Home / Romansa / Mengejar Mantan / Pertengkaran Shania dengan Bagas

Share

Pertengkaran Shania dengan Bagas

Author: Listiana
last update Last Updated: 2021-10-10 16:42:29

[Assalamu'alaikum, Nak Bagas. Apa kabar? Mama mau mengadakan syukuran ulang tahun Silmi, boleh Mama minta bantuan Nak Bagas untuk mengisi acaranya Silmi? Menjadi pembawa acara dan membaca beberapa ayat Al-qur'an?] pesan dari mamanya Silmi. 

[InsyaAllah, Ma, Bagas bisa.]

[Terima kasih, ya, Nak, Mama senang sekali.]

[Sama-sama, Ma, Bagas juga senang bisa bantu Mama.]

[Nanti ngobrol saja dengan Silmi lebih detailnya, ya, Nak.]

[Baik, Ma.]

Bagas bingung, sebetulnya sudah ada janji dengan Shania untuk mengantarnya ke toko buku, akan tetapi Bagas tak dapat menolak permintaan mamanya Silmi. 

"Bagaimana, ini? Shania pasti ngambek lagi," batin Bagas, sambil mengusap wajahnya dengan kasar. 

[Shan, aku minta maaf sebelumnya, sepertinya aku gak bisa mengantarmu ke toko buku besok, boleh kita pending dulu, gak? Minggu depan mudah-mudahan bisa.]

[Memangnya kenapa? Kamu ada acara?]

[Mamanya Silmi minta aku untuk isi acara di hari ulang tahunnya Silmi, aku minta maaf sama kamu nggak bisa nolak permintaan beliau, Shan.]

[Oh, sampai kapan kamu terus-terusan jaga perasaan keluarga Silmi?! Aku cape, kalo kamu masih sayang sama Silmi, ya sudah aku lebih baik mundur!]

[Bukan gitu, Shan, please ngertiin aku sedikit aja, mamanya Silmi baik banget sama aku, please jangan ngambek, ya.]

[Terserah!]

Percakapan mereka berakhir tanpa jawaban yang pasti. Yang jelas Bagas memiliki keputusan sendiri, tanpa persetujuan dari Shania. Shania membenci posisi seperti ini. Sebetulnya ia ingin mengerti Bagas, akan tetapi hatinya sakit setiap Bagas mengorbankan acara mereka demi keluarga Silmi. 

Shania tahu Bagas dan Silmi sudah tidak ada hubungan apa-apa, akan tetapi ia takut jika ternyata Bagas masih mencintai Silmi. Keyakinannya sedikit demi sedikit luntur, Shania hampir menyerah. Ia masih bertahan karena cintanya pada Bagas begitu besar. Meskipun selalu tersakiti dan merasa tidak dihargai

* * *

Kenaikan kelas telah tiba, setiap siswa harus memilih jurusan yang diminati. Sebagai dasar untuk menentukan jurusan saat kuliah nanti. Diantaranya jurusan IPA, IPS, atau Bahasa. 

Bagas dan Shania terpaksa harus berpisah kelas, bahkan lokasi kelas mereka berjauhan, pasalnya mereka berbeda jurusan. Shania memilih jurusan IPS dan Bagas memilih jurusan IPA. Kini kebalikannya Bagas satu kelas dengan Silmi, mantan kekasihnya dulu. 

Bagas dan Shania semakin sering bertengkar karena Silmi, akan tetapi cinta mereka kuat. Apa pun yang terjadi, Bagas tidak pernah berniat memutuskan hubungannya dengan Shania. Namun, tetap menjaga silaturahmi dengan keluarga Silmi. Bagas masih sering berkunjung ke rumah Silmi, untuk memenuhi permintaan mamanya Silmi, meskipun berujung pertengkaran dengan Shania. 

"Ren, aku mau tanya serius," kata Shania, saat jam istirahat di kantin. 

"Ya, boleh, mau nanya apa?" sahut Rendi antusias. 

"Menurut kamu, perasaan Bagas ke Silmi tuh gimana, sih?" tanya Shania, penuh selidik. 

"Kalo pas aku tanya, dia udah gak ada perasaan apa-apa sama Silmi," jawab Rendi. 

"Jujur, aku cape terus-terusan ngerasa cemburu sama Silmi, gara-gara si Bagas sering ke rumah Silmi," ucap Shania, emosi. 

"Sabar, Bagas bilang sih gak enak sama mamanya Silmi," kata Rendi. 

"Aku curiga, si Bagas masih menyimpan rasa sama Silmi, deh," kata Shania, mirip detektif.

"Udah, jangan bikin hati kamu makin sakit gara-gara kecurigaan yang gak pasti," kata Rendi menghibur.

* * *

Di tempat yang berbeda, Bagas dan Silmi sedang membahas pelajaran di kelas mereka hanya berdua, sesekali bergurau dan tertawa bersama. Lebih akrab daripada saat mereka menjadi sepasang kekasih. 

Biasanya di jam istirahat, Bagas menyempatkan diri bertemu Shania, karena tidak ada waktu selain itu. Kali ini Bagas belum menampakkan dirinya di hadapan Shania, ia berinisiatif mendatangi kelas Bagas untuk melihat keadaannya, ia penasaran karena belum bertemu dengan sang kekasih. 

Tak disangka saat Shania melihat dari kaca jendela, Bagas sedang menggenggam tangan Silmi. Mereka berdua ngobrol dengan asyiknya tanpa mereka tahu ada yang sedang memperhatikan melalui kaca jendela. 

Perempuan berkerudung putih itu meneteskan air mata yang sejak tadi ia tahan. Tak ingin terdengar, ia menangis tanpa suara dan terus saja mendengarkan percakapan Bagas dengan mantannya itu. 

Hingga suara bel masuk berbunyi, Shania ingin berlari tanpa sengaja ia menabrak tong sampah yang tepat berada di belakangnya. Bagas dan Silmi terkejut dan bergerak melangkah ke arah sumber suara, semakin terkejut ketika yang mereka lihat adalah Shania.

"Shania?" ucap Bagas dan Silmi serentak. 

"Em, maaf, aku ganggu kalian," sahut Shania, setengah berbisik karena menahan tangis. "Aku pergi, ya." katanya, berlari secepat mungkin. 

"Shania, tunggu!" panggil Bagas. 

"Udah, biarin dulu aja, ntar juga baik sendiri," kata Silmi, menahan Bagas. Namun, hati Bagas tidak tenang, ia terus saja memikirkan Shania. 

"Nanti pulang, aku harus temui Shania," batin Bagas. 

Saat pulang sekolah tiba, Bagas mencari Shania ke kelasnya. Namun, tidak menemukan Shania di sana. 

"Astrid, Shania udah pulang?" tanya Bagas pada Astrid yang kebetulan satu kelas lagi dengan Shania. 

"Udah, tadi bareng sama kakak kelas kalo gak salah. Shania kamu apain lagi, sih? jawab Astrid, emosi. 

"Kakak kelas siapa? Cowok?" tanya Bagas penasaran. 

"Iya, dianterin Kak Egi, dia kayak terpukul banget, tiap aku tanya bukan dijawab, nangis melulu. Aku duluan ya, daaah Bagas," kata Astrid bergerak menjauhi tempat Bagas berdiri. 

"Egi?" batin Bagas. 

* * *

[Shania, aku tadi mau ajak kamu pulang bareng, aku cari ke kelas kamunya udah pulang.]

[Mulai sekarang gak usah peduliin aku lagi, aku tau sekarang kamu masih mencintai Silmi. Apa yang aku lihat tadi adalah buktinya, aku mau kita putus.]

[Nggak mau, Shan, aku dan Silmi gak ada hubungan apa-apa lagi.]

[Bohong, aku lihat sendiri, kamu megang tangan dia, sambil bercanda dan ketawa-ketawa. Sama aku,kamu gak gitu.]

[Please, aku nggak mau putus, aku masih sayang kamu.]

[Bullshit! Aku nggak percaya sama kamu lagi.]

[Oh, aku tau kamu suka sama si Egi, 'kan? Ngaku aja, kalian tadi pulang bareng, 'kan?]

[Iya, kita pulang bareng, trus kenapa? Gak usah ngurusin aku, urus saja mantanmu itu, aku cape.]

[Shania, please!]

Tak ada jawaban apa pun lagi, mereka lagi-lagi bertengkar gara-gara mantannya Bagas.

Related chapters

  • Mengejar Mantan   Bagas memutuskan jalinan cintanya dengan Shania

    Satu tahun kemudian.Meskipun hubungan mereka sering tidak akur, entah bagaimana mereka tidak bisa berpisah satu sama lain. Bagas mencintai Shania, meskipun ia terus menyakiti wanitanya. Shania tidak menyangka hubungannya dengan Bagas akan seperti ini, jauh dari apa yang dibayangkan olehnya."Kenapa sih aku ngeliat orang pacaran, ceweknya diperlakukan seperti ratu? Beda sama aku, kok gak ngerasa jadi ratu, ya?" celetuk Shania pada Astrid, yang kebetulan melanjutkan pendidikan di Universitas yang sama. Yaitu Universitas Pendidikan Indonesia, mereka bercita-cita menjadi seorang guru."Masa, sih, bukannya Bagas sayang banget sama kamu?" jawab Astrid, heran."Iya, aku gak habis pikir, Bagas masih aja sering ke rumah Silmi, bahkan mengorbankan aku," kata Shania, sedih."Lalu?" tanya Astrid."Satu sisi aku cape, sisi lain aku masih sayang sama dia," jawab Shania."Aku ngerti banget Sha

    Last Updated : 2021-10-15
  • Mengejar Mantan   Bagas Frustasi

    Perasaan Bagas hancur karena pertunangan Silmi, ia baru sadar ternyata dalam hatinya masih menyimpan sisa cinta untuk Silmi. Kesedihan yang justru membuatnya memutuskan kisah kasihnya dengan Shania.Lelaki tampan nan rupawan itu, kini sedang putus asa, seolah ia kehilangan separuh jiwanya. Namun, seharusnya ia tidak egois seperti ini, padahal ada perempuan yang mencintainya sepenuh hati. Ia menyia-nyiakan cinta Shania.Tok ... Tok ... Tok"Kak Bagas, makan yuk! Di panggil Mama, tuh," teriak Melati dari balik pintu kamar Bagas."Masuk," jawab Bagas, bermalas-malasan."Ih, tumben kamarnya berantakan? Trus kenapa Itu muka kusut banget, Kak," berondong Melati, sambil melihat sekeliling kamar Bagas, lalu duduk di atas kursi tempat Bagas belajar."Lagi males beresin. Kamu duluan makan aja, bilang sama Tante aku sudah kenyang. tadi sore sudah makan ditraktir teman," jawab Bagas, asal."Kakak, kenapa, sih? Gak biasanya

    Last Updated : 2021-10-17
  • Mengejar Mantan   Bagas Mencari Shania

    "Enak juga tidur di lantai," gumam Bagas.Meskipun lantai keras, tapi tetap membuatnya tidur nyenyak. Ia mencari kontak yang diberi nama Shaniaku, Lalu meng-klik tombol berwarna hijau. Tidak ada jawaban dari sang pemilik nomor telepon itu, sekali lagi ia coba menghubungi nomor tersebut, kali ini di-reject. Bagas mencoba lagi dan lagi, tetap tidak ada jawaban."Shania marah padaku, bagaimana ini?" batin Bagas, sambil mengusap wajahnya dengan kasar. "Astrid, aku harus hubungi Astrid, siapa tau Shania sedang bersama Astrid." gumamnya lagi.[Astrid, sorry urgent nih, Shania ada bareng kamu, gak?] tanya Bagas, di aplikasi WhatsApp.[Gak ada, hari ini dia gak masuk kuliah."[Aku telepon dia di-reject Trid, kemana Shania, ya?][Ada apa sebenernya di antara kalian? Aku bingung, kemaren Shania yang cemasin kamu, sekarang kamu yang nyari dia, heran aku, kalian kenapa, sih?!][Benarkah? Waktu itu Shania nyariin aku?]

    Last Updated : 2021-10-21
  • Mengejar Mantan   Ada Pria Misterius Menemui Shania dan Astrid

    Bagas tidak menyerah, terus saja menghubungi Shania. Setelah puluhan kali Bagas menekan tombol hijau itu, kini kontak Shania sedang sibuk. Bagas kesal, akhirnya ia berhenti menghubungi Shania. Lelaki itu frustrasi dan melempar ponselnya ke tempat tidur yang beberapa hari ini selalu berantakan. Begitu dahsyat perasaan seseorang yang sedang dimabuk cinta, seolah dunia akan berakhir jika tidak bisa mendapatkan sang pujaan hati. Kini ia menyesal karena tidak memperlakukan Shania dengan baik. Baru menyadari semua aturan dan keribetan Shania adalah bukti bahwa perempuan yang selisih usianya hanya beberapa bulan dengannya itu serius dan ingin yang terbaik untuk hubungan mereka. Waktu tak dapat diulang, seandainya Bagas ingin memperbaiki pun sudah terlambat. Meski lelaki itu yakin Shania masih mencintai dirinya. Namun, tak mudah memberi kesempatan yang kedua kali. Buktinya, puluhan kali ia menghubungi sang mantan, tidak pernah ada jawaban atau balasan da

    Last Updated : 2021-10-21
  • Mengejar Mantan   Bagas Menemui Shania

    Shania dan Astrid saling berpandangan, ketika melihat laki-laki itu duduk di hadapan mereka."Sepertinya aku kenal, nih orang," batin Shania."Kok, kayak kenal, ya? gumam Astrid." Iya, kalian pasti kenal saya," sahut lelaki itu, sambil membuka kacamata, masker dan topinya."Andika?!" ucap Shania dan Astrid, serentak."Ya ampun tadi kirain, siapa," ucap Shania mengeraskan suara."Iya, Shan. Saya sengaja kesini mau bicara serius sama Astrid," terang Andika."Aku?" tanya Astrid terkejut."Waw, surprise. Oke aku balik duluan deh, ya?" pamit Shania."Jangan dong, Shan. Aku balik bareng kamu, ya," cegah Astrid."Ih, kamu ntar di anter Andika, dong," kata Shania."Iya, aku anterin kamu nanti, Astrid," ucap Andika menatap Astrid lekat."Tuh kan, ya sudah aku duluan, ya," Shania meninggalkan mereka berdua di kantin.Shania berlalu sendi

    Last Updated : 2021-10-21
  • Mengejar Mantan   Masih ada cinta untuk Bagas.

    "Sini-sini kita duduk dulu, Shan." Astrid menarik tangan Shania. "Cerita sama aku." Ia mengusap lembut bahu Shania. Perempuan yang masih berurai air mata itu menceritakan semua yang terjadi ketika sahabatnya tidak ada di sampingnya.Tak berhenti derasnya air mata, membuktikan betapa sakitnya perasaan Shania. Meski cintanya tetap milik Bagas, tapi kini ia ingin melupakan lelaki yang tidak pernah menyerah mengejarnya. Baginya cinta tak selalu harus memiliki. Biarkan nama dan kenangan bersama Bagas terkubur bersama masa lalunya. Tak sedikit pun ia berharap untuk kembali merengkuh asa yang pernah ada."Sabar ya, Shan." Astrid kembali memeluk Shania. Akhirnya air mata itu surut. Ia lega telah menceritakan semua pada Sahabatnya."Makasih, ya, Astrid. Aku lega sekarang." Shania berusaha tersenyum."Sama-sama, Shan. Aku seneng bisa jadi temen kamu dalam susah dan senang.""Btw tadi Andika ngapain ketemu kamu? Kalian jadian, ya?" t

    Last Updated : 2021-10-27
  • Mengejar Mantan   Egi PDKT

    "Ini, siapa, ya?""Saya Egi, Shan.""Ya Allah, Kak Egi. Bikin orang parno aja. Nelepon yang pertama kenapa gak ngomong?""Oh, jadi yang tadi tuh, nyambung? Tadi tuh, aku udah niat telepon kamu, trus tiba-tiba mamaku manggil. Aku taro ponselku di atas meja. Aku kira belum nyambung. Hahaha ...,""Ih, Kak Egi! Aku sempet takut tadi.""Takut kenapa emang?""Ya, takut orang jahat, gitu.""Ya udah, maafin aku, ya!""Ya, nggak apa-apa, Kok. Btw ada apa, Kak? Tumben.""Kangen aja sama kamu, pengen dengar suara kamu.""Iih, gombal!""Serius, aku kangen.""Ya udah, terserah.""Asyik! Berarti aku boleh kangen sama kamu, dong?""Ih, Kak Egi! Awas ya! Godain aku terus.""Kar

    Last Updated : 2022-03-09
  • Mengejar Mantan   Kedatangan Egi ke Rumah Shania

    "Assalamualaikum," ucap Egi sambil mengetuk pintu."Waalaikumsalam," sahut Shania sembari membuka pintu."Hi, Kak!""Hi, Shan.""Silakan masuk, Kak." Mereka berhadapan dan baru kali ini jarak antara Egi dan Shania lebih dekat dari biasanya. Mata mereka beradu, seperti ingin saling mencengkram."Kamu makin cantik, Shan." Shania memalingkan wajahnya yang memerah karena malu."Emmm, silakan duduk, Kak." Shania mengalihkan perhatian Egi yang masih saja menatap dirinya.Ada debar di dada masing-masing yang tak mungkin diungkapkan. Keduanya mengatur napas agar tidak gugup. Egi mengambil posisi duduk di sofa dekat pintu, sedangkan Shania duduk di sofa yang berada di samping tempat duduk Egi. Dengan anggunnya Shania memulai membuka suara. Sedikit basa-basi untuk menyambut lelaki tampan itu.

    Last Updated : 2022-03-29

Latest chapter

  • Mengejar Mantan   Bertemu Bagas saat ngedate

    "Emmm ...." Tiba-tiba ada yang memanggil namanya. Suara Shania tercekat ketika menjawab pertanyaan Egi karena panggilan seseorang. Sontak ia melihat ke arah datangnya suara. "Bagas?" Seketika matanya melirik ke arah Egi, lalu berganti ke arah Bagas. "Akhirnya kita ketemu di sini, ya, Shan." Bagas antusias. "Emmm ... memangnya, kamu cari aku?" tanya Shania dengan wajah datar. "Iya, dong. Aku masih nyariin kamu ke mana-mana," ucap Bagas sambil menarik kursi di seberang Shania dan duduk tanpa permisi. "Ada apa?" tanya Shania melirik ke arah Egi yang ada di sampingnya. Egi diam tak mengatakan apa pun. Ia bingung karena takut salah ucap. Egi cukup bijaksana menyikapi situasi seperti ini. "Shan, aku ke toilet bentar, ya." Egi pamit kepada Shania.

  • Mengejar Mantan   Ngdate

    "Sejak kapan, ya?""Sejak pertama kali kita bertemu."Mata mereka saling beradu. Hampir saja Shania sakah tingkah."Be-benarkah? Kok, baru bilang sekarang?""Yup. Love at first sight. Memangnya, kalo aku bilang dari dulu, kamu bakal mau jadi pacar aku? Waktu itu kamu masih pacarnya Bagas.""Emmm ... iya, sih. Lalu? Kakak cari tau tentang aku dari mana?" Shania tersipu malu."Dunia ini sempit, Shan. Aku mengikutimu saat kamu ke kampus atau saat kamu pergi.""Jadi, selama ini, Kakak sering ngikutin aku?""Yup. Aku ingin melindungimu, meski dari jauh."Mata Shania menganak, ia terharu mendengar ucapan Egi. Ia tidak pernah tau ada orang yang diam-diam mencintainya."Jadi, Kakak tau saat aku rapuh?" tanya Shania dengan wajah serius.

  • Mengejar Mantan   Egi mengajak Shania ngedate.

    "Ih, Mama ... sekongkol, nih, sama Kak Egi!" Shania protes sembari duduk di samping mamamya.Ia curiga, Egi merahasiakan sesuatu bersama ibunya."Nggak. Tadi, Egi cerita tentang awal pertemuan dengan kamu." Ibunya berbohong."Wah, emang, iya, Kak? Eh, diminum duku, Kak. Teh manis bikinan aku, mantap, loh, Kak." tanya Shania sembari meminta Egi untuk meminum teh manis buatannya."Emmm ... I-ya. Kamu inget nggak awal kita ketemu? Diminum, ya, Tan, Shan." Egi meminum teh manis itu."Enak beneran, ya. Aku mau daftar jadi suami, kamu, ya. Biar tiap hari dibikinin teh manis seenak ini." Egi membuat Shania tersipu malu.Shania salah tingkah dan mengalihkan topik pembicaraan."Eh, waktu aku nabrak Kak Egi, pas keluar dari kantin itu, ya? Itu pertama kali kita ketemu, kan? ""Iya. Wakt

  • Mengejar Mantan   Kedatangan Egi ke Rumah Shania

    "Assalamualaikum," ucap Egi sambil mengetuk pintu."Waalaikumsalam," sahut Shania sembari membuka pintu."Hi, Kak!""Hi, Shan.""Silakan masuk, Kak." Mereka berhadapan dan baru kali ini jarak antara Egi dan Shania lebih dekat dari biasanya. Mata mereka beradu, seperti ingin saling mencengkram."Kamu makin cantik, Shan." Shania memalingkan wajahnya yang memerah karena malu."Emmm, silakan duduk, Kak." Shania mengalihkan perhatian Egi yang masih saja menatap dirinya.Ada debar di dada masing-masing yang tak mungkin diungkapkan. Keduanya mengatur napas agar tidak gugup. Egi mengambil posisi duduk di sofa dekat pintu, sedangkan Shania duduk di sofa yang berada di samping tempat duduk Egi. Dengan anggunnya Shania memulai membuka suara. Sedikit basa-basi untuk menyambut lelaki tampan itu.

  • Mengejar Mantan   Egi PDKT

    "Ini, siapa, ya?""Saya Egi, Shan.""Ya Allah, Kak Egi. Bikin orang parno aja. Nelepon yang pertama kenapa gak ngomong?""Oh, jadi yang tadi tuh, nyambung? Tadi tuh, aku udah niat telepon kamu, trus tiba-tiba mamaku manggil. Aku taro ponselku di atas meja. Aku kira belum nyambung. Hahaha ...,""Ih, Kak Egi! Aku sempet takut tadi.""Takut kenapa emang?""Ya, takut orang jahat, gitu.""Ya udah, maafin aku, ya!""Ya, nggak apa-apa, Kok. Btw ada apa, Kak? Tumben.""Kangen aja sama kamu, pengen dengar suara kamu.""Iih, gombal!""Serius, aku kangen.""Ya udah, terserah.""Asyik! Berarti aku boleh kangen sama kamu, dong?""Ih, Kak Egi! Awas ya! Godain aku terus.""Kar

  • Mengejar Mantan   Masih ada cinta untuk Bagas.

    "Sini-sini kita duduk dulu, Shan." Astrid menarik tangan Shania. "Cerita sama aku." Ia mengusap lembut bahu Shania. Perempuan yang masih berurai air mata itu menceritakan semua yang terjadi ketika sahabatnya tidak ada di sampingnya.Tak berhenti derasnya air mata, membuktikan betapa sakitnya perasaan Shania. Meski cintanya tetap milik Bagas, tapi kini ia ingin melupakan lelaki yang tidak pernah menyerah mengejarnya. Baginya cinta tak selalu harus memiliki. Biarkan nama dan kenangan bersama Bagas terkubur bersama masa lalunya. Tak sedikit pun ia berharap untuk kembali merengkuh asa yang pernah ada."Sabar ya, Shan." Astrid kembali memeluk Shania. Akhirnya air mata itu surut. Ia lega telah menceritakan semua pada Sahabatnya."Makasih, ya, Astrid. Aku lega sekarang." Shania berusaha tersenyum."Sama-sama, Shan. Aku seneng bisa jadi temen kamu dalam susah dan senang.""Btw tadi Andika ngapain ketemu kamu? Kalian jadian, ya?" t

  • Mengejar Mantan   Bagas Menemui Shania

    Shania dan Astrid saling berpandangan, ketika melihat laki-laki itu duduk di hadapan mereka."Sepertinya aku kenal, nih orang," batin Shania."Kok, kayak kenal, ya? gumam Astrid." Iya, kalian pasti kenal saya," sahut lelaki itu, sambil membuka kacamata, masker dan topinya."Andika?!" ucap Shania dan Astrid, serentak."Ya ampun tadi kirain, siapa," ucap Shania mengeraskan suara."Iya, Shan. Saya sengaja kesini mau bicara serius sama Astrid," terang Andika."Aku?" tanya Astrid terkejut."Waw, surprise. Oke aku balik duluan deh, ya?" pamit Shania."Jangan dong, Shan. Aku balik bareng kamu, ya," cegah Astrid."Ih, kamu ntar di anter Andika, dong," kata Shania."Iya, aku anterin kamu nanti, Astrid," ucap Andika menatap Astrid lekat."Tuh kan, ya sudah aku duluan, ya," Shania meninggalkan mereka berdua di kantin.Shania berlalu sendi

  • Mengejar Mantan   Ada Pria Misterius Menemui Shania dan Astrid

    Bagas tidak menyerah, terus saja menghubungi Shania. Setelah puluhan kali Bagas menekan tombol hijau itu, kini kontak Shania sedang sibuk. Bagas kesal, akhirnya ia berhenti menghubungi Shania. Lelaki itu frustrasi dan melempar ponselnya ke tempat tidur yang beberapa hari ini selalu berantakan. Begitu dahsyat perasaan seseorang yang sedang dimabuk cinta, seolah dunia akan berakhir jika tidak bisa mendapatkan sang pujaan hati. Kini ia menyesal karena tidak memperlakukan Shania dengan baik. Baru menyadari semua aturan dan keribetan Shania adalah bukti bahwa perempuan yang selisih usianya hanya beberapa bulan dengannya itu serius dan ingin yang terbaik untuk hubungan mereka. Waktu tak dapat diulang, seandainya Bagas ingin memperbaiki pun sudah terlambat. Meski lelaki itu yakin Shania masih mencintai dirinya. Namun, tak mudah memberi kesempatan yang kedua kali. Buktinya, puluhan kali ia menghubungi sang mantan, tidak pernah ada jawaban atau balasan da

  • Mengejar Mantan   Bagas Mencari Shania

    "Enak juga tidur di lantai," gumam Bagas.Meskipun lantai keras, tapi tetap membuatnya tidur nyenyak. Ia mencari kontak yang diberi nama Shaniaku, Lalu meng-klik tombol berwarna hijau. Tidak ada jawaban dari sang pemilik nomor telepon itu, sekali lagi ia coba menghubungi nomor tersebut, kali ini di-reject. Bagas mencoba lagi dan lagi, tetap tidak ada jawaban."Shania marah padaku, bagaimana ini?" batin Bagas, sambil mengusap wajahnya dengan kasar. "Astrid, aku harus hubungi Astrid, siapa tau Shania sedang bersama Astrid." gumamnya lagi.[Astrid, sorry urgent nih, Shania ada bareng kamu, gak?] tanya Bagas, di aplikasi WhatsApp.[Gak ada, hari ini dia gak masuk kuliah."[Aku telepon dia di-reject Trid, kemana Shania, ya?][Ada apa sebenernya di antara kalian? Aku bingung, kemaren Shania yang cemasin kamu, sekarang kamu yang nyari dia, heran aku, kalian kenapa, sih?!][Benarkah? Waktu itu Shania nyariin aku?]

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status