Cindy menoleh, "Aku tidur nyenyak tadi malam, nggak tahu."Yogi menatap Cindy dengan mata suram, setelah menyeka tangan, dia berkata, "Setelah apa yang kamu katakan, bukankah kamu seharusnya bertanya padaku apa yang aku lakukan tadi malam?"Cindy sedikit mengernyit, "Aku dulu juga nggak pernah menanyakan tentang keseharian Pak Yogi 'kan?"Yogi meletakkan handuk dan berkata dengan tenang, "Ke depannya, kamu bisa banyak bertanya."Cindy tidak mengerti, apakah tuntutan Yogi pada alatnya begitu tinggi sekarang?Cindy tiba-tiba merasa "pemandangan Provinsi Jinan" ini tidak menarik.Dia mengangguk dengan santai, "Oke."72 jam, selama 72 jam ini, apa pun yang dia katakan, Cindy bisa menyetujuinya secara lisan.Yogi berdiri dan berjalan ke arah Cindy, "Apa yang kamu lihat?"Dia melirik ke bawah, "Mau naik perahu?"Cindy, "Nggak, hanya melihat sekeliling.""Kalau kamu mau, kuantar ke sana," kata Yogi sambil berbalik dan meninggalkan ruangan itu, tapi Cindy benar-benar hanya melihat-lihat ....C
Kedua orang di perahu itu tanpa sadar menoleh ke arah suara tersebut.Mereka melihat seorang pria dan seorang wanita bersandar di jendela dekat danau.Orang yang berbicara adalah seorang laki-laki, reaksi pertama Cindy adalah mempertanyakan apakah itu suatu kebetulan.Ternyata itu adalah Laskar.Laskar bukan dari Kota Shigo, dia dari Kota Sogo. Dia datang ke Kota Shigo khusus untuk menghadiri jamuan Keluarga Sukajo waktu itu. Cindy tidak menyangka akan bertemu dengannya di sini. Laskar juga datang untuk makan di restoran Provinsi Jinan itu.Cindy pertama kalinya melihat gadis muda di sebelah Laskar, dia memiliki kecantikan yang luar biasa, bahkan dari jarak yang begitu jauh pun terlihat bahwa fitur wajahnya cantik.Cindy memanfaatkan kesempatan ini untuk melewatkan topik yang hampir menimbulkan konflik, "Pak Yogi, itu Pak Laskar.""Aku lihat." Yogi melirik ke arah Cindy, mengesampingkan niat untuk membuat perhitungan untuk pembantahan Cindy. Dia memerintahkan tukang perahu untuk menepi
"...."Cindy kemudian teringat di kapal pesiar Keluarga Sukajo, Yogi membawa Cindy ke kamar di lantai 2. Laskar sedang duduk di meja mahjong dan meminta Cindy menyalakan rokok untuknya.Dalam situasi itu, kalau Cindy melakukannya, artinya dia bersikap murahan, jadi Cindy tidak melakukannya saat itu.Namun, Cindy tidak pernah menyangka Laskar tiba-tiba akan "menghitung masalah lama" dan mendapatkan kembali martabaknya di sini.Setelah Cindy bereaksi, selain merasa dihina seperti saat itu, dia juga merasa seperti dipermainkan orang secara diam-diam.Cindy agak kesal.Namun, pada analisis terakhir, itu hanya menyalakan rokok dan bukan masalah lain, Cindy bahkan tidak punya alasan untuk memarahi orang.Yogi melirik Cindy tanpa ekspresi, lalu lanjut mengobrol dengan Laskar, tapi nadanya jauh lebih cuek dan dingin.Cindy makan dalam diam. Ponselnya bergetar karena menerima pesan WhatsApp. Steve mengirimkannya ke Cindy, meminta beberapa data pada Cindy. Cindy menjawab.Steve sekalian bertanya
Liana cemberut dan berdiri, "Kak, tunggu aku sebentar."Cindy segera meninggalkan ruangan itu.....Yogi akan kembali ke perusahaan, sedangkan Cindy pergi ke rumah sakit untuk menjenguk ibunya.Mereka berpisah di depan pintu restoran, Cindy berkata secara simbolis, "Pak Yogi, aku pergi dulu."Yogi memandang Cindy, "Apa kamu menelepon untuk melaporkan Laskar merokok di dalam ruangan?"Cindy berkata tanpa mengubah ekspresinya, "Pak Yogi, aku benar-benar nggak lapor."Yogi tidak memercayainya dan tersenyum, "Aku nggak bilang kamu salah."Cindy tidak akan sebodoh itu hingga mengakui segalanya setelah mendengar apa yang dia katakan. Satu-satunya orang di dunia yang bisa Cindy percaya sepenuhnya adalah diri sendiri.Orang lain mungkin akan menusuk dia dari belakang pada suatu saat."Pak Yogi, aku benar-benar nggak lapor."Yogi terlalu malas untuk berdebat dengan Cindy. Dia memegang dagu Cindy, menyipitkan mata dan menatap wajah Cindy, "Mulai sekarang, kecuali aku, kamu nggak perlu terlalu pa
Oh.Ternyata Yogi meninggalkan Pantai Timur tadi malam karena Yona mengalami kecelakaan mobil.Noda darah dan bau disinfektan di mantelnya juga milik Yona.Apakah dia juga menjaga Yona sepanjang malam? Itu sungguh tulus.Cindy memandangi ibu dan putri itu, lalu berkata perlahan, "Aku juga akan tinggal di Pantai Timur malam ini dan aku seharusnya akan bersama Yogi besok dan lusa. Yona, kamu bisa terus memanggilnya untuk pergi, asalkan dia bersedia pergi bersamamu, aku nggak akan pernah menghentikan dia."Yona tertegun sejenak, lalu menegakkan tubuh, "Kamu! Kamu!"Mata Yona merah dan lembap, seolah-olah mentalnya terpukul keras, dia tidak bisa berkata-kata untuk waktu yang lama.Ibunya Yona semakin marah dan langsung mendorong Cindy, "Dasar jalang, apa katamu!"Cindy menghindari tangan ibunya Yona, mengerucutkan bibirnya dengan acuh tak acuh, lalu berbalik dan pergi.Ibunya Yona masih terus mengomel di belakang, "Beraninya kamu merusak hubungan cinta orang lain dan memamerkan kekuasaanmu
"...."Cindy memilih dia pergi mati.Sekarang musim hujan sehingga tidak mudah berkeringat, tidak masalah kalau tidak berganti pakaian selama dua hari.Namun, Cindy tetap menemukan caranya. Dia langsung menghubungi WhatsApp pegawai toko merek tempat Cindy membeli barang dan meminta dia membantu Cindy memilih dua set pakaian. Cindy bisa membayar biaya kurir untuk mengirimkan barang langsung ke Kompleks Vila Loffe.Hanya saja saat ini sudah larut malam, pegawai toko sudah pulang kerja. Dia meminta maaf dan mengatakan akan mengaturnya di toko besok pagi.Cindy menjawab terima kasih.Mereka tiba pada jam 12 malam.Laskar yang keluar untuk menyambut mereka. Ketika dia melihat Cindy, ketertarikan di matanya menjadi semakin kuat, "Pak Yogi juga mengajak Bu Cindy? Oke, banyak orang akan lebih ramai. Kami nggak bisa tidur jadi lagi main kartu di atas. Mau main bareng?"Yogi mengangguk dan menoleh pada Cindy, "Pergi nggak?"Cindy menolak dengan halus, "Pak Yogi, aku agak ngantuk.""Kalau begitu
Yogi mengernyit dan mengangkat tangan untuk menyalakan lampu samping tempat tidur.Ujung hidung Cindy agak merah dan air mata menggenang di sudut matanya akibat bersin terus menerus.Di bawah tatapannya, Cindy bersin lagi.Yogi kehilangan seluruh semangatnya, dia bangun dari tubuh Cindy dan bertanya, "Apa kamu kedinginan?"Cindy mendengus, "Mungkin karena Pak Yogi dingin."Yogi baru saja kembali dari luar, tubuhnya diselimuti oleh dinginnya dini hari musim hujan yang menusuk tulang.Dia tanpa sadar menjauh dari Cindy, memandangi tubuh Cindy yang meringkuk di bawah selimut dan mengernyit lagi, "Tidur pakai jeans, apa kamu nggak merasa nggak nyaman?"Cindy merasa tidak nyaman tapi harus menahannya. Apakah Cindy harus memakai jubah mandi hotel? Bukankah itu lebih nyaman bagi Yogi?"Aku nggak punya pakaian ganti, jadi apa boleh buat."Yogi membuka kancing kemeja dan memandang Cindy, "Pakaianmu juga ada di dalam koper, ambil sendiri."Cindy tertegun, "Apa Pak Yogi membantuku mengemas pakaia
Yogi menyipitkan mata, mengangkat ponsel dan menelepon Qweneth."Apa asisten Linda masih menjaga ibunya Cindy?"Qweneth, "Ya, dia harus menjaganya sampai besok."Yogi lalu berkata, "Suruh Departemen Hukum menyiapkan satu kontrak."....Cindy bertanya pada pelayannya di mana tempat makan sarapan.Pelayan itu membawa Cindy ke restoran vila.Cindy memesan semangkuk ramen dan hendak mengembalikan daftar menunya kepada pelayan ketika seorang pria duduk di seberangnya.Itu Yogi yang berpakaian santai."Pesan satu untukku juga."Cindy tidak punya pilihan selain memesankan satu untuknya.Cindy memperhatikan suasana hati Yogi tampak biasa saja, mungkin karena kejadian di pagi hari. Dia berpikir lalu bertanya dengan prihatin, "Kenapa nggak tidur lebih lama, Pak Yogi? Kamu tidur sangat larut tadi malam.""Aku disiksa oleh seseorang sampai hilang kantuknya." Yogi mengambil gelas bersih dan menuangkan segelas air hangat."Kalau begitu kamu pergi tidur lagi setelah makan atau tidur siang nanti."Mat