Setelah keluar dari kamar pas dan melihat dirinya di cermin, Quinn pun terpana, dia tidak menyangka bisa memiliki sisi cemerlang dirinya seperti itu.Di Vila Puspasari, Yovan juga menyuruh orang menyiapkan banyak pakaian untuknya, tapi dia tidak pandai berpakaian, banyak pakaian yang dia rasa terlalu terbuka dan dia tidak berani memakainya. Dia tidak terbiasa menggunakan kosmetik juga. Seringkali, dia tidak memakai riasan.Sekarang, saat melihat dirinya di cermin, dia pun agak terkejut.Yovan juga mengangkat alisnya saat melihat bodinya yang langsing dan wajahnya yang cantik."Yang ini saja, langsung pakai!"Yovan berpikir bahwa dia harus sering mengajak Quinn berbelanja.Quinn mendengar apa yang dia katakan, jadi dia memegang gaunnya sambil berjingkat ke arahnya, "Lebih baik ganti gaun lain, aku ... aku nggak suka.""Lumayan bagus!""Terlalu terbuka." Dia meletakkan tangannya di dadanya sambil berbisik.Yovan tertegun sejenak, lalu terkekeh sambil menarik tangannya. Kalau Yovan menund
Rasa sakit yang tumpul menyerbunya sedikit demi sedikit. Quinn berhenti sejenak lalu berjalan ke atas."Bu Quinn, kenapa ada di sini? Apakah kamu haus?"Pelayan yang keluar dari dapur melihatnya jadi memanggilnya. Quinn berhenti dan melihat ke bawah. Sinta menghampirinya dengan cibiran di wajahnya. "Karena kamu belum tidur, turunlah untuk mengobrol!"Mencuri dengar percakapan mereka dan tertangkap basah, Quinn menjadi sedikit panik.Dia mengikuti Sinta menuju ke sana, mata Yovan tertuju padanya, membuatnya takut untuk menatapnya secara langsung.Dia tidak mengerti. Dia tidak melakukan kesalahan apa pun, kenapa dia takut pada Yovan?"Yovan, kamu sudah lama tidak pulang. Pergi main catur dengan ayahmu di ruang baca."Dia ingin memisahkan mereka berdua dan berbicara empat mata dengan Quinn.Quinn memandang Yovan tanpa sadar, seolah mengharapkan Yovan untuk tetap tinggal. Ini pertama kalinya dia bertemu Sinta, tapi Quinn merasa Sinta tidak menyukainya.Tapi, Yovan tidak bertindak sesuai ke
Ketika Quinn kembali ke kamar dengan linglung, yang terpikir olehnya hanyalah sikap Sinta terhadapnya dan kata-kata yang diucapkannya.Dia pindah dari Vila Puspasari karena dia ingin menjaga jarak dari Yovan. Namun, ketika dia membuat keputusan ini, dia tidak pernah berpikir untuk menceraikan Yovan!Di bawah didikan neneknya, dia juga seorang wanita konservatif, jadi dia terus menunggu Yovan di vila. Walaupun Yovan memiliki wanita lain di luar, dia berfantasi suatu hari Yovan bisa berubah pikiran.Yovan mengajak pulang Linda, dia tidak tahan dan pindah karena dia ingin menenangkan diri!"Apa yang kamu pikirkan?"Entah kapan Yovan kembali ke kamar. Mendengar pertanyaannya, Quinn tanpa sadar menatapnya dengan bingung.Melihat sikapnya, Yovan pun cemberut, lalu menghampiri untuk mengusap wajahnya. "Menangis? Apa dia marah padamu?"Quinn menyeka wajahnya, dia baru mengetahui bahwa dia sudah menangis.Kata-kata yang diucapkan Sinta masih terngiang-ngiang di telinganya, tapi dia tidak punya
Mengikuti gerakannya, jantung Quinn berdebar kencang.Apa yang ingin Yovan lakukan?Entah kenapa, Quinn merasa sedikit berharap, tapi dia sangat takut.Tepat ketika tangan Yovan hendak menyentuh dadanya, dia meraih tangan Yovan. "Kita .... ayo tidur yang nyenyak! Kamu, kamu harus pergi kerja besok!"Jantungnya berdebar kencang, dia tidak berani menatap Yovan. Biarpun menutup matanya, dia masih bisa merasakan mata Yovan selalu tertuju pada tubuhnya.Yovan terkekeh, tidak tahu apa yang dia pikirkan, dia benar-benar menurut dan tertidur.Meski begitu, Quinn masih khawatir, dia terus menggenggam meraih tangan Yovan, takut dia tiba-tiba berminat lagi dan melakukan sesuatu yang buruk.Keesokan paginya, Yovan duluan bangun, dia menggerakkan tubuhnya dan menemukan bahwa lengannya sedang dipeluk oleh seseorang.Melihat wajah mungil yang cantik di sebelahnya, dia pun tersenyum.Saat Quinn diam, segala sesuatu di sekitarnya begitu indah.Quinn membuka matanya dan melihat Yovan memandangnya dari s
"Hentikan!"Ketika dia mengangkat tangan dan hendak memukul, seseorang menghentikannya. Suara orang itu berat dan kencang, begitu Daud mendengarnya, dia menurunkan tangan seolah-olah tidak terjadi apa-apa, lalu tersenyum."Yovan, kamu sudah kembali. Aku bercanda dengan Quinn. Dia keponakanku. Mana mungkin aku tega memukulinya? Aku sayang setengah mati!"Quinn mencibir.Daud memelototinya, lalu memandang Yovan dengan nada menyanjung, "Kamu kembali pagi-pagi sekali! Laki-laki harus bahagia seperti yang diinginkan, jangan khawatir tentang wanita!"Mendengar kata-katanya, Yovan mengerutkan kening dan menatap Quinn yang menatap pamannya dengan tidak percaya. Quinn tidak pernah menyangka pamannya akan mengatakan hal seperti itu di depannya!"Paman!""Ada apa! Jangan menyela kalau laki-laki sedang bicara," tegur Daud tanpa peduli."Kamu boleh bicara, tapi jangan minta uang!" Quinn sepertinya sudah terbiasa dengan sikap Daud, jadi Quinn buru-buru menarik tangannya dan memperingatkannya."Kamu
"Yovan, ucapanmu itu salah. Hubungan darah nggak bisa diputuskan. Kalau kamu nggak ingin kerabat seperti kami, lalu kenapa kamu menikahi Quinn!""Jadi, apa kamu ingin aku menceraikannya?" Yovan menyipitkan mata dan menatap Daud.Raut wajah Yovan mengancam, bukan berpura-pura."Kalian ... kalian sudah tiga tahun menikah!" Daud agak takut. Kalau bercerai, dari mana dia mendapatkan uang?"Terus apa?"Mendengar ucapannya, ekspresi Daud dan Quinn berubah drastis.Quinn ingat apa yang Sinta katakan tadi malam, sekarang Yovan juga menyebutkan perceraian!Quinn memandang pria di sebelahnya, rasanya sangat asing saat ini. Tadi malam, mereka berdua tidur di ranjang yang sama. Yovan bilang, ayo kita punya bayi!Biarpun Quinn juga berpikir bahwa itu hanya lelucon, Quinn tetap merasa merinding ketika mendengar Yovan mengucapkan kata cerai dengan begitu mudah."Kamu ... kamu orang kaya, kalian sudah menikah, jadi uangmu adalah milik bersama. Kalau bercerai, kamu harus membagi setengah hartamu ...."
Kamar itu hening sejenak. Quinn mendongak dengan cemas dan melihat wajah dingin Yovan.Dia menatap Quinn dengan dingin, cahaya yang berkedip di matanya adalah emosi yang tidak dipahami Quinn.Setelah beberapa saat, Yovan mencibir dan di bawah tatapan curiga, Yovan berteriak dengan dingin, "Keluar!"Tubuh Quinn sedikit gemetar, rasa takut muncul dari lubuk hatinya.Melihat Quinn yang seakan melarikan diri, Yovan tiba-tiba menendang meja kopi hingga menimbulkan bunyi keras. Nani yang berada di dapur ketakutan dan tidak berani bicara.Orang yang tinggal di Vila Puspasari adalah orang-orang kaya yang memiliki mobil pribadi, sehingga tidak ada bus. Tidak tahu berapa lama Quinn berlari sebelum akhirnya tiba di halte terdekat.Quinn menopang tangan dengan lutut sambil terengah-engah.Quinn berusaha sekuat tenaga untuk menahan diri dan tidak memikirkan apa yang dikatakan Yovan. Quinn kembali ke rumahnya dalam keadaan linglung, lalu rebahan di tempat tidur dan tertidur.Saat bangun, hari sudah
Melihat orang itu, Quinn sedikit bingung, kenapa dia ada di sini?Kalau dipikir-pikir, sepertinya Quinn sudah lama tidak melihatnya. Akhir-akhir ini, masih ada berita tentang dia di Internet, tapi berita tentang dia muncul bersama Yovan semakin sedikit. Kemunculan sesekali juga adalah cerita lama.Ponsel Quinn berdering, penelepon adalah Fanny.Fanny adalah bibinya, istri Daud, dulu Fanny tidak pernah meneleponnya. Panggilan mendadak ini pasti karena urusan Daud.Benar saja, begitu Quinn menjawab telepon, Fanny bertanya Daud, bahkan memanggil namanya dengan penuh kasih sayang."Quinn, apa pamanmu dipukuli orang? Lukanya serius nggak? Bahaya nggak?"Quinn menggenggam ponsel sambil berkata, "Dokter sudah merawatnya. Dia mengalami pukulan berat di kepala. Hasil pemeriksaan menunjukkan nggak ada masalah. Hanya ada sedikit trauma kulit dan luka kakinya agak serius. Dia akan sembuh setelah dirawat di rumah sakit beberapa hari.""Kondisiku begini pun kamu bilang nggak serius. Kenapa kamu begi