namun agaknya Gladys tak berniat meralat ucapannya karena merasa jika yang ia katakan memang lah benar, dulu Nathaniel selalu meninggal kan dirinya seusai bercinta. jadi, hal ini adalah hal langka yang baru pertama kalinya di lakukan oleh sang mantan suami setelah pernikahan mereka. Namun sayangnya hal itu terjadi setelah mereka berpisah, hingga Gladys tak bisa berbuat apa-apa jika sampai ingatan Nathan pulih sehingga melupakan memori tentangnya saat ini. "Kenapa? aku suamimu, kenapa kau bicara seperti itu?" Nathan duduk di bibir ranjang, Sehingga tatapan keduanya kini bertemu. Hati Gladys bergetar mendengar ucapan itu keluar dari bibir Nathan, ingin sekali ia berteriak jika mereka sudah bukan pasangan suami istri lagi. namun, Ia tak punya cukup keberanian untuk mengambil resiko
"Glad" Panggil Nathan, saat Gladys baru saja masuk ke dalam rumah mereka. "Ya" Jawab Gladys acuh tak acuh. "Apa kau baik-baik saja?" Tanyanya sembari memegang bahu Gladys, lalu menelisik tubuh sang istri dari ujung kaki hingga ujung kepala, pria itu memastikan jika keadaan wanita itu baik-baik saja. "Aku baik-baik saja kak, jangan khawatir. Maaf, aku harus ke kamar!" Ucap Gladys, sembari menepis tangan Nathan dari bahunya. "Tapi Glad, Kata Tiara, tadi Clara datang ke butikmu. sebenarnya apa yang ia lakukan di sana?" Deg Gladys, langsung menghentikan langkahnya karena terkejut. bukan terkejut karena Nathan tau jika Clara datang ke butiknya? namun terkejut karena Nathan menanyakan apa tujuan Clara datang ke butiknya. apakah itu berarti Nathaniel, sudah mengingat siapa Clara? Gladys, langsung berbalik kembali menatap ke arah Nathan dengan ekspresi wajah curiga. "Kak tau soal Clara?" Deg Kini giliran Nathan yang terkejut mendengar pertanyaan dari Gladys, pria itu b