BRAK Banyak orang yang terkejut sekaligus menahan tawa saat melihat Clara terjungkal dengan dramatis tadi. Clara berusaha bangkit, Namun lagi-lagi kakinya kehilangan keseimbangan dan kembali jatuh ke atas Catwalk. "Sial, ayolah Clara, bangkit!" Geramnya pada diri sendiri. Sementara Gladys, Ia tetap melaju melenggang melewati tubuh Clara yang terjungkal akibat kehilangan fokus saat melihat kemunculannya secara tiba-tiba. Sementara Clara, setelah Ia sanggup berdiri lagi, Ia langsung berjalan dengan cepat keluar dari arena Catwalk dengan wajah yang tertunduk malu. kini Gladys tengah menikmati popularitas nya saat ini. Semua orang nampak menyanjung dan mengelu-elukan Angela Swan yang ternyata adalah Gladys Designer muda yang dulu pernah naik daun. Semua orang seketika melupakan kejadian Jatuhnya Clara beberapa kali untuk berebut mendapatkan potret dari Angela Swan, yang tak lain adalah Designer muda yang sempat Vakum dam tiba-tiba menghilang dari Kota Surabaya. **** D
Bersamaan dengan keluarnya dua pengawal itu dari toilet, mereka bertemu dengan Tuan Revaldo yang berjalan ke arah mereka. Deg Keduanya menelan ludahnya dengan sangat kasar sembari melirik satu dan lainnya. "Bagaimana ini? Bagaimana jika Tuan Revaldo menanyakan tentang keberadaan Tuan Muda Brian?" "Entahlah, kita berdoa saja agar Tuan Valdo tidak menghukum kita setelah ini! karena jika itu terjadi, maka tamatlah riwayat kita." Tak berselang lama, Valdo sudah sampai di depan keduanya. Matanya menelisik untuk mencari putranya yang tadi ia titipkan kepada kedua anak buahnya. "Dimana Brian?" Tanya Valdo dengan alis yang mengerut. "Tuan Brian, Tuan Brian hilang tuan!" "Apa?" PLAK Satu tamparan keras mendarat ke pipi salah satu anak buah Valdo yang bernama Michael, hingga membuah satu orang yang lainnya bergetar ketakutan. "Bagaimana bisa Brian hilang? Apa saja yang kalian lakukan hingga menjaga satu orang anak saja kalian tidak bisa?" Valdo mencengkeram kuat Kerah
"Kau," Ucap Nathaniel tak habis pikir bagaimana ia akhir-akhir ini sering sekali bertemu dengan Revaldo. Padahal dari segi pekerjaan pun keduanya terlibat dalam segi bidang yang berbeda, namun entah takdir apa yang telah di garis kan Tuhan hingga membuat keduanya sering berinteraksi. "Ya, Kenapa dengan mukamu itu?" Tanya Valdo setelah melihat ketidak nyamanan di mata Nathaniel saat menatap nya pada saat kemunculannya tadi. "Ck. tidak usah berbasa-basi! Mau apa kau di sini?" "Cih, Sudah lama tak bertemu sikapmu masih tetap sama, Tuan Nathaniel Collins Haditama." Sindirnya dengan tersenyum miring. Tak ada keraguan di matanya untuk terus mengusik Nathaniel, karena menurutnya tak perlu bersikap baik kepada seseorang yang sudah membuat kita kecewa hingga beberapa kali. Meskipun mantan sahabat, aura persaingan di antara keduanya sangatlah ketara di mata siapapun yang melihatnya. "Ayah," Panggil Brian sembari menggoyangkan tangan Valdo agar menatap ke arahnya. wajahnya ya
Gladys tersenyum Haru saat melihat antusiasme orang-orang saat menyambut kemunculannya untuk pertama kali. Ia tak menyangka jika orang-orang bisa begitu bersemangat menyapannya hari ini. Sementara di sisi yang lainnya, Valdo dan Brian baru saja memasuki Ballroom hotel itu lagi untuk ikut menyaksikan Fashion Show yang di gelar hari ini. Namun sayangnya Acara itu sudah hampir selesai di selenggarakan. "Lihat itu, Ayah! Bukankah itu Mommy?" Brian berteriak sembari melambaikan tangannya saat melihat sang Mommy berada di atas panggung. Sontak Valdo langsung mengikuti arah yang di tunjuk oleh Brian. Di mana ia melihat sosok wanita cantik tengah berdiri di sana dengan anggunya. "Ayo kita kesana, Ayah!!" Brian langsung menarik tangan Valdo untuk menerjang kerumunan orang yang meskipun tak perlu berdesak-desakan karena semua orang tengah duduk rapi di kursi mereka masing-masing. "Mommy.... " Ibuh Brian saat melihat sang Mommy tangan melambaikan tangannya ke arah kamera. Bocah
Anak buah Valdo akhirnya kembali mundur saat melihat kode tangan yang di berikan tuannya. Sedang Gladys pun juga tak mau kalah, Wanita itu ikut melangkah mundur guna melindungi Putranya. "Kalian, Bawa pergi Gladys dan Brian dari sini! Biar aku yang urus Dia." Valdo memerintahkan kepada kedua anak buahnya untuk mengamankan Gladys dan Brian ke tempat yang lebih aman. Ia tau pastinya Nathaniel sudah melihat kejadian di dalam Ballroom tadi sehingga membuatnya nekat untuk menemui mereka di sini. Melihat Gladys sudah di giring untuk kembali masuk ke dalam Lift, membuat hati Nathaniel seketika resah. "Glad, jangan pergi! Kita harus bicara, Gladys. Tunggu aku!" Nathaniel terus memanggil namanya berusaha untuk menyakinkan Gladys agar mau mendengarkan ucapannya. Ia terus berusaha agar Valdo tidak lagi menghalangi langkahnya, ia ingin mengejar Gladys untuk menyelesaikan masalah mereka dan memastikan jika Bocah kecil itu anak siapa? Mengapa bocah yang ia tau memanggil Valdo Ayah itu juga
"Kenapa setiap bertemu dengan-Mu, suasana akan berubah ramai meskipun suasana dalam keadaan sedih." "Ck. tentu saja karena aku..." Nathania tak jadi melanjutkan ucapan nya karena baru menyadari arti dari kata-kata Valdo barusan berisi sindiran untuknya. Lalu dengan penuh emosi ia menarik bahu Valdo agar menoleh ke arahnya. "Kau ya..... " Baru juga ingin marah, namun suasana tiba-tiba berubah hening karena Tatapan mereka berdua saling terkunci. Nia sedikit terkejut karena di beberapa bagian wajah tampan Valdo, terdapat beberapa luka yang sepertinya masih baru. Tanpa sadar Tangan Nathan ia terulur untuk menyentuh wajah Tampan Valdo yang sejak tadi hanya diam menatapnya. Deg Deg Deg Jantung Nathan ia berdetak tak karuan mana kala bertemu kembali dengan pria yang menjadi cinta pertanya itu, pria yang sudah memporak-porandakan hatinya. "Apa maumu?" Mendapatkan pertanyaan seperti itu, sontak membuat Nathania langsung tersadar dengan perbuatannya, hingga langsung terburu-bu
"Kakak baru pulang?" Saat pintu apartemen itu terbuka, Gladys sudah menyambut kedatangan Valdo dengan wajah Khawatir. Wanita itu menelisik seluruh tubuh Valdo mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala. Valdo tersenyum senang melihat sambutan Gladys yang begitu khawatir padanya. sebuah perhatian kecil yang selalu di harapkan dari seorang pria dari pasanganya. "Masuk kak, Biar aku obati lukamu!" Ucap Gladys sembari berlari ke arah bupet kecil yang ada di bawah TV. Ternyata wanita itu mengambil sebuah kotak obat, lalu berjalan menuju ke arah sofa. "Kemarilah kak!" Gladys menepuk sofa kosong yang ada di sampingnya. Lalu tanpa berlama-lama Valdo berjalan cepat ke arahnya dan langung duduk di sampingnya. Dengan penuh perhatian Gladys mengobati luka Yang terdapat di wajah Valdo, Sementara pria itu kini menatap lembut Wanita yang sangat di cintainya itu sembari menikmati sentuhan demi sentuhan yang di berikan Gladys pada lukannya. "Terimakasih, Glad!!" Ucapnya sembari memb
di lain tempat, Nathania baru saja kembali ke kediaman Collins. Dengan berjalan gontai ia memasuki rumahnya namun pandangan yang cukup ngilu sudah terpantau jelas oleh kedua matanya. Seketika tubuhnya yang sejak tadi tidak bertenaga, menjadi bertenaga saat melihat tubuh Nathaniel babak belur. "Omo, omo. apa yang terjadi?Siapa yang melakukan ini padamu, Hah?" Tanyanya dengan wajahnya terkejut. Nyonya Naira di buat geleng-geleng kepala dengan tingkah ceroboh putrinya , yang bukan mengucapkan salam malah langsung mencecar saudara kembarnya berbagai macam pertanyaan. "Kau itu, Harusnya masuk rumah itu ucap salam dulu Nia!! bukan langsung nyelonong saja." Ketus Nyonya Naira menasehati putrinya. "Maaf Mom, aku hanya terkejut." Kilahnya sembari mendengar kuda. Lalu tanpa pikir panjang ia duduk di samping Nathaniel untuk mengecek kondisi Saudara kembarnya itu. "Aduh, aduh, aduh..... " Niel menjerit kesakitan padahal Nia baru saja memegang pipinya, lalu dengan gemas Nia sengaja meme