Sesampainya di Sebuah terbesar di Surabaya itu, mereka langsung masuk ke ruang tunggu yang sudah di siapkan oleh panitia. Semua orang nampak begitu mematikan acara inti karena saat itulah di kabarkan Nona Angela Swan akan muncul untuk pertama kalinya. "Kenapa kau tegang begitu? apa karna ini pertama kalinya kau muncul di depan Publik?" Tanya Valdo saat menatap Gladys dari balik cermin, saat ini wanita itu tengah duduk di depan cermin dengan menatap wajahnya sendiri di sana. Wajah yang sudah sangat jauh berbeda dari dirinya empat tahun yang lalu. Gladys yang dulunya polos, kini menjelma bak seorang Putri. Kini ia menoleh ke belakang sembari sedikit mendoakan kepalanya, agar bisa melihat wajah Valdo secara langsung. "Bisa di bilang begitu kak! hanya saja yang lebih aku takutkan adalah Jika Nathaniel ada di sana, jujur aku tidak mau bertemu dengannya lagi!" Ucapan itu benar-benar berasal dari dalam hatinya saat ini, Ia tak siap jika harus bertemu kembali dengan orang-orang dar
BRAK Banyak orang yang terkejut sekaligus menahan tawa saat melihat Clara terjungkal dengan dramatis tadi. Clara berusaha bangkit, Namun lagi-lagi kakinya kehilangan keseimbangan dan kembali jatuh ke atas Catwalk. "Sial, ayolah Clara, bangkit!" Geramnya pada diri sendiri. Sementara Gladys, Ia tetap melaju melenggang melewati tubuh Clara yang terjungkal akibat kehilangan fokus saat melihat kemunculannya secara tiba-tiba. Sementara Clara, setelah Ia sanggup berdiri lagi, Ia langsung berjalan dengan cepat keluar dari arena Catwalk dengan wajah yang tertunduk malu. kini Gladys tengah menikmati popularitas nya saat ini. Semua orang nampak menyanjung dan mengelu-elukan Angela Swan yang ternyata adalah Gladys Designer muda yang dulu pernah naik daun. Semua orang seketika melupakan kejadian Jatuhnya Clara beberapa kali untuk berebut mendapatkan potret dari Angela Swan, yang tak lain adalah Designer muda yang sempat Vakum dam tiba-tiba menghilang dari Kota Surabaya. **** D
Bersamaan dengan keluarnya dua pengawal itu dari toilet, mereka bertemu dengan Tuan Revaldo yang berjalan ke arah mereka. Deg Keduanya menelan ludahnya dengan sangat kasar sembari melirik satu dan lainnya. "Bagaimana ini? Bagaimana jika Tuan Revaldo menanyakan tentang keberadaan Tuan Muda Brian?" "Entahlah, kita berdoa saja agar Tuan Valdo tidak menghukum kita setelah ini! karena jika itu terjadi, maka tamatlah riwayat kita." Tak berselang lama, Valdo sudah sampai di depan keduanya. Matanya menelisik untuk mencari putranya yang tadi ia titipkan kepada kedua anak buahnya. "Dimana Brian?" Tanya Valdo dengan alis yang mengerut. "Tuan Brian, Tuan Brian hilang tuan!" "Apa?" PLAK Satu tamparan keras mendarat ke pipi salah satu anak buah Valdo yang bernama Michael, hingga membuah satu orang yang lainnya bergetar ketakutan. "Bagaimana bisa Brian hilang? Apa saja yang kalian lakukan hingga menjaga satu orang anak saja kalian tidak bisa?" Valdo mencengkeram kuat Kerah
"Kau," Ucap Nathaniel tak habis pikir bagaimana ia akhir-akhir ini sering sekali bertemu dengan Revaldo. Padahal dari segi pekerjaan pun keduanya terlibat dalam segi bidang yang berbeda, namun entah takdir apa yang telah di garis kan Tuhan hingga membuat keduanya sering berinteraksi. "Ya, Kenapa dengan mukamu itu?" Tanya Valdo setelah melihat ketidak nyamanan di mata Nathaniel saat menatap nya pada saat kemunculannya tadi. "Ck. tidak usah berbasa-basi! Mau apa kau di sini?" "Cih, Sudah lama tak bertemu sikapmu masih tetap sama, Tuan Nathaniel Collins Haditama." Sindirnya dengan tersenyum miring. Tak ada keraguan di matanya untuk terus mengusik Nathaniel, karena menurutnya tak perlu bersikap baik kepada seseorang yang sudah membuat kita kecewa hingga beberapa kali. Meskipun mantan sahabat, aura persaingan di antara keduanya sangatlah ketara di mata siapapun yang melihatnya. "Ayah," Panggil Brian sembari menggoyangkan tangan Valdo agar menatap ke arahnya. wajahnya ya
Gladys tersenyum Haru saat melihat antusiasme orang-orang saat menyambut kemunculannya untuk pertama kali. Ia tak menyangka jika orang-orang bisa begitu bersemangat menyapannya hari ini. Sementara di sisi yang lainnya, Valdo dan Brian baru saja memasuki Ballroom hotel itu lagi untuk ikut menyaksikan Fashion Show yang di gelar hari ini. Namun sayangnya Acara itu sudah hampir selesai di selenggarakan. "Lihat itu, Ayah! Bukankah itu Mommy?" Brian berteriak sembari melambaikan tangannya saat melihat sang Mommy berada di atas panggung. Sontak Valdo langsung mengikuti arah yang di tunjuk oleh Brian. Di mana ia melihat sosok wanita cantik tengah berdiri di sana dengan anggunya. "Ayo kita kesana, Ayah!!" Brian langsung menarik tangan Valdo untuk menerjang kerumunan orang yang meskipun tak perlu berdesak-desakan karena semua orang tengah duduk rapi di kursi mereka masing-masing. "Mommy.... " Ibuh Brian saat melihat sang Mommy tangan melambaikan tangannya ke arah kamera. Bocah
Anak buah Valdo akhirnya kembali mundur saat melihat kode tangan yang di berikan tuannya. Sedang Gladys pun juga tak mau kalah, Wanita itu ikut melangkah mundur guna melindungi Putranya. "Kalian, Bawa pergi Gladys dan Brian dari sini! Biar aku yang urus Dia." Valdo memerintahkan kepada kedua anak buahnya untuk mengamankan Gladys dan Brian ke tempat yang lebih aman. Ia tau pastinya Nathaniel sudah melihat kejadian di dalam Ballroom tadi sehingga membuatnya nekat untuk menemui mereka di sini. Melihat Gladys sudah di giring untuk kembali masuk ke dalam Lift, membuat hati Nathaniel seketika resah. "Glad, jangan pergi! Kita harus bicara, Gladys. Tunggu aku!" Nathaniel terus memanggil namanya berusaha untuk menyakinkan Gladys agar mau mendengarkan ucapannya. Ia terus berusaha agar Valdo tidak lagi menghalangi langkahnya, ia ingin mengejar Gladys untuk menyelesaikan masalah mereka dan memastikan jika Bocah kecil itu anak siapa? Mengapa bocah yang ia tau memanggil Valdo Ayah itu juga
"Kenapa setiap bertemu dengan-Mu, suasana akan berubah ramai meskipun suasana dalam keadaan sedih." "Ck. tentu saja karena aku..." Nathania tak jadi melanjutkan ucapan nya karena baru menyadari arti dari kata-kata Valdo barusan berisi sindiran untuknya. Lalu dengan penuh emosi ia menarik bahu Valdo agar menoleh ke arahnya. "Kau ya..... " Baru juga ingin marah, namun suasana tiba-tiba berubah hening karena Tatapan mereka berdua saling terkunci. Nia sedikit terkejut karena di beberapa bagian wajah tampan Valdo, terdapat beberapa luka yang sepertinya masih baru. Tanpa sadar Tangan Nathan ia terulur untuk menyentuh wajah Tampan Valdo yang sejak tadi hanya diam menatapnya. Deg Deg Deg Jantung Nathan ia berdetak tak karuan mana kala bertemu kembali dengan pria yang menjadi cinta pertanya itu, pria yang sudah memporak-porandakan hatinya. "Apa maumu?" Mendapatkan pertanyaan seperti itu, sontak membuat Nathania langsung tersadar dengan perbuatannya, hingga langsung terburu-bu
"Kakak baru pulang?" Saat pintu apartemen itu terbuka, Gladys sudah menyambut kedatangan Valdo dengan wajah Khawatir. Wanita itu menelisik seluruh tubuh Valdo mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala. Valdo tersenyum senang melihat sambutan Gladys yang begitu khawatir padanya. sebuah perhatian kecil yang selalu di harapkan dari seorang pria dari pasanganya. "Masuk kak, Biar aku obati lukamu!" Ucap Gladys sembari berlari ke arah bupet kecil yang ada di bawah TV. Ternyata wanita itu mengambil sebuah kotak obat, lalu berjalan menuju ke arah sofa. "Kemarilah kak!" Gladys menepuk sofa kosong yang ada di sampingnya. Lalu tanpa berlama-lama Valdo berjalan cepat ke arahnya dan langung duduk di sampingnya. Dengan penuh perhatian Gladys mengobati luka Yang terdapat di wajah Valdo, Sementara pria itu kini menatap lembut Wanita yang sangat di cintainya itu sembari menikmati sentuhan demi sentuhan yang di berikan Gladys pada lukannya. "Terimakasih, Glad!!" Ucapnya sembari memb
Setelah kejadian di ruang rawat Valdo, Gladys mengajak Nathan untuk menemui anak mereka di apartemen yang ia sembunyikan selama ini. "Ini gedungnya?" Nathan mendongakkan kepalanya untuk melihat gedung pencakar langit yang ada di hadapannya. sejenak ia takjub, Valdo benar-benar memperlakukan Gladys dan putranya begitu baik. Bahkan ia saja malu, ia yang merupakan ayah kandung Brian bahkan tidak menyadari keberadaan putranya selama ini. Pantas saja Valdo nampak begitu marah padanya, bahkan mengancam akan kembali memisahkan mereka jika sampai ia berani menyakiti Gladys dan putra mereka. "Ayo masuk!" Entah sejak kapan Gladys, keluar dari mobilnya, yang jelas Nathan melihat adik sepupunya itu sudah berjalan menjauh dari mobilnya. "Glad, tunggu!!" Nathan berteriak, mengejar langkah kaki Gladys sembari mempersiapkan hati bertemu dengan sang putra, untuk pertama kalinya dalam keadaan sadar. Mengingat pertama kali mereka bertemu, ia tak mengenali jika Brian kecil adala
Tanpa keduannya sadari, Nathan ternyata berada di ambang pintu dan mendengar semua yang mereka bicarakan tadi. Meskipun sesak, ia yakin inilah saatnya ia menjelaskan semuanya kepada Gladys dan juga semua orang yang mempercayai kisahnya yang hilang ingatan. Ceklek Mendengar pintu di buka, Valdo reflek melihat ke arah pintu sementara Gladys, langsung mengangkat kepalanya lalu menoleh ke arah sumber suara. Pada saat yang bersamaan masuklah Nathan dari arah pintu dengan ekspresi wajah tengang. "Apa aku mengganggu? jika iya, aku akan pergi!" Ucap Nathan tak enak hati sudah mengganggu kebersamaan Gladys dan Valdo, Meskipun ia memiliki tujuan untuk menjelaskan kesalah pahaman dan kebohongannya selama ini, ia tak boleh egois untuk memaksakan keinginannya. "Tidak perlu dan kemarilah!" Pinta Valdo, sembari menggerakkan jari telunjuknya untuk meminta Nathan mendekat padanya. Melihat itu, Nathan melangkah mendekat meskipun hal itu malah membuat Gladys memalingkan muka tak ku
Setelah dua hari, Clara juga terbangun dari koma. wanita itu begitu terkejut saat mendapati kakinya tak dapat di gerakan sama sekali. apalagi kedua tangannya ternyata di borgol sehingga membuatnya semakin kesulitan untuk bergerak. "Tidak, Kenapa kakiku? kenapa aku di borgol?" Teriakan Clara membuat tuan Nando dan Nyonya Juita berlari masuk ke dalam ruang rawat Clara. Dan hal itu membuat Clara sempat shock hingga menghentikan tingkahnya. "Mom, Dad," Gumamnya sembari menahan tangis. sudah hampir enam tahun, Clara tak melihay kedua orang tuannya begitu pula tuan Nando dan Nyonya Juita, yang sudah begitu lama tidak melihat Clara setelah kejadian pengusiran enam tahun yang lalu. Di mana putri angkat mereka itu sudah bertindak di luar batas hanya demi memenuhi ambisinya. Clara yang ketahuan ingin meracuni kakaknya sendiri agar batal menikahi tunangannya yang tidak lain adalah Nathaniel, yang merupakan kakak sepupu mereka sendiri. Opsesi Clara terhadap Nathan membuatnya teru
Mendengar namanya di panggil, Gladys langsung menoleh ke arah Nicholas sama halnya dengan Nathan. Meskipun cukup terkejut dengan kemunculan Nicholas, namun Gladys bisa bernafas dengan lega karena lampu di atas ruang operasi berubah warna menjadi hijau. dan itu artinya jika operasi sudah berjalan dengan lancar. Gladys yang tak sabar menunggu Nicholas berjalan mendekat, Akhirnya memutuskan untuk ikut berjalan menuju Nicholas, hingga Akhirnya keduanya berdiri saling berhadapan dengan canggung. "Nick, bagaimana keadaan Kak Valdo?" Wajah Gladys memancarkan Aura kesedihan yang mendalam sehingga membuat Nicholas begitu Khawatir. "Nona, apa anda baik-baik saja?" Tanya nya sembari menelisik tubuh Gladys dari ujung kaki hingga ujung kepala. "Apa maksudmu? Tentu saja Aku baik-baik saja." Sembari menjawab pertanyaan Nicholas, Gladys ikut menelisik tubuhnya sendiri seperti hal yang di lakukan Nicholas barusan. Namun entah kenapa Nicholas merasa jika Gladys tengah tak baik-baik sa
Gladys sempat membeku, meskipun dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.. Namun telinga dan otaknya masih begitu peka mendengar setiap kalimat yang di lontarkan Yuda. "kau bilang apa tadi? coba ulangi!!" Perintah Gladys sembari bangkit dari kursinya dan kini sudah melangkah mendekati Yuda yang terkejut dengan keberadaan nya di sana. "Tuan," Gumam Yuda seolah membeku di tempatnya berdiri saat ini. "Mom," Panggil Brian. Dan panggilan itu sukses membuat Gladys kembali berbalik, lalu duduk berjongkok di depan sang putra dengan membelai kepalanya. "Sayang, Brian pulang dulu sama Aunty Tiara Ya!!" Ucapnya sembari melirik ke arah Tiara yang berdiri tak jauh darinya. "Tapi Mom, Brian ingin melihat ayah." Ucap bocah kecil itu sembari menahan tangis. "Nanti jika Ayah sudah siuman, Mom janji akan meminta Aunty Tiara dan Uncle Nicholas untuk membawa Brian ke mari! jadi, lebih baik Brian pulang dan beristirahat di apartemen saja ya!!" Setelah mengatakan itu, Gladys mencium k
"Brian," Teriak Gladys hingga membuat fokus Valdo teralihkan. Namun siapa sangka, Clara tiba-tiba menghujamkan sebuah belati tepat mengenai perut Valdo yang berakibat tumbangnya tubuh sang dokter ke atas tanah. Bruk Tubuh Valdo jatuh dengan bersimbah darah, sementara Clara yang tadinya di kira pingsan ternyata hanya berpura-pura agar Valdo lengah. "Ayah, " Brian berteriak memanggil Valdo. "Valdo," Sementara Nathan dan Gladys Nathan berteriak memanggil Valdo agar menghindar, namun sayangnya Clara lebih dulu menyerangnya hingga pria bertubuh tegap itu tak sempat menghindar. Nathan Memutuskan untuk berlari menuju ke arah Valdo, dan karena itu pula Clara yang terlanjur panik akhirnya memutuskan untuk kabur. Nicholas pun melakukan hal yang sama. Namun sebelumnya, ia memberikan Brian kepada ibunya agar lebih aman. "Nicho, selamatkan Valdo!!" Pinta Gladys dengan tangan memohon. Sementara Valdo hanya bisa menganggukkan kepalanya dan akan berusaha sebisa mungkin untuk
"Lepaskan dia!" Valdo berteriak membentak Clara yang sedang berusaha untuk menangkap Brian. Bocah itu menangis ketakutan sementara Clara terus berusaha untuk menariknya masuk ke dalam Mobil. Melihat itu, Valdo langsung bergegas mendekat demi bisa menyelamatkan Brian dari wanita gila seperti Clara. sementara Gladys, wanita itu baru saja keliat dari ruang kerjanya setelah melakukan meeting dengan beberapa Client yang ingin memakai jasa desainnya untuk di kenakan pada acara special mereka. "Nona," Tiara berteriak, sembari berjalan cepat ke arah Gladys. Hal itu membuat Gladys sedikit heran, mengingat wajah Tiara yang di landa kepanikan. "Ara, ada apa?" Tanya Gladys sesampainya Tiara di dekatnya. Sementara Tiara, Wanita tengah berusaha untuk menetralkan nafasnya karena terlalu panik. Melihat itu, Gladys tentu saja tidak tinggal diam dan memilih menggiring Tiara untuk masuk ke ruangannya dan mengambilkannya minuman terlebih dahulu. "Minum lah!" Ucap Gladys sembari ik
Nathan yang baru keluar dari toilet, memutuskan untuk berjalan mendekati Gladys yang masih terduduk di atas Ranjang dengan wajah Shock. "Kak, kau masih di sini? tumben." Celetukan keceplosan. Namun agaknya Gladys tak berniat meralat ucapannya karena merasa jika yang ia katakan memang lah benar, dulu Nathaniel selalu meninggal kan dirinya seusai bercinta. jadi, hal ini adalah hal langka yang baru pertama kalinya di lakukan oleh sang mantan suami setelah pernikahan mereka. Namun sayangnya hal itu terjadi setelah mereka berpisah, hingga Gladys tak bisa berbuat apa-apa jika sampai ingatan Nathan pulih sehingga melupakan memori tentangnya saat ini. "Kenapa? aku suamimu, kenapa kau bicara seperti itu?" Nathan duduk di bibir ranjang, Sehingga tatapan keduanya kini bertemu. Hati Gladys bergetar mendengar ucapan itu keluar dari bibir Nathan, ingin sekali ia berteriak jika mereka sudah bukan pasangan suami istri lagi. namun, Ia tak punya cukup keberanian untuk mengambil resiko
"Glad" Panggil Nathan, saat Gladys baru saja masuk ke dalam rumah mereka. "Ya" Jawab Gladys acuh tak acuh. "Apa kau baik-baik saja?" Tanyanya sembari memegang bahu Gladys, lalu menelisik tubuh sang istri dari ujung kaki hingga ujung kepala, pria itu memastikan jika keadaan wanita itu baik-baik saja. "Aku baik-baik saja kak, jangan khawatir. Maaf, aku harus ke kamar!" Ucap Gladys, sembari menepis tangan Nathan dari bahunya. "Tapi Glad, Kata Tiara, tadi Clara datang ke butikmu. sebenarnya apa yang ia lakukan di sana?" Deg Gladys, langsung menghentikan langkahnya karena terkejut. bukan terkejut karena Nathan tau jika Clara datang ke butiknya? namun terkejut karena Nathan menanyakan apa tujuan Clara datang ke butiknya. apakah itu berarti Nathaniel, sudah mengingat siapa Clara? Gladys, langsung berbalik kembali menatap ke arah Nathan dengan ekspresi wajah curiga. "Kak tau soal Clara?" Deg Kini giliran Nathan yang terkejut mendengar pertanyaan dari Gladys, pria itu b