Share

Bab 6

last update Last Updated: 2025-03-13 14:58:56

Sudah hampir setengah jam Hakam menunggu di rumah, tapi tak ada tanda-tanda kepulangan anak dan istrinya.

Laki-laki itu berjalan mondar-mandir menunggu di teras. Ia gelisah memikirkan kenapa istrinya tak kunjung pulang.

"Nggak usah dijemput, istrimu itu jangan terlalu dimanja. Nanti jadi besar kepala, kamu juga yang repot." Ucapan sang mama kembali terngiang saat Hakam berniat akan menjemput Livia.

Ia menyugar rambut dengan kasar. Dia kasihan pada anak istrinya, tapi dia lebih memilih mendengar ucapan mamanya. Karena baginya, apa pun yang dikatakan wanita itu pasti benar adanya.

Sementara itu Livia baru saja turun dari angkot, dia berjalan sedikit kepayahan karena harus menggendong Yazeed dan menenteng tas. Diperjalanan menuju rumahnya, perempuan itu bertemu dengan tetangga dekat rumahnya.

"Livia, kamu dari mana bawa-bawa tas gitu?" sapa wanita yang akrab disapa Bu Dewi itu.

"Eh, Bu Dewi. Saya baru saja pulang dari rumah sakit, Bu. Beberapa hari ini Yazeed dirawat karena demam tinggi." Livia menjawab ramah.

"Loh, Yazeed dirawat? Kok Hakam keliatan santai aja? Mertua sama iparmu juga."

Mendengar pertanyaan wanita itu membuat Livia menghembuskan napas pelan. Jelas saja mereka santai saja, memangnya mereka peduli dengan keadaan Yazeed?

"Ah, itu mungkin cuma perasaan bu Dewi aja. Lagian mas Hakam, kan, pagi sampai sore kerja. Malamnya dia temenin aku di rumah sakit, kok!" kata Livia. Dia berusaha menutupi keburukan sifat suami dan keluarganya, menurut perempuan itu belum saatnya orang-orang tau bagaimana perlakuan mereka terhadapnya dan sang anak.

"Terus kenapa kamu pulangnya malah naik angkot gini? Emang Hakam nggak jemput gitu? Padahal, kan, dia dan keluarganya baru juga pulang dari luar." Wanita itu menatap Livia penuh selidik, dia memang sudah lama curiga dengan rumah tangga Livia. Hanya saja dia tak ingin dikatakan kepo dengan urusan orang lain.

"Masa, sih, Bu? Mas Hakam masih di kantor, kok!" sahut Livia yakin.

"Mereka baru pulang setengah jam lalu, kamu nggak dikasih tau?" Perlahan perempuan itu menggeleng, dadanya bergemuruh mendengar pengakuan tetangganya itu.

Setengah jam lalu dia masih berjuang menunggu angkot di halte depan rumah sakit, dan kalau memang Hakam baru pulang, dia pasti melihat Livia di sana, kan?

"Ah, mungkin ... mereka lupa ngasih tau, Bu. Soalnya hape saya juga mati, kehabisan daya." Livia berusaha mengelak, wanita didepannya hanya membulatkan mulut dan mengangguk meski tak percaya.

"Kalau gitu saya permisi dulu, Bu. Yazeed sudah haus kayaknya," pamit Livia.

Bu Dewi hanya mengangguk dan mempersilahkan, kemudian bergumam sambil memandang kepergian Livia.

"Kasihan sekali kamu Livia, dinikahi hanya untuk status. Mudah-mudahan kebahagiaan segera menghampiri anak itu." Gumam wanita itu berlalu.

*

Hakam menghembuskan napas lega saat melihat sang istri berjalan menuju rumah mereka. Langkah Livia semakin dekat dengan teras, perempuan itu menatap datar suaminya yang tengah berdiri di sana sambil melipat tangan.

"Kenapa kamu lama sekali?" tanya Hakam, Livia mengerutkan kening kemudian tersenyum sinis.

"Kami pulang dengan kendaraan umum, bukan milik pribadi." Jawaban Livia terdengar bak sindiran bagi Hakam.

"Apa maksudmu?" tanya laki-laki itu tak suka.

"Aku benar, kan? Memangnya kamu pikir aku pulang dijemput supir pribadi? Aku itu naik angkot, dan harus nunggu dulu berjam-jam." Livia menyahut sambil berlalu masuk kedalam rumah.

Perempuan itu menghempaskan bokongnya diatas sofa ruang tamu, sedang tas bawaannya ia taruh begitu saja di lantai.

"Makanya nggak usah gengsi jadi orang, kalau mau minta jemput ya, tinggal bilang. Gampang, kan?" Dengan tak tau dirinya Hakam berucap.

"Aku yang gengsi, atau kamu yang nggak peka? Memangnya ada suami yang membiarkan anak istrinya pulang sendiri sedang dia asik-asikkan menghabiskan waktu dengan keluarganya?"

Hakam terdiam, dia menelan ludah berkali-kali sebab rasa gugup yang tiba-tiba menyerang. Livia tersenyum sinis melihat ekspresi suaminya, berarti benar apa yang dikatakan tetangganya tadi. Livia merasa miris, kenapa suaminya setega itu?

"Aku nggak nyangka kamu bakal setega itu, Mas. Kalau memang kamu tak suka denganku, bisakah jangan ikut sertakan Yazeed? Ingat! Dia anakmu! Darah dagingmu yang lahir dari rahimku! Kenapa tak sedikit pun ada rasa sayangmu untuknya?"

Air mata Livia sudah meleleh. Dadanya terasa sesak sekali. Sangat sakit rasanya melihat sendiri bagaimana tak adilnya suami terhadap anak mereka. Padahal Yazeed adalah anak yang Hakam tunggu-tunggu kelahirannya, tetapi kenapa setelah lahir sikapnya malah berbeda?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 7

    Dengan emosi yang menggunung, Livia meninggalkan Hakam di teras. Perempuan itu memilih masuk ke rumah dan membersihkan tubuhnya serta sang bayi agar bisa segera beristirahat.Sementara itu Hakam menghempaskan tubuhnya diatas kursi teras, ia jadi kewalahan sendiri dengan perubahan sikap Livia. Perempuan itu jauh lebih keras kepala sekarang. Dia juga mulai banyak menuntut, tak seperti biasa yang selalu pasrah meski diperlakukan seperti apa pun.Selesai membersihkan badannya dan Yazeed, Livia keluar menuju dapur. Perutnya sudah keroncongan sejak di rumah sakit tadi, sekarang sudah hampir jam 3 dan dia belum makan siang.Namun, dadanya berdenyut saat melihat penanak nasi kosong melompong. Perempuan itu menghempaskan napas pelan, kemudian membuka tempat beras dan mulai memasak nasi."Kamu belum makan?" Hakam mendekati Livia yang tengah mencuci beras dengan satu tangannya menggendong Yazeed.Livia tak menjawab, dia tetap melanjutkan pekerjaannya hingga Hakam mengambil alih Yazeed. Livia tak

    Last Updated : 2025-03-16
  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 8

    "Di rumah mama juga nggak ada stok sayur sama ikan. Kamu makan ini dulu, ya?" Hakam menghampiri Livia yang tengah duduk di kursi dapur.Perempuan itu menoleh kearah piring yang suaminya bawa. Kening Livia berkerut, tumben mereka mau membagi lauk padanya? Apalagi dengan menu ayam, meski hanya sepotong.Tanpa curiga, Livia menerima piring yang diulurkan Hakam. Dia bermaksud menyimpannya dulu dan akan memakannya nanti, sambil menunggu nasi yang baru ia masak matang.Tapi Livia merasa sedikit aneh dengan bentuk paha ayam itu, seperti ... ada bekas gigitan. Saat ia mencoba membaliknya, mata perempuan itu membelalak sempurna. Napasnya memburu dengan mata yang sudah memanas, ia tak menyangka jika suaminya tega memberikan makanan sisa untuknya."Bekas siapa yang kamu kasih ke aku ini, Mas?!" hardik Livia.Melihat reaksi istrinya, Hakam sedikit terkejut dan salah tingkah. Namun, bukan Hakam namanya kalau langsung merasa bersalah."Itu bekas Hanin. Kenapa? Kamu jijik?" tanya Hakam santai. Padah

    Last Updated : 2025-03-28
  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 9

    "Apa-apaan kamu ini Livia?" berang Hakam."Kalian yang apa-apaan, Mas! Kenapa kalian menghabiskan semuanya tanpa menyisakan untukku? Aku bahkan belum menyicipinya sedikit pun!" jerit Livia."Ka–kamu belum sarapan? Maaf, mas kira ... kamu sudah sarapan duluan tadi." Hakam mendekati Livia dengan penuh rasa bersalah. Kalau saja ia tau, pasti akan meminta mama dan kakaknya menyisakan untuk sang istri.Livia menepis tangan Hakam yang hendak menyentuhnya. Kesal rasanya disentuh oleh laki-laki itu, berulang kali mengucap kata maaf tapi berulang kali juga ia mengulangi kesalahan yang sama. Tak pernah menghargai sang istri."Masa cuma gara-gara nasi goreng aja kamu segitu marahnya sama kita? Tau gini kita nggak bakal kesini juga tadi." Hana bangkit dan menatap Livia sinis."Aku juga nggak bakal marah kalo kalian masih pake perasaan makannya. Ini? Udah numpang, nggak tau diri lagi!" balas Livia ketus.Hana dan Dania menahan geram mendengar ucapan Livia."Liat kelakuan istrimu itu, Kam! Padahal

    Last Updated : 2025-03-29
  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 10

    Setelah setengah jam Livia membawa Yazeed bermain, perempuan itu akhirnya membawa sang anak pulang. Jam juga sudah menunjukkan pukul setengah 5, Hakam pasti sudah pulang, pikir Livia.Dan ternyata benar saja, sesampainya di rumah ia melihat mobil suaminya sudah terparkir rapi di halaman seperti biasa. Pintu juga terbuka lebar, begitu melihat sandal yang tergeletak di sana Livia jadi tau jika Hana dan Dania tengah berada didalam.Begitu Livia sampai didepan pintu, Hakam dan keluarganya yang tengah duduk diruang tamu serentak menoleh. Dari tatapan mereka bisa Livia tebak, pasti anak-anak itu sudah mengadu yang tidak-tidak pasal tadi.Tapi dia tak peduli, tanpa menghiraukan Hakam dan yang lain, dia melenggang santai hendak melewati ruang tamu. Namun, suara datar Hakam menghentikan langkahnya."Tunggu, Livia. Ada yang ingin aku tanyakan," kata Hakam membuat Livia berhenti. Laki-laki itu bangkit dan mendekati sang istri yang masih berdiri di sana."Kamu apakan Hanan dan Hanin?" Pertanyaan

    Last Updated : 2025-03-30
  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 11

    Livia masuk ke kamar, ternyata di sana sudah kosong. Sepertinya Hakam tengah mandi sebab terdengar suara air dari arah dalam kamar mandi.Tanpa pikir panjang, perempuan itu langsung meraih tas kecil dan memasukkan beberapa bajunya dan Yazeed ke sana. Tak lupa perlengkapan Yazeed juga, seperti pampers dan lainnya.Setelah itu, dia mengambil dompet Hakam yang tergeletak diatas meja rias. Ia mengeluarkan dua lembar uang pecahan seratus ribu dan kembali menyimpannya.Perempuan itu bergegas keluar dari kamar setelah mendengar suara kunci diputar. Dengan langkah tergesa, Livia meninggalkan rumah sambil menggendong Yazeed menggunakan kain jarik.Livia berniat pulang ke rumah orang tuanya, perlakuan serta perkataan Hakam tadi benar-benar menyakitinya. Laki-laki itu hanya menghargai keluarganya tapi tidak dengannya."Eh, mau kemana sore-sore begini Livia?" sapa salah satu tetangga Livia."Eum ... mau ke rumah ibu, Bude." Livia menjawab singkat seraya membungkukkan badan."Kenapa sore-sore gini

    Last Updated : 2025-03-31
  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 1

    "Mas, pulang sekarang, ya? Yazeed demam tinggi, temenin aku bawa ke dokter." Suara Livia terdengar panik saat menghubungi Hakam –suaminya."Ck, kenapa harus aku, sih? Kamu sendiri tau kalau aku lagi kerja, kan?" Hakam berdecak, hati Livia teriris mendengar ucapan suaminya."Kalau bukan sama kamu, pada siapa lagi aku minta tolong, Mas? Kamu itu ayahnya Yazeed!" tekan Livia dengan suara bergetar menahan marah."Halah, kamu pergi sendiri aja. Aku lagi banyak kerjaan!" sahut laki-laki itu santai."Tapi, Mas–"Tut! Panggilan diakhiri oleh Hakam tanpa mau menunggu istrinya bicara. Livia menghempaskan napas kasar, untuk kesekian kalinya Hakam lepas tangan terhadap keadaan putra mereka.Yazeed kembali menangis, Livia tersadar dan langsung menghampiri sang anak yang ia tiduri diatas ranjang. Tubuh bayi berumur 9 bulan itu menggeliat, wajahnya memerah dengan suara tangis melengking."Ya Allah, Nak. Tenang, ya, Sayang. Kita berangkat berdua saja, mama siapin keperluan kamu dulu." Livia menggendo

    Last Updated : 2025-03-02
  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 2

    "Terimakasih banyak, Gheza." Livia membungkukkan badan, laki-laki bernama Gheza itu tak menjawab. Dia hanya mengangguk sekilas kemudian segera masuk kedalam mobil.Perlahan, roda empat yang tadi Livia tumpangi meninggalkan pelataran parkir rumah sakit. Livia masih mematung di sana, ia masih tak menyangka jika akan kembali bertemu dengan Gheza dengan keadaan yang terbilang buruk.Rengekan Yazeed menyentak Livia, perempuan itu bergegas membawa anaknya agar segera mendapat penanganan."Sus, tolong anak saya. Badannya panas banget," ujar Livia panik. Dia membawa Yazeed ke IGD puskesmas agar tak perlu menunggu untuk mendapatkan penanganan."Baringkan anaknya di sini, ya, Bu. Biar kami periksa dulu," kata dokter menghampiri Livia. Perempuan itu mengangguk dan segera membaringkan Yazeed diatas ranjang.Tangis bayi itu kembali melengking. Livia semakin cemas dibuatnya, dia takut terjadi sesuatu pada Yazeed yang akan membuatnya menyesal seumur hidup.Selagi Yazeed ditangani, Livia memilih dudu

    Last Updated : 2025-03-02
  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 3

    Hakam tengah duduk dengan Dania dan juga Hana, disudut lain si kembar Hanin dan Hanan tengah sibuk menikmati ayam KFC yang tadi dibelikan Hakam."Kenapa kalian nggak cerita dari awal kalau Livia bicara kasar seperti tadi?" tanya Hakam menatap Dania dan Hana gantian."Awalnya kita juga mau cerita, tapi ... mama takut kamu bakal marah sama Livia." Dania menunduk, berpura-pura baik pada Livia didepan Hakam "Ya, pasti aku bakal marah, Ma! Kalau dia memperlakukan kalian kasar seperti itu masa aku cuma diem?" berang Hakam.Dania dan Hana saling pandang dengan senyum terkulum, rencana mereka berhasil. Livia harus tau, jika dia ditakdirkan untuk hidup menjadi bulan-bulanan mereka."Aku bakal kasih pelajaran padanya. Mama sama mbak tenang aja, aku nggak akan biarin dia berani kurang ajar sama kalian," tekad Hakam penuh dendam.Sementara itu, Livia menatap langit yang sudah mulai gelap, tapi Hakam tak juga datang. Berulang kali sudah ia coba hubungi tak satu pun panggilan Livia ia angkat."Kem

    Last Updated : 2025-03-02

Latest chapter

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 11

    Livia masuk ke kamar, ternyata di sana sudah kosong. Sepertinya Hakam tengah mandi sebab terdengar suara air dari arah dalam kamar mandi.Tanpa pikir panjang, perempuan itu langsung meraih tas kecil dan memasukkan beberapa bajunya dan Yazeed ke sana. Tak lupa perlengkapan Yazeed juga, seperti pampers dan lainnya.Setelah itu, dia mengambil dompet Hakam yang tergeletak diatas meja rias. Ia mengeluarkan dua lembar uang pecahan seratus ribu dan kembali menyimpannya.Perempuan itu bergegas keluar dari kamar setelah mendengar suara kunci diputar. Dengan langkah tergesa, Livia meninggalkan rumah sambil menggendong Yazeed menggunakan kain jarik.Livia berniat pulang ke rumah orang tuanya, perlakuan serta perkataan Hakam tadi benar-benar menyakitinya. Laki-laki itu hanya menghargai keluarganya tapi tidak dengannya."Eh, mau kemana sore-sore begini Livia?" sapa salah satu tetangga Livia."Eum ... mau ke rumah ibu, Bude." Livia menjawab singkat seraya membungkukkan badan."Kenapa sore-sore gini

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 10

    Setelah setengah jam Livia membawa Yazeed bermain, perempuan itu akhirnya membawa sang anak pulang. Jam juga sudah menunjukkan pukul setengah 5, Hakam pasti sudah pulang, pikir Livia.Dan ternyata benar saja, sesampainya di rumah ia melihat mobil suaminya sudah terparkir rapi di halaman seperti biasa. Pintu juga terbuka lebar, begitu melihat sandal yang tergeletak di sana Livia jadi tau jika Hana dan Dania tengah berada didalam.Begitu Livia sampai didepan pintu, Hakam dan keluarganya yang tengah duduk diruang tamu serentak menoleh. Dari tatapan mereka bisa Livia tebak, pasti anak-anak itu sudah mengadu yang tidak-tidak pasal tadi.Tapi dia tak peduli, tanpa menghiraukan Hakam dan yang lain, dia melenggang santai hendak melewati ruang tamu. Namun, suara datar Hakam menghentikan langkahnya."Tunggu, Livia. Ada yang ingin aku tanyakan," kata Hakam membuat Livia berhenti. Laki-laki itu bangkit dan mendekati sang istri yang masih berdiri di sana."Kamu apakan Hanan dan Hanin?" Pertanyaan

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 9

    "Apa-apaan kamu ini Livia?" berang Hakam."Kalian yang apa-apaan, Mas! Kenapa kalian menghabiskan semuanya tanpa menyisakan untukku? Aku bahkan belum menyicipinya sedikit pun!" jerit Livia."Ka–kamu belum sarapan? Maaf, mas kira ... kamu sudah sarapan duluan tadi." Hakam mendekati Livia dengan penuh rasa bersalah. Kalau saja ia tau, pasti akan meminta mama dan kakaknya menyisakan untuk sang istri.Livia menepis tangan Hakam yang hendak menyentuhnya. Kesal rasanya disentuh oleh laki-laki itu, berulang kali mengucap kata maaf tapi berulang kali juga ia mengulangi kesalahan yang sama. Tak pernah menghargai sang istri."Masa cuma gara-gara nasi goreng aja kamu segitu marahnya sama kita? Tau gini kita nggak bakal kesini juga tadi." Hana bangkit dan menatap Livia sinis."Aku juga nggak bakal marah kalo kalian masih pake perasaan makannya. Ini? Udah numpang, nggak tau diri lagi!" balas Livia ketus.Hana dan Dania menahan geram mendengar ucapan Livia."Liat kelakuan istrimu itu, Kam! Padahal

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 8

    "Di rumah mama juga nggak ada stok sayur sama ikan. Kamu makan ini dulu, ya?" Hakam menghampiri Livia yang tengah duduk di kursi dapur.Perempuan itu menoleh kearah piring yang suaminya bawa. Kening Livia berkerut, tumben mereka mau membagi lauk padanya? Apalagi dengan menu ayam, meski hanya sepotong.Tanpa curiga, Livia menerima piring yang diulurkan Hakam. Dia bermaksud menyimpannya dulu dan akan memakannya nanti, sambil menunggu nasi yang baru ia masak matang.Tapi Livia merasa sedikit aneh dengan bentuk paha ayam itu, seperti ... ada bekas gigitan. Saat ia mencoba membaliknya, mata perempuan itu membelalak sempurna. Napasnya memburu dengan mata yang sudah memanas, ia tak menyangka jika suaminya tega memberikan makanan sisa untuknya."Bekas siapa yang kamu kasih ke aku ini, Mas?!" hardik Livia.Melihat reaksi istrinya, Hakam sedikit terkejut dan salah tingkah. Namun, bukan Hakam namanya kalau langsung merasa bersalah."Itu bekas Hanin. Kenapa? Kamu jijik?" tanya Hakam santai. Padah

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 7

    Dengan emosi yang menggunung, Livia meninggalkan Hakam di teras. Perempuan itu memilih masuk ke rumah dan membersihkan tubuhnya serta sang bayi agar bisa segera beristirahat.Sementara itu Hakam menghempaskan tubuhnya diatas kursi teras, ia jadi kewalahan sendiri dengan perubahan sikap Livia. Perempuan itu jauh lebih keras kepala sekarang. Dia juga mulai banyak menuntut, tak seperti biasa yang selalu pasrah meski diperlakukan seperti apa pun.Selesai membersihkan badannya dan Yazeed, Livia keluar menuju dapur. Perutnya sudah keroncongan sejak di rumah sakit tadi, sekarang sudah hampir jam 3 dan dia belum makan siang.Namun, dadanya berdenyut saat melihat penanak nasi kosong melompong. Perempuan itu menghempaskan napas pelan, kemudian membuka tempat beras dan mulai memasak nasi."Kamu belum makan?" Hakam mendekati Livia yang tengah mencuci beras dengan satu tangannya menggendong Yazeed.Livia tak menjawab, dia tetap melanjutkan pekerjaannya hingga Hakam mengambil alih Yazeed. Livia tak

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 6

    Sudah hampir setengah jam Hakam menunggu di rumah, tapi tak ada tanda-tanda kepulangan anak dan istrinya.Laki-laki itu berjalan mondar-mandir menunggu di teras. Ia gelisah memikirkan kenapa istrinya tak kunjung pulang."Nggak usah dijemput, istrimu itu jangan terlalu dimanja. Nanti jadi besar kepala, kamu juga yang repot." Ucapan sang mama kembali terngiang saat Hakam berniat akan menjemput Livia.Ia menyugar rambut dengan kasar. Dia kasihan pada anak istrinya, tapi dia lebih memilih mendengar ucapan mamanya. Karena baginya, apa pun yang dikatakan wanita itu pasti benar adanya.Sementara itu Livia baru saja turun dari angkot, dia berjalan sedikit kepayahan karena harus menggendong Yazeed dan menenteng tas. Diperjalanan menuju rumahnya, perempuan itu bertemu dengan tetangga dekat rumahnya."Livia, kamu dari mana bawa-bawa tas gitu?" sapa wanita yang akrab disapa Bu Dewi itu."Eh, Bu Dewi. Saya baru saja pulang dari rumah sakit, Bu. Beberapa hari ini Yazeed dirawat karena demam tinggi.

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 5

    "Kamu sudah selesai makannya?" Hakam yang menyadari kedatangan Livia mendekat."Eum ... sudah." Livia menyahut singkat. Dia berjalan kearah ranjang Yazeed, Livia tersenyum melihat wajah anaknya yang tampak lebih segar dibanding tadi siang."Anak mama nggak rewel, kan?" Demi menghindari Hakam, Livia mengajak bayinya bicara. Perempuan itu mengusap lembut pipi Yazeed sembari tersenyum."Mas akan temani kalian malam ini." Hakam mendekati Livia dan bicara tepat disamping telinga perempuan itu hingga membuat Livia bergidik terkena hembusan napasnya."Nggak usah. Kamu temani saja Hanan dan Hanin, bukannya mereka lebih butuh kamu?" Livia mengelak menjauh. Selain sungkan dengan posisi mereka karena banyak orang di sana, Livia juga masih enggan memaafkan Hakam."Ck, kamu masih merajuk ternyata?" decak Hakam. Lelaki itu mengecup kepala istrinya hingga membuat Livia kesal."Kamu apaan, sih, Mas? Nggak liat banyak orang di sini?" kesal Livia, meski begitu tak bisa dipungkiri wajahnya ikut bersemu.

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 4

    Tak ingin menghabiskan waktu menghadapi mertua serta suaminya, Livia memilih keluar dari sana dan menuju rumahnya yang berada tepat disamping rumah sang mertua.Teriakan Hakam yang memanggilnya tak ia hiraukan. Livia terus berjalan. Yang ia pikirkan hanya ingin segera menyiapkan segala keperluan Yazeed dan kembali ke rumah sakit."Kenapa kamu berubah begini, Livia?" Ternyata Hakam menyusul Livia pulang, dia berjalan menghampiri sang istri yang tengah fokus memasukkan beberapa lembar bajunya dan Yazeed kedalam sebuah tas.Livia tak menjawab bahkan menoleh pun tidak. Perempuan itu tampak cuek, seakan tak menganggap keberadaan Hakam di sana."Livia, jawab aku!" Kesal tak mendapat jawaban dari istrinya, Hakam menarik tangan perempuan itu hingga berhadapan dengannya.Livia menatap Hakam datar, muak dan benci menyatu dalam diri perempuan itu. Kebencian terpancar jelas di matanya, melihat tatapan istrinya yang terlampau datar membuat Hakam menelan ludah. Tak pernah sebelumnya Livia menantang

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 3

    Hakam tengah duduk dengan Dania dan juga Hana, disudut lain si kembar Hanin dan Hanan tengah sibuk menikmati ayam KFC yang tadi dibelikan Hakam."Kenapa kalian nggak cerita dari awal kalau Livia bicara kasar seperti tadi?" tanya Hakam menatap Dania dan Hana gantian."Awalnya kita juga mau cerita, tapi ... mama takut kamu bakal marah sama Livia." Dania menunduk, berpura-pura baik pada Livia didepan Hakam "Ya, pasti aku bakal marah, Ma! Kalau dia memperlakukan kalian kasar seperti itu masa aku cuma diem?" berang Hakam.Dania dan Hana saling pandang dengan senyum terkulum, rencana mereka berhasil. Livia harus tau, jika dia ditakdirkan untuk hidup menjadi bulan-bulanan mereka."Aku bakal kasih pelajaran padanya. Mama sama mbak tenang aja, aku nggak akan biarin dia berani kurang ajar sama kalian," tekad Hakam penuh dendam.Sementara itu, Livia menatap langit yang sudah mulai gelap, tapi Hakam tak juga datang. Berulang kali sudah ia coba hubungi tak satu pun panggilan Livia ia angkat."Kem

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status