Share

Part 55

Penulis: Shafira Prameswari
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Rosa menatap pria itu lekat. Pandu seperti tak tertarik dengan kecantikan dan kesuksesannya. “Semuanya sudah di depan mata dan aku enggak akan menyerah, Mas.”

“Kamu mengorbankan rumah tanggamu demi karier?” tanya Pandu kembali.

Rosa menjawab yakin, “Kamu yang memberiku pilihan, Mas. Lagi pula, agama enggak melarang seorang wanita untuk berbisnis.”

“Tetapi seorang istri butuh izin dan rida suami. Lagi pula, aku sanggup memenuhi semua kebutuhanmu. Bukankah dari dulu, berapa pun kamu meminta uang, aku selalu kasih?”

Rosa menghela napas. Pandu merusak mood-nya yang sedang bahagia karena pencapaian. “Aku tetap pada keputusanku, Mas.”

Pandu menatap sendu wanita yang ia perjuangkan mati-matian itu. Keputusan Rosa sepertinya tak bisa diganggu gugat lagi. Ambisi dan dunia menutup hatinya. Rosa bicara agama jika itu menguntungkan untuknya, tetapi jika menentang kodrat, ia lari dari ketentuan yang Allah berikan. “Aku sudah pernah berada di puncak kesuksesan, Ros. Jauh dan melebihi apa yang kamu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
SisiliaAshila Gmah
sombong bget Rosa dia bahkan gak merasa menyesal sama sekali
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Mengembalikan Senyum Bidadari    Part 56

    Alina hanya tersenyum mendengar kesuksesan Rosa. Ia meletakkan tangan di dada, kemudian memejamkan mata. Sejenak Alina meresapi, adakah kebencian atau iri pada keberhasilan istri suaminya itu? Perlahan Alina membuka mata dan tersenyum. Ia bersyukur, hatinya telah berdamai dan menerima. Sehebat atau sebahagia apa pun Rosa, ia tak peduli. Fokus Alina sekarang adalah kebahagiaan anak-anaknya.“Kita enggak tahu jalan takdir Allah, ya, Bu. Banyak orang yang berbuat dosa, tetapi tetap diberi Allah kesenangan dan kenikmatan dunia. Padahal, itu istidraj. Suatu saat nanti mereka terlena, kemudian dijatuhkan dalam keadaan terhina,” ungkap Regina, ketika bersilaturahmi ke rumah Alina.“Insyaallah, saya sudah mengikhlaskan semua. Dulu, saya terlalu larut pada kesedihan, Bu, hingga saya menyiksa diri sendiri selama enam tahun.”“Saya salut dengan Bu Alina. Walau tersakiti, tetapi enggak mau membalas mantan suami dan istri barunya.” “Enggak perlu mengotori diri kita, Bu. Biarkan Allah yang menilai

  • Mengembalikan Senyum Bidadari    Part 57

    Wanita itu kini berada di atas angin. Bahkan, Ustazah Ana yang melihat keberhasilan Rosa dan kasus perceraiannya pernah mengingatkan wanita itu untuk tidak mendramatisir masalahnya dengan Pandu ke publik. Namun, Rosa tak mengindahkan. Ustazah Ana pernah marah ketika Rosa mengatakan bahwa Pandu adalah suami yang tidak bersyukur mendapatkan istri sepertinya. Tak ingin dinasihati, Rosa malah memblokir nomor wanita tersebut.***Berita perceraian Pandu dan Rosa juga sampai ke telinga Alina. Banyaknya pemberitaan yang menyudutkan mantan suaminya membuat Alina menjadi iba. Selama berumah tangga, Pandu sangat baik. Justru kehadiran Rosalah yang membuat semuanya berubah. Alina tak tahu apa yang terjadi di antara mereka. Yang jelas, sikap Rosa seolah-olah dia korban kezaliman Pandu terlalu mengada-ada.“Apa benar, Papa selama ini masih mencintai Mama?” tanya Zyan yang tiba-tiba hadir ketika sebuah tayangan infotaiment menampilkan berita tersebut. “Tante itu bilang, mereka berpisah karena Papa

  • Mengembalikan Senyum Bidadari    Part 58

    Rosa kaget, ketika mendapati seorang pria yang sangat ia benci sudah duduk di kursi kebesarannya. Entah bagaimana caranya, hingga Daniel bisa masuk ke ruangan privasi Rosa. “Ada apa kamu ke sini?” tanya Rosa ketus.Daniel memutar kursi itu hingga berhadapan langsung dengan Rosa yang menatapnya tajam. “Aku ingin mengucapkan selamat kepadamu, karena telah berhasil menjadi pengusaha muda nan berbakat.”Rosa memutar bola mata jengah. Ia tak mau berurusan dengan Daniel lagi. “Selain itu, maksud kedatanganku untuk menawarkan diri menjadi suamimu.” Pria itu tersenyum melihat wajah Rosa yang tampak menahan kemarahan. Daniel menyandarkan punggungnya di kursi, kemudian menyilangkan kedua kaki di atas meja. Rosa benci melihat kelakuan pria itu. “Jangan mimpi! Aku enggak sudi menjadi istrimu.”Daniel berdiri, kemudian tertawa lebar. Ia berjalan mendekati Rosa, kemudian meletakkan tangannya di rahang wanita itu. “Apa ada buruan baru yang akan kamu incar, setelah berhasil memeras konglomerat Pand

  • Mengembalikan Senyum Bidadari    Part 59

    Sepanjang jalan, mata pria itu tak henti menatap keluar jendela. Pemandangan sawah dan hamparan kebun karet terlihat saling kejar, ketika kereta api yang ditumpangi Pandu melintas. Pandu memejamkan mata. Ia berharap, makin jauh dari Alina akan membuatnya makin mudah untuk melupakan sang mantan istri yang sebentar lagi akan menikah. Rasa cintanya begitu besar pada Alina. Namun, cinta itu terhalang tembok yang tinggi. Pandu tak ingin merusak hubungan Alina dengan Fusena, apalagi menghalangi kedekatan keduanya. Hanya saja, hati Pandu belum siap kehilangan Alina untuk selamanya.Jika tak ingat malu, ingin rasanya ia mengungkapkan keinginannya untuk rujuk. Namun, melihat senyum Alina dan kebahagiaan putrinya bersama calon ayah tiri, ia menjadi tak tega. Lagi pula, bukankah itu kebodohan Pandu sendiri yang melepas Alina, bahkan mengusir wanita itu?Tiba di stasiun, kedatangan Pandu disambut seorang pria paruh baya. Dia adalah Ustaz Fahri yang merupakan teman Ustaz Ahmad. Pria itulah yang me

  • Mengembalikan Senyum Bidadari    Part 60

    Detak high heels Rosa terdengar, ketika beradu lantai. Ia berjalan menyusuri hunian yang sekarang tampak berbeda. “Aku enggak menyangka, ternyata Mas Pandu mengganti semuanya,” ujarnya tertawa sumbang.“Ada perlu apa kamu ke sini?” tanya Alina pada Rosa yang dari tadi sibuk menelisik setiap inci rumahnya.“Aku ingin bertemu dengan Mas Pandu.”Alina terkekeh. Ia tahu ini hanya akal-akalan Rosa saja untuk bisa menginjakkan kaki di rumah ini. “Kamu salah tempat, Mas Pandu enggak ada di sini.”“Benarkah? Bukankah ini rumahnya?”“Kalau kamu ingin bicara dengan Mas Pandu, kenapa enggak menghubunginya?” Alina balik bertanya.Rosa tercekat. Ia memang tak pernah lagi menghubungi Pandu semenjak mereka bercerai. “Jika enggak ada urusan, kamu boleh pergi.”Rosa membuka kacamatanya, kemudian berjalan mendekati Alina. “Aku enggak menyangka, kalau papa Shanum enggak tinggal di sini.” Wanita itu duduk di sofa, kemudian meletakkan tas branded-nya di atas meja. Sebuah senyum kemenangan tercipta, ketik

  • Mengembalikan Senyum Bidadari    Part 61

    Dada pria itu naik turun menahan kemarahan. Telunjuknya mengarah pada wajah Rosa. “Jangan bohong, dulu kamu mengancamku akan menyebarkan video itu, jika aku enggak memberimu sejumlah uang. Aku sudah turuti keinginanmu, Ros, bahkan kamu sudah berjanji untuk menghapusnya, tetapi kamu ingkar!”Rosa menangis bersamaan rasa takut menghadapi kemarahan Himawan. Ia kembali mengingat video lama itu. Perasaannya mengatakan, bahwa video itu telah ia hapus karena takut ketahuan oleh Pandu. Namun, kenapa video itu muncul kembali?“Sudah kubilang, bukan aku!”Plak! Sebuah tamparan kembali melayang di pipi Rosa. Wanita itu meringis, cairan merah mengalir di sudut bibir. Himawan tak percaya dengan pengakuan Rosa. Ia hafal betul bagaimana sifat licik wanita itu. Bahkan, Himawan merasa dibodohi. Dulu, Rosa menjajakan tubuhnya pada Himawan. Rosa pula yang merekam video mereka dengan alasan sebagai kenang-kenangan dan koleksi pribadi. Namun, ternyata wanita itu menjebaknya dan memeras Himawan berkali-ka

  • Mengembalikan Senyum Bidadari    Part 62

    Pandu beristigfar di dalam hati. Tubuhnya gemetar melihat aksi liar Rosa dari benda pipih di tangannya. Walaupun Rosa belum memberikan klarifikasi, Pandu yakin, pemeran wanita dalam video yang berdurasi enam belas menit itu adalah Rosa. “Ya, Allah, wanita macam apa yang aku nikahi dulu? Ternyata aku dibutakan oleh nafsu, hingga membuang jodoh terbaik yang engkau berikan. Ampuni aku, ya Allah.”Tetesan air mata kembali jatuh di pipi. Ia pikir, hanya kepada Daniel, Rosa memberikan kehormatannya. Namun ternyata Pandu salah, wanita itu berkencan dengan banyak pria dan sengaja membangkitkan hasrat mereka dengan pose dan permainan liarnya yang menjijikkan. Pandu mengela napas lemah. Di satu sisi ia bersyukur karena kelakuan Rosa terkuak ketika mereka telah berpisah, tetapi di sisi lain ia merasa kasihan pada wanita itu. Rosa memiliki keluarga yang tak harmonis. Kedua orang tuanya bercerai ketika ia masih remaja. Masing-masing sudah menikah dan tak ada yang peduli dengan Rosa, hingga wanita

  • Mengembalikan Senyum Bidadari    Part 63

    “Sini, aku traktir.” Bryan menarik tangan Zea menuju kasir. Setelah menyelesaikan pembayaran, pria itu mengajak Zea memasuki restoran yang menyajikan masakah khas daerah. Mereka memilih duduk di lesehan yang berada di pojok restoran. Bryan mendekati pelayan dan mulai memesan, sedangkan Zea fokus pada buku yang ia beli. “Rajin belajar, ya, biar lulus menjadi mahasiswi kedokteran.”“Zea akan berusaha, semoga Allah berkehendak.”“Aamiin. aku dukung kamu Zee.”“Kalau kamu bagaimana?”“Aku bercita-cita jadi pengusaha, Zee. Karena itu, aku akan memilih jurusan Manajemen Bisnis atau Teknologi Informasi, supaya bisa menciptakan lapangan pekerjaan, banyak duit, biar bisa sedekah, kemudian nikahi kamu.”Zea terkekeh dan memukul lengan Bryan dengan buku yang dipegangnya. Bryan tersenyum melihat gadis itu kembali ceria. Beberapa kali ia mengeluarkan gombalan, supaya Zea kembali bahagia. Percakapan mereka terhenti, ketika menu pesanan tiba. Zea menatap heran dengan makanan yang dihidangkan. “Ini?

Bab terbaru

  • Mengembalikan Senyum Bidadari    Part 119

    “Maaf, saya datang terlambat,” ucap Alina dengan seulas senyum di bibir. Tak ada makian, sumpah serapah atau tatapan sinis padanya.Rosa tak menjawab, ia beralih memandang Daniel yang berdiri dari duduknya kemudian menghampiri mereka. Melihat penampilan Alina yang mewah dan berkelas, Rosa menjadi minder. “Silakan masuk, Bu,” ucap Daniel seraya membuka pintu lebar. Melihat sikap Daniel, Rosa yakin jika lelaki inilah yang mengundang Alina. “Sama siapa?” tanya Daniel seraya melirik ke arah jalan. Belum sempat Alina menjawab, lelaki itu telah berlalu mendekati mobil yang terparkir, kemudian berbicara dengan si pengemudi. Tak lama, pintu mobil pun terbuka menampakkan sosok tampan dan tinggi mirip Pandu Dirgantara keluar dari mobil mewah itu. Rosa terpana dan sedikit kecewa. Padahal, ia merindukan mantan suaminya.Mereka duduk di lantai yang beralaskan karpet. Ruang tamu Rosa masih kosong karena saat prosesi pernikahan terjadi, kursi tamu dipindahkan ke carport agar ruangan menjadi luas

  • Mengembalikan Senyum Bidadari    Part 118

    Laki-laki tiga puluh tahunan itu mulai berperan menjadi seorang ayah. Ia tak bisa meninggalkan gadis itu bergitu lama. Bahkan, Daniel terus melakukan pendekatan dan mempelajari apa yang disukai putrinya. Apalagi sikap Shanum yang mulai terbuka dan menyanyangi Daniel, membuat mereka cepat akrab. “Nanti papa jemput Shanum, ya!” ucap gadis itu setelah turun dari mobil. Ia mencium tangan Daniel kemudan memeluk lelaki itu. Shanum sangat bangga ketika satu persatu teman-temannya melihat sosok Daniel. Walaupun tak berorasi, tapi sikap Shanum seolah-olah memberitahukan pada mereka bahwa ‘Ini adalah papanya.’Daniel mengusap kepala putrinya kemudian melayangkan ciuman sebelum gadis itu beranjak menuju kelas. Sesekali, kepala mungil itu menoleh dan melambaikan tangan pada Daniel yang menatapnya tanpa kedip. “Dada, papa!” teriaknya dari kejauhan. Daniel membalas. Dada lelaki itu bergetar dan terasa sesak. Setelah sekian lama hidup tak tentu arah, kini, Daniel merasa menjadi seorang yang sa

  • Mengembalikan Senyum Bidadari    Part 117

    “Rasanya seperti digigit semut.”Seketika ucapan Shanum kembali terngiang kala Pandu mengajaknya pergi. Gadis itu juga bercerita ia digigit semut di rumah sakit. Rosa tersenyum masam mengingat bagaimana usaha Pandu mencari kebenaran tanpa melibatkan dirinya.Hidup begitu cepat berubah, harta, kedudukan dan nama baik dalam sekejap lenyap. Rosa yang dulu begitu angkuh dan sombong, kini tak berdaya. Daniel berbeda dengan Pandua, ia bukanlah laki-laki yang paham agama, sekeras apapun Rosa menjelaskan nasab anak yang lahir di luar pernikahan, Daniel tetap pada pendiriannya bahwa, ia adalah seorang ayah meski dengan cara yang salah. Rosa mengusap kepala Shanum. Ia memejamkan mata seraya berdoa agar nasib baik berpihak kepadanya. Apapapun hasilnya nanti, ia akan lakukan segala cara untuk mempertahankan Shanum dalam hidupnya. ***SPW***Rosa mengusap wajahnya setelah bermunajat kepada Allah. Semenjak kedatangan Daniel, hati wanita itu tak tenang. Ingin rasanya ia lari, tapi tak tau kemana a

  • Mengembalikan Senyum Bidadari    Part 116

    Pandu terdiam sejenak, ia menatap sorot mata Daniel. “Kenapa kamu ingin mengetahuinya? Apa kamu ingin menghancurkannya melalui anak itu?” Tatapan Pandu berubah tak bersahabat. “Aku tau, kamulah yang menyebarkan video tak senonoh Rosa. Sudah cukup kamu menghancurkan hidupnya. Jangan lakukan perbuatan itu lagi. Apalagi melibatkan Shanum-anak yang tak berdosa itu.”Daniel menghela napas lemah. Ia tau, kesalahan yang telah ia lakukan begitu besar. “Saya minta maaf, saya akui, memang saya yang melakukannya. Tapi, setelah melihatnya hancur, bukan kepuasan yang saya dapatkan melainkan rasa bersalah yang menghantui setiap hari.”Pandangan Daniel menerawang mengingat bagaimana kejahatannya hingga membuat Rosa hancur. Bahkan, wanita itu hanya pasrah dan tak pernah menuntutnya meski Rosa tau bahwa Daniellah yang telah mengungkap aib itu ke publik. “Beberapa hari yang lalu, saya bertemu dengan mereka. Melihat gadis kecil itu, entah kenapa saya seperti melihat diri saya dalam dirinya. Saya yakin

  • Mengembalikan Senyum Bidadari    Part 115

    Wanita itu menggeleng. Rosa yang kehilangan putrinya mendadak takut dan cemas. Beberapa karyawan dan petugas keamanan mall mulai mencari Shanum melalui pengeras suara dan menyusuri area mall. Rosa berlari menuju satu persatu tempat yang kemungkinan dikunjungi putrinya hingga berakhir di salah satu toko mainan.Shanum tampak tersenyum pada seorang pria yang berjongkok mensejajarkan tinggi dengannya seraya memegang sebuah boneka Panda. Hati Rosa menjadi lega karena telah menemukan Shanum meski ada rasa khawatir dengan sosok lelaki itu.“Shanum!” panggil Rosa hingga membuat keduanya menoleh dan berdiri menghadap pada Rosa. “Mama, om itu beliin aku boneka ini, lucu kan?” tanya Shanum sambil menyodorkan boneka panda ke wajah Rosa.Rosa mengangguk dan tersenyum paksa. “Sudah bilang terima kasih?” Gadis kecil itu menoleh pada sosok lelaki yang dari tadi menatap Rosa lekat.“Makasih, Om,” ujar Shanum polos.Daniel tersenyum seraya mengusap kepala Shanum. Rosa menarik tangan putrinya menj

  • Mengembalikan Senyum Bidadari    Part 114

    Suara jeritan dan rintih kesakitan terdengar di sebuah ruang bersalin rumah sakit swasta. Alina berjalan mondar mandir dan tak tenang membayangkan putrinya yang sedang berjuang di dalam sana. Sebagai ibu, ia bisa merasakan apa yang putrinya rasakan. Dua kali Alina bertarung melawan maut untuk menghadirkan dua buah cintanya melalui persalinan normal.Genggaman tangan Zea begitu kuat mencengkram jemari Bryan. Berkali-kali wanita itu mengikuti petunjuk dokter kandungan agar bisa melahirkan buah cintanya. Peluh Zea berjatuhan membasahi tubuhnya bersamaan titik air mata Bryan yang jatuh karena tak sanggup melihat sang istri kesakitan. “Ayo, Zee, kamu pasti bisa,” ucap dengan suara bergetar. Ia tak peduli dengan tangannya yang terasa sakit karena cengkraman Zea yang begitu kuat. Bryan mencium pucuk kepala Zea seraya melafazkan doa. Nafas Zea mulai memburu bersamaan dorongan bayi yang ikut berjuang menatap dunia. Seketika senyumnya tercipta mendengar suara tangis menggema di ruangan itu.

  • Mengembalikan Senyum Bidadari    Part 113

    Beberapa Bulan kemudian ....Bertempat di halaman rumahnya yang luas, Zidan yang kini berusia satu tahun mulai melangkahkan kaki kecilnya di atas rumput hijau yang sangat terawat. Pandu merentangkan kedua tangan seraya memanggil nama putranya. Kaki kecil Zidan melangkah menuju sang papa yang disambut dengan gembira oleh Pandu.Alina yang melihat interaksi keduanya sangat bahagia. Tawa Zidan menggema. Ia merentangkan kedua tangan, ketika Pandu mengayunkan tubuh kecilnya seperti akan terbang. Pria itu tampak makin sehat dan muda, meski usianya hampir setengah abad. Senyumnya begitu merekah dan kebahagiaan begitu terlihat dari bibirnya yang tak henti tertawa. Bahkan, sorot matanya mengisyaratkan begitu banyak cinta untuk wanita yang berdiri di sampingnya.Sementara itu, tak jauh dari sana, seorang wanita memakai gamis dan sebagian wajahnya tertutup cadar. Ia berdiri, terpaku menatap keluarga bahagia itu. Hampir setiap hari ia berdiri di balik pagar rumah hanya untuk melihat pria yang hi

  • Mengembalikan Senyum Bidadari    Part 112

    Kehadiran anggota baru keluarga membuat rumah mewah Pandu menjadi ceria. Suara tangis, tawa, dan celoteh kecil terdengar bak mantra yang mampu menghipnotis para penghuninya. Zea dan Bryan lebih banyak bermalam di rumah itu, supaya bisa dekat dengan adik kecilnya. Sedangkan Zyan menghabiskan waktu luangnya setelah pulang bekerja untuk mengasuh Zidan. Laki-laki kecil itu menjadi pusat perhatian. Kehadirannya seperti magnet yang menarik semua anggota keluarga untuk berkumpul. Kebahagiaan Pandu makin bertambah, perusahaan mereka makin maju. Zyan mewarisi bakat Pandu dalam berbisnis. Ia begitu pintar mengelola perusahaan dan jeli dalam membaca peluang. Pandu sangat bangga, ketika menghadiri rapat petinggi perusahaan untuk mendengar perkembangan perusahaan sekaligus kerja sama baru yang sedang mereka kerjakan. Zyan dan Bryan bekerja sama dalam menggarap sebuah proyek pemerintah yang sangat menantang dalam skala besar. Pandu dan Bagas tersenyum dan saling melirik, ketika kedua pria muda itu

  • Mengembalikan Senyum Bidadari    Part 111

    Rosa hanya bisa menunduk dengan air mata berlinang saat mendatangi Ustazah Ana. Ia malu dan merasa hina, setelah semua aibnya terbongkar. Walaupun wanita itu tak pernah mengusik masa lalunya, tetapi Rosa yakin, Ustazah Ana mengetahui semuanya. Apalagi ia pernah sombong dan menolak nasihat wanita itu hingga memblokir kontak Ustazah Ana. Kini, ia terpaksa menjilat ludah sendiri. “Maafkan saya, Ustazah, saya salah. Saya menyesal, karena enggak mengikuti nasihat Ustazah,” lirih Rosa penuh penyesalan.Ustazah Ana menatap Rosa yang bersimbah air mata. Dengan terbata-bata, Rosa menceritakan perjalanan hidupnya yang kelam dan tak bahagia. Tak hanya itu, dosa-dosa yang telah ia perbuat ikut terucap dari bibirnya hingga menjelaskan bagaimana buruknya seorang Rosalina di masa lalu.“Hijrah itu harus dari hati yang terdalam. Benar-benar ingin berubah dan siap menjalani kehidupan sesuai tuntunan agama. Hijrah akan terasa sangat berat bagi hamba yang mengagungkan dunia. Perbaiki diri, niatkan dal

DMCA.com Protection Status