"Kakak baru pulang?" Saat pintu apartemen itu terbuka, Gladys sudah menyambut kedatangan Valdo dengan wajah Khawatir. Wanita itu menelisik seluruh tubuh Valdo mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala. Valdo tersenyum senang melihat sambutan Gladys yang begitu khawatir padanya. sebuah perhatian kecil yang selalu di harapkan dari seorang pria dari pasanganya. "Masuk kak, Biar aku obati lukamu!" Ucap Gladys sembari berlari ke arah bupet kecil yang ada di bawah TV. Ternyata wanita itu mengambil sebuah kotak obat, lalu berjalan menuju ke arah sofa. "Kemarilah kak!" Gladys menepuk sofa kosong yang ada di sampingnya. Lalu tanpa berlama-lama Valdo berjalan cepat ke arahnya dan langung duduk di sampingnya. Dengan penuh perhatian Gladys mengobati luka Yang terdapat di wajah Valdo, Sementara pria itu kini menatap lembut Wanita yang sangat di cintainya itu sembari menikmati sentuhan demi sentuhan yang di berikan Gladys pada lukannya. "Terimakasih, Glad!!" Ucapnya sembari memb
di lain tempat, Nathania baru saja kembali ke kediaman Collins. Dengan berjalan gontai ia memasuki rumahnya namun pandangan yang cukup ngilu sudah terpantau jelas oleh kedua matanya. Seketika tubuhnya yang sejak tadi tidak bertenaga, menjadi bertenaga saat melihat tubuh Nathaniel babak belur. "Omo, omo. apa yang terjadi?Siapa yang melakukan ini padamu, Hah?" Tanyanya dengan wajahnya terkejut. Nyonya Naira di buat geleng-geleng kepala dengan tingkah ceroboh putrinya , yang bukan mengucapkan salam malah langsung mencecar saudara kembarnya berbagai macam pertanyaan. "Kau itu, Harusnya masuk rumah itu ucap salam dulu Nia!! bukan langsung nyelonong saja." Ketus Nyonya Naira menasehati putrinya. "Maaf Mom, aku hanya terkejut." Kilahnya sembari mendengar kuda. Lalu tanpa pikir panjang ia duduk di samping Nathaniel untuk mengecek kondisi Saudara kembarnya itu. "Aduh, aduh, aduh..... " Niel menjerit kesakitan padahal Nia baru saja memegang pipinya, lalu dengan gemas Nia sengaja meme
Deg Tubuh Clara tak dapat pergi kemana-mana lagi setelah sudah membentur dinding, Pergerakannya terkunci karena entah dari mana tiba-tiba muncul banyak pria berpakaian hitam yang Mengepungnya. "Bawa dia ke tempat biasa!" perintah Valdo pada keempat pria berpakaian safari lengkap. "Baik Tuan, Laksanakan." kemudian Dua orang dari mereka menyeret tubuhnya untuk pergi dari sana dengan menyeret tubuh Clara. "Tidak, Tidak, Apa yang kalian lakukan? Lepaskan aku!" Clara berteriak meminta di lepaskan, namun justru kedua pengawal itu semakin menarik lengannya hingga menyeretnya keluar. Sementara itu, Valdo nampak melirik Nicholas yang berdiri di belakangnya. "Kau urus semuannya terlebih dahulu! Aku masih ada urusan yang harus aku selesai kan dengan wanita itu." Ucap Valdo bernada perintah yang harus di patuhi oleh seluruh anak buahnya. "Baik, Tuan." Nicholas sedikit membungkukkan tubuh-Nya, lalu pria itu memutuskan segera berlari menuju ke arah Lift hingga tubuhnya menghilang dar
Keesokan harinya, Gladys tengah mempersiapkan diri untuk menghadapi sidang berikutnya dengan membawa bukti jika selama ini, Nathaniel tak pernah ada di saat ia membutuhkannya. Bahkan Gladys terpaksa mengungkapkan jika selama ini, Nathaniel tak pernah memberinya nafkah lahir maupun batin dengan layak. Gladys menghela nafasnya sejenak sembari menatap berkas-berkas yang ada di tangannya, Berkas yang nanti akan ia bawa ke pengadilan untuk mematahkan tuntutan Keluarga Collins atas putranya. "Cih, bagaimana bisa kau meminta hak asuh putraku sementara kau saja tidak tau siapa namanya? apa jenis kelaminnya? apa makanan Favorit nya? bagaimana kehidupannya selama ini? Kenapa kembali kau ingin menghancurkan hidupku dengan mengambil sumber bahagiaku?" BUK Gladys yang tengah melamun, tiba-tiba di kejutkan oleh sebuah benda bulat yang mengenai punggungnya. Wanita itu buru-buru mengusap air matanya sebelum Menoleh untuk memeriksa siapakah yang sudah melempar nya dengan bola. Saat sud
"Angela Swan, bukannya itu nama lain dari, Gladys?" Tanya Nathan sembari menatap ke arah kerumunan tadi. Awalnya Ia tidak begitu perduli dengan kerumunan itu, karena sudah terbiasa melihat orang penting memakai pengawalan yang ketat semacam itu. Hanya saja kali ini nampak berbeda karena yang di kawal seketat itu bernama Angela Swan. saat itu, ia melihat ke arah sosok yang keluar dari wahana permainan itu berjalan dengan menggendong seorang anak di dampingi pengawalan yang sangat ketat, Nathan langsung bangkit dari kursinya dengan wajah yang sangat bahagia. "Glad... " Gumamnya sembari mengucek kedua matanya, guna memastikan jika yang ia lihat baru saja adalah benar istrinya. "Tuan, itu nona Gladys." Ucap Yuda sembari menunjuk ke arah Kerumunan pria yang tengah berjalan mengikuti sesosok wanita cantik menunju ke arah Lift. "Glad..." Nathan berteriak memanggil nama sang istri, sembari berlari sekuat tenaga untuk mengejarnya. Yuda yang masih terkejut, akhirnya ikut panik d
Setelah dokter keluar dari ruangan itu, Gladys langsung menghampirinya untuk bertanya bagaimana kondisi suami sekaligus kakak sepupunya itu. Namun, Baru juga ia ingin bertanya tapi Nathania tiba-tiba muncul dari arah yang berlawanan sembari berlari kencang. "Glad" Panggil Nia setelah dapat melihat dari dekat, jika yang berdiri di depan dokter jaga adalah Iparnya. "Nia," Gladys termenung saat Tubuhnya tiba-tiba di peluk oleh saudara kembar suaminya itu. "Bagaimana kabarmu?' Tanya Nia setelah mengurai pelukannya. Wanita itu nampak terkejut melihat keberadaan Gladys di rumah sakit nya, apa lagi saat ini wanita itu nampak berdiri di depan pintu ruang rawat Nathaniel. sebenernya hal wajar jika Gladys berada di sana mengingat ia masih berstatus sebagai istri sah Nathaniel Collins Haditama. Hanya saja, yang membuat berbeda adalah status mereka yang sudah lama pisah ranjang dan dalam proses putusan cerai. "Aku baik." Jawab Gladys To do Poins karena sejujurnya ada hal yang le
"Tenang lah Glad! Brian aman besama, Yuda." Nia mencengkeram Bahu Gladys yang sejak tadi panik mencari anaknya. Wanita itu mengutuk dirinya sendiri karena melupakan utaranya begitu saja karena panik, Padahal selama ini ia tidak pernah melakukan itu selama mereka tinggal di Amerika. "Yuda, Kau bilang Yuda. Di mana dia sekarang?" Gladys ikut berbalik mencengkeram lengan Nia, sembari menatap khawatir pada Iparnya itu. "Dia ada di ruangan ku, Glad. tenanglah! aku jamin dia aman bersama dengan Asisten Yuda." Ucap Nia berusaha untuk menenangkan hati Gladys yang ia yakini sangat ketakutan saat ini. "Terimakasih, Nia. ku pikir aku kehilangan Putraku, Aku benar-benar takut!" Gumamnya sesaat setelah memeluk Nia. Nia mengelus bahu Gladys untuk menenangkannya, Ia tau benar rasa sakit kehilangan seorang anak, karena dirinya pun juga pernah merasakan Hal yang sama. Namun, karena Statusnya yang belum menikah membuatnya tak bisa berbicara kepada keluarganya mengenai hal itu. Tak ber
Clara keluar dari Lift dengan mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat, Kini wanita itu berjalan menuju ke arah Poli kandungan. entah apa yang akan di lakukan perempuan itu di sana, Dan saat itu pula bertepatan dengan Yuda yang berjalan ke arah ruang rawat Nathaniel bersama dengan Brian selalu setia berada di gendongannya. "Bukankah itu Nona Clara, Sedang apa dia di sana?" Yuda langsung menghentikan langkahnya, sembari mengamati pergerakan Clara yang kini sudah masuk ke ruang dokter. "Uncle, ada apa?" Tanya Brian dengan wajah bingung sejak Yuda menghentikan langkahnya. "Ah tidak apa-apa, boy. Ayo kita temui Mommy!" Ajaknya sembari melangkah kembali untuk masuk ke dalam Lift yang kebetulan terbuka. Sesampainya di depan ruangan rawat, Yuda tak sengaja mendengar seseorang tengah menangis. hal itulah yang membuatnya buru-buru untuk masuk ke dalam meskipun itu memantik keterkejutan dari Brian yang langsung memeluk lehernya kuat-kuat karena ketakutan "Maaf permisi, ada apa ini?"