Gladis yang Menunduk ketakutan, terus berdoa di dalam hati agar dua pria yang berdiri di hadapannya itu tidak akan menyeretnya untuk kembali ke Jakarta. "Berdiri Gladisa Hadiatmaja!" Deg. Jantung Gladis berdebar dengan sangat kencang, saat mendengar Suara yang begitu familiar di telinganya itu. Suara seseorang yang akhir-akhir ini terus membantunya, seseorang yang selalu bersikap seenaknya, namun menjadi garda terdepan saat dirinya mengalami masalah. Dengan cepat Gladis mendongakkan kepalanya, menatap ke pada dua pria tampan bertubuh tinggi dan kekar tersebut. Namun anehnya salah satu dari mereka malah menggunakan seragam ala petugas bandara. "Kak Valdo, Kak Edgar " Lirih Gladisa dengan wajah yang terkejut sekaligus bahagia. saat melihat kedua pria yang memang selalu ada untuknya itu berada di hadapannya. Bahkan wanita itu terus memanggil nama keduanya untuk memastikan jika yang ia lihat saat ini adalah nyata. "Bangun Glad!" Valdo mengulurkan sebelah tangannya untuk m
"Dasar bodoh. kenapa menjaga satu orang saja mereka tidak becus hah?" Teriak Nathan sambil melempar ponselnya ke lantai. Lemparan yang sangat kuat hingga membuat Benda itu sampai hancur tak berbentuk. Yuda yang menyaksikan itu semua sampai menghela nafasnya gusar, Tidak ada raut kasihan sama sekali di wajahnya karena menurutnya ini adalah karma yang harus di tanggung oleh Nathan yang sudah sering kali menyakiti Istrinya. "Ku harap setelah ini anda akan sadar dan tidak akan berbuat semaunya lagi Tuan!" Gumam Yuda, lalu ia berusaha untuk menenangkan Tuannya agar tidak kembali menghancurkan barang-barang yang ada di Ruangannya. "Tuan, saya mohon tenanglah!" Ucap Yuda, sembari berusaha mendekat ke arah Nathan yang tengah mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat, seakan ingin menghajar seseorang yang berada di hadapannya. dan apesnya lagi orang itu adalah dirinya. "Nathaniel, Berhenti merusak properti kantor ini!" Teriak Tuan Aiden yang tiba-tiba saja masuk ke ruang kerja putranya.
Setelah Menerima kemarahan Daddy-nya, Nathan memutuskan untuk pergi langsung ke Bangkok untuk mencari istrinya. ia berharap jika Gladisa tidak benar-benar pergi meninggalkan dirinya, Mungkin inilah alasan kepada pada saat itu ia tidak rela melepaskan Gladis untuk pergi. "Tuan, Mereka belum menemukan keberadaan Nyonya." "Dasar bodoh, Sebenarnya apa kerja mereka? masak iya menjaga satu orang wanita saja mereka tidak bisa?" Nathan yang begitu kesal pada akhirnya menjambak rambutnya sendiri karena frustasi, hingga detik ini mereka belum bisa menemukan istrinya padahal sudah hampir 6 jam Gladis menghilang. Istrinya itu bak hilang di telan bumi karena jejaknya sama sekali tak bisa terlacak meskipun semua CCTV sudah anak buahnya periksa. "Tuan, Apa anda tidak merasa aneh dengan kasus hilangnya Nyonya muda? maksudku hilangnya Nyonya ini seperti ada konspirasi, bagaimana bisa nona hilang tanpa meninggalkan jejak sedikitpun padahal jika di telisik lebih dalam, tentunya nyonya tidak aka
Clara yang baru saja selesai melakukan Fashion show, kini berada di ruang ganti untuk membenahi penampilannya. "Hais, kenapa baju ini sempit sekali sih? masak iya berat badanku bertambah?" Oceh Clara, Lalu saat ia ingin kembali memakai Lipstiknya tiba-tiba lipstik itu tak sengaja terjatuh saat ingin ia buka. "Ck. kenapa pakai jatuh segala sih?" Geram Clara, Namun mau tidak mau ia tetap harus mengambilnya sendiri, karena saat itu asisten pribadinya sedang menyiapkan Baju kedua yang harus di pakainya. Namun saat Clara ingin mengambil Lipstik itu, Ia di kagetkan dengan adanya sepasang sepatu yang saat ini tengah berdiri di hadapannya. Meskipun sedikit Takut, Clara berusaha memberanikan diri untuk mengangkat Kepalanya untuk melihat siapa yang saat ini berdiri di hadapannya. Deg Clara dapat bernafas dengan Lega saat melihat ternyata Nathan lah yang berdiri di hadapannya. Wanita itu mengelus dadanya yang tadi sempat berdetak tak karuan karena mengira sepasang kaki itu milik
"Memangnya apa yang aku lakukan?" Clara mencoba melawan dengan mendorong dada bidang Nathan cukup kasar. "Kau...." Nathan mengepalkan kedua tangannya "Kenapa, kau ingin memukulku? Atau ingin marah padaku? Sepertinya kau sudah lupa siapa yang selalu ada untukmu di saat-saat tersulit dulu? Cecar Clara dengan expresi wajah tak kalah Arogannya. Agaknya wanita itu sudah segan-segan lagi menunjukkan sifat aslinya. Pikir Yuda "Jangan keterlaluan, Clara!" Nathan Hampir saja melayangkan tangannya, namun tiba-tiba saja otaknya tersadar hingga memilih melangkah mundur untuk menyetabilkan emosinya. "Aku yang keterlaluan, atau kau??" Clara menghela nafas lalu menatap Nathan dengan tajam. "Kenapa kau begitu marah mendengar Gladis melarikan diri? bukannya kau membencinya? jadi seharusnya kau bahagia jika seseorang yang kau benci telah lenyap dari hidupmu." "Aku memang membencinya, tapi Gladis tidak boleh pergi sebelum aku mengusirnya!" "Ck. kakak itu aneh!" Cibir Clara, Lalu ia berjalan
"Dia bilang apa tadi? Bisa-bisanya dia mengatai-ku aneh, setelah selama ini aku lebih mengutamakan dirinya di banding istriku sendiri! Bahkan aku dengan sadar sudah sering kali menyakiti hati Gladisa untuk menuruti semua kemauannya, Lalu apa ini? apa Clara sedang menertawakan aku?" Nathan tak habis pikir dengan sikap Clara yang menurutnya sangat bertolak belakang dengan sikapnya selama ini. Nathan sejenak termenung dan duduk dengan Tangan yang menutupi wajahnya. Lalu perlahan ia usap wajahnya dan tanpa sengaja ia melihat Tas dan koper yang di tinggalkan Anak buahnya di atas sofa. Deg "Bukannya itu Koper dan Tas Gladis?" Tak mau berlama-lama Nathan memutuskan untuk membukanya, Kini ia melihat ada beberapa berkas dan dua buah amplop yang bertulisan dua nama rumah sakit dan salah satunya Rumah sakit milik kedua orang tuannya. Perlahan ia membawa Amplop itu ke atas sofa, lalu membukanya. Dengan teliti ia membaca kata demi kata yang ada di dalam sana, hingga beberapa saat
Di tempat yang berbeda, tepatnya di sebuah mansion mewah, luas dan megah. tepatnya di ruangan tertutup dengan atmosfer yang terasa mencekam, karena keempat orang yang ada di dalamnya sejak tadi hanya diam tidak bersuara. keempat orang itu seakan sibuk dengan apa yang ada di dalam pikiran mereka masing-masing. "Sampai kapan kalian diam?" Devan memulai pembicaraan. karena tidak ada satupun dari dua orang yang duduk di hadapannya mau buka suara. Gladis yang sejak tadi diam, kini melirik sosok yang tiba-tiba datang memeluknya dan entah tau dari mana tentang rencananya kabur. tapi dia bersyukur jika dari keluarganya ada yang mendukung keputusannya. Tak berbeda jauh dengan Nathania, dia juga sejak tadi diam-diam curi-curi pandang ke pada adik sepupu sekaligus adik iparnya itu. namun sepertinya Nathania lebih dilematis karena saat ini wajahnya menjadi sembab akibat sejak tadi terus menangis. "Baiklah jika tidak ada yang mau mengatakan apa yang terjadi maka aku akan menghubungi Natha
"Apa, kenapa kalian menatapku begitu?" Tanya Edgar dengan tidak merasa berdosa sama sekali, sudah menyebut nama seseorang yang begitu di hindari Gladisa saat ini. Valdo menghela nafasnya panjang, memang sulit sekali menurutnya mengendalikan Kakak sepupunya yang memang sedikit ceroboh itu. "Ya Kudanil itu" "Nathaniel, Do, Nathaniel" Ralat Edgar. "Ya itulah, bodo amat namanya siapa yang jelas Dia orangnya!" Valdo begitu malas menyebut nama Mantan sahabatnya itu setelah merebut cinta pertamanya, Apalagi di tambah fakta jika ternyata Nathan malah menyia-nyiakan Wanita itu setelah berhasil menikahinya. hingga membuat Valdo saat ini memiliki niat buruk untuk merebut kembali apa yang seharusnya sejak awal menjadi miliknya. Edgar menghela nafasnya dengan kasar, sepupunya itu memang begitu Arogan hingga dengan gampangnya ia melupakan nama orang lain yang dulu pernah menjadi sahabatnya. "Aku pergi karena ingin berpisah darinya. karena pernikahan tanpa cinta itu ternyata melelah