Quinn tersenyum, "Dia memang memiliki ketampanan yang bisa menggoda orang."Quinn masih ingat pertama kali dia melihat Yovan, dia takjub.Melihat ekspresi Ellie, Quinn bertanya-tanya apakah Ellie menyukai ketampanan Yovan pada pandangan pertama dan mulai naksir dia."Hehe, lihat itu, ketika kamu berbicara tentang dia, kamu masih tersenyum, itu berarti kamu masih mencintai dia. Sekalipun kamu kesal, kamu masih menaruh harapan padanya."Wajah Quinn menegang dan tersenyum menghilang."Sudah terlambat untuk disembunyikan sekarang, aku sudah tahu." Ellie tertawa."Quinn, kamu nggak keberatan kalau aku memanggil namamu 'kan!"Quinn menggelengkan kepalanya, Ellie melanjutkan, "Nggak ada yang masalah yang nggak bisa berlalu. Beri dia kesempatan dan beri dirimu kesempatan. Walaupun kamu nggak percaya padanya, kamu harus memikirkan dirimu, kamu cukup cakap dan bisa menempati tempat paling penting di hatinya.""Aku ...."Quinn sedikit gugup dan tidak yakin pada diri sendiri. Apakah Quinn benar-be
Saat Quinn kembali ke mobil, Yovan sedang merokok.Ketika dia melihat Quinn mendekat, dia segera keluar dari mobil, melemparkan rokoknya ke tanah, mematikannya, kemudian membukakan pintu penumpang depan untuk Quinn.Quinn meliriknya dan masuk ke dalam mobil.Yovan sangat gembira dan segera memasang sabuk pengaman untuk Quinn, dia takut Quinn akan menyesal dan pindah duduk di belakang.Quinn melihat tatapan cemasnya dan mengingat kata-kata Ellie, tapi tetap diam."Apa kamu ingin jalan-jalan atau ingin pulang sekarang?" Dia bertanya pada Quinn dengan lembut, seolah dia takut kata-kata keras atau nada kasarnya akan membuat Quinn takut.Quinn menggelengkan kepala, lalu berkata, "Aku nggak ingin jalan-jalan, aku juga nggak ingin kembali ke Vila Puspasari."Tangan Yovan yang sedang mengemudi pun menegang, "Apa kamu mau pindah tempat atau kamu nggak ingin melihat Yenni?"Quinn melihat ke luar jendela dan tidak menjawab.Jantung Yovan berdetak kencang, dia tahu biarpun Quinn sedikit menurunkan
Saat dia bangun keesokan paginya, Yovan sudah membuat sarapan dan menunggu Quinn bangun.Melihat Yovan dengan rajin mengepel lantai dan mengelap meja, Quinn bertanya-tanya berapa lama dia bisa bertahan sambil sarapan."Apa kamu akan pergi ke lokasi syuting hari ini?"Setelah Quinn menyelesaikan sarapannya, Yovan juga menyelesaikan pekerjaan rumah. Dia sepertinya bersiap untuk mengantar Quinn ke lokasi syuting. Quinn bertanya dengan ragu, "Apa kamu sudah sarapan?"Mata Yovan berbinar, "Jadi kamu terus memperhatikanku, kalau nggak, bagaimana kamu tahu kalau aku belum sarapan!"" ...."Setelah bangun tidur, sarapannya baru saja disiapkan, dia mengerjakan pekerjaan rumah sementara Quinn sarapan. Apakah Quinn perlu terus memperhatikannya untuk mengetahui bahwa dia belum sarapan?Pada akhirnya, Yovan sarapan, tapi Quinn yang mengemudikan mobil."Kamu nggak perlu terlalu gugup. Aku mengawasimu. Semuanya akan baik-baik saja! Aku melihat gerakanmu cukup terampil, kamu belajar dengan cukup baik
"Suasana hatimu sedang bagus hari ini."Saat istirahat, Yosua mengobrol dengan Quinn dan melihat bahwa wajah Quinn tidak sedingin dan acuh tak acuh seperti sebelumnya.Quinn tersenyum tipis, "Oh ya!"Yosua mengangguk, lalu sepertinya teringat sesuatu, lalu berkata dengan lembut, "Akan ada pertemuan alumni setengah bulan lagi, apa kamu sudah menerima undangannya?"Quinn tampak bingung, "Asosiasi Alumni?""Iya, undangan yang kuterima pagi ini dikirim oleh mantan alumni, tapi aku nggak begitu ingin pergi. Jadi aku tanya apa kamu mau pergi. Kalau kamu pergi, kita ada teman."Quinn menggelengkan kepala, "Aku nggak terima! Kalau kamu nggak ingin pergi, jangan pergi. Kamu bisa tentukan sendiri. Kyle pasti sudah pertimbangkan."Yosua mengangguk, "Kamu nggak perlu terlalu banyak berpikir. Biarpun kamu nggak mendapatkan ijazah, kamu masih siswa sekolah, dengan prestasi kamu saat ini, mereka nggak akan mengabaikanmu. Kurasa dalam dua hari ini undangan akan dikirim."Quinn tertegun sejenak. Quinn
Ini pertama kalinya Quinn datang ke Grup Larkspire. Dia melewati ruang kantor besar dan mengikutinya ke kantor direktur. Sepanjang jalan, Quinn ditatap orang yang tak terhitung jumlahnya.Quinn mendengar ada orang berbicara di belakangnya dan ada orang sedang melihat ke arah Quinn.Sepenggal jalan ini, Quinn menegakkan punggungnya. Bahkan Yovan bisa merasakan kegugupan Quinn.Dia terkekeh dan mendekati Quinn, "Semua adalah orang sendiri, jangan terlalu gugup."Kata-kata lembutnya membuat semua orang di kantor membelalak. Mereka belum pernah melihat direktur seperti itu sebelumnya.Oleh karena itu, Linda kalah dari awal. Quinn ini memang mumpuni. Setelah begitu banyak masalah, Yovan masih bisa memperlakukan dia seperti ini, mungkin dia benar-benar jatuh cinta!Dalam kurun waktu lama setelah hari itu, WhatsApp Grup Larkspire terus menggosipkan mereka berdua. Tapi, mereka semua sedikit menyayangkan karena hal tersebut hanya bisa digosipkan secara internal dan tidak bisa disebarluaskan bah
Dia memberi isyarat diam kepada orang di konferensi video, "Tunggu aku sebentar!"Kemudian, beberapa orang melihatnya menggendong seorang wanita ke ruang tunggu melalui layar."Wah! Pak Yovan benar-benar berubah!"Orang asing dengan aksen canggung mengatakan ini, wajah Kenneth berubah sedikit muram. Kalau Yovan benar-benar tertarik pada Quinn, bagaimana dengan Yenni?Beberapa waktu lalu, keduanya berhubungan intim!Yenni memang mempunyai perasaan yang mendalam terhadap Yovan, setelah kejadian itu terjadi, obsesi Yenni terhadap Yovan semakin dalam.Pada pertemuan berikutnya, Kenneth jarang berbicara karena terus memikirkan hal tersebut, sehingga begitu pertemuan berakhir, dia tidak sabar untuk mencari Yovan."Kak Yovan, kamu bersikap seperti ini, bagaimana dengan Yenni?"Mendengar suara mendesak Kenneth, Yovan pun mengerutkan kening, "Kenneth, aku tahu kamu peduli pada Yenni, tapi bisakah kamu berpikir sebaliknya? Quinn dan aku menikah empat tahun lalu. Kalau aku memberi status pada Yen
"Apa maksudmu Yovan bukan milikku?"Quinn tersenyum santai, mengabaikan ekspresi bersalah dan gugup Yovan, dia mengambil ponsel Yovan."Iya, karena kamu tahu diri, maka kamu seharusnya tahu kalau Yovan milik Yenni!"Quinn terkekeh, "Apa dia itu benda? Dia bisa menjadi milik seseorang?""Dia bukan benda, tapi dia milik Yenni!"Wajah Yovan muram, dia ingin mencekik orang di ujung telepon.Quinn menatap wajah muram Yovan dan tertawa, "Ya, Yovan bukan benda. Kenapa dewimu masih ingin memilikinya? Apa dia nggak takut menurunkan martabaknya!""Kamu! Berhentilah bicara omong kosong, jangan berpura-pura nggak tahu apa yang terjadi antara Yenni dan Yovan. Mereka berdua sudah berhubungan intim, sudah saatnya kamu menyerahkan posisimu!""Hehe, apakah Tuan Muda Kenneth ingin berubah menjadi seorang polisi dan menjunjung keadilan?"Quinn mencibir. Setelah mendengar apa yang dikatakan Quinn, Kenneth tidak langsung menjawab, jadi Quinn melanjutkan, "Yovan sudah tidur dengan begitu banyak wanita. Wala
"Quinn, jangan ambil hati apa yang Kenneth katakan tadi. Dia itu bodoh, tipe orang yang nggak pandai berbicara, juga nggak bisa berpikir panjang ...."Quinn memandangnya dari samping, Yovan pun tidak bisa menyelesaikan apa yang ingin dia katakan."Kalau aku nggak peduli ketika dia membantu wanita lain merampas suami, apa aku harus menunggu sampai suamiku benar-benar direnggut baru peduli?"Yovan terdiam, lalu menatap Quinn dengan bahagia, "Jadi, kamu peduli padaku 'kan?"Quinn mencibir, "Kamu adalah suami sahku sekarang. Kalau wanita lain ingin membawamu pergi, bukankah itu berarti mereka nggak menghargaiku? Kalau aku nggak menginginkanmu lagi, itu juga tergantung kapan suasana hatiku sedang bagus dan bersedia memberi dia kesempatan ini!"Mendengarkan kata-kata Quinn, dia sedikit tercengang."Quinn, kamu tahu isi hatiku."Quinn menggelengkan kepala dengan serius, "Aku nggak tahu! Kamu belum pernah memberiku rasa aman."Senyuman Yovan menghilang dan dia memandang Quinn dengan ekspresi r
"Hehe, biarpun begitu, itu nggak bisa mengubah fakta bahwa dia ingin menjadi wanita simpanan!"Terlebih lagi, dia sama sekali tidak bersalah atas apa yang terjadi malam itu!"Quinn, ini semua pendapat subjektif kita. Semuanya harus mengandalkan bukti. Tanpa bukti, Keluarga Yalk nggak akan mengakuinya. Lagi pula, Yenni yang kehilangan kesucian dan anaknya!"Yovan tentu saja tahu kalau Yenni sangat gigih untuk menikah dengannya. Sekarang setelah memikirkan tindakan Yenni, dia percaya pada perkataan Quinn. Mungkin anak Yenni digugurkan oleh Yenni sendiri.Tapi, tidak ada bukti mengenai hal ini!Bukan hanya Keluarga Yalk, bahkan Zohan dan Sinta juga tak percaya Yenni tak menginginkan anaknya!Bukankah karena hal inilah dia membuat Quinn kecewa padanya sebelumnya?"Apa kamu nggak pernah memikirkan tentang apa sebenarnya yang aku katakan pada dia hari itu hingga memicu kejadian ini?"Yovan berkata dengan sungguh-sungguh, "Aku bertanya kepada Yenni, dia bilang kamu salah paham pada dia. Kamu
"Tentu saja aku ...."Suka itu?Quinn selalu berpikir seperti ini sebelumnya, tapi setelah diskors dari pekerjaannya selama periode ini, Quinn tidak terlihat terlalu cemas, dia juga tidak berpikir untuk mencari cara agar bisa lanjut bekerja.Kalau benar-benar menyukainya, bukankah Quinn akan sangat cemas?Quinn ragu-ragu.Yovan secara alami melihat keragu-raguan Quinn, dia merasa sedikit lebih baik, tapi dia tidak menunjukkannya di wajahnya, "Pikirkan baik-baik, kalau kamu benar-benar menyukainya dan masih ingin berakting, ketika kamu menghilang dari pandangan semua orang tahun depan, aku akan mengatur kamu debut lagi.""Apakah kamu serius?"Quinn memandangnya dengan tidak percaya. Bagaimana dia bisa begitu mudah diajak bicara?"Tentu saja, aku akan menepati janjiku.""Oh!" Quinn mengangguk. Quinn tidak meragukan hal ini.Quinn tidak menyadari bahwa dengan bertanya barusan, berarti Quinn menyetujui pengaturannya. Yang membuat Yovan semakin bahagia adalah Quinn sepertinya sudah menerima
"Kamu sangat pintar dan punya beberapa trik. Selama kamu masih punya ide untuk bercerai, aku nggak akan membiarkanmu keluar sendirian. Aku nggak ingin saat pulang suatu hari nanti, kamu nggak ada di rumah."Ekspresinya suram, dia tidak bisa menerimanya ketika memikirkan adegan itu!Oleh karena itu, dia tidak akan pernah membiarkan hari itu tiba!"Kamu!" Quinn mendorongnya dengan marah dan meninggalkan ruang kerja.Quinn duduk di sofa, merajuk sendirian beberapa saat, lalu mendengar ponsel berdering.Mata Quinn berbinar. Seseorang sudah mengirim pesan. Apakah sekarang sudah ada sinyal?Dia mengangkat ponsel dan melihat sinyalnya penuh dan jaringan normal."Quinn, kapan kita bisa bertemu?"Itu dari Rachel. Quinn sangat gembira dan hendak menjawab. Tapi, begitu dia mengetik dua kata, dia ingat bahwa dia tidak bisa keluar, jadi dia melihat pria di sampingnya, "Aku membuat janji dengan teman, aku mau keluar!"Yovan mengerutkan kening, "Teman yang mana?""Apakah kamu berhak urus?" Quinn tanp
Setelah berada di ruang belajar beberapa saat, ketika ingin keluar, dia menemukan seseorang berdiri di depan pintu.Quinn terkejut.Pria itu berkata dengan tenang, "Dia sudah memutuskan untuk mengambil tindakan nekat. Kalau aku nggak setuju, aku khawatir dia akan menggunakan trik lain. Kalau begini, lebih baik biarkan dia berada di bawah kendaliku, sehingga kita bisa mencapai tujuan kita dan juga bisa mengawasi dia."Quinn meliriknya dan mengerutkan bibir, "Bukan urusanku!"Biarpun dia mengatakan ini, dia merasa sedikit tersentuh hatinya.Dia mendengar apa yang baru saja dikatakan Quinn. Dia sedang menjelaskannya pada Quinn!Dibandingkan dengan apa yang dia katakan sebelumnya bahwa dia membuat pilihan ini demi Quinn, Quinn lebih bisa memahami pernyataan ini.Tapi ...."Dalam hatimu, bukankah dia selalu polos dan baik hati? Apa kamu juga begitu waspada terhadap dia?"Yovan berjalan masuk, Quinn tanpa sadar mundur beberapa langkah. Ekspresi terluka muncul di mata dia, lalu dia berhenti t
Banyak hal sudah terjadi. Biarpun Quinn merasa tindakan Rachel tidak pantas, dia tidak punya pilihan lain selain memikirkan cara menghadapinya.Awalnya Quinn mengira akan sulit untuk hidup damai di masa yang akan datang, tapi dia tidak menyangka dia tidak lagi menerima "pelecehan" apa pun selama beberapa hari berturut-turut, bahkan Bintang Hiburan tidak menelepon dia lagi.Quinn sedikit bingung dan ingin memeriksa Internet, tapi selalu tidak ada jaringan, bahkan sinyal ponsel pun terputus-putus.Quinn tidak terlalu memperhatikannya pada awalnya, dia mengira itu karena sinyalnya kurang bagus, tapi ketika itu terjadi selama dua hari berturut-turut, Quinn merasa sedikit aneh.Karena dia tidak bisa mengakses Internet, Quinn ingin coba cari sinyal di luar. Tapi, ketika Quinn ingin keluar, Nani menghentikan Quinn, "Bu Quinn, Bapak berpesan, ada banyak kekacauan di luar akhir-akhir ini, kamu nggak diperbolehkan keluar."Quinn mengerutkan kening, "Apa maksudnya?"Nani tampak malu, "Bu Quinn, a
Yang paling ditakuti adalah keheningan yang tiba-tiba.Setelah Quinn meneriakkan kata-kata ini, dia tidak mendengar jawaban Yovan sehingga dia pun menatap Yovan.Ekspresi apa itu, merah, putus asa, bersabar dan suram, ditambah dengan penampilannya yang frustrasi dan tidak bisa menerimanya, itu membuat hati Quinn tiba-tiba menegang.Apakah Quinn baru saja menyakitinya?Tiba-tiba Quinn merasakan sakit di hati, Quinn memaksakan diri untuk tidak memandangnya.Memangnya kenapa kalau Quinn menyakitinya? Bukankah dia juga menyakiti Quinn?"Aku nggak akan bercerai, sampai mati pun nggak akan."Suaranya lembut, tapi Quinn bisa mendengar nada tegas di dalamnya."Aku sudah mengambil keputusan. Walaupun kamu nggak setuju, itu nggak akan mengubah pikiranku."Quinn berbicara dengan yakin, tapi ada rasa sakit di hatinya."Kalau begitu, aku nggak akan membiarkanmu pergi, aku nggak akan memberimu kesempatan sedikit pun." Suara kalimat terakhir sangat rendah, Quinn tidak mendengar dengan jelas.Dia mena
Saat hanya tersisa dua orang di ruang tamu, suasana menjadi sunyi.Quinn hanya meliriknya dan hendak kembali ke kamar, tapi Yovan meraih pergelangan tangan Quinn."Apakah kamu nggak punya sesuatu untuk dikatakan atau ditanyakan?"Suaranya agak marah dan tidak berdaya.Quinn menggelengkan kepalanya.Apa lagi yang ingin dia katakan."Apakah kamu benar-benar ingin menceraikanku?"Sangat sulit untuk menanyakan pertanyaan ini, dia takut mendengar jawaban tegas Quinn, tapi kalau dia tidak bertanya, itu akan seperti batu berat yang menekan dadanya, membuatnya tidak bisa bernapas.Mata Quinn sedikit sepat. Quinn tidak memandangnya, takut kalau Quinn melihat ekspresi sedihnya, Quinn akan merasa tidak tega."Ya, aku sudah memikirkannya."Mendengar jawaban tersebut, Yovan terhuyung-huyung beberapa saat, lalu tertawa, "Kamu memang sudah merencanakannya dari awal. Karena kamu selalu ingin pergi, apa artinya hubungan di antara kita selama ini? Apakah kamu bermain-main dengan aku?"Quinn menggerakkan
"Aku nggak meminta Rachel melakukan ini."Quinn menatapnya dan berkata dengan tenang.Quinn tahu bahwa tindakan Rachel akan berdampak besar pada banyak hal, tapi Quinn tidak menganggap itu kesalahan besar.Rachel membuat pilihan ini karena Quinn.Yovan bisa menerima Yenni tinggal di rumah demi Quinn, lalu kenapa Rachel tidak bisa melakukan hal yang sama?Sebagai perbandingan, Quinn lebih mengapresiasi pendekatan Rachel karena dia tidak membuat Quinn terlalu frustrasi.Yovan memandang Quinn dengan ekspresi rumit.Melihat dia tidak berbicara, Quinn melanjutkan, "Itu sudah terjadi. Nggak ada gunanya memikirkannya lagi. Sekarang Nona Yenni nggak perlu menjernihkan masalah apa pun. Kalau begitu Nona Yenni silakan pergi!"Quinn tidak ingin melihat Yenni sedetik pun!Yenni tiba-tiba berteriak, "Aku pindah ke sini karena aku mengancam Kak Yovan dengan alasan akan membantumu. Kenapa kamu begitu nggak tahu diri? Kak Yovan melakukan itu semua demi kamu. Nggak masalah kamu nggak tahu berterima kas
Quinn tidak terlalu memperhatikan apa yang dikatakan Rachel.Quinn tahu bahwa keluarga Rachel berkecukupan, tapi tidak sebaik Keluarga Yalk. Biarpun Rachel mengenal banyak orang di lingkaran ini, dia sudah menyinggung banyak orang karena temperamennya, Quinn juga tidak berpikir Rachel memiliki kemampuan untuk menangani masalah ini.Tapi, setelah Quinn tertidur dan mendengar ketukan keras di pintu, dia pun menyadari kenapa Rachel begitu yakin.Di ruang tamu, Yenni sedang membuat keributan dan menangis dengan raut wajah sedih."Quinn, Rachel ... apa kamu tahu tentang keputusan dia ini?"Quinn bingung. Sebelum dia berbicara, dia mendengar Yenni berteriak, "Quinn, aku tahu kamu nggak menyukaiku, tapi bagaimana kamu bisa melakukan ini! Demi dirimu, kamu bahkan nggak peduli dengan Kak Yovan!"Quinn tidak senang dan memandang Yovan dengan cemberut, "Aku tadi tidur dan dibangunkan oleh ketukanmu. Apa yang terjadi? Bisakah kamu beri tahu aku dulu?"Dilihat dari ekspresi Yovan, sepertinya Quinn