Di restoran pribadi, beberapa teman berkumpul."Untung kamu nggak membawa wanita itu ke sini hari ini, kalau nggak, kurasa pesta hari ini akan hancur lagi."Ellie sedang bersandar di jendela dengan tersenyum manis, sepertinya tidak menyadari kedipan mata yang diberikan Andy padanya.Seperti yang Andy takutkan, begitu Ellie selesai berbicara, Kenneth menjadi tidak senang."Ellie, aku nggak mengerti, kenapa kamu begitu pendendam! Iya, alasan kamu putus dengan Kak Yovan memang karena Yenni, tapi alasan terkuat adalah kalian nggak cocok satu sama lain. Bagaimana kamu bisa melampiaskan kekesalanmu pada Yenni!""Kalau aku dan Yovan nggak cocok dan mau putus, itu juga masalah antara aku dan dia. Kenapa Yenni harus terlibat dan mengungkitnya di hadapanku dari waktu ke waktu? Bukankah itu hanya untuk pamer padaku betapa pentingnya dia bagi Yovan?"Ellie mengernyit dan menatapnya. Ellie tidak menyukai Yenni sejak awal. Belakangan, ketika Yovan putus dengan Ellie karena perkataan Yenni, Ellie sem
"Hehe, kalau kamu nggak percaya dengan apa yang aku katakan, kamu akan menyesal."Ellie tersenyum dan tidak menjelaskan apa-apa lagi.Yovan tidak memperhatikan pada awalnya, tapi setelah meminum beberapa gelas anggur, dia merasa agak kesal."Jelaskan padaku."Melihat dia jelas-jelas ingin bertanya tapi masih memasang ekspresi dingin, Ellie tersenyum tanpa memberi muka.Untungnya, setelah Ellie tersenyum dan melihat wajahnya perlahan menjadi muram, Ellie tetap menjelaskan dengan "baik hati"."Tempatkan dirimu pada posisi Quinn. Kalau ada pria yang peduli pada Quinn dan memperlakukannya dengan baik atas nama teman, bahkan juga mengatakan dia hanya memperlakukan Quinn sebagai saudara perempuannya, apa kamu senang?"Dia mendengus, teringat Liam dan Yosua."Wanitaku, aku akan urus sendiri, nggak perlu orang lain untuk peduli padanya!""Lihat itu, aku hanya bilang pria lain memperhatikan dia, kamu sudah nggak bisa menerimanya. Jadi kalau Quinn peduli pada pria lain dan bilang dia memperlakuk
Melihat pesan teks ini, memikirkan apa yang Ellie katakan dengan yakin tadi bahwa dia akan menyesal.Tiba-tiba, dia merasakan keinginan untuk pulang.Dia juga mengambil tindakan."Kita kumpul lagi lain kali. Aku pulang dulu karena ada urusan."Ketika dia sampai di depan pintu, dia mendengar cibiran Ellie.Dia berhenti dan menoleh untuk menatap Ellie."Aku memang berpikir bahwa wanita harus bergantung pada pria, tapi aku nggak pernah meremehkan kamu. Kamu bisa menjalankan bisnis restoran dengan baik tanpa bantuan teman-teman seperti kami."Ellie tertegun sejenak. Ellie sudah mengenalnya begitu lama, tapi ini pertama kalinya Ellie mendengar dia memuji seseorang.Tentu saja tidak termasuk Yenni dan kakaknya."Aku akan mencari dia sekarang. Lagi pula, dia adalah orang yang bisa mempertaruhkan nyawanya demi aku. Aku nggak bisa membiarkan dia menghabiskan Malam Tahun Baru sendirian!"Dia tiba-tiba tertawa dan pergi dengan cepat tanpa memberi mereka waktu untuk bereaksi.Ruangan itu hening un
Tanpa memberitahu siapa pun, Quinn pergi ke stasiun dan naik bus kembali ke Desa Hulu.Melihat Quinn kembali, Daud dan istrinya tertegun sejenak, lalu menyambut Quinn sambil tersenyum. Fanny pun dengan penuh pengertian membantu Quinn membawa koper dan mendorong koper."Kamu bicara dulu dengan pamanmu, aku bantu kamu bawa kopermu ke atas dulu."Rumah Daud awalnya adalah bangunan satu lantai. Setahun setelah Quinn menikah dengan Yovan, dibangun satu lantai lagi di atasnya. Karena hal itu, Daud masih sempat membual di desa."Di mana Kakek dan Nenek?"Quinn tidak berminat untuk bernostalgia dengan mereka. Dia melihat sekeliling rumah dan tidak melihat kedua orang tua itu."Mereka pergi jalan-jalan dan akan kembali waktunya makan. Kamu nggak perlu khawatir."Daud melambaikan tangan dan menjawab dengan acuh tak acuh, tapi malah bertanya pada Quinn dengan tersenyum, "Kenapa hanya kamu yang pulang, di mana Yovan?"Quinn memandangnya dari samping, "Apa kamu berharap dia datang?"Daud menyeringa
Setelah Quinn naik ke atas, Fanny keluar dari kamar.Melihat Quinn muncul, dia masih tersenyum menyanjung, "Aku sudah rapikan kamar. Kalau kamu nggak puas, katakan saja kepadaku. Biarpun nggak senyaman di vilamu, kamar ini adalah yang terbagus di rumah kita.""Benar, kalau kamu nggak puas dengan apa pun, katakan saja."Keduanya tersenyum lebar, mereka sangat antusias, membuat Quinn semakin curiga.Begitu dia memasuki kamar, pintunya ditutup dari luar. Ekspresi Quinn berubah dan dia membuka pintu.Daud berkata dari luar, "Quinn, kamu lelah pulang dengan mobil, istirahat saja. Kami akan memintamu turun untuk makan nanti!"Kemudian tidak ada suara di luar.Quinn mengetuk pintu beberapa kali lagi, tapi tetap tidak ada respons dari luar. Quinn mulai panik.Apa yang sedang dilakukan Daud dan istrinya?Ada jendela di dalam kamar, tapi Quinn tidak bisa melihat apa pun saat berdiri di dekat jendela. Dia buru-buru berjalan mengelilingi kamar beberapa kali tapi tidak bisa memikirkan apa pun. Dia
"Tunggu, aku akan segera ke sana."Dia hanya mengucapkan beberapa kata itu, tapi suara Quinn tercekat."Oke."Katanya dia akan segera sampai, apakah dia sudah dalam perjalanan ke Desa Hulu?Yovan tahu dia tidak berada di rumah, jadi Yovan datang mencari dia?Yovan mengatakan dia akan segera sampai di sana, dia benar-benar segera sampai. Hanya dalam waktu lima menit, Quinn mendengar ketukan di pintu."Quinn, apa kamu di dalam?"Suara itu mendesak dan penuh kekhawatiran.Saat ini, Quinn tidak peduli Yovan memanggilnya dengan mesra, Quinn hanya berlari dengan cepat, "Aku di sini, aku di sini!"Kekhawatiran dan kegelisahannya pun membuat Quinn cemas.Keluarga Daud pasti menyembunyikan sesuatu dari Quinn, hal itu mungkin ada hubungannya dengan kakek neneknya!Quinn harus segera keluar."Yovan, cepat selamatkan aku!""Jangan cemas. Kamu mundur, aku akan selamatkan kamu sekarang juga. Suaranya dipisahkan oleh sebuah pintu, tapi bisa membuat Quinn merasa sedikit tenang.Setelah mundur beberapa
Yovan hanya bertemu kedua orang tua itu satu kali saat pertama kali bertemu Quinn.Dia tidak bisa memahami gagasan kenapa tidak mengizinkan cucunya kembali padahal sangat merindukannya.Quinn memegang tangan kurus neneknya dengan mata merah, "Nenek tambah kurus.""Nenek baik-baik saja, asalkan kamu hidup dengan baik." Sang nenek menepuk tangan Quinn dengan tersenyum puas."Quinn, ayo mengobrol di luar. Nenekmu baru saja kembali dari jalan-jalan di luar dan sedikit lelah. Biarkan dia istirahat dulu." Kakek berdiri sambil berbicara.Quinn tidak banyak berpikir, dia hanya mengangguk dan mengikuti.Yovan yang berjalan di belakang melirik ke arah nenek itu dengan penasaran. Nenek itu mengalihkan mata dengan panik, lalu menatap Yovan penuh harap. Mulutnya bergerak, tapi tidak berbicara."Nenek, istirahatlah yang baik."Mendengar perkataan Yovan, mata nenek berbinar-binar.Mereka mengobrol di ruang tamu, tapi Daud dan istrinya tidak turun. Sang kakek tidak menyebut mereka, jadi Quinn juga tid
Nenek menghela napas, "Kalian keluar makan dulu. Setelah makan, aku akan cerita pada kalian.""Kalau begitu Nenek keluar bersama kami!"Yovan mengatakan ini.Kesedihan melintas di wajah nenek itu, dia tampak kesepian, "Aku makan di kamar saja. Kakekmu akan bawakan untukku nanti."Hati Quinn menegang saat mendengar ini. Apa maksud neneknya?"Nenek ....""Quinn, kamu keluar dulu," Yovan tiba-tiba menyela Quinn, Quinn memandangnya dengan ragu. Dia tersenyum dan meremas bahu Quinn, "Kamu yang patuh, kamu keluar dulu, aku mau bicara dengan Nenek."Quinn tidak tahu apa yang akan dikatakan Yovan, tapi Quinn tetap keluar."Apa Nenek sudah nggak bisa bergerak?"Yovan melirik nenek itu dan bertanya langsung.Nenek itu tidak menyangkalnya, hanya tersenyum dan berkata, "Seiring bertambahnya usia, tubuh pasti ada berbagai masalah. Kalau aku nggak mencemaskan Quinn dan kakeknya, aku malah berharap bisa cepat meninggal."Mengenai perkataan neneknya, Yovan tidak mengutarakan pendapat apa pun. Dia hany