Tanpa memberitahu siapa pun, Quinn pergi ke stasiun dan naik bus kembali ke Desa Hulu.Melihat Quinn kembali, Daud dan istrinya tertegun sejenak, lalu menyambut Quinn sambil tersenyum. Fanny pun dengan penuh pengertian membantu Quinn membawa koper dan mendorong koper."Kamu bicara dulu dengan pamanmu, aku bantu kamu bawa kopermu ke atas dulu."Rumah Daud awalnya adalah bangunan satu lantai. Setahun setelah Quinn menikah dengan Yovan, dibangun satu lantai lagi di atasnya. Karena hal itu, Daud masih sempat membual di desa."Di mana Kakek dan Nenek?"Quinn tidak berminat untuk bernostalgia dengan mereka. Dia melihat sekeliling rumah dan tidak melihat kedua orang tua itu."Mereka pergi jalan-jalan dan akan kembali waktunya makan. Kamu nggak perlu khawatir."Daud melambaikan tangan dan menjawab dengan acuh tak acuh, tapi malah bertanya pada Quinn dengan tersenyum, "Kenapa hanya kamu yang pulang, di mana Yovan?"Quinn memandangnya dari samping, "Apa kamu berharap dia datang?"Daud menyeringa
Setelah Quinn naik ke atas, Fanny keluar dari kamar.Melihat Quinn muncul, dia masih tersenyum menyanjung, "Aku sudah rapikan kamar. Kalau kamu nggak puas, katakan saja kepadaku. Biarpun nggak senyaman di vilamu, kamar ini adalah yang terbagus di rumah kita.""Benar, kalau kamu nggak puas dengan apa pun, katakan saja."Keduanya tersenyum lebar, mereka sangat antusias, membuat Quinn semakin curiga.Begitu dia memasuki kamar, pintunya ditutup dari luar. Ekspresi Quinn berubah dan dia membuka pintu.Daud berkata dari luar, "Quinn, kamu lelah pulang dengan mobil, istirahat saja. Kami akan memintamu turun untuk makan nanti!"Kemudian tidak ada suara di luar.Quinn mengetuk pintu beberapa kali lagi, tapi tetap tidak ada respons dari luar. Quinn mulai panik.Apa yang sedang dilakukan Daud dan istrinya?Ada jendela di dalam kamar, tapi Quinn tidak bisa melihat apa pun saat berdiri di dekat jendela. Dia buru-buru berjalan mengelilingi kamar beberapa kali tapi tidak bisa memikirkan apa pun. Dia
"Tunggu, aku akan segera ke sana."Dia hanya mengucapkan beberapa kata itu, tapi suara Quinn tercekat."Oke."Katanya dia akan segera sampai, apakah dia sudah dalam perjalanan ke Desa Hulu?Yovan tahu dia tidak berada di rumah, jadi Yovan datang mencari dia?Yovan mengatakan dia akan segera sampai di sana, dia benar-benar segera sampai. Hanya dalam waktu lima menit, Quinn mendengar ketukan di pintu."Quinn, apa kamu di dalam?"Suara itu mendesak dan penuh kekhawatiran.Saat ini, Quinn tidak peduli Yovan memanggilnya dengan mesra, Quinn hanya berlari dengan cepat, "Aku di sini, aku di sini!"Kekhawatiran dan kegelisahannya pun membuat Quinn cemas.Keluarga Daud pasti menyembunyikan sesuatu dari Quinn, hal itu mungkin ada hubungannya dengan kakek neneknya!Quinn harus segera keluar."Yovan, cepat selamatkan aku!""Jangan cemas. Kamu mundur, aku akan selamatkan kamu sekarang juga. Suaranya dipisahkan oleh sebuah pintu, tapi bisa membuat Quinn merasa sedikit tenang.Setelah mundur beberapa
Yovan hanya bertemu kedua orang tua itu satu kali saat pertama kali bertemu Quinn.Dia tidak bisa memahami gagasan kenapa tidak mengizinkan cucunya kembali padahal sangat merindukannya.Quinn memegang tangan kurus neneknya dengan mata merah, "Nenek tambah kurus.""Nenek baik-baik saja, asalkan kamu hidup dengan baik." Sang nenek menepuk tangan Quinn dengan tersenyum puas."Quinn, ayo mengobrol di luar. Nenekmu baru saja kembali dari jalan-jalan di luar dan sedikit lelah. Biarkan dia istirahat dulu." Kakek berdiri sambil berbicara.Quinn tidak banyak berpikir, dia hanya mengangguk dan mengikuti.Yovan yang berjalan di belakang melirik ke arah nenek itu dengan penasaran. Nenek itu mengalihkan mata dengan panik, lalu menatap Yovan penuh harap. Mulutnya bergerak, tapi tidak berbicara."Nenek, istirahatlah yang baik."Mendengar perkataan Yovan, mata nenek berbinar-binar.Mereka mengobrol di ruang tamu, tapi Daud dan istrinya tidak turun. Sang kakek tidak menyebut mereka, jadi Quinn juga tid
Nenek menghela napas, "Kalian keluar makan dulu. Setelah makan, aku akan cerita pada kalian.""Kalau begitu Nenek keluar bersama kami!"Yovan mengatakan ini.Kesedihan melintas di wajah nenek itu, dia tampak kesepian, "Aku makan di kamar saja. Kakekmu akan bawakan untukku nanti."Hati Quinn menegang saat mendengar ini. Apa maksud neneknya?"Nenek ....""Quinn, kamu keluar dulu," Yovan tiba-tiba menyela Quinn, Quinn memandangnya dengan ragu. Dia tersenyum dan meremas bahu Quinn, "Kamu yang patuh, kamu keluar dulu, aku mau bicara dengan Nenek."Quinn tidak tahu apa yang akan dikatakan Yovan, tapi Quinn tetap keluar."Apa Nenek sudah nggak bisa bergerak?"Yovan melirik nenek itu dan bertanya langsung.Nenek itu tidak menyangkalnya, hanya tersenyum dan berkata, "Seiring bertambahnya usia, tubuh pasti ada berbagai masalah. Kalau aku nggak mencemaskan Quinn dan kakeknya, aku malah berharap bisa cepat meninggal."Mengenai perkataan neneknya, Yovan tidak mengutarakan pendapat apa pun. Dia hany
Quinn tidak tahu apa yang dikatakan Yovan kepada neneknya. Dia hanya merasa ketika Yovan keluar, wajahnya agak muram. Quinn tanpa sadar bertanya-tanya apakah ada yang salah dengan neneknya.Dia berdiri dan buru-buru berlari menuju kamar, Yovan tidak memperhatikan karena memikirkan urusan sendiri.Saat melihat neneknya masih terbaring di tempat tidur dan tidak ada yang aneh, Quinn menghela napas lega.Sang nenek melihat Quinn masuk jadi berkata sambil tersenyum, "Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja. Hanya demi kamu pun kakekmu dan aku akan baik-baik saja. Yovan baru saja bilang dia akan mengirim kami ke panti jompo dan mempekerjakan seseorang untuk merawat kami. Jangan khawatir!"Quinn sedih dan matanya menjadi basah.Tapi, di depan neneknya, Quinn tidak ingin menangis, jadi dia tersenyum dan mengangguk, "Baguslah, kalian pasti baik-baik saja!"Biarpun kakek maupun neneknya tidak mengatakannya secara eksplisit, akan sangat tidak berbakti kalau Quinn tidak mengetahui kondisi ne
Ekspresi Fanny berubah, senyumannya tiba-tiba menghilang, "Quinn, jangan lupa, aku bibimu, kakek nenekmu masih perlu perawatanku!"Tidak apa-apa kalau Fanny tidak menyebut kakek dan neneknya. Saat Fanny menyebutkannya, wajah Quinn menjadi muram."Kamu masih berani menyebut kakek dan nenekku, kalian mengambil begitu banyak uang dariku, bagaimana mereka merawat mereka! Saat aku kembali terakhir kali, nenekku baik-baik saja, tapi kali ini ketika aku kembali, dia nggak bisa berjalan! Kalian sendiri yang bilang, apa kalian peduli dengan kakek dan nenekku?""Seiring bertambahnya usia, memang akan mengalami masalah seperti ini. Nenekmu menderita tekanan darah tinggi dan pendarahan otak. Banyak orang seperti nenekmu yang lumpuh. Kenapa bilang aku nggak merawat dia dengan baik?"Fanny membela diri dengan mengotot.Quinn marah dengan sikap Fanny sehingga berkata dengan marah, "Aku sudah bilang kalian harus membeli obat untuk kakek dan nenekku untuk menjaga kesehatan mereka. Apa kalian beli?""Qu
Daud menatap wajah Yovan dengan takut. Dia ingin menarik Fanny dan meminta Fanny untuk berhenti berbicara, tapi dia didorong oleh keuntungan dan tidak ragu-ragu lagi. Dia hanya duduk tanpa mengucapkan sepatah kata pun dan memperhatikan apakah Fanny bisa memperjuangkan sesuatu?Quinn sangat tidak puas dengan sikap Daud, tapi Quinn tidak tertarik untuk menghasut hubungan keduanya. Quinn hanya menatap Yovan dan melihat bagaimana Yovan akan menyelesaikan masalah tersebut.Yovan tidak mengecewakan Quinn. Quinn hanya melihatnya mencibir, "Jangankan kalian nggak masuk akal, walaupun kalian masuk akal, lalu apa? Apa kalian punya kemampuan untuk menolak apa yang aku putuskan?"Pernyataan yang sangat sombong, tapi juga membuat orang tidak berani membantahnya.Tidak, Fanny masih ingin membantah, tapi Daud ketakutan dan menarik Fanny dan berkata dengan cepat, "Ya, benar, kamu benar. Kalau begitu, kalian bawa pergi kedua orang tua itu!"Melihat Daud yang menyanjung dan cemas, Quinn mencibir.Mereka